Oleh:
Putri Faizah
NIM. 5193240017
Pembimbing:
Tyas Permatasari, S.Gz., M.Si.
Risti Rosmiati, S.Gz., M.Si.
iii
D. Analisis intervensi gizi ............................................................................................. 35
E. Analisis monitoring dan evaluasi ............................................................................. 37
BAB VI KESIMPULAN ............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................41
LAMPIRAN ....................................................................................................................... 44
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
GAMBARAN KASUS
Ny. E adalah seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun datang ke RSUD
Sultan Sulaiman pada tanggal 22 Oktober 2022 pada pukul 20.45 WIB, dirawat di
ruangan Melur Internal. Ny. E memiliki kesadaran compos mentis dengan keluhan
demam naik turun yang dialami 3 hari lalu, lemas, mual, tidak selera makan,
menggigil, nyeri ulu hati, perut terasa kembung, susah BAB dan BAK 1 hari lalu,
flatus, menyesak, batuk sesekali. Ny.E di diagnosa KAD dd honk + DM type 2 +
Dispepsia type like ulcer + Typoid fever + Anemia. Ny. S mengalami penurunan
berat badan sekitar 14 kg, berat badan pasien biasanya 63 kg dan setelah mengalami
penurunan berat badan menjadi 49 kg dengan tinggi badan 155 cm. Berdasarkan
wawancara pada tanggal 24 Oktober 2022 mengenai keluhan Ny. E nafsu makan
pasien membaik selama masuk rumah sakit, mual berkurang, BAB dan BAK lancar.
SMRS pola makan Ny. E yaitu 3 kali makan utama dan 2 kali selingan.
Menyukai makanan goreng-gorengan, makanan manis-manisan, berlemak, sayur dan
buah, kacang-kacangan, minuman bersoda seperti fanta, sprite. Ny. E biasa suka
mengonsumsi lauk sambal belacan, rebus daun ubi, 1 cangkir teh manis. Hasil recall
1x24 jam yang dilakukan pada tanggal 23 Oktober 2022, Ny. E mengonsumsi bubur
kacang hijau sagu mutiara 1 porsi sebagai sarapan pagi. Makan siang yaitu bubur 1
1
porsi, pepes ikan gembung 1 ptg sdg, 2 ptg tahu goreng, tumis labu jipang kacang
panjang dan wortel 1 porsi, 1 buah jeruk. Selingan sore yaitu 1 buah apel merah.
Makan malam yaitu bubur nasi 1 porsi, 1 buah semur telur, 2 buah tempe goreng, 1
porsi acar buncis+wortel. Berdasarkan hasil recall Ny. E didapatkan yaitu energi
1.200,3 kkal, protein 39,3 gr, lemak 47,1 gr, karbohidrat 161,4 gr
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan Ny. E yaitu sebagai ibu rumah tangga.
Ny. E jarang berolahraga. Ny. E tidak mengalami gangguan makan. Ny. E memiliki
alergi terhadap udang. Ny. E tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Sekitar
lingkungan tempat tinggal Ny. E mudah mendapatkan makanan. Ny. E belum pernah
mendapatkan informasi atau edukasi mengenai gizi. Ny. E beragama islam, suku
batak, dan pendidikan terakhir SLTP.
2
BAB I
PENGKAJIAN GIZI
IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. E
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Ruang : Melur Bedah
Tanggal Masuk : 22 Oktober 2022
Tanggal Pengambilan Kasus : 24 Oktober 2022
Diagnosa Medis : KAD dd honk + DM type 2 + Dispepsia type like
ulcer + Typoid fever + Anemia
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 49 kg
A. Skrining Gizi
Skrining gizi yang dilakukan kepada Ny. E pada tanggal 22 Oktober
2022 menggunakan formulir MST (Malnutrition Screening Tool) didapatkan
hasil dengan skor 4. Menurut (Agarwal et al., 2012; Ferguson et al., 1999)
jika skor MST ≥ 2 berisiko malnutrisi. Sehingga dapat diketahui bahwa Ny. E
berisiko malnultrisi.
Kesimpulan :
Dari skor “4” yang didapatkan dari hasil skrinning menggunakan formulir
MST dapat disimpulkan bahwa Ny. E berisiko malnutrisi.
B. Antropometri
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri pada tanggal 22 Oktober 2022
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1.1. Data Antropometri
Terminologi Antropometri Hasil Interpretasi
(AD-1.1.1) Tinggi Badan 155 cm
(AD-1.1.2) Berat Badan 49 kg
(AD- 1.1.4) Perubahan BB Penurunan 14 kg (dari
63 kg menjadi 49kg)
3
Terminologi Antropometri Hasil Interpretasi
(AD- 1.1.5) IMT IMT = 49/ (1,55)2 Normal
= 20,4 kg/m2 (Kemenkes, 2014)
Maksimal
= IMT normal
maksimal x TB (m)2
= 25,0 x 1,552
= 60,1 kg
Kesimpulan :
Berdasarkan klasifikasi IMT menurut Kemenkes 2014, status gizi Ny. E
tergolong dalam Normal.
C. Biokimia
Tabel 1.2 Pengkajian Data Biokimia Tanggal 22 Oktober 2022
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Jumlah Leukosit 13.210 /mm3 4.000 – 10.000/ mm3 Tinggi
Jumlah Eritrosit 3,06 Juta/mm3 3,50 – 5,50 Juta/mm3 Rendah
Hemoglobin 8,9 gr/dl 12,0 – 16,0 gr/dl Rendah
Hematokrit 23,9 % 35,0 – 50,0 % Rendah
Jumlah Trombosit 321 ribu/mm3 150 – 450 ribu/mm3 Normal
Nilai PCT 0,287% 0,100 – 0,280 % Tinggi
Nilai MCV 78,0 um3 80,0 – 100,0 um3 Rendah
Nilai MCH 29,0 Pg 27,0 – 34,0 Pg Normal
Nilai MCHC 37,1 gr/dl 32,0 – 36,0 gr/dl Tinggi
Nilai RDW-CV 15,3 % 11,0 – 16,0 % Normal
Nilai RDW-SD 40,8 fl 35,0 – 56,0 fl Normal
Nilai MPV 8,9 um3 7,0 – 13,0 um3 Normal
Nilai PDW 16,3 % 15,0 -18,0 % Normal
Lymfosit % 32,7 % 20,0 – 40,0 % Normal
Glucose Ad Hi ≤ 200 mg/dL Tinggi
Random
4
Sumber :Data Rekam Medik RSUD Sultan Sulaiman tahun 2022
Kesimpulan :
Berdasarkan data laboratorium yang didapatkan, menunjukkan bahwa :
- Kadar glukosa darah sewaktu Ny. E yang sangat tinggi mengindikasikan
bahwa pasien mengalami Diabetes Melitus Tipe II.
- Kadar hemoglobin tinggi, eritrosit rendah, dan MCV rendah
mengindikasikan dengan Anemia yang dialami oleh pasien.
- Jumlah leukosit yang tinggi dapat mendeteksi infeksi yang terdapat pada
(NiaGita.RK & Mardina, 2019). Hal ini mengindikasikan dengan
penyakit typoid fever yang dialami pasien.
D. Fisik/Klinik
Tabel 1.3 Pengkajian Data Fisik/Klinik
Terminologi Fisik/klinis Hasil Nilai Interpretasi
Normal
PD-1.1.1 Penampilan Compos Mentis
keseluruhan
PD-1.1.2 Bahasa tubuh Lemas dan menggigil
PD-1.1.3 Kardiovaskular-paru Menyesak, nyeri ulu
hati, batuk
PD- 1.1.5 Sistem Pencernaan Perut terasa kembung,
flatus
PD 1.1.9 Tanda-tanda vital Tekanan darah = 120/80 Normal
120/80 mmHg mmHg
Suhu = 37,5˚C 37 ˚C Normal
Respirasi = 24 x/ 14- Tinggi
menit 20x/menit
Denyut nadi = 128 60- Tinggi
x/menit 100x/menit
Kesimpulan :
Berdasarkan data klinis diatas dapat diketahui bahwa respirasi dan denyut
nadi Ny. E tergolong tinggi. Keluhan fisik yang dirasakan oleh Ny. E berupa
perut terasa kembung, flatus, nyeri ulu hati, sesak, lemas, serta menggigil.
5
E. Riwayat Makan
1. Asupan Makan
Kualitatif
Asupan sebelum kunjungan ke rumah sakit
Sebelum masuk rumah sakit, Ny. E mengalami penurunan
nafsu makan. SMRS Ny. E memiliki pola makan utama
3x/hari dan selingan 2x/hari. Ny. E suka mengonsumsi
makanan goreng-gorengan, manisan, makanan yang
mengandung lemak tinggi yang bersantan. Suka mengonsumsi
minuman kemasan dan bersoda dan biasa mengonsumsi 1
cangkir teh manis/hari. Menyukai sayur buah dan kacang-
kacangan seperti kacang tanah, kacang hijau, dan kacang
merah. Lauk yang disukai oleh Ny. E yaitu Ny. E sambal
belacan dengan rebus daun ubi.
