Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN IKTERIK PADA AN.

M RUANG PERINA
RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI

DISUSUN OLEH:

NOVA NUR ARISTIA RINI

RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI


2021
ASUHAN KEPERAWATAN IKTERIK PADA AN. M RUANG PERINA
RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Masa Orientasi

DISUSUN OLEH:

NOVA NUR ARISTIA RINI

RUMAH SAKIT MEDIKA MULYA WONOGIRI


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien Vomitus di Rumah Sakit Medika Mulya

Wonogiri”. Asuhan keperawatan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan masa orientasi sebagai tenaga medis di Rumah Sakit Medika

Mulya Wonogiri.

Dalam penyusunan Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Ibu dr. Wenny Retno Sarie L, MMRS selaku Direktur Rumah Sakit Medika

Mulya Wonogiri.

2. Ibu Tarni, S.Kep selaku Kepala Komite Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri.

3. Ibu Fitri, AMK selaku Manager Keperawatan Rumah Sakit Medika Mulya

Wonogiri.

4. Ibu Anis, AMK selaku Kepala Perawat Ruang Intensif Rumah Sakit Medika

Mulya Wonogiri.

5. Ibu , AMK selaku Perawat Pendidik Ruang Intensif Rumah Sakit Medika Mulya

Wonogiri

6. Ibu Erika, AMK selaku Perawat Pendidik selama masa orientasi di Rumah

Sakit Medika Mulya Wonogiri sekaligus Penguji I yang telah bersedia


memberikan waktu, tenaga, pikiran, bimbingan, motivasi, dan masukan hingga

selesainya Asuhan Keperawatan ini.

7. Rekan-rekan perawat Ruang Intensif Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri atas

bimbingan dan petunjuk selama dalam proses memberikan asuhan keperawatan.

8. Orang tua, kakak, dan ponakan tercinta yang telah memberikan dukungan moril

dan materil yang tidak habis-habisnya.

9. An. M dan keluarga yang telah membantu dan berkenan untuk bekerjasama dengan

saya selama masa perawatan.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan

kesehatan. Amin

Wonogiri, 9 Agustus 2021

Penulis
DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. vii
A. Latar Belakang .............................................................................. ix
B. Rumusan Masalah ........................................................................ x
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... xi
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 1
A. Konsep Kasus Hiperbilirubinemia ............................................... 4
1. Pengertian ............................................................................... 4
2. Etiologi ................................................................................... 5
3. Patofisiologi ............................................................................ 6
4. Pathway .................................................................................. 6
5. Penatalaksanaan ...................................................................... 6
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Hiperbilirubinemia .............. 7
1. Pengkajian .............................................................................. 9
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan .................................. 11
3. Rencana Keperawatan ............................................................ 13
BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN KASUS............................... 14
A. Deskripsi Kasus................................................................................... 16
1. Pengkajian Keperawatan............................................................... 16
2. Diagnosis Keperawatan................................................................. 19
3. Intervensi Keperawatan................................................................. 19
4. Implementasi Keperawatan........................................................... 44
5. Evaluasi Keperawatan................................................................... 48
B. Pembahasan Kasus.............................................................................. 52
1. Pengkajian Keperawatan............................................................... 52
2. Diagnosis Keperawatan................................................................. 55
3. Intervensi Keperawatan................................................................. 57
4. Implementasi Keperawatan........................................................... 60
5. Evaluasi Keperawatan................................................................... 65
BAB V PENUTUP......................................................................................... 72
A. Kesimpulan.......................................................................................... 72
B. Saran.................................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 Pathway Hiperbilirubinemia..............................................................11


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Derajat Ikterus....................................................................................... 7


Tabel 2.2. Rencana Keperawatan................................................................................19
Tabel 4.1. Pengkajian Keperawatan............................................................................32
Tabel 4.2. Diagnosis Keperawatan..............................................................................37
Tabel 4.3. Intervensi Keperawatan........................................................................ 39
Tabel 4.4. Implementasi Keperawatan........................................................................44
Tabel 4.5. Evaluasi Keperawatan................................................................................49
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi baru


lahir. Hiperbilirubinemia ditandai dengan ikterik atau jaundice akibat tingginya kadar
bilirun dalam darah. Bilirubin merupakan hasil pemecahan hemoglobin akibat sel
darah merah yang rusak (Wong , 2009).
Bilirubin merupakan senyawa pigmen kuning yang merupakan produk
katabolisme enzimatik biliverdin oleh biliverdin reduktase. Bilirubin di produksi
sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak. Kemudian bilirubin indirek
(tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin
direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Bayi
memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah,
sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang
kemudian ikut masuk dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi
(Atikah & Jaya, 2016 ). Bilirubin yang tak terkonjugasi larut dalam lemak,
kemudian di kirim ke hepar, yang mana pada saat itu hepar belum berfungsi
sempurna sehingga akan meningkatkan produksi bilirubin. Kerusakan pada sel darah
merah akan memperburuk keadaan, karna proses pemecahan bilirubin akan
terganggu, hal ini mengakibatkan bayi akan mengalami hiperbilirubinemia ( Lynn &
Sowden , 2009 ).
Hiperbilirubinemia dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Secara
fisiologis bayi mengalami kuning pada bagian wajah dan leher, atau pada derajat satu
dan dua (<12mg/dl), dapat diatasi dengan pemberian intake ASI yang adekuat dan
sinar matahari pagi kisaran jam 7.00-9.00 selama 15menit. Secara patologis bayi
akan mengalami kining diseluruh tubuh atau derajat tiga sampai lima (>12mg/dl), di
indikasikan untuk pemberian fototerapi, jika kadar bilirubin >20mg/dl maka bayi
akan di indikasikan untuk transfusi tukar (Aviv, 2015; Atikah & Jaya, 2015).
Pemberian fototerapi akan berdampak pada bayi, karena fototerapi
memancarkan sinar intensitas tinggi yang dapat berisiko cedera bagi bayi yaitu pada
mata dan genitalia, juga bayi dapat berisiko mengalami kerusakan intensitas kulit,
diare, dan hipertermi. Perawat berperan penting dalam pemberian fototerapi untuk
mencegah terjadinya dampak fototerapi pada bayi, yaitu monitor intake ASI yang
adekuat, memasangkan penutup mata dan genitalia bayi, merubah posisi bayi setiap
2jam, dan mengatur intensitas sinar yang diberikan (Aviv, 2015; Atikah & Jaya,
2015).
Atikah dan Jaya, (2015), komplikasi dari hiperbilirrubinemia yaitu kern
ikterus, dimana kern ikterus adalah suatu sindrom neurologi yang timbul sebagai
akibat penimbunan efek terkonjugasi dalam sel-sel otak sehingga otak mengalami
kerusakan, hal ini dapat menyebabkan kejang-kejang dan penurunan kesadaran serta
bisa berakhir dengan kematian, akan tetapi apabila bayi dapat bertahan hidup, maka
akan ada dampak sisa dari kernikterus tersebut yaitu bayi dapat menjadi tuli, spasme
otot, gangguan mental, gangguan bicara, dan gangguan pada sistem neurologi
lainnya.
WHO (2015), menjelaskan bahwa sebanyak 4,5 juta (75%) dari semua
kematian bayi dan balita terjadi pada tahun pertama kehidupan. Data kematian bayi
terbanyak dalam tahun pertama kehidupan ditemukan di wilayah Afrika, yaitu
sebanyak 55/1000 kelahiran. Sedangkan di wilayah eropa ditemukan ada 10/1000
dari kelahiran. Hal ini menunjukkan bahwa di wilayah afrika merupakan kejadian
tertinggi pada tahun 2015.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti telah melakukan asuhan
keperawatan pada neonatus dengan kasus ikterikt di Ruangan Perinatologi RS
Medika Mulya Wonogiri.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada neonatus dengan kasus ikterik di
Ruangan Perinatologi RS Medika Mulya Wonogiri ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada neonatus dengan kasus ikterik di Ruangan
Perinatologi RS Medika Mulya Wonogiri ?
2. Tujuan khusus
a) Mengidentifikasi data hasil pengkajian pada neonatus dengan kasus
ikterik di Ruangan Perinatologi RS Medika Mulya Wonogiri.
b) Merumuskan diagnosa keperawatan pada neonatus dengan kasus ikterik
di Ruangan Perinatologi RS Medika Mulya Wonogiri .
c) Menyusun rencana keperawatan pada neonatus dengan kasus ikterik di
Ruangan Perinatologi RS Medika Mulya Wonogiri.
d) Melakukan tindakan keperawatan pada neonatus dengan kasus ikterik di
Ruangan Perinatologi RS Medika Mulya Wonogiri.
e) Melakukan evaluasi keperawatan pada neonatus dengan kasus ikterik di
Ruangan Perinatologi RS Medika Mulya Wonogiri .
f) Melakukan dokumentasi keperawatan pada neonatus dengan kasus ikterik
di Ruangan Perinatologi RS Medika Mulya Wonogiri.

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi perawat
Laporan kasus ini dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan peneliti dalam menerapkan asuhan keperawatan
pada neonatus dengan ikterus yang telah dipelajari.
2. Manfaat bagi Rumah Sakit
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam
menerapkan asuhan keperawatan pada neonatus dengan ikterus.
3. Manfaat bagi pasien dan keluarga
Mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang penanganan pasien yang mengalami
ikterus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kasus Hiperbilirubinemia


1. Pengertian
Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana menguningnya
sklera, kulit atau jaringan lain akibat perlekatan bilirubuin dalam tubuh
atau akumulasi bilirubin dalam darah lebih dari 5mg/ml dalam 24 jam,
yang menandakan terjadinya gangguan fungsional dari liper, sistem
biliary, atau sistem hematologi ( Atikah & Jaya, 2016 ).

Hiperbilirubinemia adalah kondisi dimana tingginya kadar bilirubin


yang terakumulasi dalam darah dan akan menyebabkan timbulnya
ikterus, yang mana ditandai dengan timbulnya warna kuning pada
kulit, sklera dan kuku. Hiperbilirubinemia merupakan masalah yang
sering terjadi pada bayi baru lahir. Pasien dengan hiperbilirubinemia
neonatal diberi perawatan dengan fototerapi dan transfusi tukar
(Kristianti ,dkk, 2015).

Hiperbilirubinemia ialah terjadinya peningkatan kadar bilirubin dalam


darah, baik oleh faktor fisiologik maupun non-fisiologik, yang secara
klinis ditandai dengan ikterus ( Mathindas, dkk , 2013 ).

Atikah dan Jaya, (2016), membagi ikterus menjadi 2 :


a. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis sering dijumpai pada bayi dengan berat lahir
rendah, dan biasanya akan timbul pada hari kedua lalu menghilang
setelah minggu kedua. Ikterus fisiologis muncul pada hari kedua
dan ketiga. Bayi aterm yang mengalami hiperbilirubin memiliki
kadar bilirubin yang tidak lebih dari 12 mg/dl, pada BBLR 10
mg/dl, dan dapat hilang pada hari ke-14. Penyebabnya ialah karna
bayi kekurangan protein Y, dan enzim glukoronil transferase.
b. Ikterus Patologis
Ikterus patologis merupakan ikterus yang timnbul segera dalam 24
jam pertama, dan terus bertamha 5mg/dl setiap harinya, kadal
bilirubin untuk bayi matur diatas 10 mg/dl, dan 15 mg/dl pada bayi
prematur, kemudian menetap selama seminggu kelahiran. Ikterus
patologis sangat butuh penanganan dan perawatan khusus, hal ini
disebabkan karna ikterus patologis sangat berhubungan dengan
penyakit sepsis. Tanda-tandanya ialah :
1) Ikterus muncul dalam 24jam pertama dan kadal melebihi
12mg/dl.
2) Terjadi peningkatan kadar bilirubin sebanyak 5 mg/dl dalam
24jam.
3) Ikterus yang disertai dengan hemolisis.
4) Ikterus akan menetap setelah bayi berumur 10 hari pada bayi
aterm , dan 14 hari pada bayi BBLR.

Luasnya ikterus pada neonatus menurut daerah yang terkena dan kadar
bilirubinnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1
Derajat ikterus pada neonatus menurut rumus Kramer

Zona Luas Ikterik Rata-rata Bilirubin Kadar bilirubin


Serum (umol/L) (mg)
1 Kepala dan leher 100 5
2 Pusar-leher 150 9
3 Pusar-paha 200 11
4 Lengan dan tungkai 250 12
5 Tangan dan kaki >250 16
Sumber : Atikah & Jaya (2016)
2. Etiolgi
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh bermacam-macam keadaan.
Penyebab yang sering ditemukan disini adalah hemolisis yang timbul
akibat inkopatibilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim
G6PD. Hemolisis ini dapat pula timbul karna adanya perdarahan
tertutup (hematoma cepal, perdarahan subaponeurotik) atau
inkompatibilitas golongan darah Rh. Infeksi juga memegang peranan
penting dalam terjadinya hiperbilirubinemia; keadaaan ini terutama
terjadi pada penderita sepsis dan gastroenteritis. Faktor lain yaitu
hipoksia atau asfiksia, dehidrasi dan asiosis, hipoglikemia, dan
polisitemia (Atikah & Jaya, 2016).

Nelson, (2011), secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat


dibagi :
a. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,
misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas
darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD,
piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi
hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya
enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab
lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan
penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke
hepar.Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh
obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang
bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
d. Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar
hepar.Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan
bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau
kerusakan hepar oleh penyebab lain.
Etiologi ikterus yang sering ditemu-kan ialah: hiperbilirubinemia
fisiologik, inkompabilitas golongan darah ABO dan Rhesus, breast
milk jaundice, infeksi, bayi dari ibu penyandang diabetes melitus,
dan polisitemia/hiperviskositas.

Etiologi yang jarang ditemukan yaitu: defisiensi G6PD, defisiensi


piruvat kinase, sferositosis kongenital, sindrom Lucey-Driscoll,
penyakit Crigler-Najjar, hipo-tiroid, dan hemoglobinopati.
(Mathindas, dkk , 2013)

3. Patofisiologi
Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk
akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi
reduksi. Karena sifat hidrofobiknya, bilirubin tak terkonjugasi
diangkut dalam plasma, terikat erat pada albumin. Ketika mencapai
hati, bilirubin diangkut ke dalam hepatosit, terikat dengan ligandin.
Setelah diekskresikan ke dalam usus melalui empedu, bilirubin
direduksi menjadi tetrapirol tak berwarna oleh mikroba di usus besar.
Bilirubin tak terkonjugasi ini dapat diserap kembali ke dalam sirkulasi,
sehingga meningkatkan bilirubin plasma total (Mathindas ,dkk, 2013).

Bilirubin mengalami peningkatan pada beberapa keadaan. Kondisi


yang sering ditemukan ialah meningkatnya beban berlebih pada sel
hepar, yang mana sering ditemukan bahwa sel hepar tersebut belum
berfungsi sempurna. Hal ini dapat ditemukan apabila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, pendeknya umur
eritrosit pada janin atau bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain,
dan atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik (Atikah &
Jaya, 2016).

Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang


telah rusak. Kemudian bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke
hepar dengan cara berikatan dengan albumin. Bilirubin direk
(terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal.
Bayi memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat
bakteri pemecah, sehingga pemecahan bilirubin tidak berhasil dan
menjadi bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk dalam aliran
darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Atikah & Jaya, 2016)
4.Pathway
Sel darah merah Kerusakan sel Defisiensi
Prematuritas Hemolisis
darah merah protein “Y”
rusak
Hemoglobin

Heme Globin Etiologi Uptake bilirubin ke


Immaturitas sel hepar gagal
hepar
Peningkatan
Biliverdin Produksi inkompatibilitas darah Rh, bilirubin akan terus
bilirubin Fungsi hepar
ABO , dan sepsis bersirkulasi
terganggu
Gangguan konjugasi
bilirubin Kelainan sel
Gagal melakukan darah merah,
Pemecahan bilirubin hepar konjugasi infeksi
berlebihan

Suplai bilirubin Bilirubin


melebihi kemampuan gagal dipecah

Hepar gagal
berkonjugasi
Hiperbilirubinemia
Ikterus Neonatus
Bilirubin bersirkulasi Ikterus pada
kembali sklera dan leher,
peningkatan
bilirubin
Peningkatan bilirubin >12mg/dl
Sebagian masuk ke unconjugated dalam
siklus enterohepatik darah
Gangguan Kadar bilirubin >12mg/dl Kadar bilirubin
sistem tubuh Indikasi >20mg/dl
Indikasi Transfusi
fototerapi
tukar

Sistem Sistem Sistem


Sinar intensitas
pencernaan integumen Persyarafan
Kelebihan bilirubin tinggi
indirek Risiko Infeksi
Reflek hisap Defisieensi
Gangguan suhu
menurun protein “Y” Akumulasi bilirubin tubuh
dalam darah tidak di
Bilirubin ekskresiekskresikan
Bayi malas Hipertermi Diare
indirek terus
menyusu
bersirkulasi ke
Nutrisi yang jaringan Menumpuk dan
dicerna sedikit perifer melekat di sel otak Risiko Kerusakan Risiko Kekurangan
Ikterus Neonatus Integritas Kulit Volume Cairan
Kern Ikterus
Resiko Infeksi Risiko Cidera

Ketidakefektifan Kejang dan


Pola Makan Bayi penurunan
Kematian
kesadaran

Risiko Bagan 2.1


Kekurangan WOC Hiperbilirubinemia
Volume Cairan Sumber: Atikah & Jaya(2015); Surasmi,dkk(2003); Widagdo(2012); Wong(2009).
5. Respon Tubuh
a. Sistem Eliminasi
Pada bayi normal, feses akan berwarna kuning kehijauan,
sementara pada bayi dengan hiperbilirubin biasanya akan berwarna
pucat. Hai ini disebabkan oleh bilirubin tak larut dalam lemak
akibat dari kerja hepar yang mengalami gangguan.
b. Sistem Pencernaan
Bayi dengan hiperbilirubinemia mengalami gangguan pada nutrisi,
karena biasanya bayi akan lebih malas dan tampak letargi, dan juga
reflek sucking yang kurang, sehingga nutrisi yang akan dicerna
hanya sedikit. Dengan nutrisi yang kurang, bayi bisa berisiko
infeksi karna daya tahan tubuh yang lemah.
c. Sistem Integumen
Pada bayi normal, kulit bayi akan tambah merah muda, akan tetapi
pada bayi yang mengaami hiperbilirubin, kulit bayi akan tampak
berwarna kekuningan. Ini disebabkan karna fungsi hepar yang
belum sempurna, defisiensi protein “Y”, dan juga tidak terdapat
bakteri pemecah bilirubin dalam usus akibat dari imaturitas usus,
sehingga bilirubin indirek terus bersirkulasi keseluruh tubuh.
d. Sistem Kerja Hepar (ekskresi hepar)
Pada bayi yang mengalami hiperbilirubin biasanya disebabkan oleh
sistem kerja hepar yang imatur, akibat nya hepar mengalami
gangguan dalam pemecahan bilirubin, sehingga bilirubin tetap
bersirkulasi dengan pembuluh darah untuk menyebar keseluruh
tubuh.
e. Sistem Persyarafan
Bilirubin indirek yang berlebihan serta kurang nya penanganan
akan terus menyebar hingga ke jaringan otak dan syaraf, hal ini
sangat membahayakan bagi bayi, dan akan menyebabkan kern
ikterus, dengan tanda dan gejala yaitu kejang-kejang, penurunan
kesadaran, hingga bisa menyebabkan kematian.
(Widagdo, 2012).
6. Penatalaksanaan
Menurut Atikah dan Jaya, 2016, cara mengatasi hiperbilirubinemia
yaitu:
a. Mempercepat proses konjugasi, misalnya pemberian
fenobarbital. Fenobarbital dapat bekerja sebagai perangsang
enzim sehingga konjugasi dapat dipercepat.
b. Memberikan substrat yang kurang untuk transportasi atau
konjugasi. Contohnya ialah pemberian albumin untuk
meningkatkan bilirubion bebas.
c. Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi ini ternyata
setelah dicoba dengan alat-alat bantuan sendiri dapat
menurunkan bilirubin dengan cepat. Walaupun demikian
fototerapi tidak dapat menggantikan transfusi tukar pada proses
hemolisis berat. Fototerapi dapat digunakan untuk pra dan
pasca transfusi tukar.

Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara terapeutik :


1) Fototerapi
Dilakukan apabila kadar bilirubin indirek lebih dari 10 mg%
dan berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui
tinja dan urin dengan oksidasi foto pada bilirubin dari
biliverdin.
Langkah-langkah pelaksanaan fototerapi yaitu :
a) Membuka pakaian neonatus agar seluruh bagian tubuh
neonatus kena sinar.
b) Menutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang
memantulkan cahaya.
c) Jarak neonatus dengan lampu kurang lebih 40 cm
d) Mengubah posisi neonatus setiap 6 jam sekali.
e) Mengukur suhu setiap 6 jam sekali.
f) Kemudian memeriksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau
sekurang-kurangnya sekali dalam 24 jam.
g) Melakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada
penderita yang mengalami hemolisis.

2) Fenoforbital
Dapat mengekskresi bilirubin dalam hati dan memperbesar
konjugasi. Meningkatkan sintesis hepatis glukoronil transferase
yang mana dapat meningkatkan bilirubin konjugasi dan clearance
hepatik pada pigmen dalam empedu, sintesis protein dimana dapat
meningkatkan albumin untuk mengikat bilirubin. Fenobarbital
tidak begitu sering dianjurkan.

3) Transfusi Tukar
Apabila sudah tidak dapat ditangani dengan fototerapi atau kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg%.
Langkah penatalaksanaan saat transfusi tukar adalah
sebagai berikut :
a. Sebaiknya neonatus dipuasakan 3-4 jam sebelum
transfusi tukar.
b. Siapkan neonatus dikamar khusus.
c. Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada neonatus.
d. Tidurkan neonatus dalam keadaan terlentang dan buka
pakaian ada daerah perut.
e. Lakukan transfusi tukar sesuai dengan protap.
f. Lakukan observasi keadaan umum neonatus, catat
jumlah darah yang keluar dan masuk.
g. Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali
pusat.
h. Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12 jam.
(Suriadi dan Yulianni 2006)

Penatalaksanaan hiperbilirubinemia secara alami :


1) Bilirubin Indirek
Penatalaksanaanya dengan metode penjemuran dengan sinar
ultraviolet ringan yaitu dari jam 7.oo – 9.oo pagi. Karena
bilirubin fisioplogis jenis ini tidak larut dalam air.

2) Bilirubin Direk
Penatalaksanaannya yaitu dengan pemberian intake ASI yang
adekuat. Hal ini disarankan karna bilirubin direk dapat larut
dalam air, dan akan dikeluarkan melalui sistem pencernaan.
(Atikah & Jaya, 2016 ; Widagdo, 2012)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus Hiperbilirubinemia


1. Pengkajian
Pengkajian pada kasus hiperbilirubinemia meliputi :
a. Identitas, seperti : Bayi dengan kelahiran prematur, BBLR, dan
lebih sering diderita oleh bayi laki-laki.
b. Keluhan utama
Bayi terlihat kuning dikulit dan sklera, letargi, malas menyusu,
tampak lemah, dan bab berwarna pucat.
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan umum bayi lemah, sklera tampak kuning, letargi,
refleks hisap kurang, pada kondisi bilirubin indirek yang
sudah .20mg/dl dan sudah sampai ke jaringan serebral
maka bayi akan mengalami kejang dan peningkatan
tekanan intrakranial yang ditandai dengan tangisan
melengking.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya ibu bermasalah dengan hemolisis. Terdapat
gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh
atau golongan darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan
metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan, ibu
menderita DM. Mungkin praterm, bayi kecil usia untuk
gestasi (SGA), bayi dengan letardasio pertumbuhan intra
uterus (IUGR), bayi besar untuk usia gestasi (LGA) seperti
bayi dengan ibu diabetes. Terjadi lebih sering pada bayi
pria daripada bayi wanita.
3) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Antenatal care yang kurang baik, kelahiran prematur yang
dapat menyebabkan maturitas pada organ dan salah satunya
hepar, neonatus dengan berat badan lahir rendah, hipoksia
dan asidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin,
neonatus dengan APGAR score rendah juga
memungkinkan terjadinya hipoksia serta asidosis yang akan
menghambat konjugasi bilirubin.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala-leher.
Ditemukan adanya ikterus pada sklera dan mukosa.
2) Dada
Ikterus dengan infeksi selain dada terlihat ikterus juga akan
terlihat pergerakan dada yang abnormal.
3) Perut
Perut membucit, muntah, kadang mencret yang disebabkan
oleh gangguan metabolisme bilirubin enterohepatik.
4) Ekstremitas
Kelemahan pada otot.
5) Kulit
Menurut rumus kramer apabila kuning terjadi di daerah
kepala dan leher termasuk ke grade satu, jika kuning pada
daerah kepala serta badan bagian atas digolongkan ke grade
dua. Kuning terdapat pada kepala, badan bagian atas,
bawah dan tungkai termasuk ke grade tiga, grade empat jika
kuning pada daerah kepala, badan bagian atas dan bawah
serta kaki dibawah tungkai, sedangkan grade 5 apabila
kuning terjadi pada daerah kepala, badan bagian atas dan
bawah, tungkai, tangan dan kaki.

6) Pemeriksaan neurologis
Letargi, pada kondisi bilirubin indirek yang sudah
mencapai jaringan serebral, maka akan menyebabkan
kejang-kejang dan penurunan kesadaran.
7) Urogenital
Urine berwarna pekat dan tinja berwarna pucat. Bayi yang
sudah fototerapi biasa nya mengeluarkan tinja kekuningan.

e. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan bilirubin serum
Bilirubin pada bayi cukup bulan mencapai puncak kira-kira
6 mg/dl, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Jika nilainya diatas
10 mg/dl yang berarti tidak fisiologis, sedangkan bilirubin
pada bayi prematur mencapai puncaknya 10-12 mg/dl,
antara 5 dan 7 hari kehidupan. Kadar bilirubin yang lebih
dari 14 mg/dl yaitu tidak fisiologis. Ikterus fisiologis pada
bayi cukup bulan bilirubin indirek munculnya ikterus 2
sampai 3 hari dan hilang pada hari ke 4 dan ke 5 dengan
kadar bilirubin yang mencapai puncak 10-12 mg/dl,
sedangkan pada bayi dengan prematur bilirubin indirek
munculnya sampai 3 sampai 4 hari dan hilang 7 sampai 9
hari dengan kadar bilirubin yang mencapai puncak 15
mg/dl/hari. Pada ikterus patologis meningkatnya bilirubin
lebih dari 5 mg/dl perhari.
2) Ultrasound untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong
empedu
3) Radioisotope scan dapat digunakan untuk membantu
membedakan hepatitis dan atresia biliary.
(Surasmi, dkk, 2003; Lynn & Sowden, 2009; Widagdo,
2012)

f. Data penunjang
1) Pemeriksaan kadar bilirubin serum (total) (normal =
<2mg/dl).
2) Pemeriksaan darah tepi lengkap dan gambaran apusan
darah tepi.
3) Penentuan golongan darah dari ibu dan bayi.
4) Pemeriksaan kadar enzim G6PD.
5) Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi
tiroid, uji urin terhadap galaktosemia.
6) Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan
kultur darah, urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif
protein (CPR).

2. Kemungkinan diagnosa keperawatan


a. Ikterus Neonatus
b. Hipertermi b.d suhu lingkungan tinggi dan efek fototerapi.
c. Risiko infeksi b.d proses invasif.
d. Risiko kekurangan volume cairan b.d tidak adekuatnya intake
cairan, efek fototerapi dan diare.
e. Risiko kerusakan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan diare.
f. Risiko cedera b.d peningkatan kadar bilirubin dan proses
fototerapi.
g. Ketidakefektifan pola makan bayi b.d penurunan daya hisap
bayi. ( NANDA, 2015 )
3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


Keperawatan
1 Ikterus Neonatus Setelah dilakukan asuhan 1. Fototerapi: neonatus
b.d neonatus keperawatan, maka didapatkan a. Kaji ulang riwayat
mengalami kesulitan kriteria: maternal dan bayi
transisi kehidupan a. Bilirubin serum menurun mengenai adanya
ekstra uterin, b. Kulit tidak kuning faktor risiko
keterlambatan c. Sklera tidak kuning terjadinya
pengeluaran mekonium, d. Membrane mukosa tidak hyperbilirubinemia.
penurunan berat badan kuning b. Observasi tanda-tanda
tidak terdeteksi, pola (warna) kuning.
makan tidak tepat dan c. Periksa kadar serum
usia ≤ 7 hari. bilirubin, sesuai
kebutuhan, sesuai
protokol dan
permintaan dokter.
d. Edukasikan keluarga
mengenai prosedur
dalam perawatan
isolasi.
e. Tutup mata bayi,
hindari penekanan yang
berlebihan.
f. Ubah posisi bayi setiap
4jam per protokol.

2. Monitor tanda vital


a. Monitor nadi, suhu, dan
frekuensi pernapasan
dengan tepat.
b. Monitor warna kulit,
suhu, dan
kelembaban.

2 Hipertermi b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Temperature regulation


suhu lingkungan keperawatan, maka didapatkan (pengaturan suhu)
tinggi dan efek a. Monitor sushu
fototerapi. kriteria: minimal tiap 2 jam.
b. Rencanakan
1. Termoregulasi. monitoring suhu
secara kontinyu.
a. berkeringat saat c. Monitor nadi dan
panas (5) RR.
b. gemetaran saat d. Monitor warna dan
dingin.(5) suhu kulit.
c. Tingkat e. sesuaikan suhu yang
pernafasan. (5) sesua dengan
kebutuhan pasien.
f. Monitor tanda-tanda
2. Kontrol resiko : hipertermi dan
hipertermi. hipotermi.
g. Tingkatkan cairan
a. Teridentifikasi dan nutrisi.
nya tanda dan h. Berikan antipiretik
gejala jika perlu.
hipertermi (5) i. Gunakan kasur yang
b. Modifikasi dingin dan mandi air
lingkungan hangat untuk
untuk perubahan suhu
mengontrol tubuh yang sesuai.
suhu tubuh (5)
2. Manajemen demam
a. Monitor suhu secara
kontinue
b. Monitor keluaran
cairan
c. Monitor warna kulit
dan suhu
d. Monitor masukan
dan keluaran.

3 Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Infection Control (Kontrol


proses invasif. asuhan keperawatan, Infeksi).
maka didapatkan a. Bersihkan lingkungan
kriteria: setelah dipakai pasien
lain.
Kontrol resiko : proses b. Pertahankan teknik
infeksi. isolasi.
c. Batasi pengunjung bila
Faktor risiko infeksi perlu.
teridentifikasi. (5) d. Gunakan sabun
antimikroba untuk cuci
tangan.
e. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan.
f. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai
pelindung.
g. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat.
h. Tingkatkan intake
nutrisi.
i. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
yang mengandung
infection protection
(proteksi terhadap
infeksi).

4 Risiko kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan


volume cairan b.d asuhan keperawatan, a. Monitor berat badan.
tidak adekuatnya maka didapatkan b. Timbang popok.
intake cairan, efek kriteria: c. Pertahankan catatan
fototerapi dan intake dan output yang
diare. Keseimbangan cairan. akurat.
d. Monitor vital sign.
a. Intake dan e. Dorong masukan oral.
output f. Monitor pernafasan,
seimbang tekanan darah, dan nadi.
dalam 24 g. Monitor status hidrasi
jam.(5) (kelembapan membrane
b. Turgor kulit mukosa, nadi adekuat,
membaik (5) tekanan darah ortostatik).
h. Monitor warna, kuantitas
dan banyaknya keluaran
urin.
i. Berikan cairan yang
sesuai.
j. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan.
k. Monitor berat badan.

5 Risiko kerusakan Setelah dilakukan


integritas kulit b.d asuhan keperawatan, 1. Manajemen cairan
hiperbilirubinemia maka didapatkan a. Monitor berat badan.
dan diare. kriteria: b. Pertahankan catatan
intake dan output yang
1. Integritas jaringan : akurat.
kulit dan membran c. Dorong masukan oral.
mukosa. d. Monitor status hidrasi
(kelembapan membran
a. Integritas kulit mukosa, nadi adekuat,
yang baik bisa tekanan darah
dipertahankan ortostatik).
(sensasi, e. Berikan cairan yang
elastisitas, sesuai.
hidrasi). (5)
b.Perfusi jaringan 2. Pressure management
baik. (5) (Manajemen tekanan)
a. Anjurkan untuk
2. Kontrol resiko. menggunakan pakaian
yang longgar.
integritas kulit b. Hindari kerutan pada
neonatus kembali tempat tidur.
membaik. c. Jaga kebersihan kulit
Dengan kriteria hasil : agar tetap bersih dan
a. Faktor resiko kering.
teridentifikasi d. Mobilisasi (ubah posisi
(5) pasien) setiap dua jam
b. Faktor resiko sekali.
personal e. Monitor akan adanya
termonitor (5) kemerahan.
c. Faktor resiko f. Monitor aktivitas dan
lingkungan mobilisasi pasien.
termonitor. (5) g. Memandikan pasien
dengan sabun dan air
hangat.
6 Risiko cedera b.d Setelah dilakukan Environment Management
peningkatan kadar asuhan keperawatan, (manajemen lingkungan).
bilirubin dan maka didapatkan a. Sediakan lingkungan
proses fototerapi. kriteria: yang aman untuk
pasien.
1. Kontrol Resiko b. Menghindari
cidera lingkungan yang
berbahaya.
1. Terbebas dari c. Monitor kadar
cidera. (5) bilirubin, Hb, HCT
sebelum dan sesudah
tansfusi tukar.
d. Monitor tanda vital.
e. Mempertahankan
sistem
kardiopulmonary.
f. Mengkaji kulit pada
abdomen.
g. Kolaborasi pemberian
obat untuk
meningkatkan
transportasi dan
konjugasi seperti
pemberian albumin
atau pemberian
plasma.
h. Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan.
7 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Manajemen cairan
pola makan bayi asuhan keperawatan, a. Timbang BB setiap hari
maka didapatkan dan dan monitor status
kriteria: pasien.
b. Hitung atau timbang
1. Organisasi popok dengan baik
(pengelolaan) bayi c. Monitor tanda vital
prematur pasien
a. Toleransi makan
(5)
2. Monitor nutrisi
2. Status menelan: fase a. Timbang dan ukur berat
oral badan ideal
a. Efisiensi b. Berikan intake ASI
kemampuan yang adekuat.
menghisap (5)

1. Implementasi

Menurut Hidayat (2012) tahap pelaksanaan keempat dalam

proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi

keperawatan yang telah direncanakan. Implementasi terdiri

atas melakukan dan mendokumentasikan yang merupakan

tindakan khusus yang digunakan untuk melaksanakan

intervensi, implementasi membutuhkan fleksibelitas dan

kreativitas perawat (Debora, 2017).

2. Evaluasi

Menurut Bararah & Jauhar (2013) evaluasi merupakan

tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi

adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah

implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan

dalam perencanaan. Perawat mempunyai 3 alternatif dalam

menentukan sejauh mana tujuan tercapai :

a) Berhasil : perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan

dalam waktu, tanggal yang ditetapkan di tujuan.

b) Tercapai sebagian : pasien menunjukkan perilaku

tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam

pernyataan tujuan.

c) Belum tercapai : pasien tidak mampu sama sekali

menunjukkan perilaku yang diharapkan sesuai

dengan pernyataan tujuan


BAB III
LAPORAN KASUS

Tanggal masuk : 7 Agustus 2021 Jam masuk :13.00 WIB


Ruang/ kelas : Perina No.register :136010xxxx
Tanggal pengkajian : 7 Agustus 2021 Jam pengkajian : 13.30 WIB
Diagnosa medis : Ikterik krimer 5 slow feeding Dokter : dr. Vera Irawati, Sp.A
Problem potensial infection
Sepsis early onset

1. Data Umum
Identitas Bayi
Nama : An. M
Tgl lahir/umur : 30 Juli 2021/ 9 hari
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke :2

Identitas Orangtua
Nama Ibu : ny. D Nama Ayah : tn. W
Umur : 32 Tahun Umur : 34 Tahun
Suku bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pracimantoro Alamat : Pracimantoro

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. KELUHAN UTAMA An. M dirawat diruang perina RS Medika Mulya karena bayi kuning
b. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Pasien merupakan Rujukan dari RS Maguan Husada dengan kuning diwajah sampai dengan ekstermitas
bawah. Berat Badan Turun BB lahir 3000gr, BB sekarang 2600 gr.

c. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Saat dilakukan anamnesis pada ibu didapatkan bahwa An.M lahir secara SC di RS Maguan Husada dari
ibu G2P1A0 UK 39+4 minggu dengan Re SC 7 Tahun

Riwayat Kehamilan
Status kehamilan G 2 P1 A 0
Pemeriksaan kehamilan/ANC □ Tidak ada ฀√ Ada, Frekuensi : ฀ < 3 x ฀√ > 3 x
Masalah kehamilan □√ Tidak ada ฀ Ada, ……..............
Konsumsi obat selama hamil ฀√ Tidak ada ฀ Ada, sebutkan … ..
Pemeriksaan kehamilan ke □ Perawat ฀√ Bidan ฀√ Dokter
Riwayat Kelahiran
Usia Gestasi 39 + 4 mg
BB lahir 3000 gr PB lahir 49cm
Nilai APGAR Menit ke 1….... Menit ke 5….........
Kala Persalinan Kala I: ……jam.........menit Kala II: ……jam.........menit Kala III: ..……jam...menit
Penolong □ Perawat ฀ Bidan ฀√ Dokter ฀ Dukun
Jenis persalinan □ Spontan ฀√ Sectio ฀ Vakum ฀
Forcep Caesarea
Kesulitan ฀√ Tidak Ada ฀ Ada, sebutkan …..
Air ketuban ฀√ Jernih ฀ Keruh
Kelainan bayi □ Tidak Ada ฀ Ada, sebutkan …..
Inisiasi Menyusu Dini ฀√ Ada ฀ Tidak Ada
(IMD)
Pemberian Vit K □ √ Ada ฀ Tidak Ada

Riwayat Keluarga : GENOGRAM (3 Generasi)

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota ฀√ Tidak ada □ Ada, sebutkan siapa dan penyakitnya :
keluarga
pernah sakit
Riwayat □√ Tidak ada □ Ada, sebutkan penyakitnya:
penyakit
keturunan
Budaya Kepercayaan Yang Dianut Oleh Keluarga Tentang Kesehatan
Nilai/keyakinan keluarga : ฀√ Ada, sebutkan……
dalam □ Tidak ada
kesehatan

1.1 KEBUTUHAN NUTRISI DAN CAIRAN


Kebutuhan Cairan 50 ml/kgBB/hr
Cara Pemberian □ Parenteral, a. Jenis .........................................
b. Jumlah ………….. ml/jam tetesan/menit:..................
□ Enteral a. Jenis ฀√ ASI ฀ PASI ฀ Puasa
b. Rute ฀√ Oral ฀ OGT
c. Frekuensi 8 x/hr......................................ml/kali pemberian
Toleransi Kembung ฀ Ya ฀√ Tidak Muntah ฀√ Tidak ฀ Ya, jumlah ……
pemberian
1.2 KEBUTUHAN ELIMINASI
Buang Air Buang Air
Kesulitan Besar Kecil
□ Ada, sebutkan……. ฀√ Tidak □ Ada, sebutkan……. ฀√ Tidak
Konsistensi □ Padat/keras ฀√ Lembek ฀ Cair
Alat bantu □ Huknah ฀√ Tidak ada □ Kateter ฀√ Diapers ฀ Tidak ada
Warna Kuning kehijauan Kuning
Bau ………. ………..
Frekuensi ……… x/hari ……….. x/hari
Jumlah ................. ml/hari
1.3 KEBUTUHAN TIDUR DAN BERMAIN
Lama tidur …… jam/hr Siang :…… jam Malam : …… jam
Kualitas tidur ฀Nyenyak ฀ √ Sering terbangun / gelisah Penyebab Haus
Jenis bermain □ Bermain sendiri ฀ Bermain ditemani
IMUNISASI
Imunisasi yang sudah didapatkan : Hb0, BCG

LINGKUNGAN

2. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital Suhu : 36,7 oC RR : 48 x/m HR : 130 x/m TD : - mmHg
Tingkat
kesadaran : E4 M4 V2 Jumlah: 10
(GCS)
Antropometri BB saat ini : 2600.gr PB : 50 cm
Kepala Lingkar Kepala : 35 cm
Ubun-ubun besar : Ubun-ubun kecil:
Bentuk ฀√ Normal ฀ Kelainan, sebutkan :............ ฀ Jejas
Sutura Sagitalis : ................................. Caput Succedaneum
:......................

Rambut ฀√ Hitam ฀ Tipis □ Jarang □ Merah


Mata ฀√ Simetris ฀ Tidak simetris □ Menonjol Sklera ฀√ Ikterik ฀ Tidak
□ Strabismus ฀ Ada □ Tidak ada ikterik Konjungtiva ฀ Anemis ฀√
□ Kelainan Tdk anemis Sekret ฀
sebutkan …. Reflek Ada ฀ √Tdk ada
cahaya : +/+ Reflek
pupil : +/+
Hidung Jalan nafas ฀√ Bersih □ Tidak □ Sekret ฀ □ Kelainan
Pernafasan cuping ฀ Ada bersih Obstruksi
hidung □ √Tidak
ada
Mulut Struktur mulut ฀√ Utuh □ Labioskiziz
Palatum ฀√ Utuh □ Palatoskiziz
Gusi ฀√ Utuh □ Tidak Utuh
Lidah : merah muda
Warna bibir : merah
Reflek Rooting : (+)
Reflek sucking : (+)
Telinga ฀√ Normal ฀ Keluar cairan □ Berbau
□ Kelainan, sebutkan ….
Sejajar dengan kantus mata: (+)
Leher Ukuran: ฀√ Ya □ Tidak
Rekfek Tonik Neck: ..............................
Dada
Lingkar Dada 32 cm
Pernafasan
Inspeksi Irama nafas ฀√ Reguler □ Irreguler
Jenis nafas □ Cheyne Stoke □ Kussmaul □ Hiperventilasi
Alat bantu □ ฀√ Tidak Ada
Ada,sebutkan...................
..
Kesulit □ Retraksi dada □ Otot bantu nafas
an
nafas
Palpasi Fremitus : Sama kiri dan kanan
Auskultasi Suara nafas ฀√ Vesikuler □ Wheezing □ Rhonchi □ Stridor
Jantung
Sirkulasi Denyut 130.x/menit
jantung
Irama ฀√ Teratur □ Tidak teratur
Akral ฀√ Hangat □ Dingin

CRT ฀√ <2 detik □ >2 detik


Jantung Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba

Auskultasi : denyut jantung normal


Abdomen
Lingkar Perut 32 cm
Inspeksi Tali pusat
□ Basah ฀√ Kering ฀ Bau ฀ Sudah puput
Kelainan struktur abdomen: .......................................
Spinder nevy : ........................
Auskultasi Bising usus : 10 x/menit
฀√ Teratur ฀ tidak teratur
Palpasi Pembesaran hepar tidak teraba, tidak ada massa

Perkusi Saat perkusi, suara abdomen tympani

Ekstremitas Atas ฀√ Lengkap ฀ Kelainan, sebutkan ….


Reflek genggam pada tangan (palmar graps): (+)
Bawah ฀√ Lengkap ฀ Kelainan, sebutkan ….
Reflek genggam pada kaki (plantar
graps): (+) Reflek Babinsky:
................................
Genitalia
฀√ Normal ฀ Kelainan, sebutkan ….
Mekonium sudah Atresia ani
keluar Hipospadia/Epispadia
Kulit Turgor, kembali ฀ Segera ฀√ Lambat ฀ Sangat
lambat Kelembaban ฀ Baik ฀√ Buruk
Warna kulit ฀ Sianosis ฀√ Tidak sianosis
Lanugo ฀√ Ada ฀
Tidak Pemeriksaan Ikterus (Kreamer) : ikterus
krimer 5

PROGRAM TERAPI

- Terapi sinar / fototerapi : 2×24 jam


- Terapi obat :
a. IVFD D ¼ NS 15 cc/jam
b. Bactesyn 3×150mg (iv)
c. L-Bio 1×1 saset
- Diit ASI /ASB 12×50-60 cc naik bertahap

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Pemeriksaan
07/08/2021 Bilirubin Total 12.00 0.0 - 11.7
Bilirubin Direk 1.37 0.1 – 0,25
Darah Tepi - Ll
Hemoglobin 14.5 12.7 – 18.7
Hematokrit - Ll 43.3 -
Leukosit 12900 5000
Trombostit 387000 1500000.0-350000.0
Hitung Jenis
Basofil 0 -
Eosinofil 1 -
Batang 2 -
Segmen 23 -
Limfosit 69 -
Monisit 5 -
Covid-19 Antigen Rapid - Ll Negatif Negatif

PERENCANAAN PULANG (DISCHARGE PLANNING)

Hari/Tanggal Perawat Tanda tangan


Pengkajian

7 Agustus 2021 Nova Nur


3.Analisis Data
No Hari/Tanggal/ Data Fokus Masalah Etiologi Diagnosa Keperawatan Ttd

Jam

1. 7 Agustus 2021 DS: Resiko Cedera Peningkatan kadar Risiko cedera b.d Nova

DO: bilirubin dan proses peningkatan kadar bilirubin


- An. M tampak kuning pada fototerapi. dan proses fototerapi.
wajah dan seluruh tubuh
- Ikterik krimer 5
- Hasil laborat menunjukkan
kadar bilirubin total 12.0
mg/dl (normal 0.0-11.7),
bilirubin direk 1.37 mg/dl
(normal 0.1-0.25)
- Terpasang alat Fototerapi
2×24 jam
Daftar Diagnosis Keperawatan
a) Risiko cedera berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin dan proses fototerapi.

B. Intervensi Keperawatan
Nama : An M No. CM : 136010xxx
Umur : 9 Hari Diagnosa Medis: Ikterik Krimer 5

NoDx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd

1. Setelah dilakukan asuhan O : Monitor TTV Nova


keperawatan selama 3 x 24 jam maka ikterus T : Berikan fototerapi sesuai program
neonatus membaik dengan kriteria hasil: E : Jelaskan pada orang tua tentang kondisi bayi
1. Bilirubin serum menurun K: kolaborasi DPJP untuk pemeriksaan kadar bilirubin
2. Kuilt tidak kuning
3. Sklera dan membran mukosa tidak
kuning
C. Implementasi
Nama : An. M
No.MR : 136010xxxx
Hari/tgl jam Implementasi Respon Paraf
Sabtu/7 Agustus 2021 13.00 Memonitor TTV / jam S: - Nova
O: ku sakit sedang, kesadaran CM, nadi kuat N:
135x/mnt, Akral hangat S: 36,5 C, nafas spontan
R:50x/mnt

13.10 Memasang infus S: -


O: terpasang IVFD D ¼ NS 15 cc/jam
Tetesan lancar

13.15 Memedukasi kelarga pasien tentang S: Keluarga mengatakan belum mengerti tentang
perawatan yg akan dijalankan pasien perawatan yang dilakukan pasien
O : Keluarga terlihat bingung dan bertanya tentang
perawatan yang dilakukan pasien

13.30 Memasang Fototerapi S:-


O: - fototerapi 2x24 jam
- Kulit kuning seluruh tubuh
- Menutup mata bayi dengan penutup berwarna
hitam, dan menghindari penekanan.
14.00 Memberikan minum Asi Asb / 2 Jam S: -
O : minum Asi/Asb = 10 cc, minum masih lemah,
muntah tidak

Minggu, 8 Agustus 07.00 Memonitor TTV / jam S: -


2021 O: ku sedang, kesadaran CM, nadi kuat N:
134x/mnt, Akral hangat S: 36,7 C, nafas spontan
R:48x/mnt

08.00 Memberikan minum Asi Asb / 2 Jam S: -


O : minum Asi/Asb = 30 cc, minum kuat, muntah
tidak

09.00 Memonitor TTV / jam S: -


O: ku sedang, kesadaran CM, nadi kuat N:
136x/mnt, Akral hangat S: 36,5 C, nafas spontan
R:48x/mnt

10.00 Memberikan minum Asi Asb / 2 Jam S: -


O : minum Asi/Asb = 30 cc, minum kuat, muntah
tidak

11.00 Memonitor fototerapi S:-


O: Fototerapi dilanjutkan sesuai program, kulit
kuning menghilang sebagian tubuh

12.00 Memberikan Terapi DPJP S:


O: memberi terapi Bactesyn 3x150 mg
Obat dimasukan sesuai 5 benar obat

Senin, 9 Agustus 2021 14.00 Memonitor TTV / jam S: -


O: ku sedang, kesadaran CM, nadi kuat N:
136x/mnt, Akral hangat S: 36,7 C, nafas spontan
R:48x/mnt

15.00 Memberikan minum Asi Asb / 2 Jam S: -


O : minum Asi/Asb = 30 cc, minum kuat, muntah
tidak

16.00 Memonitor KU/VS S:-


O: ku sedang, kesadaran CM, nadi kuat N:
136x/mnt, Akral hangat S: 36,7 C, nafas spontan
R:48x/mnt, kulit sudah tidak kuning

17.00 Mengedukasi keluarga tentang S:


perawatan dirumah dan jadwal kontrol - keluarga mengatakan merasa senang pasien
sudah sembuh
- Keluarga mengatakan mengerti tentang
perawatan dirumah
O:
- Keluarga mampu menyebutkan ulang
tentang perawatan dirumah
- Keluarga kooperatif
- Sikap keluarga bersahabat
- keluarga
4.
D. CATATAN KEPERAWATAN

Nama : An M No. CM : 136010xxxx

Umur : 9 Hari Diagnosa Medis: ikterik krimer 5

No Dx Hari/Tgl/Jam Evaluasi Ttd

1 7/Agustus/2021 S:- Nova


O: ku sakit sedang, kesadaran CM, kulit kuning dari wajah sampai seluruh tubuh,
menagis kuat, gerak kurang aktif nadi kuat N: 135x/mnt, Akral hangat S: 36,5 C, nafas
spontan R:50x/mnt, BB:2600 kg
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi lanjut
Monitor TTV
Fototerapi 2x24 jam
Beri diit Asi/ Asb sesuai program
Kolaborasi terapi Dpjp

8 Agustus 2021 S:- Nova


O: ku sedang, kesadaran CM, kulit kuning di area wajah dan leher, menagis
kuat, gerak aktif nadi kuat N: 136x/mnt, Akral hangat S: 36,7 C, nafas spontan
R:48x/mnt,
A: Masalah teratasi sebagian
P: Intervensi lanjut
Monitor TTV
Fototerapi 2x24 jam
Beri diit Asi/ Asb sesuai program
Kolaborasi terapi Dpjp

9 Agustus 2021 S:-


O: ku sedang kesadaran CM, kulit tidak kuning, menagis kuat, gerak aktif nadi Nova
kuat N: 132x/mnt, Akral hangat S: 36,6 C, nafas spontan R:48x/mnt, BB:2700
kg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Pasien BLPL Jam 17.00
Obat pulang L-bio 1x1
Kontrol hari kamis tgl 12/07/2021 poli anak Dr. Vera
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah menerapkan asuhan keperawatan pada An. H dengan Vomitus di

Ruang Perina Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri selama 3 hari sejak

tanggal 7 s/d 9 Agustus 2021, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dapat melakukan proses asuhan keperawatan mulai setiap tahapan dari

proses keperawatan yang terangkai mulai dari pengkajian, perumusan

diagnose keperawatan, rencana keperawatan, Tindakan keperawatan dan

evaluasi keperawatan. Melakukan setiap Tindakan secara bertahap sesuai

dengan tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

2. Dapat membandingkan antara teori dan praktik, serta mendapatkan

kesenjangan antara teori dan pengaplikasian lahan. Hal ini didapatkan

berdasarkan beberapa faktor dan respon klien terhadap suatu penyakit

berbeda. Pada pengkajian tidak semua data yang ada di teori ditemukan

pada klien An. M dengan Ikterik.

3. Adapun factor pendukung yang mempermudah proses keperawatan

adaalh sikap kooperatif klien dan keluarga. Hambatan yang didapatkan

adalah keterbatasan sarana dan prasarana rumah sakit untuk melakukan

Tindakan keperawatan.
4. Adapun pemecahan masalah yang dilakukan pada An. M yaitu dengan

melakukan intervensu yang telah direncanakan meliputi tindakan

promotive, preventif, kuratif kolaboratif dengan tim Kesehatan lainnya.

5.2 Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien fraktur dalam

hal ini penulis memberikan beberapa saran setelah langsung mengamati

lebih dekat didalam perkembangan status primer.

5.2.1 Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit khususnya Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri dapat

memberikan pelayanan kesehatan dan dapat mempertahankan

kerjasama baik antara tim kesehatan maupun dengan pasien,

sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan

yang diberikan dapat mendukung kesembuhan pasien secara optimal.

5.2.2 Bagi Perawat

Baiknya perawat memiliki tanggung jawab dan senantiasa

meningkatkan keterampilan yang lebih dan selalu berkoordinasi

dengan tim kesehatan lain dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya pada pasien vomitus.

5.2.3 Bagi Klien dan Keluarga

Diharapkan dapat memberikan tindakan pengelolaan selanjutnya

pada pasien vomitus dengan tindakan seperti pada asuhan

keperawatan yang telah dilakukan oleh perawat.


DAFTAR PUSTAKA

Atikah,M,V & Jaya,P. 2015. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan
Balita. Jakarta. CV.Trans Info Media

Aviv,J. 2015. Researchers Submit Patent Application."Bilirubin


Hematofluorometer and Reagent Kit” . Perpustakaan Nasional RI. Diakses
Pada 10 Januari 2017

Dinkes Kota Padang. 2015. Profil Kesehatan Kota padang 2014. Sumatera
Barat. Kementrian kesehatan RI

Gusni, S,R. 2016. Perbedaan Kejadian Ikterus Neonatorum Antara Bayi


Prematur Dan Bayi Cukup Bulan Pada Bayi Dengan BBLR Di RS
PKU Muhammadiyah Surakarta. Naskah Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Herdman. 2015. Diagnosis Keperawatan Defenisi & Klasifikasi Edisi 10.


Jakarta. ECG

Hidayat, A,A . 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta. Salemba


Medika

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas) 2013. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Kristanti ,H,M. Etika,R. Lestari,P . 2015. Hyperbilirubinemia Treatment Of


Neonatus. Folia Medica Indonesian Vol. 51

Lynn, B, C & Sowden, L,A . 2009. Keperawatan Pediatri. Jakarta. EGC

Mathindas, S. Wiliar,R. Wahani,A . 2013. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus.


Jurnal Biomedik, Volume 5, Nomor 1, Suplemen

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M, L. Swanson, E. 2016. Nursing interventions


clasification (NIC). United Kingdom. Mocomedia

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M, L. Swanson, E. 2016. Nursing outcomes


clasification (NOC). United Kingdom. Mocomedia

Nelson. Waldo E. dkk. 2011. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Vol. 1.
Jakarta. EGC
Surasmi, A. Handayani, S. Kusuma, H, N. 2003. Perawatan bayi risiko tinggi.
Jakarta . EGC.

Widagdo. 2012. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak Dengan Ikterus. Jakarta.


Sagung Seto

WHO, (2015),Global Health Observatory (GHO) data. Diperoleh dari

http://www.who.int/gho/child_health/mortality/neonatal_infant_text/en/.
Diakses Senin, 10 Januari 2017.

Wong, D, L. Eaton, M, H. Wilson, D. Winkelstein, M, L. Schwartz. 2009. Buku


ajar keperawatan pediatrik. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai