LAPORAN KASUS
DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)
GRADE 1
Disusun Oleh :
Moh. Yahya Al-Hilal – 22004101087
Pembimbing :
dr. Shirley Ferlina, M.Ked.Klin., Sp.A
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam kami junjungkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan kebenaran
sehingga dalam penyelesaian tugas ini kami dapat memilah antara yang baik dan
buruk. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing pada
Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak yang memberikan bimbingan dalam
menempuh pendidikan ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak sehingga penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari laporan kasus ini belum sempurna secara keseluruhan oleh
karena itu kami dengan tangan terbuka menerima masukan-masukan yang
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan
penyelesaian laporan selanjutnya.
Demikian pengantar kami, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua.
Amin.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
BAB II ...........................................................................................................................3
2.8 Tatalaksana.......................................................................................................18
BAB IV ............................................................................................................................58
BAB V .............................................................................................................................64
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aedes aegypti atau Aedes albopictus dan merupakan penyebab utama penyakit
virus yang ditularkan melalui artropoda di dunia. Infeksi virus dengue dapat
yang luas berupa demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), hingga
dapat berkembang menjadi sindrom syok dengue (SSD) (Schaefer et al., 2021;
dan sekitar 2,5 miliyar penduduk daerah ini mempunyai risiko untuk terjangkit.
Diperkirakan 50 juta infeksi virus dengue terjadi di seluruh dunia setiap tahunnya
dan 500.000 diantaranya memerlukan rawat inap. Sebagian besar (sekitar 90%)
kasus terjadi pada anak-anak berusia kurang dari lima tahun, dan sekitar 2,5% dari
mereka yang terinfeksi meninggal dunia (WHO, 2011). Indonesia bersama dengan
Banglades, India, Maladewa, Myanmar, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste
termasuk dalam kategori hiperendemik infeksi virus dengue. Pada negara tersebut
infeksi virus dengue merupakan alasan utama rawat inap dan salah satu penyebab
demam berdarah dengue (DBD). Tatalaksana yang tepat dan segera dapat
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas
Nama : An. S
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Pelajar
No. RM : 260***
Nama : Tn. S
Usia : 42 tahun
Agama : Islam
Suku : Madura
Pekerjaan : Wirausaha
Nama : Ny. I
Usia : 37 tahun
Agama : Islam
Suku : Madura
Demam
Pasien datang dengan keluhan demam (+) tinggi yang muncul mendadak
tanpa didahului dengan peningkatan suhu secara perlahan sejak 4 hari yang lalu
(Jumat 8 april 2022). Demam tinggi terjadi selama 4 hari berturut-turut (Jumat,
Sabtu, Minggu dan Senin,) dan turun dengan pemberian obat penurun demam,
namun ± 5 jam kemudian demam kembali tinggi. Pada hari Selasa malam demam
mulai turun namun disertai dengan berkeringat serta kedua tangan dan kaki pasien
terasa dingin. Selain keluhan demam, pasien juga mengeluhkan pusing (+) seperti
cekot-cekot yang muncul sewaktu-waktu pada kepala dan mata dirasakan panas
dimulai hari jumat serta keluhan badan tidak enak seperti pegal pada seluruh
tubuh (+). Keluhan mimisan dan gusi berdarah (-) serta sesak (-) disangkal.
pada tubuh pasien selama pasien sakit, dikonfirmasi ketika di IGD juga muncul
bintik-bintik merah di lengan pasien (+). Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah
ulu hati (-) dan mual (-). Pasien dapat BAK (+) dengan lancar dalam jumlah yang
banyak, warnanya kuning gelap dan mengaku belum BAB (-) sejak hari sabtu
5
(hari ke-2 sakit). Pasien mencret sebanyak 3x pada hasi jumat dengan konsistensi
dominan cair, darah (-), lendir (-). Penurunan nafsu makan (+), selama sakit
Kejang (-)
Asma (-)
Hipertensi (-)
Kejang (-)
Asma (-)
Hipertensi (-)
Pada hari Jumat 8 april 2022 (Hari ke-1 sakit), pasien diperiksakan ke
Pada hari senin 11 April april (hari ke-4 sakit), pasien di bawa ke Klinik
Spektrum Suarabaya karena lemas, kedua tangan dan kaki terasa dingin
GCS : 456
Tanda-tanda vital :
- Nadi : 99 kali/menit
- Suhu : 38.6oC
- Berat badan : 65 kg
Tatalaksana di Klinik :
Makanan (-)
7
Obat (-)
Lain-lain (-)
Sebelum sakit pasien makan 4-5 kali/hari dengan komposisi nasi, lauk, dan
rutin di bidan. Peningkatan berat badan ibu selama masa kehamilan pasien tidak
diabetes, dan riwayat masuk rumah sakit (MRS) selama masa kehamilan
disangkal.
bidan. Segera setelah lahir pasien langsung menangis dan tidak tampak membiru
Orang tua pasien lupa mengenai usia anak saat mulai bisa angkat kepala,
tengkurap dan berbalik, duduk, merangkak serta berbicara. Ibu menyatakan pasien
Suhu : 37.8o C
Berat badan : 65 kg
Lingkar kepala : 50 cm
1. Penilaian BBI
Weight for age mencerminkan berat badan relatif terhadap usia dan
dipengaruhi oleh perubahan status kesehatan atau gizi baru-baru ini. Penilaian
- ≥ 95th : Obesity
maupun remaja.