Asupan makan selama di rumah sakit
Selama dirawat di RSUD Sultan Sulaiman, nafsu makan
pasien meningkat dibandingkan sebelum masuk rumah sakit.
Pada tanggal 23 Oktober 2022, Ny. E mengonsumsi makanan
dari RS, yaitu sarapan pagi bubur kacang hijau sagu mutiara 1
porsi. Makan siang yaitu bubur nasi 1 porsi, pepes ikan
gembung 1 ptg sdg, 2 ptg tahu goreng, tumis labu jipang
kacang panjang dan wortel 1 porsi, 1 buah jeruk. Selingan sore
yaitu 1 buah apel merah. Makan malam yaitu bubur nasi 1
porsi, 1 buah semur telur, 2 buah tempe goreng, 1 porsi acar
buncis+wortel.
Kuantitatif
Berdasarkan perhitungan food-recall 24 jam setelah masuk
rumah sakit pada tanggal 23 Oktober 2022, asupan Ny. E yaitu
sebagai berikut:
Energi = 1.207 kkal (79%)
Protein = 44 gr (77%)
Lemak = 48,5 gr (115%)
6
Karbohidrat = 162,7gr (71%)
Kesimpulan:
Pola makan Ny. E belum sesuai dengan pedoman gizi
seimbang yaitu pasien masih mengonsumsi makanan berlemak
dan tinggi gula serta minuman kemasan yang seharusnya
dihindari oleh pasien. Berdasarkan hasil food-recall 24 jam
menunjukkan bahwa asupan Ny. E masih belum mencukupi
kebutuhan.
3. Aktivitas Fisik
Aktivitas sebelum masuk rumah sakit
Sebelum masuk rumah sakit, aktivitas Ny. E tidak
berlebihan. Aktivitas Ny.E setaip harinya sebagaimana ibu
rumah tangga biasanya yaitu melakukan pekerjaan ringan
dirumah seperti menyapu, mengepel, menyetrika hingga
menyuci pakaian.
Aktivitas saat dirumah sakit.
Saat dirumah sakit, aktivitas Ny. E hanya berbaring di tempat
tidur. Ny. E mengalami kesusahan untuk melakukan aktivitas
karena luka kaki yang dialami oleh Ny. E.
7
Kesimpulan :
Aktivitas yang dilakukan Ny. E sebelum masuk rumah sakit
ringan dan setelah masuk rumah sakit aktivitas fisiknya dalam
kondisi bedrest.
4. Ketersediaan Makanan
Ketersediaan makanan di lingkungan sekitar tempat tinggal
Ny. E cukup memadai dan mudah dijangkau.
Kesimpulan :
Pasien tidak mengalami kesulitan dan kendala dalam mengakses
makanan.
8
Energi
Umur : 38 tahun
JK : Perempuan
AF : Bedrest/keadaan istirahat
FS : post operasi
Energi basal = 25 kal x BBI
= 25 x 49,5
= 1.237,5 kkal
Aktivitas fisik = 10% Energi basal
= 10% (1.237,5 kkal)
= 123,75 kkal
Faktor stres = 15% Energi basal
= 15% (1.237,5 kkal)
= 160,875 kkal
Kebutuhan energi total = energi basal +aktifitas + stres
= 1.237,5 kkal + 123,75 kkal +
160,875 kkal
= 1.522 kkal
Protein 15% dari energi total
Protein = 15% (1.522 kkal)
= 57 gr
Lemak, 25% dari energi total
Lemak = 25% (1.522 kkal)
= 42,3 gr
Karbohidrat, 60% dari energi total
Karbohidrat = 60% (1.522 kkal)
= 228,3 gr
9
Tabel 1.5 Perbandingan Asupan Pasien dengan Kebutuhan
Kesimpulan :
Asupan makanan jika mencapai 80-110% dikatakan tercukupi, jika
<80% dikatakan kurang, dan jika >110% dikatakan berlebih
(Supariasa,2012). Berdasarkan data asupan zat gizi Ny. E di atas dapat
diketahui bahwa rata-rata tidak memenuhi.
10
Nama Obat Fungsi Interaksi dengan Zat Gizi
Paracetamol Pereda nyeri ringan hingga Ketidakmampuan mencerna
sedang makanan,mual, dan muntah,
penurunan asupan makanan,
konstipasi (Handayani et al.,
2015).
F. Riwayat Personal
Tabel 1.7 Riwayat Personal
Terminologi Antropometri Hasil
11
BAB II
DIAGNOSIS GIZI
Domain Klinis
NC-2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan penyakit
diabetes melitus tipe II, anemia dan thypoid fever ditandai dengan kadar
glukosa darah sewaktu sebesar Hi mg/dl (tinggi), jumlah leukosit sebesar
13.210 /mm3 (tinggi), hemoglobin 8,9 gr/dl (rendah), eritrosit 3,06
juta/mm3(rendah) dan MCV 78,0 um3(rendah).
NC-3.2 Penurunan berat badan yang tidak diinginkan berkaitan dengan
kondisi diabetes melitus, asupan energi hanya 79% dari kebutuhan
perharinya, serta keluhan tidak nafsu makan dan mual ditandai dengan
penurunan berat badan sebanyak 14 kg.
Domain Intake
NI-2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan adanya rasa mual dan
tidak nafsu makan ditandai dengan hasil recall energi sebesar 79% (kurang),
protein 77% (kurang) dan karbohidrat 71% (kurang) dari kebutuhan
perharinya.
NI-5.1 Peningkatan kebutuhan zat besi (Fe) berkaitan dengan penyakit
anemia ditandai dengan kadar Hb 8,9 gr/dl dan asupan Fe 58% dari
kebutuhannya (kurang).
Domain Behaviour
NB-1.1 Kurangnya pengetahuan mengenai makanan dan gizi berkaitan
dengan pemilihan makanan yang kurang tepat ditandai dengan suka
mengonsumsi makanan goreng-gorengan dan manis-manisan.
12
BAB III
INTERVENSI GIZI
A. Perencanaan
Intervensi yang dilakukan kepada Ny. E terdiri dari dua bagian yaitu
terapi diet dan terapi edukasi.
1. Prinsip diet : prinsip diet yang diberikan yaitu Diet DM, Diet
Lambung, dan Diet Pasca Bedah
2. Terapi diet
1) Tujuan khusus
Membantu menurunkan kadar glukosa darah pasien
mendekati normal
Membantu meningkatkan kadar hemoglobin pasien
Mengurangi gejala dispepsia pada pasien
Mempertahankan status gizi pasien
Meningkatkan asupan sumber Fe untuk mengurangi
gejala anemia
Meningkatkan asupan makanan pada pasien
2) Syarat diet
Energi diberikan sesuai kebutuhan pasien yaitu 1.522
kkal
Protein diberikan 15 % total energi sebesar 57 gr
Lemak diberikan 25% total energi sebesar 42,3 gr.
Karbohidrat diberikan 60% dari total energi yaitu
228,3 gr
Serat diberikan 30 gr. Rendah serat, terutama serat
yang tidak larut air.
Vitamin sesuai kebutuhan yaitu vitamin C 75 mg,
asam folat 400 mcg
Mineral sesuai kebutuhan AKG yaitu Natrium sebesar
1500 mg dan Zat besi sebesar 18 mg
13
Pemilihan bahan makanan, memperhatikan bahan
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan untuk
pasien DM tipe II, Dispepsia, dan Anemia.
Makanan diberikan dengan rute oral
Makanan diberikan dalam bentuk lunak dan biasa.
(dikarenakan pasien dalam kondisi pasca bedah maka
pada intervensi hari-1 diberikan dalam bentuk lunak,
pada hari intervensi selanjutnya diberikan makanan
biasa dikarenakan atas permintaan pasien dan melihat
kondisi pasien yang tidak mengalami mual dan nafsu
makan meningkat)
Frekuensi pemberian makanan yaitu 3 kali makan
utama dan 2 kali selingan/snack
1. Terapi Edukasi:
1) Tujuan
Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga
mengenai makanan yang dikonsumsi dan dibatasi oleh
pasien terkait dengan kondisi penyakit yang dialami
pasien yaitu KAD dd honk, DM type 2, Dispepsia type
like ulcer,Typoid fever dan Anemia
Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga
mengenai terapi diet dan menu yang diberikan
Meningkatkan kesadaran pasien dan keluarga agar
dapat mematuhi diet yang telah diberikan.
Meningkatkan motivasi pasien dalam menjalankan diet
dan memotivasi pasien untuk sembuh
2) Sasaran
Pasien dan keluarga pasien
3) Waktu
Edukasi diberikan selama 15 menit pada saat pengantaran
selingan pagi.
14
4) Tempat
Ruangan rawat inap pasien di Melur Bedah
5) Metode
Edukasi diberikan menggunakan metode konseling secara
langsung kepada pasien dan keluarga di ruang rawat inap
pasien. Konseling dilakukan dengan cara ahli gizi memberikan
materi sekaligus tanya-jawab dengan pasien dan keluarga
pasien.
6) Media/Alat Bantu
leaflet mengenai KAD dd honk, DM type 2, Dispepsia type
like ulcer,Typoid fever dan Anemia dan poster manfaat
aktivitas fisik
7) Materi :
Hal-hal mengenai penyakit KAD dd honk, DM type 2,
Dispepsia type like ulcer,Typoid fever dan Anemia
seperti pengertian hingga hal-hal yang dapat
menyebabkan penyakit tersebut.
Penjelasan mengenai diet yang diberikan seperti tujuan
diet, prinsip diet, syarat diet, serta menu rekomendasi.
Makanan yang dianjurkan dan dibatasi oleh pasien
Perawatan kaki pada penderita DM
Aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi pasien saat
ini.
8) Evaluasi:
Pasien dan keluarga memahami mengenai kondisi yang
dialami pasien
Pasien dan keluarga memahami mengenai penyakit dan
penyebab dari penyakit KAD dd honk, DM type 2,
Dispepsia type like ulcer,Typoid fever dan Anemia.
Pasien dan keluarga memahami dan mematuhi tentang
diet yang harus diterapkan pada pasien
15
Pasien dan keluarga mengetahui gaya hidup yang harus
diterapkan pada pasien
Pasien dan keluarga mengetahui bahan makanan yang
dapat dikonsumsi dan dihindari oleh pasien
Pasien dan keluarga memahami dan dapat merawat
kaki pasien
B. Implementasi
1. Terapi diet
Jenis diet yang diberikan yaitu diet dm dan diet lambung
dengan kebutuhan energi sebesar 1.522 kkal, lemak 42,3 gr,
protein 57 gr, karbohidrat 228,3 gr, serat 30 gr, zat besi 18 mg,
natrium 1500 mg, vitamin C 75 mg, dan asam folat 400 mcg.
Diet diberikan melalui rute oral dengan bentuk makanan lunak
(M II) dan makanan biasa (MB)
Diet diberikan dengan frekuensi makan utama 3 kali dan
makan selingan 2 kali.
2. Terapi Edukasi
Tabel 3.1 Terapi Edukasi
Pelaksanaan Edukasi Gizi Pada Tanggal 27 Oktober 2022
Tempat Ruang rawat inap melur bedah
Topik Pengetahuan diet penyakit KAD dd honk, DM type 2 dan
Anemia
Tujuan Meningkatkan pemahaman dan kepatuhan pasien dan keluarga
mengenai diet yang diberikan
Sasaran Pasien dan keluarga pasien
Waktu 15 menit
Metode Konseling dan tanya-jawab dengan pasien dan keluarga pasien
Media Leaflet
Materi - Pengertian DM tipe 2, kadar gula darah normal, diet
DM dengan aturan 3J, panduan piring makan T, bahan
makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan bagi
penderita DM.
- Pengertian KAD dan perawatan kaki pada penderita
DM
- Pengertian, gejala, penyebab, pencegahan anemia serta
kadar hemoglobin normal.
-
16
Pelaksanaan Edukasi Gizi Pada Tanggal 27 Oktober 2022
Evaluasi - Pasien dan keluarga memahami mengenai penyakit
dan penyebab dari penyakit KAD dd honk, DM type 2
dan Anemia.
- Pasien dan keluarga memahami tentang pengaturan
makan DM pada pasien
- Pasien dan keluarga mengetahui gaya hidup yang
harus diterapkan pada pasien
- Pasien dan keluarga mengetahui bahan makanan yang
dapat dikonsumsi dan dihindari oleh pasien
- Pasien dan keluarga memahami dan dapat merawat
kaki pasien
-
17
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
A. Dampak Perilaku dan Lingkungan Terkait Gizi
Monitoring dan evaluasi mengenai dampak perilaku dan lingkungan
terkait gizi dapat diketahui berdasarkan pengetahuan pasien dan keluarga
pasien mengenai diet KAD dd honk, DM type 2, Dispepsia type like
ulcer,Typoid fever dan Anemia. Kegiatan terapi edukasi menggunakan media
leaflet. Kegiatan ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada hari intervensi 2
dan hari intervensi 3. Edukasi pertama dilaksanakan pada 27 Oktober pukul
10.00 WIB dan edukasi kedua dilaksanakan pada 28 Oktober pukul 10.00
WIB. Sasaran edukasi di kedua hari tersebut yaitu pasien dan keluarga pasien.
Metode yang digunakan untuk melihat dampak perilaku dan lingungan terkait
gizi yaitu dengan mengadakan konseling dan tanya jawab secara langsung
dengan pasien dan keluarganya. Kegiatan edukasi ini berjalan dengan
optimal, pasien dan keluarga pasien aktif menanyakan mengenai penjelasan
tentang makanan yang harus dibatasi dan dapat memengaruhi kondisi pasien.
Sebelumnya, pasien dan keluarga belum pernah mendapatkan edukasi
mengenai gizi sehingga setelah diadakan edukasi ini pasien dan keluarga
dapat memahami terkait penyakit yang dialami dan pola hidup yang harus
diubah.
Tabel 4.1 Dampak Perilaku dan Lingkungan terhadap Gizi
Indikator Waktu Metode Target Hasil
pencapaian
(FH-4.1.1) 27 - Menjelaskan Pemahaman Pasien dan keluarga
Tingkat Oktober kepada pasien pasien dan pasien cukup
pengetahuan 2022, dan keluarga keluarga pasien memahami mengenai
tentang pukul mengenai mengenai penyakit diabetes
makanan dan 10.00 penyakit DM penyakit diabetes melitus, KAD, dan
gizi WIB tipe 2, kadar melitus, KAD, anemia serta diet dan
gula darah dan anemia serta pengaturan makan
normal, diet dan pada pasien DM. Hal
perawatan kaki pengaturan ini dapat dilihat
penderita DM. makan pada melalui respon
Mengenai pasien diabetes pasien dan keluarga
penyakit KAD melitus. yang aktif saat
dan hal-hal berlangsungnya
mengenai kegiatan konseling.
anemia
18
Indikator Waktu Metode Target Hasil
pencapaian
- Menjelaskan
kepada pasien
mengenai aturan
diet 3J, piring T
pada pasien DM,
serta makanan
yang dianjurkan
dan dibatasi pada
pasien DM.
- Melakukan tanya
jawab dengan
pasien dan
keluarga
(FH-4.1.1) 28 - Menjelaskan Pemahaman Pasien dan keluarga
Tingkat Oktober kepada pasien pasien dan pasien cukup
pengetahuan 2022, mengenai syarat keluarga pasien memahami mengenai
tentang pukul diet, prinsip diet, mengenai diet KAD, Diabetes
makanan dan 10.00 tujuan diet, penyakit Melitus tipe 2,
gizi WIB makanan yang dyspepsia dan Dyspepsia type like
dianjurkan dan demam tifoid. ulcer,Typoid fever
dibatasi. Pemahaman dan Anemia. Hal ini
- Menjelaskan mengenai diet dapat dilihat melalui
kepada pasien dan yang diberikan respon pasien dan
keluarga pasien untuk pasien keluarga yang aktif
mengenai KAD, Diabetes saat berlangsungnya
penyakit Melitus tipe 2, kegiatan konseling.
dyspepsia dan Dyspepsia type
demam tifoid like ulcer,Typoid
- Melakukan tanya fever dan Anemia
jawab dengan .
pasien dan
keluarga pasien
19
Tabel 4.2 Tabel Analisis Recall Intervensi 1 (26 Oktober 2022)
Energi Protein Lemak Karbohidrat Fe
(kkal) (gr) (gr) (mg) (mg)
Asupan RS 1531 51,8 45,2 205,2 15,4
Kebutuhan 1522 57 42,3 228,3 18
%Asupan 101 91 107 90 86
Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
(Supariasa,2012)
Berdasarkan hasil Food-Recall 24 jam dan hasil penimbangan sisa makanan
pada intervensi hari pertama Ny. E, dapat diketahui bahwa tak ada sisa
makanan yang ditemukan dan rata-rata asupan Ny. E tergolong cukup dari
kebutuhannya. Pada hari tersebut Ny. tidak mengkonsumsi makanan selain
dari makanan yang diberikan rumah sakit.
Tabel 4.3 Tabel Analisis Recall Intervensi 2 (27 Oktober 2022)
Energi Protein Lemak Karbohidrat Fe
(kkal) (gr) (gr) (mg) (mg)
Asupan RS 1533 55,5 44,7 228,5 14,56
Kebutuhan 1522 57 42,3 228,3 18
%Asupan 101 97 105 100 81
Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
(Supariasa,2012)
Berdasarkan hasil Food-Recall 24 jam dan hasil penimbangan sisa makanan
pada intervensi hari kedua Ny. E, dapat diketahui bahwa tak ada sisa
makanan yang ditemukan dan rata-rata asupan Ny. E tergolong kategori
cukup dari kebutuhannya. Pada hari tersebut Ny. tidak mengkonsumsi
makanan selain dari makanan yang diberikan rumah sakit.
Tabel 4.4 Tabel Analisis Recall Intervensi 3 (28 Oktober 2022)
Energi Protein Lemak Karbohidrat Fe
(kkal) (gr) (gr) (mg) (mg)
Asupan RS 1619 57,7 35,2 242,4 14,3
Kebutuhan 1522 57 42,3 228,3 18
%Asupan 106 101 83 106 80
Kategori Cukup Cukup Cukup Cukup Cukup
(Supariasa,2012)
Berdasarkan hasil Food-Recall 24 jam dan hasil penimbangan sisa makanan
pada intervensi hari ketiga Ny. E, dapat diketahui bahwa tak ada sisa
makanan yang ditemukan dan rata-rata asupan Ny. E tergolong cukup dari
20
kebutuhannya. Pada hari tersebut Ny. tidak mengkonsumsi makanan selain
dari makanan yang diberikan rumah sakit.
Pemantauan asupan makanan pada pasien dilakukan untuk
mengetahui asupan pasien selama dirawat di rumah sakit. Evaluasi dilakukan
untuk mengetahui besar persentase jumlah asupan makan pasien untuk
selanjutnya dibandingkan dengan kebutuhan gizi pasien.
Energi
1650
1619
1600
1550 1533
1531
1522 1522
1500 1522
1450
26-Okt 27-Okt 28-Okt
26-Okt 27-Okt 28-Okt
Asupan 1531 1533 1619
Kebutuhan 1522 1522 1522
Protein
59
58 57,7
57 57
57 57
56
55,5
55
54
53
52 51,8
51
50
26-Okt 27-Okt 28-Okt
26-Okt 27-Okt 28-Okt
Asupan 51,8 55,5 57,7
Kebutuhan 57 57 57
21
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa asupan
protein Ny. E pada hari pertama hingga hari ketiga intervensi
mengalami kenaikan dan asupan tergolong kategori cukup.
Lemak
50
45,2
45 44,7
42,3
40 42,3 42,3
35 35,2
30
25
20
26-Okt 27-Okt 28-Okt
26-Okt 27-Okt 28-Okt
Asupan 45,2 44,7 35,2
Kebutuhan 42,3 42,3 42,3
22
Karbohidrat
260
240 242,4
228,5
228,3
228,3
220 228,3
205,2
200
180
26-Okt 27-Okt 28-Okt
26-Okt 27-Okt 28-Okt
Asupan 205,2 228,5 242,4
Kebutuhan 228,3 228,3 228,3
20
18 18
18 18
16
12
10
26-Okt 27-Okt 28-Okt
26-Okt 27-Okt 28-Okt
Asupan 15,4 14,6 14,3
Kebutuhan 18 18 18
23
dikonsumsi oleh Ny. E pada hari intervensi ketiga yaitu lebih rendah
kandungan zat besi jika dibandingkan dengan bahan makanan pada
intervensi pertama dan kedua.
24
Monitoring antropometri dalam memantau berat badan dilakukan
dengan cara mengukur LILA Ny. E dikarenakan kondisi pasien yang masih
lemas dan pasien tidak mampu berdiri dikarenakan nyeri dikaki pasca bedah.
Pengukuran LILA dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada tanggal 25 Oktober
2022 dan 28 Oktober 2022. Hasil pengukuran LILA pada tanggal 25 Oktober
2022 yaitu 25,1 cm dan pada hari terakhir intervensi yaitu 28 Oktober 2022
hasil pengukuran yaitu 25,3 cm.
Tabel 4.7 Perkembangan Data Antropometri Pasien
Antropometri 25/10/2022 28/10/2022
LILA 25,1 cm 25,3 cm
25
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Skrining dan Antropometri
Skrining gizi merupakan suatu proses yang dilakukan sebagai upaya
penapisan gizi pasien untuk mendeteksi pasien yang berisiko malnutrisi.
Tujuan dilakukan skrining gizi di rumah sakit yaitu untuk menentukan
intervensi yang sesuai untuk diberikan kepada pasien (Iqbal & Puspaningtyas,
2018). Terdapat beberapa instrumen skrining gizi, instrumen skrining gizi
yang dilakukan terhadap Ny. E menggunakan tools MST (Malnutrition
Screening Tools). MST merupakan alat skrining gizi yang digunakan pada
pasien dewasa di rumah sakit (Shaw et al., 2014 dalam Iqbal &
Puspaningtyas, 2018). MST memiliki tingkat validitas dan realibilitas yang
baik dengan grade II (Skipper et al., n.d. dalam Iqbal & Puspaningtyas,
2018). Terdapat validitas prediktif antara MST dengan lama rawat inap
dengan nilai sensitivitas 93% dan spesivisitas 93%.
Berdasarkan skrining gizi yang dilakukan terhadap Ny. E yaitu
mendapatkan skor “4”. Menurut (Agarwal et al., 2012; Ferguson et al., 1999
dalam Iqbal & Puspaningtyas, 2018). jika total skor <2 menandakan tidak
beresiko malnutrisi dan jika total skor ≥ 2 menandakan beresiko malnutrisi.
Sehingga dapat diketahui bahwa berdasarkan skrining gizi menggunakan
MST Ny. E beresiko malnutrisi. Hal ini dapat dipengaruhi karena , Ny.E
mengalami penurunan asupan makan yang memberikan skor sebesar 1. Selain
itu, Ny. E juga mengalami penurunan berat badan hingga 14 kg yang
memberikan skor sebesar 3 sehingga mempengaruhi besar skor skrining.
Pengukuran antropometri juga dilakukan terhadap Ny.E untuk
mengetahui status gizi. Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi
tubuh dan komposisi dasar tubuh manusia pada tingkat umur dan gizi yang
berbeda. Antropometri terdiri dari dua jenis pengukuran yaitu antropometri
ukuran tubuh dan komposisi tubuh (Iqbal & Puspaningtyas, 2018).
Pengukuran antropometri pada Ny. E yaitu ukuran tubuh. Berdasarkan hasil
pengukuran antropometri Ny. E yang memiliki berat badan 49 kg dan tinggi
26
badan 155 cm dimana nilai IMT yaitu 20,4 kg/m2 hal ini menunjukkan bahwa
status gizi Ny. E termasuk kategori normal berdasarkan Kemenkes RI 2014.
27
Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF)
menunjukkan bahwa 1 dari 12 orang di dunia yang menderita penyakit DM,
rata-rata penderita DM tidak mengetahui jika dirinya mengalami DM,
biasanya penderita mulai sadar dirinya mengalami DM ketika muncul
komplikasi yang terlihat jelas (Sartika, 2019). Faktor risiko kejadian diabetes
melitus tipe 2 yaitu usia, aktivitas fisik, IMT, gaya hidup, hingga riwayat
keluarga. Diabetes dapat mempengaruhi sistem organ tubuh manusia dalam
jangka waktu tertentu yang biasa disebut sebagai komplikasi. Salah satu
komplikasi dari diabetes melitus yaitu KAD. Ketoasidosis diabetik (KAD)
merupakan komplikasi akut DM yang disebabkan oleh kekurangan insulin.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Carles, 2019) bahwa
pasien diabetes melitus yang kadar gula darahnya meningkat akan mengarah
ke komplikasi KAD. Sehingga dapat diketahui bahwa, Ny. E mengalami
KAD akibat komplikasi dari penyakit diabetes melitus yang dialami. Ny. E
mengalami luka di kakinya yang mengharuskan ia untuk melakukan operasi
luka di kaki ini disebut juga sebagai kaki diabetes.
Kaki diabetes merupakan salah satu masalah kesehatan utama pada
pasien diabetes melitus tipe 2. Masalah kaki diabetes diperkirakan terjadi
pada 15-25% pada pasien diabetes melitus tipe 2 (Dorresteijn et al., 2014).
Pasien beresiko tinggi mengalami ulserasi pada kaki dan luka yang lama
sembuh. Kondisi ini kemudian diistilahkan dengan luka kaki diabetes (Black
& Hawks, 2009 dalam Desak Putu Indradewi, I Gusti Agung Ayu Sherlyna
Prihandhani & Darmawan, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh (Desak Putu Indradewi, I Gusti Agung Ayu Sherlyna Prihandhani &
Darmawan, 2020) bahwa manajemen diabetes yang meliputi pengaturan diet,
aktivitas fisik, pengobatan, pengontrolan kadar gula darah, perawatan kaki
berperan penting dalam mencegah progresivitas komplikasi pada pasien
diabetes melitus tipe 2. Ny. E juga telah melakukan operasi pada luka di
kakinya sehingga Ny. E perlu memperhatikan cara perawatan kakinya. Hal
ini dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi lainnya pada
kaki pasien. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Mentari & Halid,
2019) menunjukkan bahwa semakin baik perilaku hidup sehat maka semakin
28
menurun kadar kreatinin pada penderita diabetes melitus. Menurut
(PERKENI, 2021) terdapat beberapa perilaku hidup sehat bagi pasien DM
yaitu dengan memenuhi anjuran:
Mengikuti pola makan sehat
Meningkatkan kegiatan dan latihan jasmani secara teratur
Menggunakan obat DM secara teratur
Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan
memanfaatkan hasil pemantauan untuk keberhasilan pengobatan
Melakukan perawatan kaki secara berkala
Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada
Berdasarkan wawancara diketahui bahwa sebelumnya pola makan Ny.
E masih mengonsumsi makanan manis berlebihan dan Ny. E juga jarang
berolahraga. Oleh karena itu, beberapa anjuran dari perilaku hidup sehat
diatas dapat diterapkan oleh Ny. E sebagai proses dari penyembuhan penyakit
diabetes melitus, KAD, dan luka kaki diabetes yang dialami serta untuk
mencegah terjadinya komplikasi lainnya.
Anemia pada Ny. E dapat disebabkan karena komplikasi dari diabetes
dan perdarahan akibat luka yang dialami. Menurut (WHO, 2011) anemia
yaitu suatu kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah
dari normal. Berdasarkan hasil laboratorium didapatkan bahwa kadar
hemoglobin Ny. E yaitu 8,9 gr/dl yang menunjukkan bahwa kadar
hemoglobin Ny. E lebih rendah dari nilai normal. Anemia dapat disebabkan
karena defisiensi zat gizi pada penderita penyakit infeksi serta mengalami
perdarahan akibat luka yang mengakibatkan kadar Hb menurun
(KEMENKES, 2018). Anemia sering dikaitkan sebagai salah satu dari
komplikasi diabetes melitus. Komplikasi vaskular pada penderita diabetes
berhubungan dengan anemia karena dapat menggangu proses penyembuhan
luka. Hal ini karena, rendahnya oksigen dalam darah karena kadar
hemoglobin yang rendah dapat mengakibatkan penyembuhan luka yang
semakin lama. Peradangan menjadi penyebab umum anemia pada pasien
diabetes terutama dengan ulkus kaki diabetikum (Pujiastuti & Hapsari, 2014).
Sehingga dapat diketahui bahwa anemia yang terjadi pada Ny. E dapat
29
disebabkan karena peradangan pada ulkus kaki diabetikum dan defisiensi
asupan zat gizi zat besi berdasarkan hasil recall yaitu 58% dari kebutuhan.
Kondisi kurangnya nafsu makan pada Ny. E saat sebelum masuk
rumah sakit dapat disebabkan karena kondisi dispepsia yang dialami.
Dispepsia merupakan sekumpulan gangguan kompleks yang mengacu pada
gejala seperti nyeri atau tak nyaman di perut, mual, muntah, perut terasa
penuh dan kembung. Secara global terdapat 15-40% penderita dispepsia dan
sekitar 8-30% prevalensi penderita dispepsia di Asia (Purnamasari, 2017)
Kondisi dispepsia dapat menyebabkan asupan berkurang, penekanan asam
lambung yang menyebabkan kekurangan zat gizi pada tubuh. Hal ini sesuai
dengan kondisi gejala yang dialami oleh Ny. E yaitu nyeri ulu hati, perut
terasa kembung, tidak selera makan, mual, dan flatus. Dispepsia juga dapat
disebabkan karena akibat dari penyakit KAD. Menurut (Belloa et al., 2018),
kondisi KAD menyebabkan terjadi hiperglikemia akut disertai dengan
gangguan motilitas gastrointestinal (esofagus, lambung, dan kandung
empedu) mengakibatkan nyeri perut dan dispepsia. Sehingga dapat diketahui
bahwa kondisi dispepsia pada Ny. E juga disebabkan karena penyakit KAD
yang telah dialami oleh Ny. E.
Thypoid Fever atau demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut
yang mengenai saluran pencernaan dengan gejala seperti demam lebih dari
tujuh hari hingga gangguan pada saluran cerna. Hal ini sesuai dengan gejala
yang dialami oleh Ny. E yaitu mengalami demam naik turun sejak 3 hari
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Demam tifoid disebabkan oleh infeksi
bakteri Salmonella typhi. Demam tifoid merupakan salah satu penyakit
menular. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang
tercemar (Melarosa et al., 2019). Penyakit demam tifoid sangat berkaitan erat
dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat, lingkungan
tempat tinggal, dan kebersihan tempat-tempat umum yang masih kurang serta
perilaku masyarakat yang kurang terhadap hidup sehat. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh (Paputungan et al., 2016) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti
kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air besar dan
30
sebelum makan, serta kebiasaan makan di luar rumah dengan kejadian
demam tifoid. Oleh karena itu, PHBS menjadi hal yang harus diperhatikan
oleh Ny. E mulai dari lingkungan tempat tinggal hingga kebersihan di tempat
umum, hal ini untuk mencegah penularan kembali dari penyakit demam tifoid
dan mencegah dari infeksi penyakit menular lainnya.
31
Penurunan sekresi insulin oleh sel-sel beta
pankreas dan atau resistensi insulin
Peningkatan hormon
kontra regulator
(glukagon, ketokolamin, Kenaikan gula dalam darah
kortisol, dan hormon
pertumbuhan)
Hb menurun
Anemia
32
Kuman Salmonella Typhi masuk ke
saluran cerna
Peningkatan asam
lambung Sebagian hidup dan Sebagian menembus
menetap lamina propia
Mual, muntah
Perdarahan Masuk aliran limfe
(Dispepsia)
Perforasi Masuk dalam kelenjar
Intake makanan limfe mesentrial
kurang
Peritonitis
Menembus dan masuk
aliran darah
Gangguan nutrisi
kurang dari Nyeri tekan
kebutuhan tubuh Masuk dan bersarang dihati
dan limfa
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
Hepatomegali,
splenomegali
33
C. Analisis Diagnosis Gizi
Terdapat 3 domain diagnosis gizi yang ditegakkan kepada Ny.E, yaitu
klinis, asupan (intake), dan kebiasaan (behavior). Pada domain klinis yang
ditegakkan diagnosis NC-2.2 yaitu perubahan nilai laboratorium terkait gizi
berkaitan dengan penyakit diabetes melitus tipe II, anemia dan thypoid fever
ditandai dengan kadar glukosa darah sewaktu Ny. E sebesar Hi mg/dl
(tinggi), jumlah leukosit sebesar 13.210 /mm3 (tinggi), hemoglobin 8,9 gr/dl
(rendah), eritrosit 3,06 juta/mm3(rendah) dan MCV 78,0 um3(rendah). Saat
gula atau glukosa darah dalam tubuh tidak terkontrol akibat gangguan
sensitivitas sel pankreas dalam menghasilkan hormon insulin maka
menimbulkan kondisi diabetes melitus tipe 2. Kenaikan jumlah leukosit
diatas batas normal merupakan suatu tanda bahwa tubuh sedang mengalami
kondisi infeksi akut atau aktif oleh mikroorganisme jenis bakteri. Hal ini
berkaitan dengan demam typoid yang merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri (Warsyidah & Risnawati, 2020). Kadar hemoglobin,
MCV dan eritrosit yang rendah tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Setiawan et al., 2019). Diagnosis
selanjutnya yaitu NC-3.2 Penurunan berat badan yang tidak diinginkan pada
Ny.E berkaitan dengan kondisi diabetes melitus, asupan energi hanya 78%
dari kebutuhan perhari Ny.E serta keluhan tidak nafsu makan dan mual
ditandai dengan penurunan berat badan Ny.E sebanyak 14 kg. Kehilangan
berat badan karena kurangnya asupan energi hal ini disebabkan juga karena
penurunan nafsu makan dan mual serta salah satu efek dari kondisi diabetes
melitus yang dialami oleh Ny. E.
Pada domain intake, ditegakkan diagnosis NI-2.1 Asupan oral tidak
adekuat pada Ny.E berkaitan dengan adanya rasa mual dan tidak nafsu makan
yang dialami oleh Ny.E ditandai dengan hasil recall Ny.E energi sebesar
79% (kurang), protein 77% (kurang) dan karbohidrat 71% (kurang) dari
kebutuhan perharinya. Asupan makanan dikatakan kurang apabila persentase
kebutuhan <80%, cukup jika 80-110% dan berlebih jika >110%. Asupan
Ny.E tidak memenuhi kebutuhannya karena masih kurang dari 80%. Hal ini
dapat dipengaruhi karena Ny.E tidak nafsu makan dan rasa mual yang
34
dialaminya. Diagnosis selanjutnya yaitu NI-5.1 peningkatan kebutuhan zat
besi (Fe) berkaitan dengan penyakit anemia pada Ny.E ditandai dengan kadar
Hb 8,9 gr/dl dan asupan Fe Ny.E hanya 58% dari kebutuhannya (kurang).
Salah satu penyebab dari anemia yaitu defisiensi zat besi, kurangnya asupan
makanan pada Ny. E mempengaruhi berkurangnya jumlah asupan Fe yang
dikonsumsi sehingga dibutuhkan peningkatan kebutuhan zat gizi Fe pada Ny.
E.
Pada domain behavior ditegakkan diagnosis NB-1.1 Kurangnya
pengetahuan mengenai makanan dan gizi pada Ny.E berkaitan dengan
pemilihan makanan yang kurang tepat ditandai dengan Ny.E suka
mengonsumsi makanan goreng-gorengan dan manis-manisan. Ny.E dan
keluarga belum pernah mendapatkan informasi atau edukasi mengenai gizi.
Dalam pemberian edukasi juga memfokuskan untuk memotivasi agar pasien
merubah pola makan menjadi lebih baik dan memotivasi pasien agar sembuh
untuk menghindari pasien dari stress akibat nyeri post op.
35
metabolik yang dialami oleh pasien. Dari perhitungan tersebut didapatkan
bahwa kebutuhan energi Ny. E adalah 1.522 kkal, protein 57 gr, lemak 42,3
gr, karbohidrat 228,3 gr, natrium dapat diberikan 1500 mg per hari. Serat
diberikan 30 gr/hari. Pemberian serat pada Ny.E diutamakan serat larut air,
hal ini karena saat didalam lambung serat larut air dan komponen kental serat
menunda pengosongan isi lambung (Israil, 2018). Selain itu, serat larut air
akan menyerap banyak air didalam lambung dan membentuk makanan
menjadi lebih viskos. Makanan yang lebih viskos akan memperlambat proses
pencernaan sehingga proses penyerapan glukosa akan melambat. Penyerapan
glukosa yang melambat menyebabkan menurunnya kadar glukosa darah
(Soviana & Maenasari, 2019). Dianjurkan rendah konsumsi serat tidak larut
air, hal ini karena serat tidak larut air dapat menyebabkan kembung. Asupan
zat gizi mikro pada Ny.E diberikan sesuai dengan AKG 2019 yaitu zat besi
(Fe) sebesar 18 mg/hari, natrium 1500 mg, asam folat 400 mcg, dan vitamin
C sebesar 75 mg. Pemberian Fe perlu diperhatikan karena Ny. E mengalami
anemia yang menyebabkan kadar hemoglobin dalam tubuhnya rendah. Asam
folat berperan dalam pembentukan sel darah merah (Machmud & Thamrin,
2019). Salah satu cara untuk menbantu pembentukan hemoglobin diperlukan
asupan zat besi. Vitamin C merupakan zat gizi yang dapat mengoptimalkan
penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga diperlukan asupan vitamin C
sesuai kebutuhan. Vitamin C juga dapat menghambat kerusakan asam folat.
Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sarmadi et al., 2021)
menunjukkan bahwa vitamin C memiliki efek meningkatkan aktivitas
kloramfenikol dalam menghambat pertumbuhan Salmonella typhi, yang mana
merupakan bakteri penyebab demam tifoid. Menurut (Thahir & Ukkas,
2020), pemberian natrium pada penderita diabetes melitus berpengaruh dalam
menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh dan meningkatkan kerja otot
jantung sehingga jantung akan memompa aliran darah lebih optimal untuk
memenuhi kebutuhan tubuh.
Dalam pemberian intervensi perlu memperhatikan bahan makanan
yang dianjurkan dan dibatasi sesuai dengan penyakit Ny.E. Selain itu,
pertimbangan dalam pemilihan makanan juga melihat kondisi alergi pasien,
36
dimana Ny. E memiliki alergi terhadap udang. Pemberian jenis makanan pada
hari intervensi berdasarkan kesediaan yang terdapat di Instalasi Gizi RSUD
Sultan Sulaiman. Sumber protein yang diberikan berupa ikan kembung, ikan
lele, dan ayam. Sumber karbohidrat yang diberikan yaitu nasi putih. Dalam
pemberian bubur sumsum terdapat perbedaan antara pasien DM dengan
pasien lainnya yaitu untuk pasien DM tidak diberikan gula merah. Selain itu,
pemilihan selingan pagi berdasarkan kesediaan dari rumah sakit dan
dibedakan pemilihan kue untuk pasien DM dan pasien non DM. Pada
pemilihan selingan sore yaitu diberikan buah-buahan, hal ini bertujuan untuk
meningkatkan asupan serat Ny.E. Salah satu cara untuk menjaga agar gula
darah pada penderita DM tipe 2 dalam batas normal yaitu dengan
memperhatikan nilai ig Glikemik (IG) pangan yang dikonsumsi. Salah satu
faktor yang mempengaruhi nilai IG produk pangan yaitu kadar serat pangan.
Semakin tinggi nilai kadar serat pangan total maka nilai IG pangan tersebut
semakin rendah (Arif et al., 2013). Pemilihan puding buah naga pada selingan
sore di menu rekomendasi sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Megawati & Amiroh, 2022) yang menunjukkan bahwa produk pudding
diabet yang dibuat dari buah naga dapat diklaim sebagai produk tinggi/kaya
serat pangan dan dapat memenuhi kebutuhan serat pangan wanita dewasa
yang dianjurkan PERKENI. Hasil perhitungan intervensi gizi yang dilakukan
selama 3 hari pada Ny. E menunjukkan bahwa kebutuhan zat gizi seperti
energi, protein, lemak, karbohidrat, Na, Fe, Vitamin C sudah mencukupi.
Pemberian terapi edukasi mengenai kondisi penyakit yang dialami, bahan
makanan yang dianjurkan dan dibatasi oleh pasien.
37
menjadi 25,3 cm. Hal ini jika dikaitkan berhubungan dengan kenaikan nafsu
makan pasien yang sangat membaik berdasarkan hasil food recall 24 jam.
Pada domain fisik/klinis, berdasarkan hasil pemantauan keluhan
terkait tanda gejala fisik yang dirasakan oleh Ny. E secara terus menerus
yaitu lemas, nyeri post op dan pucat. Hal ini karena kondisi pasca bedah yang
dilakukan oleh Ny. E berupa tindakan operasi debridement dan memicu rasa
nyeri di bagian kaki pasca operasi. Selain itu, kondisi keluhan tersebut juga
berhubungan dengan kondisi Ny. E yang mengalami anemia dan ditandai dari
kadar hemoglobin yang rendah. Keluhan fisik yang secara terus-menerus
tidak lagi dirasakan Ny.E selama intervensi berlangsung yaitu mual, tidak
selera makan, perut terasa kembung, sesak, demam, dan nyeri ulu hati.
Berdasarkan gejala dan tanda klinis pada Ny. E yang termasuk stabil yaitu
tekanan darah, heart rate dan respiratory rate hal ini sejalan dengan sesak
nafas yang tidak pernah dirasakan lagi oleh Ny.E, suhu tubuh yang menurun,
dan tekanan darah Ny.E juga termasuk kategori normal.
Pada domain biokimia, nilai biokimia yang dipantau adalah nilai yang
terkait dengan kondisi pasien. Frekuensi pemantauan disesuaikan dengan
jadwal pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu untuk pemeriksaan kadar gula
darah setiap hari dan pemeriksaan keseluruhan yaitu 1 kali/4 hari. Sebelum
pemberian intervensi diketahui pemeriksaan kadar gula darah pada tanggal 22
Oktober 2022 hingga hari terakhir pemberian intervensi yaitu pada tanggal 28
Oktober 2022 dapat dilihat bahwa kadar gula darah Ny.E mengalami
penurunan yang dari sebelum diberikan intervensi yaitu pada pemeriksaan
GDS, dari Hi mg/dl hingga 135 mg//dl. Upaya yang dilakukan untuk
menurunkan kadar glukosa darah Ny. E selama intervensi yaitu dengan
memberikan selingan sore berupa buah-buahan yang memiliki indeks
glikemik (IG) rendah. Selain itu terdapat peningkatan pada pemeriksaan
kadar hemoglobin pasien. Sebelum intervensi yaitu pada tanggal 22 Oktober
2022 menunjukkan kadar Hb 8,9 gr/dl dan pada pemeriksaan hari terakhir
intervensi yaitu pada tanggal 28 Oktober 2022 meningkat menjadi 10,8 gr/dl.
Pada domain asupan, hari ke-1 intervensi yaitu 26 Oktober 2022
pasien termasuk patuh dalam menjalani diet dan habis mengonsumsi
38
makanan yang diberikan. Hal ini dipengaruhi juga dari nafsu makan Ny. E
yang sudah cukup membaik sehingga dapat menghabiskan diet yang
diberikan. Dapat dilihat berdasarkan hasil food-recall 24 jam yang
menunjukkan bahwa asupan energi mencapai 101%, protein 91%, lemak
107%, karbohidrat 90%, dan Fe 86%. Ny. E mengaku tidak mengonsumsi
makanan selain dari rumah sakit.
Pada hari ke-2 intervensi yaitu 27 Oktober 2022 pasien patuh seperti
hari pertama dalam menjalani diet dan habis mengonsumsi makanan yang
diberikan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan hasil food-recall 24 jam yang
menunjukkan bahwa asupan energi mencapai 101%, protein 97%, lemak
105%, karbohidrat 100%, dan Fe 81%. Ny. E mengaku tidak mengonsumsi
makanan selain dari rumah sakit.
Pada hari ke-3 intervensi yaitu 28 Oktober 2022 pasien patuh seperti
halnya pada hari pertama dan kedua dalam menjalani diet dan habis
mengonsumsi makanan yang diberikan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
hasil food-recall 24 jam yang menunjukkan bahwa asupan energi mencapai
106%, protein 101%, lemak 83%, karbohidrat 106%, dan Fe 80%. Ny. E
mengaku tidak mengonsumsi makanan selain dari rumah sakit.
39
BAB VI
KESIMPULAN
Pasien Ny. E didiagnosis medis mengalami Penyakit Kad Dd Honk + DM
Type 2 + Dispepsia Type Like Ulcer + Typoid Fever + Anemia. Assesment dilakukan
pada tanggal 24 dan 25 Oktober 2022 dan dilanjutkan dengan intervensi gizi selama
3 hari yaitu pada tanggal 26,27, dan 28 Oktober 2022. Selama pemberian intervensi
berlangsung kondisi Ny. E lemas namun nafsu makan sudah sangat membaik dan
tidak lagi mengalami mual sehingga dapat menghabiskan diet yang diberikan. Jenis
diet yang diberikan kepada Ny. E yaitu Diet Diabetes Melitus, Diet lambung, dan
Diet Pasca Bedah, dimana kebutuhan asupan harian Ny. E dihitung berdasarkan
rumus PERKENI,2021.
Selama pelaksanaan intervensi serta monitoring dan evaluasi Ny. E dan
keluarga sudah mulai memahami bagaimana pola hidup yang sehat, apa saja bahan
makanan yang dianjurkan dan dibatas untuk pasien. Pasien dan keluarga juga sudah
mulai mengerti dan sadar tentang pentingnya hidup yang lebih sehat dengan
memperhatikan asupan makan, menjalankan diet yang diberikan dan pentingnya
aktivitas fisik.
40
DAFTAR PUSTAKA
Academy of Nutrition and Dietetics. (2013). International Dietetics & Nutrition
Terminology (IDNT) Reference Manual :Standarized Language for The
Nutrition Care Process (4rd Edition). Chicago.
Arif, A. Bin, Budiyanto, A., & Hoerudin. (2013). Glicemic Index of Foods and Its
Affecting Factors. Jurnal Litbang Pertanian, 32(3), 91–99.
Belloa, C. T., Fernandesb, M. F. G. F., & Oliveiraa, M. M. (2018). Abdominal Pain
in Diabetic Ketoacidosis: Beyond the Obvious. Journal of Endocrinology and
Metabolism, 8(2–3).
Carles, L. R. (2019). Hubungan Nilai Early Warning Score (Ews) Dengan Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Di Ruangan Penyakit Dalam Di
Rsud Tengku Rafi’an Kabupaten Siak. Ensiklopedia of Journal, 2(1).
Desak Putu Indradewi, I Gusti Agung Ayu Sherlyna Prihandhani, A. A. K. N., &
Darmawan. (2020). Hubungan Manajemen Diabetes Dengan Kejadian Luka
Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Community of Publishing in
Nursing (COPING), 8(1).
Dorresteijn, J., Assendelft, D., Kriegsman, W., Dorresteijn, V. G. J., Dorresteijn, J.
A., D M Kriegsman, & … Valk, G. D. (2014). Patient education for
preventing diabetic foot ulceration. Cochrane Database of Systematic
Reviews. https://doi.org/doi.org/10.1002/14651858.CD001488.pub5
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. J MAJORITY, 4(5).
Handayani, D., Anggraeny, O., Dini, C. Y., Kurniasari, F. N., Kusumastuty, I.,
Tritisari, K. P., Mutiyani, M., & Erliana, U. D. (2015). Nutrition Care
Process (NCP). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Israil. (2018). Pengaruh Bubur Tepung Tapioka (Amylum Manihot) Kombinasi Madu
(Caiba Pentandra) Terhadap Skala Nyeri Epigastrik Pada Penderita
Dispepsia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Siring Kecamatan Samarinda
Utara. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.
Iqbal, M., & Puspaningtyas, D. E. (2018). Penilaian Status Gizi ABCD. Jakarta:
Salemba Medika.
KEMENKES. (2018). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Pada
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS). Kementerian Kesehatan
41
Republik Indonesia.
Kian, C., Monica, G., Ruby, Evaria, & Dionicie Putri. (2019). MIMS Indonesia
Petunjuk Konsultasi (Edisi 19). Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Lestari, Zulkarnain1, & Sijid1, S. A. (2021). Diabetes Melitus: Review Etiologi,
Patofisiologi, Gejala, Penyebab, Cara Pemeriksaan, Cara Pengobatan dan
Cara Pencegahan. Jurnal Biologi.
Machmud, A., & Thamrin, H. (2019). Perbandingan Pemberiaan Tablet Fe + Asam
Folat dan Tablet Fe + Vitamin C Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin.
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 10(4).
Megawati, L., & Amiroh. (2022). Manajemen diit pasien Diabetes Melitus dengan
buah naga merah. IKARS, 1(02), 044–049.
Melarosa, P. R., Ernawati, D. K., & Mahendra, A. N. (2019). Pola Penggunaan
Antibiotika Pada Pasien Dewasa Dengan Demam Tifoid Di Rsup Sanglah
Denpasar Tahun 2016-2017. E-Jurnal Medika, 8(1).
Mentari, I. N., & Halid, I. (2019). Hubungan Perilaku Hidup Sehat Dengan
Peningkatan Kadar Kreatinin Pada Penderita Diabetes Melitus. Media of
Medical Laboratory Science, 3(2).
NiaGita.RK, C. R., & Mardina, V. (2019). Pemeriksaan Jumlah Leukosit, Laju
Endap Darah Dan Bakteri Tahan Asam (Bta) Pada Pasien Penyakit
Tuberculosis Paru Di Rsud Langsa. Jurnal Biologica Samudra, 06(15).
Panji, I. P. A. S., & Sulaiman, M. V. (2016). Ketoasidosis Diabetikum. Bali: FK
UNUD.
Paputungan, W., Rombot, D., & H.Akili, R. (2016). Hubungan Antara Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat Dengan Kejadian Demam Tifoid Di Wilayah Kerja
Puskesmas Upai Kota Kotamobagu Tahun 2015. PHARMACON Jurnal
Ilmiah Farmasi, 5(2).
PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus 2
Dewasa di Indonesia. PB. PERKENI.
Permenkes. (Peraturan Menteri Kesehatan). (2019). Angka Kecukupan Gizi Yang
Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia .
Persatuan Ahli Gizi Indonesia ASDI.(2019). Penuntun Diet dan Terapi Gizi. Edisi
Ke-4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
42
Purnamasari, L. (2017). Faktor Risiko, Klasifikasi, dan Terapi Sindrom Dispepsia.
Continuing Medical Education, 44(12).
Sarmadi, M.Nizar, & Sari, W. P. (2021). Efek Penambahan Vitamin C Terhadap
Aktivitas kloramfenikol Dalam Menghambat Pertumbuhan salmonella Typhi
secara in Vitro. Jurnal Kesehatan Pharmasi (JKPharm), 3(2).
Sartika, F. (2019). Kadar HbA1c pada pasien wanita penderita diabetes mellitus tipe
2 di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Journal Of Medical
Laboratory Technology, 2(1), 97–101.
Setiawan, I. W. A., Merta, I. W., & Sudarmanto, I. G. (2019). Gambaran Indeks
Eritrosit Dalam Penentuan Jenis Anemia Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik
Di Rsud Sanjiwani Gianyar. Meditory, 7(2).
Soviana, E., & Maenasari, D. (2019). Asupan Serat, Beban Glikemik Dan Kadar
Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan,
12(1).
Suryani, I., Isdiany, N., & Kusumayanti, G. D. (2018). Bahan Ajar Dietetika
Penyakit Tidak Menular. Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber
Daya Manusia Kesehatan. Jakarta: Kemenkes.
Wahyuni, S., Hasneli, Y., & Ernawaty, J. (2018). Hubungan Kadar Gula Darah
Dengan Terjadinya Gangren Pada Pasien Diabetes Mellitus. Urnal Online
Mahasiswa (JOM).
Thahir, S., & Ukkas, D. Y. (2020). Gambaran Nilai Elektrolit (Natrium-Kalium)
Pada Penderita Dm (Diabetes Mellitus) Di Rumah Sakit Umum Wisata
Universitas Indonesia Timur. Jurnal Media Laboran, 10(2).
Warsyidah, A. A., & Risnawati. (2020). Gambaran Leukosit Pada Penderita Demam
Typoid 1-3 Hari Di Rsu Wisata Uit Makassar. Jurnal Media Laboran, 10(1).
WHO. (2011). Haemoglobin Concentrations for the Diagnosis of Anaemia and
Assessment of Severity (Geneva (ed.)). World Health Organization.
Widodo,D. (2006). Demam Tifoid Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
43
LAMPIRAN
Lampiran 1: Skrinning Gizi MST
Nama pasien : Ny. E
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 38 th
Skor
1. Apakah anda kehilangan berat badan secara tidak sengaja (selama enam
bulan terakhir)?
Tidak
Ragu-ragu
Jika ya, berapa banyak (kg) Anda kehilangan berat badan? 3
a.1-5
b. 6-10
c. 11-15
d. >15
e. ragu-ragu
43
Lampiran 2: Data Laboratorium Ny. E
44
45
46
47
Lampiran 3 : Menu Rekomendasi
Vit.
Bahan Berat E P L KH Serat Na Fe
Waktu Makan Menu URT C
Makanan
(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg) (mg)
Pagi Beras putih ½ gls 50 180 3,3 0,3 31,4 0,4 0 0 0,3
Nasi gurih
(07.00) Santan ¼ cngkr 20 10 0,2 1 0,9 0,5 0,2 1,2 0,1
Jambu biji 1 bh bsr 100 50,9 0,8 0,6 11,9 8,4 50 3 0,3
Jus jambu biji
Gula diabetasol 1 sachet 0 0 0 0 0 0 0 0
48
Nasi jagung 1 porsi 200 221,9 4,6 1,2 54,4 2,6 3 14 0,8
Ayam panggang
Bawang putih 2 siung 6 5,3 0,2 0 1,2 0,2 0,6 0,4 0
Pepes tahu Kelapa parut 1 sdm 10 17,7 0,2 1,7 0,8 0,4 0,2 1 0,1
Agar-agar 1 sdm 10 0 0 0 0 0 0 0 0
49
Gula diabetasol 1 sachet 0 0 0 0 0 0 0 0
Nasi putih 1 porsi 200 260 4,8 0,4 57,2 0,6 0 0 0,4
50
Lampiran 4: Hasil Food-recall 24 jam Ny. E (23 Oktober 2022)
Ikan
1 ptg 40
Pepes ikan kembung kembung
44,8 8,6 0,9 0 0 0 22 0,4
51
panjang+wortel Kacang
¼ gls 25
panjang 8,7 0,5 0,1 2 0,8 2,5 0,8 0,3
Wortel ¼ gls 25 6,5 0,2 0,1 1,2 0,9 1,8 15 0,5
Santan 2 sdm 10 10,6 0,1 1 0,5 0,3 0,1 0,6 0,1
Minyak 2 sdt 10 43,1 0 5 0 0 0 0 0
Garam ¼ sdt 1 0 0 0 0 0 0 387,2 0
Jeruk manis 1 bh 60
28,3 0,5 0,1 7,1 1,4 31,8 0 0,1
Total 419,7 17,2 21,7 46,7 5,5 39,4 817,8 4,6
52
Total 491 21,6 25,7 47,9 4,5 8,5 775,4 3,7
Total Asupan 1207 44 48,5 162,7 17 71,9 1615,7 10,5
Kebutuhan 1522 57 42,3 228,3 30 75 1500 18
%Asupan 79 77 115 71 57 96 108 58
53
Lampiran 5 : Hasil food-recall 24 jam Intervensi
Hasil food-recall 24 jam Intervensi hari ke-1 (26 Oktober 2022)
Vit.
Berat E P L KH Serat Na Fe
Waktu Makan Menu Bahan Makanan URT C
(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg) (mg)
Pagi Tepung beras 16 sdm 100 360,9 6,7 0,6 79,5 0,8 0 0 0,6
(07.00) Bubur sumsum Santan 1/3 gls 50 42,4 0,4 4 1,8 1,1 0,4 2,4 0,3
Garam ½ sdt 2 0 0 0 0 0 0 544,5 0
Pandan 1 lmbr 5 6,9 0,6 0,1 1,3 0,3 3 11,3 2,6
Total 410,2 7,7 4,7 82,6 2,2 3,4 558,2 3,5
Selingan pagi Kue lapis 1 bh 50 183,3 2,6 6,4 24,2 0,3 0 14,6 0,3
(09.30) Teh manis 1 cngkr 200 25,8 0 0 6,4 0 0 6 0
Total 209,1 2,6 6,4 30,6 0,3 0 20,6 0,3
Bubur nasi 1 porsi 200 145,8 2,6 0,2 32 0,4 0 0 0,2
Daging ayam,
1 bh 60 107 15 4,1 0 0 0 27,5 0,6
paha
Ayam gulai Santan 2 sdm 10 10,6 0,1 1 0,5 0,3 0,1 0,6 0,1
Makan siang (12.00) Minyak 1 sdt 5 43,1 0 5 0 0 0 0 0
Garam ¼ sdt 1 0 0 0 0 0 0 387,2 0
Buncis ½ gls 50 17,4 0,9 0,2 4 2,6 5 1,5 0,6
Tumis buncis
Wortel ½ gls 50 12,9 0,5 0,1 2,4 2,8 3,5 30 1,5
wortel
Minyak 1 sdt 5 43,1 0 5 0 0 0 0 0
54
Tahu 1 ptg 50 38 5 2,4 0,9 0,6 0 3,5 2,7
Tahu goreng
Minyak 1 sdt 5 43,1 0 0 0 0 0 0 0
½ ptg
Pepaya 50 19,5 0,3 0,1 4,9 1,2 31 1,5 0,1
bsr
Total 480,5 24,4 16,1 44,7 7,9 39,6 451,8 5,8
Selingan sore (15.30) Apel 1 bh sdg 100 47,7 0,3 0,4 10,5 3,8 11 2,8 0,4
55
Hasil food-recall 24 jam Intervensi hari ke-2 (27 Oktober 2022)
Vit.
Bahan Berat E P L KH Serat Na Fe
Waktu Makan Menu URT C
Makanan
(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg) (mg)
Pisang kepok 2 bh 71
69,6 0,5 0,1 18,7 1,4 6,6 3 0,4
Selingan pagi
(09.30) Teh manis 1 cngkr 250
32,3 0 0 8 0 0 7,5 0
Total 101,9 0,5 0,1 26,7 1,4 6,6 10,5 0,4
56
¼ gls
Santan 20
kcl 14,2 0,1 1,3 0,6 0,4 0,2 0,8 0,1
Tahu 1 ptg 50 38 4,1 2,4 0,9 0,6 0 3,5 2,7
Tahu goreng
Minyak 1 sdt 5 43,1 0 5 0 0 0 0 0
½ ptg
Pepaya 50
bsr 23,4 0,4 0,1 5,9 1,1 37,2 1,8 0,1
Total 508,7 22,3 15,9 70 6,6 44,7 439,9 6,26
Pir 1 bh sdg 100
Selingan sore 52,3 0,5 0,3 12,4 4,5 5 2 0,3
(15.30)
Total
52,3 0,5 0,3 12,4 4,5 5 2 0,3
57
Kebutuhan 1522 57 42,3 228,3 30 75 1500 18
%Asupan 101 97 105 100 81 87 91 81
Vit.
Bahan Berat E P L KH Serat Na Fe
Waktu Makan Menu URT C
Makanan
(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr) (gr) (mg) (mg) (mg)
58
1 ptg
Daging ayam 37
paha 79,1 7,5 5,3 0 0 0 20,4 0,4
Semur ayam
Kecap 1 sdt 5 3 0,5 0 0,3 0 0 279,3 0,1
Minyak 1 sdt 5 43,1 0 5 0 0 0 0 0
Garam 0,5 0 0 0 0 0 0 193,5 0
Tahu 1 ptg 25
Tahu goreng 19 2 1,2 0,5 0,3 0 1,8 1,4
Minyak 1 sdt 5 43,1 0 5 0 0 0 0 0
Pepaya ½ ptg bsr 60 23,4 0,4 0,1 5,9 1,1 37,2 1,8 0,1
Total 523,9 17 17,2 71,9 10,1 63,5 728 4,3
Selingan sore Anggur 10 bh 103 73,1 0,7 0,3 10,1 3,8 4,1 2,1 0,5
(15.30) Total 73,1 0,7 0,3 10,1 3,8 4,1 2,1 0,5
Nasi putih 1 porsi 200
260 4,8 0,4 57,2 0,6 0 0 0,4
1 ptg
Ikan tongkol 67
Tongkol asam padeh ekor 74,3 16,1 0,7 0 0 0 25,5 0,5
Garam ¼ sdt 1 0 0 0 0 0 0 387,2 0
Makan malam
(17.30) Labus siam ½ gls 50
Bening labu siam
10 0,4 0,2 2,2 0,7 3 0,5 0,2
wortel
Wortel ½ gls 50 12,9 0,5 0,1 2,4 2,8 3,5 30 1,5
Tempe 2 ptg sdg 50 99,5 9,5 3,8 8,5 0,7 0 3 1,5
Tempe goreng
Minyak 1 sdt 5 43,1 0 5 0 0 0 0 0
Total 499,8 31,3 10,2 60,3 5,8 6,5 446,2 5,1
Total Asupan 1619 57,7 35,2 242,4 23,9 77,6 1391 14,3
Kebutuhan 1522 57 42,3 228,3 30 75 1500 18
%Asupan 106 101 83 106 80 103 93 80
59
Lampiran 6 : Dokumentasi Intervensi
Intervensi Hari Ke-1
Makan pagi Selingan Pagi
Makan Malam
60
Intervensi Hari Ke-2
Makan Pagi Selingan Pagi
Makan Malam
61
Intervensi Hari Ke-3
Makan Pagi Selingan
Makan Malam
62
Lampiran 7 : Dokumentasi Pemberian Edukasi
Pemberian edukasi ke-1(27 Oktober 2022)
63
Lampiran 8 : Logbook Kegiatan PKL
64
65
66
67
68
69
70
71
Lampiran 9 : Undangan Seminar PKLI
72
Lampiran 10 : Lembar Revisi
73
Lampiran 11 : Lembar Penilaian
74
75
76
77
78
79
80
81