DOSEN PENGAJAR :
DISUSUN OLEH :
Rendi Rahmedi
Nim. 21230054 P
Hal
KATA PENGANTAR............................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup......................................................................................... 4
D. Metode Penulisan..................................................................................... 6
E. Sistematika Penulisan............................................................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian................................................................................................. 11
B. Etiologi..................................................................................................... 13
C. Patofisiologi............................................................................................. 15
1. Proses Penyakit.................................................................................. 17
2. Manifestasi Klinis.............................................................................. 18
3. Klasifikasi.......................................................................................... 19
4. Komplikasi......................................................................................... 20
D. Penatalaksanaan Medis............................................................................ 21
E. Penatalaksanaan Keperawatan................................................................. 22
A. Identitas Klien.......................................................................................... 23
B. Resume..................................................................................................... 24
C. Riwayat Keperawatan ............................................................................. 25
D. Pengkajian Fisik....................................................................................... 26
E. Penatalaksanaan ...................................................................................... 27
F. Data Fokus............................................................................................... 28
G. Analisa Data ............................................................................................ 29
H. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 30
I. Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi ...................................................... 31
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian................................................................................................ 33
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................. 34
C. Perencanaan.............................................................................................. 35
D. Pelaksanaan ............................................................................................. 36
E. Evaluasi.................................................................................................... 37
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................................. 38
B. Saran......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah moda utama bagi manusia, kesehatan merupakan bagian yang
terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup seseorang. Jika seseorang tidak sedan
dalam kondisi prima, maka segala aktivitasnya terganggu seperti makan, minum,
mandi,dan sebagainya. Aktivitas yang biasa dilakukan sendiri tetapi saat sakit semua
menjadi tidak dapat dilakukan sendiri.
Kesehatan merupakan masalah berharga dan sangat penting dalam berbagai tatanan
kehidupan manusia. Perhatian masyarakat terhadap kesehatan saat ini semakin besar,
sehingga meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap perawatan yang berkualitas. Maka,
sebagai perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar
dapat memberikan pelayanan yang baik.
Perkembangan ilmu pengetahuan tentang illmu bedah saat ini sangat pesat. Hal ini
juga harus didukung dengan peningkatan pemberian perawatan pada klien penderita
penyakit bedah. Hernia merupakan penyakit salah satu penyakit yang seringkali ditemui
pada penderita penyakit bedah. Hernia sendiri bermacam – macam jenisnya disesuaikan
menurut letaknya, seperti hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia
incisional, dan lain – lain.
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak- anak antara 1 % dan 2 %.
Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20 % - 25 %, dan bilateral 15
%. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibanding laki –laki kira – kira sama
(10 %) walaupun frekuensi prossessus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada
perempuan. Anak yang pernah menjalani operasi pada waktu bayi mempunyai
kemungkinan 16 % mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insiden hernia
inguinalis pada orang dewasa kira – kira 2 %. Kemungkinan kejadian hernia bilateral
dari insiden tersebut mendekati 10 %.
Menghindari terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan, perlu hendaknya
dilakukan penanganan yang baik. Dalam hal ini perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan perlu hendaknya meningkatkanmutu asuhan keperawatan yang akan
diberikan dengan memperhatikan aspek biologis, psikologis, social, dan spiritual.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengalaman secara nyata tentang
asuhan keperawatan secara langsung pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra
Reponibilis diruang perawatan Soka, RSUD Tarakan Jakarta selama 2 hari
perawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. J dengan
Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis, penulis diharapkan mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan secara komprehensif pada Tn. J dengan
Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis;
b. Menentukan masalah keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra
Reponibilis;
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis
Dextra Reponibilis secara benar;
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis
Dextra Reponibilis sesuai dengan rencana yang telah dibuat;
e. Melaksanakan evaluasi pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis
sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan makalah ini, penulis hanya membatasi permasalahan asuhan
keperawatan pada Tn. J dengan Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis diruang perawatan
Soka, RSUD Tarakan Jakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 09 Februari 2010 sampai
10 Februari 2010.
D. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode deskripsi dengan
cara:
1. Tehnik anamnesa
Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung pada klien
dan keluarga untuk memperoleh data yang lengkap dan valid.
2. Tehnik observasi
Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan penulisan
secara langsung dengan menggunakan panca indra dalam mencari data penunjang
masalah kesehatan klien.
3. Pemeriksaaan fisik
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara memeriksa kondisi kesehatan klien
melalui inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
4. Study kepustaakaaaan
Yaitu mempelajari buku – buku literatur untuk mendapatkan konsep dasar dalam
penyusunan makalah ini secara teoritis yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk
kasus kelolaan.
5. Study dokumentasi
Yaitu mengumpulkan data dari status klien, catatan keperawatan, dan catatan
perkembangan yang berhubungan dengan status Tn. J.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari lima bab, yaitu:
BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan, daan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, terdiri dari pengertiaan, etiologi, patofisiologi,
penatalaksanaan medis, dan penatalaksanaan keperawatan.