Positif
13
wheezing (-/-)
Thorax Anterior
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler
Jantung :
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, thrill (-)
Palpasi : Tidak teraba ictus cordis dan thrill, massa (-)
Perkusi : Pembesaran jantung (-)
Batas kiri atas : ICS II parasternal line sinistra
Batas kanan atas : ICS II parasternal line dekstra
Batas kiri bawah : ICS V mid clavicula line sinisra
Batas kanan bawah : ICS IV parasternal line dekstra
Auskultasi : BJ I/ II normal (tidak mengeras/melemah),
murni reguler, bising sistole dan diastole (-), gallop (-)
Inspeksi : Datar (+), distensi (-)
Auskultasi : Bising usus terdengar normoperistaltik
Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-), hepatomegali (-)
Abdomen
Palpasi :
- Dinding perut soufel (+)
- Nyeri tekan abdomen (-)
CRT < 2detik
Akral teraba hangat +/+
Ekstremitas
Didapatkan pteki (+) pada lengan bawah atau pada regio
antebrachii sinistra saat dilakukan uji tourniquet/rumple leed
Pasien datang dengan keluhan demam (+) tinggi yang muncul mendadak tanpa
didahului dengan peningkatan suhu secara perlahan sejak 4 hari yang lalu (Jumat
8 april 2022). Demam tinggi terjadi selama 4 hari berturut-turut (Jumat, Sabtu,
Minggu dan Senin,) dan turun dengan pemberian obat penurun demam, namun ±
5 jam kemudian demam kembali tinggi. Pada hari Selasa malam demam mulai
turun namun disertai dengan berkeringat serta kedua tangan dan kaki pasien terasa
dingin. Selain keluhan demam, pasien juga mengeluhkan pusing (+) seperti cekot-
cekot yang muncul sewaktu-waktu pada kepala dan mata dirasakan panas dimulai
hari jumat serta keluhan badan tidak enak seperti pegal pada seluruh tubuh (+).
Keluhan mimisan dan gusi berdarah (-) serta sesak (-) disangkal. Menurut
tubuh pasien selama pasien sakit, dikonfirmasi ketika di IGD juga muncul bintik-
bintik merah di lengan pasien (+). Pasien mengeluhkan nyeri pada daerah ulu hati
(-) dan mual (-). Pasien dapat BAK (+) dengan lancar dalam jumlah yang banyak,
warnanya kuning gelap dan mengaku belum BAB (-) sejak hari sabtu (hari ke-2
sakit). Pasien mencret sebanyak 3x pada hasi jumat dengan konsistensi dominan
cair, darah (-), lendir (-). Penurunan nafsu makan (+), selama sakit pasien makan 3
Keadaan umum pasien tampak lemah dengan kesadaran compos mentis (GCS :
Tinggi badan :154 cm. Abdomen tampak datar (+), tidak didapatkan hepatomegali
(-) pada perkusi tidak didapatkan nyeri tekan abdomen. Akral teraba dingin
18
dengan CRT < 2 detik. Didapatkan pteki (+) pada lengan bawah atau pada regio
2.8 Tatalaksana
2.9 SOAP
S O A P
Tangan dan kaki KU : Lemah Demam Infus RD5 7-5-
teraba hangat GCS : 456 berdarah 3 450cc/jam
Injeksi
Demam (+) Pemeriksaan TTV : dengue Santagesic
Lemas (+) TD : 110/70 (DBD) 3x400 mg
Pusing (+)
mmHg
derajat 1
Injeksi
Nadi : Omeprazole
Mual (-), muntah 115x/menit 2x40 mg
RR:22x/menit Injeksi NAC
(-)
Suhu : 3x300mg
Sesak (-) o
37.8 C Pemeriksaan
SpO2 :99%
Nyeri ulu hati (-) penunjang darah
room air
Nyeri otot, BB : 65 kg lengkap
Pemeriksaan Fisik :
persendian dan
Regio thoraks
area mata (+)
: DBN
Mimisan (-), gusi
Regio
berdarah (-)
abdomen :
BAK (+) lancar,
datar (+),
dalam jumlah
perkusi
banyak
timpani (+),
BAB (-)
nyeri tekan (-
Makan (+) ± 3
)
sendok setiap
Ekstremitas
makan.
20
superior dan
inferior :
akral hangat
(-), CRT < 2
detik
S O A P
Tangan dan KU : Sakit Demam berdarah Infus RD 5 210
mL/jam
kaki teraba sedang dengue (DBD)
(maintenance)
hangat GCS : 456 derajat 1 150cc selama
1 jam 90cc
Demam (-) Pemeriksaan TTV :
selama 1 jam.
Lemas (-) TD : 140/90 Untuk
maintenance
Pusing (-) mmHg
1000cc/24 jam.
Mual (-), HR : 103 Injeksi
Omeprazole
muntah (-) x/menit
2x40 mg
Sesak (-) RR : 22 x/menit Injeksi NAC
3x300mg
Nyeri ulu hati Suhu : 36.9 C o
Pemeriksaan
(+) BB : 65 kg
penunjang darah
Nyeri otot, Pemeriksaan Fisik :
lengkap
persendian dan Regio thoraks :
area mata (-) DBN
Mimisan (-), Regio abdomen
gusi berdarah (- : datar (+),
) perkusi timpani
BAK (+) (+), nyeri tekan
lancar, dalam (-)
jumlah banyak Ekstremitas
BAB (-) superior dan
Makan (+) ± 3 inferior : akral
sendok setiap hangat (+), CRT
makan. < 2 detik
21
S O A P
Tangan dan KU : Sakit Demam berdarah Infus RD 5
kaki teraba sedang dengue (DBD) 1000 mL/24
(maintenance)
hangat GCS : 456 derajat 1 Injeksi NAC
Demam (-) Pemeriksaan TTV 1x300mg
Injeksi
Lemas (-) :
Omeprazole
Pusing (-) TD : 130/90 2x20 mg
Mual (-), mmHg Injeksi
Santagesic
muntah (-) HR : 104
2x400mg
Sesak (-) x/menit Pemeriksaan
Nyeri ulu hati RR : 22 x/menit Darah lengkap
(-) Suhu : 36.2oC
Nyeri otot, BB : 65 kg
persendian dan Pemeriksaan Fisik
area mata (-) :
Mimisan (-), Regio thoraks :
gusi berdarah DBN
(-) Regio abdomen
BAK (+) : datar (+),
lancar, dalam perkusi timpani
jumlah banyak (+), nyeri tekan
BAB (-) regio epigastrik
Makan (+) ± 5 (-) dan
sendok setiap hipokondria
makan disertai dextra (-),
makan buah- Ekstremitas
buahan (+) superior dan
inferior : akral
hangat (+),
CRT < 2 detik
22
23
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Virus dengue mempunyai empat
jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe virus
dominan serta banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti serotipe DEN-2.
yakni, demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD) dan demam dengue
yang disertai renjatan atau sindrom syok dengue (SSD) (Hadinegoro et al., 2014).
dengan sekitar 2,5 miliyar penduduk yang mempunyai risiko untuk terjangkit
penyakit ini. Diperkirakan setiap tahun sekitar 50 juta manusia terifeksi virus
dengue yang 500.000 diantaranya memerlukan rawat inap, dan hampir 90% dari
tinggi). Di negara tersebut penyakit dengue merupakan alasan utama rawat inap
dan salah satu penyebab utama kematian pada anak (Hadinegoro et al., 2014).
Data kasus rawat inap dan angka kematian selama kurun waktu tahun 2008
sampai 2013 dari Departemen Kesehatan Ilmu Kesehatan Anak di enam rumah
24
sakit pendidikan, yaitu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, RSUP Dr. Sarjito
Yogyakarta, RSUP Dr. Kariadi Semarang, dan RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang tertera pada tabel 3.1. Selama kurun waktu enam tahun telah dirawat
13.940 pasien yang terdiri atas demam dengue (DD) 5.931, demam berdarah
dengue (DBD) 5.844 dan sindrom syok dengue (SSD) 2.165 pasien. Kelompok
usia terbanyak adalah 5-14 tahun, yaitu 9.036 (64,8%) (Hadinegoro et al., 2014).
Tabel 3.1 Jumlah kasus dan angka kematian demam dengue, demam
berdarah dengue, dan sindrom syok dengue (SSD) di enam rumah sakit
pendidikan tahun 2008-2014
Meninggal
Manifestasi Klinis Jumlah Kasus
Kasus %
Demam dengue 5.931 5 0,08
Demam berdarah
5.844 21 0,36
dengue
Sindrom syok
2.165 169 7,81
dengue (SSD)
Jumlah 13.940 195 1,39
dengan angka kematian sebanyak 493 pasien dan angka kesakitan atau incidence
aegipty (dahulu disebut Aedes aegipty) dan Stegomiya albopictus (dahulu Aedes
albopictus). Transmisi virus tergantung dari faktor biotik dan abiotik. Termasuk
25
dalam faktor biotik adalah faktor virus, vektor nyamuk, dan pejamu manusia.
Sedangkan faktor abiotik adalah suhu lingkungan, kelembaban, dan curah hujan
virus berupa asam ribonukleat (Ribonucleic Acid, RNA) untai tunggal sepanjang ±
10.700 basa nukleotida. Genom virus dengue dapat ditranslasikan langsung dan
NS2A, NS2B, NS3, NS4A, NS4B, dan NS5). Protein NS1 merupakan satu-
satunya protein non-struktural yang dapat disekresikan oleh sel pejamu mamalia
tapi tidak oleh nyamuk, sehingga dapat ditemukan dalam darah pejamu sebagai
beberapa galur (strain) atau genotipe yang berbeda (Hadinegoro et al., 2014).
Infeksi primer terhadap satu jenis serotipe virus dengue, dapat menimbulkan
oleh serotipe lain atau infeksi multipel oleh serotipe yang berbeda menyebabkan
demam berdarah dengue (DBD) atau sindrom syok dengue (SSD) (WHO, 2011).
26
Pada saat ini nyamuk Stegomiya aeegipty (Aedes aegipty) disebut sebagai
45o lintang utara dan 35o lintang selatan. Nyamuk ini merupakan nyamuk
serta dapat menggigit lebih dari satu indivitu (multiple-bite) untuk memenuhi
3.3.3 Pejamu
virus masuk ke dalam tubuh nyamuk, yaitu dua hari sebelum timbul demam
sampai 5-7 hari fase demam. Nyamuk kemudian menularkan virus ke manusia
lain. Kerentanan untuk timbulnya penyakit pada individu antara lain ditentukan
oleh status imun dan faktor genetik pejamu (Hadinegoro et al., 2014).
nyamuk akan lebih sering menggigit manusia. Peningkatan curah hujan, terutama
musim hujan tercipta suhu dan kelembaban yang kondusif bagi populasi vektor
berbagai komponen dari respon imunitas atau reaksi inflamasi yang terjadi secara
gigitan nyamuk Aedes sp. dan mengakibatkan infeksi sel dendritik. Interaksi sel
dan Interferons Alpha (INF- α) yang memiliki peran spesifik dalam patogenesis.
Sel dendritik juga berperan dalam menginduksi apoptosis di antara sel-sel ini
sebagai upaya tidak langsung untuk membatasi replikasi virus. Selain itu, sel
timbulnya tanda dan gejala infeksi virus dengue (Hadinegoro et al., 2014; Martina
et al., 2009).
organ hati dan sum-sum tulang. Sel-sel stroma pada sum-sum tulang yang terkena
Gejala perdarahan mulai tampak pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura,
Replikasi virus yang terjadi pada hati, akan menyebabkan pembesaran hati
dan nyeri tekan, namun jarang dijumpai adanya ikterus. Bila penyakit ini
tekanan darah, dan penurunan suplai oksigen ke organ dan jaringan. Pada keadaan
inilah akral tubuh akan terasa dingin disebabkan peredaran darah dan oksigen
hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Pada keadaan ini, penderita memasuki fase
Aktivasi sel T spesifik untuk virus dengue dapat mengenali sel yang
Pada infeksi sekunder oleh serotipe virus dengue yang berbeda, sel T memori
menunjukkan aviditas yang lebih tinggi terhadap serotipe virus dengue pada
infeksi primer, fenomena ini disebut sebagai original antigenic sin. Dengan
demikian fungsi lisis sel T terhadap virus dengue dengan serotipe baru menjadi
dihasilkan oleh sel T pada umumnya berperan dalam respon inflamasi dan
serotipe lain dalam kurun waktu enam bulan (antibodi heterotipik). Antibodi yang
komplemen. Antibodi terhadap protein prM pada virion immature juga berperan
pembentukan antibodi spesifik yaitu protein E, prM, dan NS1. Protein NS1
patogenesis infeksi virus dengue. Diketahui bahwa antibodi terhadap protein NS1
dengue menunjukkan reaksi silang dengan sel endotel dan trombosit akibat
tersebut dan memacu respon inflamasi. Sel endotel yang diaktivasi oleh antibodi
beragam dan berperan penting dalam respon imun tubuh melawan infeksi. Dalam
lingkup respon inflamasi, secara umum sitokin mempunyai sifat pro-inflamasi dan
jenis sitokin tersebut. Apabila sitokin diproduksi dalam jumlah yang tinggi dan
bereaksi berlebihan maka akan merugikan bagi pejamu. Pada infeksi virus
dengue, sitokin berperan dalam menentukan derajat penyakit. Infeksi berat berupa
DBD atau SSD ditandai dengan peningkatan jenis dan jumlah sitokin atau disebut
(manifestasi klinis yang tidak lazim) seperti tertera pada gambar 3.1.
31
Gambar 3.1 Spektrum Klinis Infeksi Virus Dengue (Hadinegoro et al., 2014)
Bayi, anak-anak, dan dewasa yang telah terinfeksi virus dengue, terutama
berupa demam sederhana yang tidak khas, yang sulit dibedakan dengan demam
akibat infeksi virus lain. Manifestasi klinis tersebut pada umumnya ditemukan
menyertai demam atau pada saat penyembuhan. Gejala gangguan saluran napas
apabila dikemudian hari terkena infeksi yang kedua atau infeksi sekunder, dengan
manifestasi klinis yang diderita akan lebih berat berupa demam dengue, demam
Demam dengue sering ditemukan pada anak besar, remaja, dan dewasa.
Setelah melalui masa inkubasi dengan rata-rata 4-6 hari (rentang 3-14 hari),
timbul gejala berupa demam, mialgia, sakit punggung, dan gejala konstitiusional
32
lain yang tidak spesifik seperti rasa lemah (malaise), anoreksia, dan gangguan rasa
menerus (pola demam kurva kontinua), bifasik, biasanya berlangsung antara 2-7
hari. Pada hari ketiga sakit pada umumnya suhu tubuh turun, namun masih diatas
normal, kemudian suhu naik tinggi kembali, pola ini disebut sebagai pola demam
fotofobia, dan nyeri retroorbital pada saat mata digerakkan atau ditekan. Gejala
lain dapat ditemukan berupa gangguan pencernaan (diare atau konstipasi), nyeri
rubeliformis, ruam ini segera berkurang sehingga sering luput dari perhatian orang
tua. Pada masa penyembuhan timbul ruam di kaki dan tangan berupa ruam
makulopapular dan ptekie diselingi bercak-bercak putih (white island in the sea of
red), dapat disertai rasa gatal yang disebut sebagai ruam konvalesens. Manifestasi
perdarahan pada umumnya sangat ringan berupa uji torniquet yang positif (≥10
ptekie dalam area 2,8 x 2,8 cm) atau beberapa ptekie spontan. Pada beberapa
kasus demam dengue dapat terjadi perdarahan masif (Hadinegoro et al., 2014).
namun pada beberapa kasus ditemukan lekositosis pada awal demam, namun
kemudian terjadi leukopenia dengan jumlah PMN yang turun, dan ini berlangsung
selama fase demam. Jumlah trombosit dapat normal atau menurun (100.000-
karena demam tinggi, muntah atau karena asupan cairan yang kurang.
33
Pemeriksaan serum biokimia pada umumnya normal, SGOT, dan SGPT dapat
kovalesens berlangsung singkat dan sembuh segera, namun rasa lemah dan
mialgia kadang berlangsung lama. Pada pasien remaja penyembuhan dapat terjadi
dalam waktu beberapa minggu yang sering disertai dengan rasa letih dan depresi.
terutama pada anak besar. Demam dengue dengan manifestasi perdarahan berat
kontinua, kadang bifasik, berlangsung antara 2-7 hari. Demam disertai dengan
gejala lain yang sering ditemukan pada demam dengue seperti muka kemerahan
(facial flushing), anoreksia, mialgia, dan artralgia. Gejala lain dapat berupa nyeri
epigastrik, mual, muntah, nyeri di daerah subkostal kanan atau nyeri abdomen
difus, kadang disertai sakit tenggorok. Faring dan konjungtiva yang kemerahan
fisik. Demam dapat mencapai suhu 40oC dan dapat disertai kejang demam
spontan yang dapat ditemukan di daerah ekstremitas, aksila, muka, dan palatum
mole. Epistaksis dan perdarahan gusi dapat ditemukan, kadang disertai dengan
34
sakit, namun berlangsung singkat. Ruam konvalesens dapat ditemukan pada masa
bervariasi antara 2-4 cm bawah arkus kosta. Hepatomegali tidak disertai dengan
ikterus dan tidak berhubungan dengan derajat penyakit, namun hepatomegali lebih
Pada DBD terjadi kebocoran plasma yang secara klinis berbentuk efusi
pleura, apabila kebocoran plasma lebih berat dapat ditemukan asites. Pemeriksaan
rontgen foto dada posisi lateral dekubitus kanan, efusi pleura terutama di
ultrasonografi dapat dipakai untuk menemukan asites dan efusi pleura. Penebalan
Peningkatan nilai hematokrit (≥20% dari data dasar) dan penurunan kadar protein
plasma terutama albumin (>0.5 g/dL dari data dasar) merupakan tanda indirek
Manifestasi klinis DBD terdiri atas tiga fase, yaitu fase demam, kritis,
serta konvalesens (Gambar 3.2). Setiap fase perlu pemantauan yang cermat,
karena setiap fase mempunyai risiko yang dapat memperberat keadaan sakit
Pada kasus ringan, semua tanda dan gejala akan menghilang seiring
dengan berakhirnya fase demam. Penurunan demam terjadi secara lisis, artinya
suhu tubuh menurun segera dan tidak secara bertahap. Mengilangnya demam
dapat disertai pengeluaran keringat dan perubahan pada laju nadi dan tekanan
darah, hal ini merupakan gangguan ringan sistem sirkulasi akibat kebocoran
plasma yang tidak berat. Pada kasus sedang sampai berat terjadi kebocoran
al., 2014).
Fase kritis terjadi pada saat demam turun. Pada saat ini terjadi puncak
tanda dan gejala yang mendahului syok atau warning sign yang tertera pada boks
C. Warning sign umumnya terjadi menjelang akhir fase demam yaitu antara hari
apabila mekanisme tersebut tidak berhasil maka pasien akan jatuh dalam fase syok
dekompensasi yang dapat berupa syok hipotensif dan profound shock yang
intravaskular diseminata. Selain itu, pada pasien DBD baik yang disertai syok
maupun tifak dapat terjadi keterlibatan organ misalnya hepatitis berat, ensefalitis,
Apabila pasien dapat melalui fase kritis yang berlangsung sekitar 24-48
intravaskular yang berlangsung secara bertahap pada 48-72 jam berikutnya. Pada
kondisi ini, keadaan umum dan nafsu makan membaik, gejala gastrointestinal
beberapa pasien dapat ditemukan ruam kovalesens, beberapa kasus lain dapat
terjadi pada tahap ini. Hematokrit kembali stabil atau mungkin lebih rendah
karena efek dilusi cairan yang direabsorbsi. Jumlah leukosit mulai meningkat
segera setelah penurunan suhu tubuh akan tetapi pemulihan jumlah trombosit
Sindrom syok dengue (SSD) merupakan syok hipovolemik yang terjadi pada
(fase kritis), yaitu pada hari ke 4-5 (rentang hari ke 3-7), dan sering kali didahului
oleh tanda bahaya (warning sign). Pasien yang tidak mendapat terapi cairan
intravena yang adekuat akan segera mengalami syok (Hadinegoro et al., 2014).
(stroke volume), laju jantung (heart rate), dan vasokontriksi perifer (Hadinegoro
et al., 2014).
kapiler (capillary refill time) memanjang lebih dari 2 detik. Dengan adanya
(perbedaan tekanan antara sistolik dan diastolik) akan menyempit kurang dari 20
keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik namun nilai pH masih normal
dengan tekanan karbon dioksida rendah dan kadar bikarbonat rendah (Hadinegoro
et al., 2014).
prognosis yang baik. Bila keadaan kritis luput dari pengamatan sehingga
pengobatan tidak diberikan dengan cepat dan tepat, maka pasien akan jatuh ke
sistolik dan diatolik telah menurun, disebut syok hipotensif. Selanjutnya apabila
pasien terlambat berobat atau pemberian pengobatan tidak adekuat akan terjadi
profound shock yang ditandai dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
hemodinamik pada anak dengan sirkulasi stabil, syok terkompensasi, dan syok
lazim/jarang yang dilaporkan dari berbagai negara termasuk Indonesia, kasus ini
keterlibatan organ seperti hati, ginjal, otak, maupun jantung yang berhubungan
dengan infeksi dengue dengan atau tidak ditemukannya tanda kebocoran plasma.
EDS merupakan penyulit infeksi dengue dan manifestasi klinis yang tidak lazim
manifestasi klinis yang tidak lazim ialah ensefalopati dengue atau ensefalitis,
al., 2014).
Isolasi viru dapat dilakukan dengan metode inokulasi pada nyamuk, kultur
sel nyamuk atau pada sel mamalia (vero cell LLCMK2 dan BHK21). Pemeriksaan
ini cukup rumit dan dilakukan untuk tujuan penelitian. Isolasi virus hanya dapat
PCR). Memberikan hasil positif bila sediaan diambil pada enam hari pertama
Deteksi antigen virus dengue yang banyak dilaksanakan pada saat ini
adalah pemeriksaan NS-1 antigen virus dengue (NS-1 dengue antigen), yaitu suatu
glikoprotein yang diproduksi oleh semua flavivirus yang penting bagi kehidupan
dan replikasi virus. Protein ini dapat dideteksi sejalan dengan viremia, yaitu sejak
hari pertama demam dan menghilang setelah 5 hari, sensitivitas tinggi pada 1-2
Gambar 3.3 Kinetik NS-1 antigen dengue dan IgM serta IgG anti dengue pada
infeksi primer dan sekunder (Hadinegoro et al., 2014)
dapat terdeteksi pada hari sakit kelima, dan tidak terdeteksi setelah 90 hari. Pada
infeksi dengue primer, Ig-G anti dengue muncul lebih lambat dibandingkan
dengan Ig-M anti dengue, namun pada infeksi sekunder muncul lebih cepat. Kadar
Ig-G anti dengue bertahan lama dalam serum. Kinetik NS-1 antigen virus dengue
dan Ig-G serta Ig-M anti dengue merupakan petunjuk dalam menentukan jenis
hematokrit, dan jumlah trombosit sangat penting dan merupakan bagian dari
Pada awal fase demam, hitung leukosit dapat normal atau dengan
yang mencapai titik terendah pada akhir fase demam. Perubahan jumlah leukosit
(<5000 sel/mm3) dan rasio antara neutrofil dan limfosit (neutrofil < limfosit)
42
ditemukan limfositosis relatif dengan peningkatan limfosit atipik pada akhir fase
Pada awal fase demam jumlah trombosit normal, kemudiam diikuti dengan
ditemukan pada DBD. Penurunan ini terjadi secara mendadak pada akhir fase
ditemukan pada hari sakit ketiga sampai delapan dan sering mendahului
Pada awal demam nilai hematokrit masih normal. Peningkatan ringan pada
hematokrit > 20% merupakan tanda awal dari kebocoran plasma (Hadinegoro et
al., 2014).
Manifestasi klinis infeksi dengue sangat bervariasi dan sulit dibedakan dari
Berdasarkan petunjuk klinis tersebut dibuat kriteria diagnosis klinis, yang terdiri
atas kriteria diagnosis klinis demam dengue (DD), demam berdarah dengue
(DBD), demam berdarah dengue dengan syok (sindrom syok dengue/SSD), dan
Memenuhi kriteria DD dan DBD baik disertai syok maupun tidak, dengan
manifestasi klinis komplikasi infeksi virus dengue atau dengan manifestasi klinis
Kelebihan cairan
Gangguan elektrolit
46
Ensefalopati
Ensefalitis
Perdarahan hebat
Infeksi ganda
atas:
1. Probable Dengue
dengue.
2. Confirmed Dengue
2014).
3.8.1 Triase
pasien harus menjalani rawat inap atau rawat jalan. Triase dapat dilakukan juga di
47
Pasien yang datang dengan dugaan infeksi virus dengue dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah perifer yang lengkap (Gambar 3.4)
Gambar 3.4 Skrining Dugaan Infeksi Virus Dengue pada Triase (Hadinegoro et
al., 2014).
48
dapat diulang setiap 4-6 jam bila demam atau suhu > 38 oC. Hindarkan pemberian
demam. Kompres hangat kadang membantu apabila anak merasa nyaman dengan
mengkonsumsi air putih atau the, namun lebih baik jika diberikan cairan yang
mengandung elektrolit seperti jus buah, oralit, atau air tajin. Tanda kecukupan
Pasien diharuskan untuk kembali kontrol setiap hari, hal ini mengingat
tanda dan gejala awal DBD pada fase awal sangat menyerupai DD. Tanda khas
DBD akan muncul setelah beberapa hari kemudian. Oleh karena itu pada pasien
dengan diagnosis klinis DD yang ditegakkan pada saat masuk, baik yang
kemudian diperlakukan sebagai pasien rawat jalan atau rawat inap, masih
memerlukan evaluasi lebih lanjut apakah hanya DD atau merupakan DBD fase
awal. Tatalaksana pasien di rumah harus disampaikan dengan jelas kepada orang
tua pasien dan lebih baik diberikan dalam bentuk tulisan seperti tertera pada boks
Tatalaksana yang tepat dan segera dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas
DBD, tetapi apabila berlebihan seperti kelebihan cairan akan memperberat kondisi
Perembesan plasma pada DBD terutama terjadi saat suhu tubuh menurun
yang sensitif untuk menilai derajat perembesan plasma. Pada kondisi DBD apabila
cairan ditujukan untuk mencegah timbulnya syok dan jumlah cairan yang
al., 2014).
50
1. Jenis Cairan
Cairan kristaloid isotonik seperti ringer laktat, ringer asetat, atau asering
seperti NaCl 0.45% tidak dianjurkan, kecuali bagi pasien usia < 6 bulan.
Dalam keadaan normal, setelah satu jam pemberian cairan hipotonik, hanya
volume cairan yang bertahan akan semakin berkurang sehingga akan lebih
atau HES walaupun lebih lama bertahan dalam ruang intravaskular namun
berpotensi mengganggu fungsi ginjal. Jenis cairan ini hanya diberikan pada :
makin meningkat atau tetap tinggi sekalipun telah diberikan cairan kristaloid
yang adekuat, atau 2) pada keadaan syok yang tidak berhasil dengan
kurang efektif. Pada bayi <6 bulan diberikan cairan NaCl 0.45% atas dasar
pertimbangan fungsi fisiologis yang berbeda dengan anak yang lebih besar
2. Jumlah Cairan
akibat kebocoran plasma >20%, oleh karena itu jumlah cairan yang diberikan
dengan perkiraan defisit cairan 5%. Pemberian cairan dihentikan bila keadaan
umum stabil dan telah melewati fase kritis, pada umumnya cairan dihentikan
setelah 24-48 jam keadaan umum anak stabil (Hadinegoro et al., 2014).
3.8.3.2 Antipiretik
3.8.3.3 Nutrisi
Apabila pasien masih masih bisa minum, dianjurkan minum yang cukup,
3.8.3.4 Pemantauan
Perfusi perifer harus sering diulang untuk mendeteksi awal gejala syok.
ideal).
Pemeriksaan tanda vital setiap 15-30 menit, selanjutnya setiap jam apabila
Analisa gas darah, gula darah, kalsium pada saat masuk rumah sakit
terutama pada pasien syok dekompensasi atau yang mengalami syok yang
berkepanjangan.
Apabila ditemukan gangguan fungsi organ atau sistem lain seperti ginjal,
hati, gangguan pembekuan dan jantung, maka periksa fungsi ginjal, fungsi
paru akibat kelebihan cairan. Periksa keadaan respirasi (nafas cepat, nafas
kembali cairan yang diberikan dan cek A-B-C-S apakah telah dikoreksi.
dosis ganda.
56
Gangguan elektrolit sering terjadi selama fase kritis dan yang tersering
fase kovalesens. Hiponatremia terjadi akibat dari pemberian cairan hipotonis yang
tidak adekuat. Apabila terdapat kejang maka diberikan Natrium 3%, namun
apabila tidak ada kejang cukup diberikan cairan dextrose 5%-NaCl 0.9%
mL) diencerkan dengan aquadest dan diberikan setiap 6 jam hanya untuk kasus
dan secara umum tampak baik. Status hemodinamik dan perfusi perifer yang baik
perlu dipantau dengan baik. Pada kondisi ini, didapatkan penurunan kadar
hematokrit ke kadar basal dan volume urine yang cukup (Hadinegoro et al., 2014).
kelebihan cairan karena pada fase pemulihan cairan dari ekstravaskular kembali
masuk ke dalam rongga intravaskular. Pada pasien dengan efusi pleura dan asites,
pada fase pemulihan mudah terjadi kelebihan cairan, maka dapat diberikan
furosemid untuk mengurai edema paru. Apabila efusi pleura minimal, tidak perlu
2014).
57
Tidak tampak distress pernapasan yang disebabkan efusi pleura atau asites
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penegakan Diagnosis
berdasarkan kesesuaian antara gejala klinis, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil
dengue yang tertera pada tabel B serta klasifikasi WHO tentang infeksi dengue
Gambar 4.1 Klasifikasi WHO tentang infeksi dengue dan tingkat keparahan DBD
(WHO, 2011)
demam tinggi yang muncul secara mendadak selama 3 hari berturut-turut. Hal ini
sesuai dengan manifestasi klinis infeksi virus dengue yang dimulai dengan demam
tinggi, mendadak, kontinue, kadang bifasik, dan berlangsung antara 2-7 hari.
Selain itu, pasien mengeluhkan pusing, nyeri pada area mata, dan rasa pegal pada
tubuh yang juga menunjukkan kesesuaian dengan manifestasi klinis infeksi virus
dengue yang tertera pada tabel B dan gambar 4.1. Munculnya berbagai bentuk
tanda dan gejala infeksi virus dengue disebabkan oleh pelepasan sitokin pro-
inflamasi yang berlebih sebagai bentuk pertahanan sistem imunitas terhadap virus
dengue.
Pada hari ke-4 sakit, demam yang dialami pasien mengalami penurunan
diikuti dengan pengeluaran keringat serta tangan dan kaki terasa dingin.
60
plasma yang tidak berat. Kebocoran plasma atau plasma leakage merupakan ciri
pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan efusi pleura
peningkatan nilai hematokrit (HCT) >20% dari nilai normal HCT pasien sebelum
pasien, hasil pemeriksaan fisik regio thoraks dalam batas normal dan tidak
terjadinya efusi pleura. Hasil pemeriksaan fisik regio abdomen pada palpasi tidak
HCT sebesar >20% tidak dapat dievaluasi berdasarkan hasil pemeriksaan karena
tidak diketahui nilai HCT pasien dalam keadaan normal. Sedangkan, pemeriksaan
Penurunan suhu pada hari ke-4 merupakan tanda dimulainya fase kritis,
dimana terjadi puncak kebocoran plasma sehingga pasien dapat mengalami syok
hipovolemi. Ekstremitas pasien yang teraba dingin saat demam turun merupakan
bentuk gangguan ringan pada sistem sirkulasi akibat kebocoran plasma yang tidak
berat. Kondisi ini juga dapat disertai dengan perubahan pada laju nadi dan tekanan
darah. Hal ini sesuai dengan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital yang didapatkan
room air, BB : 65 kg, Tinggi badan :154 cm. Meskipun akral dingin merupakan
salah satu tanda-tanda syok yang menunjukkan vasokontriksi perifer, namun tanda
lain yang tertera pada boks C tidak didapatkan pada pasien. Selain itu,
pemeriksaan CRT tidak memanjang (CRT < 2 detik), nadi pasien teraba kuat, dan
pasien dapat BAK (+) dengan lancar dalam jumlah yang banyak. Syok hipovolemi
membran mukosa, penurunan turgor kulit, dan penurunan output urin disertai
dengan ekstremitas distal yang normal atau sedikit dingin, dan denyut nadi
mungkin normal, menurun, atau tidak ada tergantung pada tingkat keparahan
penyakit.
cm. Perdarahan ringan pada kasus DD dan DBD terjadi karena rapuhnya dinding
kapiler sebagai akibat dari trombositopenia atau disfungsi trombosit, infeksi virus
dengue pada sel endotel, dan peningkatan konsentrasi sitokin pro-inflamasi yang
pemeriksaan kadar trombosit pasien yang mengalami penurunan dari nilai normal,
4.2 Penatalaksanaan
Terapi cairan harus dimulai pada pasien dengan asupan oral yang buruk,
sign syok. Cairan kristaloid isotonik berupa ringer laktat atau ringer asetat
merupakan cairan pilihan pada kasus DBD. Volume terapi cairan yang diberikan
jam. Berdasarkan literatur, durasi terapi cairan intravena tidak boleh melebihi 24
hingga 48 jam bagi pasien yang mengalami syok. Namun, untuk pasien yang tidak
mengalami syok, durasi terapi cairan intravena mungkin harus lebih lama tetapi
tidak lebih dari 60 hingga 72 jam. Hal ini dikarenakan kelompok pasien tanpa
syok baru saja memasuki periode kebocoran plasma sedangkan pasien syok
mengalami durasi kebocoran plasma yang lebih lama sebelum terapi intravena
dimulai. Terapi cairan dihentikan ketika masuk fase kovalesens yang ditandai
dengan perbaikan keadaan umum, status hemodinamik stabil, dan nafsu makan
membaik disertai dengan nilai hematokrit (HCT) pada tingkat basal (baseline).
melalui hambatan pada sel parietal. Berdasarkan pemeriksaan fisik, suhu tubuh
pasien tidak ≥ 38oC atau dalam artian pasien tidak demam. Maka tidak diperlukan
pemberian antipiretik.
64
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
disebabkan oleh virus melalui perantara nyamuk Aedes sp. dan menimbulkan
spektrum manifestasi klinis yang luas berupa demam dengue (DD), demam
berdarah dengue (DBD), hingga dapat berkembang menjadi sindrom syok dengue
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadinegoro, S.R., Ismoedijanto Moedjidto, dan Alex Chairulfatah. 2014.
UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).