BAB III Tinjauan Kasus, terdiri dari identitas klien, riwayat keperawatan, pengkajian
fisik, resume, data focus, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengertian
Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan tempatnya yang
normal melalui sebuah defek congenital atau yang didapat (Long, Barbara. C, 1996).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang
(Oswari, E, 2000).
Hernia adalah penonjolan isi perut dari normal melalui lubang congenital atau
didapat (Juraidi, Purnawan, 2000).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melewati dinding
rongga yang secara normal memang berisi bagian – bagian tersebut (Nettina, 2001).
Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (Sjamsuhidajat, R dan Jong, Wim de, 2004).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hernia merupakan
penonjolan sebuah organ, jaringan, atau struktur melalui defek congenital atau didapat.
B. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Congenital;
2. Obesitas;
3. Ibu hamil;
4. Mengejan;
5. Pengangkatan beban berat.
C. Patofisiologi
1. Proses Penyakit
Defek pada dinding otot mungkin congenital karena kelemahan jaringan atau
ruang luas pada ligament inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra
abdominal paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan.
Mengangkat beban berat dan mengejan juga dapat menyebabkan peningkSatan
tekanan intra abdominal.
Bila factor – factor ini ada bersama kelemahan otot, individu akan mengalami
hernia. Bila tekanan dari cincin hernia memotong suplai darah ke segmenhernia dari
usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah, usus ini cepat
menjadi gangrene kerena kekurangan suplai darah.
Patoflow
kelemahan otot
hernia
usus keluar jika berdiri perlekatan isi kantong pada isi hernia terjepitoleh
atau mengejan peritoneum kantong hernia cincin hernia
usus masuk lagi jika
berbaring isi hernia tidak dapat gangguan
atau didorong masuk dimasukan lagi vaskularisasi
nekrosis isi
abdomen
2. Manifestasi Klinis
a. Adanya benjolan pada lipatan paha;
b. Nyeri didaerah benjolan;
c. Bila batuk atau mengejan benjolan akan bertambah besar;
d. Mual, muntah, kembun;
e. Konstipasi;
f. Anoreksia;
g. Demam;
h. Pucat dan gelisah;
i. Dehidrasi.
3. Klasifikasi
a. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi atas;
1) Inguinalis
Hernia inguinalis terbagi menjadi dua, yaitu:
a) Indirek/ lateralis
Yaitu batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran
sperma masuk kedalam kanalis inguinalis.
b) Direk/ medialis
Yaitu batang usus melewati dinding inguinalis bagian posterior.
2) Femoralis
Hernia femoralis terjadi karena batang usus melewati femoral kebawah,
kedalam kanalis femoralis.
3) Umbilikalis
Hernia umbilikalis terjadi karena batang usus melewati cincin umbilical.
4) Incisional
Hernia incisional terjadi karena batang usus atau organ lain menonjol
melalui jaringan parut yang lemah.
b. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas:
1) Hernia bawaan/ congenital;
2) Hernia dapatan/ akuisita.
c. Berdasarkan sifatnya, hernia terbagi atas:
1) Hernia reponibel
Yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk.
2) Hernia ireponibel
Yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan lagi kedalam rongga.
Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta (accretes = perlekatan
karena fibrosis).
3) Hernia strangulata/ inkarserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi
kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan vaskularisasi. Hernia strangulata
mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini
merupakan keadaan gawat darurat karenanya perlu mendapat pertolongan
segera.
4. Komplikasi
Akibat dari hernia dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga
isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan lagi, keadaan ini disebut hernia
inguinalis lateralis ireponibel. Pada keadaan ini belum terjadi gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang menyebabkan ireponibell adalah omentum
karena mudah melekat pada dinding hernia.
b. Terjadi tekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang
masuk, cincin hernia relative semakin sempit dan menimbulkan gangguan isi
perut. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis inkarserata.
c. Bila hernia inkarserata dibiarkan maka akan timbul edema dan terjadi penekanan
pembuluh darah sehingga terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinaalis
lateralis strangulasi, terjadi karena usus berputar (melintar) pada keadaan
inkarserata dan strangulasi, maka timbul gejala muntah, kembung, dan obstipasi.
Pada strangulasi terajdi nyeri hebat, daerah tonjolan menjadi lebih merah dan
penderita sangat gelisah.
D. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi konservatif/ non bedah, meliputi:
a. Penggunaan alat penyangga yang bersifat sementara, seperti pemakaian sabuk
atau korset.
b. Pada hernia reponibel dilakukan tekanan secara terus menerus pada daerah
benjolan seperti dengan bantal pasir.
c. Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan hernia inkarserata yang tidak
menunjukan gejala sistemik.
d. Diberikan kompres untuk mengatasi pembengkakan.
e. Diet makanan cair.
2. Terapi pembedahan dilakukan untuk mengembalikan organ dan menutup lubang
hernia agar tidak terjadi kembali. Ada dua prinsip pembedahan, yaitu:
a. Herniotomi, yaitu dengan memotong kantong hernia saja kemudian diikat.
b. Herniografi, yaitu perbaikan defek dengan pemasangan jaringan melalui operasi
terbuka atau laparaskopi.
E. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat
Gejala : riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk,
mengemudi dan waktu lama, membutuhkan papan/ matras yang
keras saat tidur, penurunan rentang gerak daan ekstremitas pada
salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas yang
biasanya dilakukan.
Tanda : atropi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam
berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkontinensia/ retensi urine.
c. Integritas ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan,
financial, atau keluarga.
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga.
d. Neurosensori
Gejala : kesemuttan, kekakuan, kelemahan dari tangan/ kaki.
Tanda : penurunan reflex tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia, nyeri
tekan, penurunan persepsi nyeri.
e. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna.
Tanda : membran mukosa kering, turgor kulit buruk, kering/ kulit bersisik.
f. Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/ batuk, merokok.
g. Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau yang semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri
yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/ lengan, kaku pada leher.
Tanda : perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang – pincang,
nyeri palpasi.
h. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : penggunaan obat analgesic, antiinflamasi, obat yang dijual bebas,
atau obat – obatan rekreasional, penggunaan alcohol.
i. Pemeriksaan penunjang
1) Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/
obstruksi usus.
2) Hitung darah lengkap dan erum elektrolit dapat menunjukan
hemokonsentrasi (peningkatan Ht), peningkatan leukosit, dan
ketidakseimbangan elektrolit.
2. Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada klien dengan post operasi Hernia, yaitu:
a. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi,
pembatasan pasca operasi (puasa).
b. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
akibat pembedahan.
c. Resiko perdarahan berhubungan luka insisi pembedahan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap luka post operasi.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Kurang pengetahuan tentang henia berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.
3. Perencanaan
a. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi,
pembatasan pasca operasi (puasa).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam,
diharapkan kebutuhan cairann terpenuhi.
Kriteria hasil:
1) Membran mukosa lembab;
2) Turgor kulit elastis;
3) Kebutuhan cairan terpenuhi.
Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Evaluasi penggisian kapiler, turgor kulit, dan status membrane mukosa;
3) Pantau masukan dan haluaran;
4) Perhatikan adanya edema;
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV dan elektrolit.
4. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawata
harus mengetahui berbagai hal, diantaranya bahaya – bahaya fisik dan perlindungan
pada klien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak – hak dari klien serta dalam memahami tingkat perkembangan klein.
Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan
jenis mandiri dan tindakan kolaborasi.
Tujuan dari pelaksaan keperawatan yaitu membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap
pelaksanaan, perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan
perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan tahap mekanisme umpan balik
diman perawat menilai tercapai atau tidaknya tujuan yang diharapkan sesuai dengan
rencana yang telah dibuat. Dengan demikian evaluasi dapat berupa evaluasi formatif
maupun evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan terus menerus selama melakukan tindakan
keperawatan. Evaluasi ini berguna untuk menilai setiap dalam perencanaan,
mengukur kemajuan klien dalam menentukan keefektifan rencana atau menentukan
apakah rencana tersebut dapat diteruskan, perlu diubah, atau sudah tercapai.
Evaluasi sumatif adalah evaluasiakhir yang menggambarkan apakah tujuan
akhiir tercapai atau tidak sesuai dengan rencana tindakan atau hanya tercapai
sebagian atau bahkan timbul masalah keperawatan yang baru.
Adapun hasil evaluasi yang diharapkan pada klien dengan post operasi hernia
diantaranya ialah:
a. Kebutuhan cairan terpenuhi;
b. Nyeri berkurang atau hilang;
c. Tidak terjadi perdarahan;
d. Tidak terjadi infeksi;
e. Klien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri;
f. Pengetahuan klien tentang hernia bertambah.
BAB II
TINJAUAN KASUS
Nomor Register : 90 26 56
A. Identitas Klien
Klien bernama Tn. J berusia 44 tahun, lahir di Gunung Kidul pada 06 Februari
1966. Klien berjenis kelamin laki – laki, status pernikahan kawin, beragama Islam, suku
bangsa Jawa, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Pendidikan terakhir
klien D III, klien bekerja sebagai PNS. Klien bertempat tinggal di Jl. Depsos IV No. 14
Rt. 002 Rw. 002 Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Sumber biaya berasal dari
Askes. Informasi didapat dari klien, keluarga klien, dan status klien.
B. Resume
Tn. J usia 44 tahun datang ke RSUD Tarakan Jakarta pada tanggal 08 Februari
2010 pukul 09.00 WIB ke poli bedah dengan keluhan adanya benjolan dilipatan paha
sebelah kanan dan klien merasakan nyeri pada benjolan tersebut sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, timbulnya keluhan secara bertahap. Setelah dilakukan pemeriksaan
oleh dokter bedah didapatkan diagnosa medis Hernia Inguinalis Dextra Reponibilis
dengan rencana tindakan operasi cito pada hari itu juga dan klien menyatakan setuju.
Klien diantar keruang operasi pukul 10.00 WIB dan dilakukan operasi pukul 10.30
WIB dan selesai pukul 11.20 WIB. Pukul 11.30 WIB klien dijemput oleh perawat ruang
Soka. Berdasarkan pengkajian pada tanggal 08 Februari 2010 didapatkan data klien,
yaitu klien mengatakan terdapat luka operasi perut kanan bawah, nyeri pada daerah luka
operasi, klien mengeluh kesulitan untuk melakukan aktivitas seperti makan, minum, dan
eliminasi. Terdapat luka operasi pada daerah inguinal dextra, keadaan luka bersih dan
ditutup verban, aktivitas klien dibantu keluarga dan perawat seperti makan, minum, dan
eliminasi. Klien terpasang infus Ka-EN 3B 28 tpm dan terpasang kateter. TD: 120/ 80
mmHg, N: 80 x/ menit, RR: 22 x/ menit, S: 36 o C. Dari data diatas ditemukan diagnosa
keperawatan nyeri (akut) berhubungnan dengan diskontuinitas jaringan akibat
pembedahan, resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap luka post operasi, serta keterbatan aktivitas berhubungan dengan efek sekunder
terhadap luka post operasi.
Instruksi post operasi:
1. Observasi TTV setelah diruangan;
2. Bed rest total sampai dengan pukul 18.00 WIB pada tanggal 08 Februari 2010;
3. Bila sadar klien diperbolehkan makan dan minum.
Penatalaksanaan:
1. Cinam 2 x 1,5 mg
2. Vit. C 1x 400 mg
3. Ketopain 3 x 30 mg
4. Ka-EN 3B 28 tpm
C. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan utama klien saat masuk rumah sakit yaitu adanya benjolan dilpatan
paha sebelah kanan dan klien merasakan nyeri pada benjolan tersebut sejak 2
minggu sebelum masuk rumah sakit. Klien mengatakan factor pencetus adanya
benjolan tersebut karena klien sering mengendarai sepeda motor untuk bekerja serta
untuk mengantar jemput anak dan istrinya. Timbulnya benjolan tersebut secara
bertahap dan sudah ada sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan tersebut hilang dan
mengecil saat berbaring. Upaya yang dilakukan klien selama ini untuk mengatasi
keluhanya ialah dengan pergi berobat ke poli bedah.
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi, baik alergi obat, makanan,
binatang, maupun lingkungan. Klien tidak memiliki riwayat kecelakaan, klien juga
belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Klien tidak memiliki riwayat
alergi obat.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keterangan:
: laki – laki : hubungan keluarga
: klien
Klien mengatakan pada saat ini tidak ada keluarganya yang sedang sakit.
Klien juga mengatakan tidak ada keluarganya yang mengidap penyakit hernia
sebelumnya. Jadi, klien tidak beresiko mengidap penyakit hernia karena faktor
keturunan.
4. Riwayat Psikososial Dan Spiritual
Orang terdekat klien saat ini adalah istrinya. Interaksi dalam keluarga
harmonis dengan pola komunikasi terbuka, pembuat keputusan adalah keluarga atau
secara musyawarah, dan klien mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Dampak
penyakit klien terhadap keluarga ialah keluarga menjadi sangat khawatir dengan
kondisi klien saat ini. Keluarga klien terlihat sangat mensupport klien agar cepat
sembuh. Keluarga perhatian penuh terhadap perawatan klien dan menginginkan
perawatan yang terbaik untuk kesembuhan klien. Masalah yang mempengaruhi klien
adalah penyakit yang dideritanya. Mekanisme koping klien terhadap stress yaitu
dengan pemecahan masalah. Hal yang sangat dipikirkan klien saat ini adalah luka
bekas operasinya, klien berharap ingin cepat sembuh dari penyakitnya agar dap
kembali beraktivitas lagi seperti biasanya. Perubahan yang dirasakan klien setelah
jatuh sakit ialah klien merasa takut untuk melakukan aktivitas karena taku akan luka
bekas operasinya. Tugas perkembangna klien menurut usia saat ini ialah bekerja.
Tidak ada nilai – nilai yang bertentangan kesehatan klien, aktivitas keagamaan yang
biasa dilakukan klien ialah shalat liam waktu dan berdoa kepada Allah SWT.
5. Kondisi Lingkungan Rumah
Klien mengatakan kondisi rumahnya bersih, selalu disapu dan dipel setiap
hari. Lingkungan sekitar rumah klien padat, tetapi tidak kumuh. Rumah klien jauh
dari polusi udara dan bising perusahaan atau pabrik.
6. Pola Kebiasaan Sehari – Hari Sebelum Sakit
Pola nutrisi klien sebelum dirawat dirumah sakit baik, yaitu makan 3 x/ hari,
nafsu makan baik, porsi makan dihabiskan. Jenis makan dirumah yaitu 4 sehat 5
sempurna. Klien mengatakan tidak ada makanan yang tidak disukai, tidak ada alergi
atau pantangan makanan. Kebiasaan klien sebelum makan adalah cuci tangan dan
berdoa.
Pola eliminasi klien sebelum dirawat dirumah sakit yaitu kilen terbiasa BAK
dengan frekuensi 4 – 5 x/ hari, berwarna kuning jernih dan tidak ada keluhan saat
BAK. Kebiasaan BAB 1x/ hari pada waktu pagi hari dengan warna kuning
kecoklatan, bau khas, konsistensi setengah padat, tidak ada keluhan saat BAB dan
tidak menggunakan laksatif atau obat pencahar.
Klien mandi 2 x/ hari menggunakan sabun pada pagi dan sore hari. Oral
hygine 3x/ hari menggunakan pasta gigi pada pagi, sore, dan sebelum tidur. Klien
mencuci rambut 2x/ minggu dengan menggunakan shampo.
Lama tidur klien 6 jam/ hari mulai dari pukul 23.00 – 05.00 WIB. Klien jarang
tidur siang karena bnayak melakukan aktivitas pada siang hari. Kegiatan dalam
pekerjaan ialah klien sebagai pegawai kantor disalah satu perusahaan di Jakarta.
Klien bekerja pada pagi hingga sore hari. Klien sering melakukan olah raga,
khususnya badminton. Klien terbiasa bermain badminton 2 x/ minggu. Klien tidak
memiliki keluhan dalam beraktivitas. Klien tidak memiliki kebiasaan yang dapat
mempengaruhi kesehatannya, seperti merokok, minum – minuman keras, dan
ketergantungan obat.
7. Pola Kebiasaan Di Rumah Sakit
Saat dirumah sakit klien makan 3 x/ hari, nafsu makan klien baik, klien
menghabiskan porsi makanan yang diberikan oleh rumah sakit. BB klien 57 kg dan
TB 165 cm, diit makanan lunak.
Klien mandi 2 x/ hari pada pagi dan sore hari, oral hygiene 2 x/ hari
menggunakan pasta gigi pada pagi dan sore hari, klien tidak mencuci rambut.
Lama tidur klien 7 jam/ hari mulai dari pukul 22.00 – 05.00 WIB. Saat
dirumah sakit klien tidur siang selama 1 jam mulai dari pukul 13.00 – 14.00 WIB.
Keluhan klien dalam beraktivitas ialah klien merasa takut melakuakn aktivitas
karena adanya luka operasi, klien merasa kesulitan dalam pergerakan tubuh,
mengenakan pakaian, makan, minum, dan eliminasi sehingga aktivitas tersebut
dibantu keluarga dan perawat.
D. Pengkajian Fisik
1. Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva merah muda, korne normal, sklera anikterik, pupil isokor, oto – otot
mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda – tanda radang,
tidak menggunakan kaca mata maupun lengsda kontak, reaksi terhadap cahaya baik.
2. Sistem Pendengaran
Daun telinga normal, kondisi telingan normal, tidak ada cairan dari telinga,
tidak ada perasaan penuh ditelinga, tidak ada tinitus, fungsi pendengaran normal,
tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
3. Sistem Wicara
Klien tidak ada kesulitan dalam wicara.
4. Sistem Pernapasan
Jalan napas klien bersih, napas tidak sesak, tidak menggunakan otot bantu
pernapasan, frekuensi pernapasan 20 x/ menit, irama teratur, kedalaman pernapasan
dalam, klien tidak batuk, suara napas vesikuler.
5. Sistem Kardiovaskular
Sirkulasi perifer, nadi 72 x/ menit dengan irama teratur dan denyut lemah, TD:
120/ 80 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis pada kanan dan kiri, temperatur
kulit hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler < 3 detik, tidak ada edema.
Kecepatan denyut apical 72 x/ menit dengan irama teratur, tidak ada kelainan bunyi
jantung, dan tidak ada rasa sakit pada dada.
6. Sistem Hematologi
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 26 Januari 2010, yaitu:
Hb : 15, 6 gr/ dl Ht : 47 vol% leukosit: 13, 2 ribu/ ul
Eritrosit: 5, 25 juta/ ul trombosit: 193 ribu/ul
Klien tidak mengeluh kesakitan.
7. Sistem Saraf Pusat
Tingkat kesadaran klien compos mentis, tidak terjadi peningkatan tekanan
intra kranial.
8. Sistem Pencernaan
Keadaan mulut klien tidak ada caries pada gigi, tidak menggunakan gigi palsu,
tidak ada stomatitis, lidah tidak kotor, salifa normal, klien tidak mual dan tidak
muntah, nafsu makan baik. Klien mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi.
Klien mengatakan nyeri datang pada saat mengubah posisi dari berbaring untuk
duduk, namun setelah lama berdiam pada satu posisi nyeri hilang. Klien tyampak
mengerutkan wajahnya jika sedang mengubah posisi. Karakteristik nyeri seperti
ditusuk – tusuk dengan skala nyeri 6, klien tampak melindungi area yang nyeri, tidak
ada rasa penuh pada perut. Kebiasaan BAB 1 x/ hari, bising usus 6 x/ menit, klien
tidak megalami diare, warna feses kuning dengan konsistensi lembek, hepar tidak
teraba, dan abdomen baik.
9. Sistem Endokrin
Napas tidak berbau keton, klien tidak mengalami poliuri, polidipsi, poliphagia,
dan polinefritis.
10. Sistem Urogenital
Klien terpasang kateter, BAK 4 – 5 X/ hari dengan volume 1500 cc/ hari,
warna kuning jernih, tidak ada distensi pada kandung kemih, tidak ada keluha sakit
pinggang.
11. Sistem Integumen
Turgor kulit elastis, warna kulit kemerahan, terdapat loka post operasi dengan
8 jahitan sepanjang 12 cm, keadaan luka tertutup verban, dan tampak bersih. Pada
lengan sebelah kiri terpasang infus Ka- EN 3B 28 tpm, keadaan rambut bersih
dengan tekstur baik.
12. Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena adanya luka post operasi
pada daerah inguinal dextra. Tidak ada sakit pada tulang dan sendi, tidak ada fraktur,
tidak ada kelainan bentuk tulang sendi.
13. Sistem Kekebalan Tubuh
Suhu 36, 4O C, BB sebelum sakit 57 kg, BB setelah sakit 56 kg, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening.
E. Pelaksanaan
Terapi yang diberikan yaitu:
1. Cinam 2 x 1,5 mg
2. Vit. C 1x 400 mg
3. Ketopain 3 x 30 mg
4. Ka-EN 3B 28 tpm
F. DATA FOKUS
DS:
Skala nyeri 6
Klien mengatakan takut melakukan
aktivitas karena ada luka operasi
- Klien mengatakan merasa kesulitan
dalam pergerakan tubuh, mengenakan
pakaian, mandi, makan, dan eliminasi
DO:
Klien tidak dapat melakukan aktivitas
sendiri, seperti mengenakan pakaian,
makan, minum, dan eliminasi
Aktivitas klien dibantu keluarga dan
perawat
H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan,
ditemukan tanggal 09 Februari 2010.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya moikroorganisme sekunder terrhadap
luka post operasi, ditemukan tanggal 09 Februari 2010 dan teratasi tanggal 10
Februari 2010.
3. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post
operasi, ditemukan tanggal 09 Februari 2010.
Evaluasi
- Skala nyeri 2
- Nyeri datang pada saat mengubah posisi dari berbaring untuk duduk
N : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
S : 36, 40 C
- Mefinal 3 x 1 tablet
- Amoxyclav 2 x 1 tablet
N : 80 x/ menit
RR : 20 x/ menit
S : 36, 40 C
A : Masalah teratasi
Tujuan tercapai
Perencanaan:
Pukul 09.00 WIB mengkaji keadaan umum klien, kesadaran compos mentis,
klien sedang beristirahat. Pukul 09.30 WIB mengkaji ketidakmampuan klien dsalam
beraktivitas, klien tidak mampu melakukan aktivitas seperti mengenakan pakaian,
makan, dan eliminasi, aktivitas dibantu keluarga dan perawat. Pukul 09.40 WIB
menganjurkan klien istirahat yang cukup, klien mengikuti instruksi yang diberikan.
Pukul 10.00 WIB mengkaji lokasi, intesitas, karakteristik, dan skala nyeri, nyeri
pada daerah luka post operasi, timbul bila mengubah posisi dari berbaring untuk
duduk, nyeri seperti ditusuk – tusuk, skala nyeri 4.
Rabu, 10 Februari 2010
Pukul 08.40 WIB mengkaji skala nyeri, skala nyeri 2. Pukul 10.50 WIB
mengkaji keadaan umum klien, kesadaran compos mentis, klien sedang beristirahat.
Pukul 11.00 WIB membantu klien dalam memenuhi kebutuhan, klien merasa
diperhatikan. Pukul 11.30 WIB memberikan latihan aktivitas secara bertahap, klien
sudah mampu mengubah posisinya dari berbaring untuk duduk tanpa dibantu.
Evaluasi
- skala nyeri 2
O : - Sebagian aktivitas klien masih dibantu keluarga dan perawat, seperti mandi
dan eliminasi.
- klien sudah mampu mengubah posisinya dari berbaring untuk duduk tanpa
dibantu.
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai permasalahan atau kesenjangan yang
terjadi antara teori dan kasus, menganalisa faktor – faktor pendukung dan penghambat, serta
alternativ pemecahan masalah dalam memberikan asuhan keperawatan disetiap tahapannya.
Pembahsan ini mecakup pengkajian, diagnovsa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan satu langkah awal dalam proses keperawatan. Pada tahap
ini penulis melakukan pemgkajian pada klien secara menyeluruh yang penulis dapatkan
melalui tehnik anamnesa, tehnik observasi, pemeriksaan fisik, study kepustakaan, dan
study dokumentasi.
Penyebab hernia antara kasus dan teori sama, berdasarkan teori hernia diakibatkan
oleh beberapa hal seperti kongenital, obesitas, ibu hamil, mengejan, dan pengangkatan
beban berat. Pada klien Tn. J hernia yang dideritanya diakibatkan karena klien sering
mengendarai sepeda motor untuk bekerja serta mengantar jemput anak dan istrinya.
Pemeriksaan penunjang yang dapat menentukan penyebab penyakit ini antara lain
pemeriksaan sinar-X abdomen dan pemeriksaan darah lengkap. Pada klien Tn. J hanya
dilakukan pemeriksaan darah lengkap pada tanggal 26 Januari 2010 dan didapatkan hasil
Hb: 15, 6 gr/ dl, Ht: 47 vol%, leukosit: 13, 2 ribu/ ul, Eritrosit: 5, 25 juta/ ul, trombosit:
193 ribu/ul. Tanda dan gejala pada Tn. J sesuai dengan manifestasi klinis. Tanda dan
gejala yang dialami Tn. J adalah adanya benjolan pada lipatan paha sebelah kanan dan
nyeri didaerah benjolan tersebut. Pada penatalaksanaan medis yang diberikan pada Tn. J
tidak jauh berbeda dengan teori.
Adapun faktor pendukung saat dilakukan pengkajian ini adalah klien sangat
kooperatif dalam memberikan informasi tentang masalah kesehatan yang dialaminya,
serta tersedianya alat – alat pengkajian fisik yang memadai diruangan. Sedangkan faktor
penghambat dalam pengkajian tidak penulis temukan, ini berkat kerjasama klien,
keluarga klien, serta perawat ruangan yang memberikan data secara lengkap pada saat
penulis melakukan pengkajian .
B. Diagnosa Keperawatan
Secara teori diagnosa yang muncul pada klien Tn. J dengan post operasi hernia
terdapat 6 diagnosa, yaitu resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra
operasi, pembatasan pasca operasi (puasa), nyeri akut berhubungan dengan
diskontuinitas jaringan akibat pembedahan, resiko perdarahan berhubungan dengan luka
insisi pembedahan, resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
sekunder terhadap luka post operasi, intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan fisik, dan kurang pengetahuan tentang penyakit hernia berhubungna dengan
kurang terpaparnya informasi tentang hernia.
Ada beberapa diagnosa keperawatan yang secara teori tidak ditemukan pada kasus
Tn. J, antara lain resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi,
pembatasan pasca operasi (puasa) tidak penulis angkat karena pada saat pengkajian tidak
ada data – data yang mendukung seperti membran mukosa dan turgor kulit kering
(mukosa mulut Tn. J lembab dan turgor kulit elastis). Resiko perdarahan berhubungan
dengan luka insisi pembedahan tidak penulis angkat karena pada saat pengkajian tida ad
data – data yang mendukung seperti data pemeriksaan darah lengkap setelah operasi.
Kurang pengetahuan tentang penyakit hernia berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi tentang hernia tidak penulis angkat karena klien mampu menyebutkan
penyebab hernia dan upaya pengobatan yang dilakukannya.
Pada kasus Tn. J diagnosa yang muncul dari teori yaitu nyeri akut berhubungan
dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan, resiko infeksi berhubungan dengan
masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka post operasi, dan keterbatasan
aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post operasi.
Adapun faktor pendukung pada penyusunan diagnosa yaitu tersedianya literatur
(referensi) dan data yang menunjang atau mendukung untuk penetapan diagnosa
keperawatan. Penulis tidak menemukan faktor penghambat pada tahap ini.
C. Perencanaan
Pada tahap ketiga ini ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan perawatat, yaitu
penentuan prioritas, penentuan tujuan dan kriteria hasil, serta penentuan masalah.
Penentuan prioritas masalah keperawatan secara teori ditentukan berdasarkan masalah
yang mengancam jiwa dan berdasarkan kebutuhan Maslow. Pada kasus Tn. J penulis
menetapkan masalah keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat pembedahan.
Langkah kedua yaitu menentukan tujuan dan kriteria hasil. Penentuan tujuan
mengacu pada masalah keperawatan klien dan penentuan kriteria hasil mengacu
berdasarkan data – data yang ada pada klien. Penentuan kriteria hasil mengacu pada
prinsip SMART.
Langkah ketiga yaitu menyusun rencana tindakan yaitu untuk mencapai tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada langkah ketiga ini penulis
menyusun rencana tindakan berdasarkan teori.
Pada tahap ini juga penulis tidak menemukan hambatan. Banyak literatur dan
bimbingan perawat ruangan dan bimbingan institusi sangat membantu penulis
melakukan tahap perencanaan ini.
D. Pelaksanaan
Tahap ini merupakan realisasi dari rencana yang telah dibuat namun tidak semua
tindakan mampu dilakukan sesuai rencana karena waktu interaksi dengan klien tidak
dalam waktu 24 jam, melainkan kurang lebih 8 jam per hari, oleh karena itu untuk
mengatasi hal tersebut penulis bekerja sama dengan perawat ruangan untuk melanjutkan
tindakan keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Secara teori ada tiga langkah dalam proses ini, yaitu tindakan keperawatan mandiri,
tindakan keperawatan kolaborasi, dan mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan
yang diberikan pada klien. Penulis melakukan tindakan keperwatan mandiri dan
kolaboratif dan semua yang penulis lakukan didokumentasikan dalam catatan
keperawatan klien. Faktor pendukung yang membuat pelaksanaan tersebut dapat
dilakukan karena klien sangat kooperatif dan antusias untuk mengikuti anjuran perawat.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan umpan balik untuk menilai keberhasilan suatu rencana
keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Evaluasi ini meliputi 2 hal, yaitu evaluasi
proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses didokumentasikan dalam catatan keperawatan
berupa respon klien setalah dilakukan tindakan keperawatan, sedangkan evaluasi hasil
adalah tahap akhir untuk menilai apakah tujuan tercapai, tercapai sebagian, atau tidak
tercapai.
Evaluasi proses penulis dokumentasikan dalam bentuk respon klien pada setiap
tindakan keperawatan yang penulis lakukan evaluasi hasil didokumentasikan dalam
catatan perkembangan dalam bentuk SOAP. Adapun hasil evaluasi sumatif yang
dilakukan adalah nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
pembedahan dari evaluasi yang penulis lakukan pada tanggal 10 Februari 2010 tujuan
tercapai sebagian, masalah belum teratasi karena klien mengatakan nyeri sudah
berkurang namun masih timbul jika ingin mengubah posisinya dari berbaring untuk
duduk, klien tampak masih mengerutkan dahinya saat sedang mengubah posisi, klien
tampak melindungi area yang nyeri, atas instruksi dokter Tn. J diperbolehkan pulang.
Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka
post operasi dari evaluasi yang dilakukan tanggal 10 Februari 2010 tujuan tercapai,
masalah teratasi karena tidak ada tanda – tanda infeksi pada luka post operasi, luka
ditutup dengan verban, luka tampak bersih dan tidak ada rembesan darah. Keterbatasan
aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post operasi dari evaluasi
yang dilakukan pada tanggal 10 Februari 2010 tujuan teratasi sebagian, masalah belum
teratasi karena klien mengatakan beberapa aktivitasnya seperti mandi dan eliminasi
belum bisa dilakukannya sendiri, aktivitas klien masih dibantu perawat dan keluarga,
klien mengatakan nyeri sudah berkurang saat mengubah posisi dari berbaring untuk
duduk, klien sudah mampu duduk sensiri tanpa dibantu.
Faktor pendukung dalam evaluasi yaitu klien sangat kooperatif dan mau bekerja
sama, sedangkan faktor penghambat yaitu keterbatasan waktu yang dimiliki oleh perawat
sehingga masalah belum teratasi.
BAB V
PENUTUP
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn. J selama dua hari mulai
dari tanggal 09 Februari 2010 sampai dengan 10 Februari 2010 diruang Soka RSUD Tarakan
Jakarta, maka penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan pembahasan dari pengkajian
sampai evaluasi.
A. Kesimpulan
Pada tahap pengkajian ada beberapa hal yang menjadi kesenjangan antara teori dan
kasus yaitu tidak dilakukannya pemeriksaan sinar-X abdomen. Penegakkan diagnosa
medis berdasarka gejala klinis yang terjadi pada Tn. J. Tanda dan gejala serta pengobatan
yang didapat Tn. J sesuai dengan teosi.
Pada kasus Tn. J diagnosa keperawatan teori yang tidak muncul pada kasus yaitu
resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan pasca
operasi (puasa), Resiko perdarahan berhubungan dengan luka insisi pembedahan, kurang
pengetahuan tentang penyakit hernia berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
tentang hernia. Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul dari teori yaitu nyeri akut
berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan, resiko infeksi
berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap luka post operasi,
dan keterbatasan akktivitas bberhubungan efek sekunder terhadap luka post operasi.
Pada kasus Tn. J penulis menetapkan masalah keperawatan yaitu nyeri akut
berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan. Penetapan rencana
keperawatan sesuai dengan teori.
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan, penulis menemui kesulitan dalam
melakukan tindakan karena keterbatasan waktu yaitu hanya kurang lebih 8 jam per hari
saja, tetapi penulis mengatasi hal itu dengan bekerja sama dengan perawat ruangan untuk
melanjutkan rencana tindakan.
Pada tahap evaluasi 1 diagnosa teratasi dan 2 diagnosa teratasi sebagian, tindakan
keperawatan dilanjutkan oleh klien dirumah.
B. Saran
Adapun saran yang penulis sampaikan untuk rumah sakit, perawat ruangan, serta
mahasiswa/ i adalah sebagai berikut:
1. Untuk rumah sakit
Supaya mempertahankan serta dapat lebih meningkatkan pelayanan rumah
sakit sehingga terwujud rumah sakit berstandar internasional.
2. Untuk perawat ruangan
a. Untuk dapat memaksimalkan perannya sebagai perawat profesional;
b. Mempertahankan serta meningkatkan asuhan keperawatan yang berkualitas
diruangan.
3. Untuk mahasiswa/ i
a. Untuk dapat lebih meningkatkan serta menetapkan apa yang telah didapatkan di
akademik sesuai SOAP yang ada;
b. Harus lebih banyak bertanya apabila kurang mengerti sebelum melakuakn
tindakan agar terhindar dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA