Anda di halaman 1dari 68

LAPORAN KASUS

DENGUE HEMORRAGHIC
FEVER GRADE III
Siti Norazizah 22004101085
Faizah Dwi Q.A. 22004101086
Moh. Yahya Al-Hilal 22004101087
Alisa Qotrunnada K. 22004101088
Nabila Ainur Rochim 22004101089

Pembimbing
dr. Shirley Ferlina, Sp.A M. ked Klin
LABORATORIUM ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU
BANGKALAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2021
PENDAHULUAN

 Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD)


adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus genus
Flavivirus. Dengue disebabkan oleh salah satu dari empat
virus terkait: Virus Dengue 1 , 2, 3, dan 4. Virus ini menyebar
ke manusia melalui gigitan nyamuk spesies Aedes ( Ae.
Aegypti atau Ae. Albopictus) yang terinfeksi. (CDC, 2019).
 Prevalensi DHF relatif masih tinggi
 Tingkat insiden penyakit DBD Indonesia merupakan yang
tertinggi diantara negara -negara Asia Tenggara. Tahun 2020
jumlah kasus DBD pada Januari-Juli mencapai 71 .633 kasus,
tahun 2019 jumlah kasus lebih tinggi berjumlah 112.954.
 Cakupan klinis penyakit ini sangat luas, antara lain infeksi
dengue asimtomatik, demam dengue, demam berdarah
dengue (DBD), dan dengue shock syndrome (DSS). Perjalanan
penyakit DBD meliputi fase demam, fase kritis dan fase
pemulihan.

 Pada laporan kasus ini akan dibahas mengenai demam


berdarah dengue (DBD) yang dimulai dari etiopatofisiologi,
gejala klinis, penegakan diagnosis, serta penatalaksanaan.
RUMUSAN MASALAH

 Bagaimana definisi, faktor resiko, etiopatologi kasus DBD?


 Bagaimana cara penegakan diagnosa dan macam macam
DBD?
 Bagaimana penatalaksaan kasus D BD secara non-
medikamentosa dan medikamentosa?
TUJUAN

 Untuk memahami definisi, faktor resiko, etiopatologi kasus


DBD
 Untuk memahami cara penegakan diagnosa dan macam
macam DBD
 Untuk mengetahui penatalaksaan kasus D BD secara non-
medikamentosa dan medikamentosa .
 Manfaat
 Menambah wawasan keilmuan tentang ringkasan dari kasus
dan beberapa tinjauan pustaka tentang penyakit D BD,
mempermudah pemahaman penulis dan pembaca tentang
penyakit DBD, dan mengetahui tentang perkembangan pasien
dari awal masuk rumah sakit hingga rawat ja lan
BAB II LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Identitas Orang Tua
 Nama : An. Saifi Ali Ayah :
 Usia : 11 Tahun Nama : Rusfandi
 JK : Laki-laki Jenis kelamin : Laki-laki
 TTL : Bangkalan, 04 Pekerjaan : Petani
November 2009 Alamat : Paeng, Modung
 Agama : Islam Status : Menikah
 Suku : Madura Hubungan : Anak Kandung
Ibu:
 Alamat : Paeng, Modung Nama Ibu : Kusmawati
 Pendidikan : SD Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Siswa Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 No. RM : 240593 Alamat : Paeng, Modung
 Tanggal Pemeriksaan : 30 Status : Menikah
April 2021 Hubungan : Anak Kandung
riwayat penyakit sekarang
• Kedua tangan dan kaki dingin
Keluhan utama
• Pasien merasakan dingin di kedua tangan dan kedua kaki, dingin
dirasakan sejak 1 hari yang lalu. Dingin di kedua tangan dan kaki
dirasakan sepanjang hari dan tidak berkurang saat beristirahat.
Sebelum merasakan keluhan dingin, pasien mengeluhkan demam (+)
yang mendadak tinggi sekitar 5 hari yang lalu. Demam dirasakan
sempat naik dan turun dan dirasakan di seluruh tubuh. Sebelumnya
pasien sempat di rawat di Puskesmas Kedungdung pada hari senin,
selasa, rabu dengan keluhan demam yang tidak turun turun dan
kemudian di rujuk ke RSUD SYAMRABU dengan gejala dingin disertai
dengan penurunan trombosit yang terus menerus. Pasien juga merasa
badan tidak enak seperti pegal pada seluruh tubuh (+). Pasien juga
tampak gelisah, letargi. Didapatkan adanya bercak kemerahan (+) di
bagian lengah bawah.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien dirawat di Puskesmas Kedungdung 3 hari
yang lalu dengan keluhan demam dan dirujuk ke Rumah Sakit
Syamrabu karena penurunan trombosit.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Adik pasien baru sembuh dari penyakit DBD (+). Ibu pasien
menderita hipertensi (+). Tidak didapatkan riwayat alergi pada
ibu maupun ayah pasien.
 Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan (G6 P5) anak kelima dengan kehamilan
keenam. Tidak didapatkan keluhan selama masa kehamilan
pasien. Pemeriksaan kehamilan atau ANC rutin dilakukan di
bidan. dan riwayat MRS selama masa kehamilan disangkal.
Kesan: Riwayat kehamilan dalam batas normal.
RIWAYAT KELAHIRAN

 Pa s ien l a h ir de n g a n pe r s alina n n o rm al s po n t an pa da m a sa g e s t asi 3 8 m i nggu


( c ukup bul a n ) ke a da an bay i s a a t l a hir de n g a n :
 AP G AR Sco re : Ti da k a da da t a
 B e ra t B a da n La h i r : 2 5 0 0 g ra m
 Pa n j ang B a da n La h i r : Ti da k a da da t a
 Pa n j ang B a da n La h i r : Ti da k a da da t a
 Li n g kar Ke pa l a : Ti da k a da da t a
 Li n g kar Le n g a n At a s : Ti da k a da da t a
 Ke s a n : Ri waya t ke l ahira n da l a m ba t a s n o rm al

Riwayat Nutrisi
Usia ASI Susu formula MPASI
0-6 bulan √ - -
6 bulan - Tidak ada data Pisang
10-12 bulan - Tidak ada data Nasi Tim
12 bulan – 2 tahun - Tidak ada data Tidak ada data
2 tahun – sekarang - - Normal ( Makanan keluarga )

Kesan : Kebutuhan gizi terpenuhi dengan baik


 Riwayat Imunisasi
Imunisasi Waktu pemberian
Bulan tahun
0 1 2 3 4 5 6 9 1 18 5 10 12
5
Hepatitis B 1 2 3 4
BCG 1
Polio 0 1 2 3 4
DPT-HB-Hib 1 2 3 4
Campak 1 2

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan :
Pertumbuhan pasien tidak terukur dengan baik karena tidak didapatkan data.
Perkembangan : Perkembangan tidak
didapatkan data yang akurat namun
menurut ibu pasien, perkembangan pasien
sesuai dengan usia pasien.
Motorik kasar Motorik halus
Miring : - Kepala menoleh kanan-kiri : -
Tengkurap : - Memegang benda : -
Duduk : - Memindah benda : -
Merangkak : - Mencoret coret : -
Berjalan : - Menggambar garis tegak : -
Bicara Sosial
Tertawa berteriak : - Tersenyum spontan : -
Menoleh ke sura : - Meraih mainan : -
Berbicara kata : - Minum dari gelas : -
Menyusun kalimat : - Mencuci tangan : -
Menghitung mainan : - Memakai baju kaos : -
 Riwayat Alergi
 Alergi terhadap obat-obatan, makanan, dan cuaca tertentu
disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK AWAL

 Keadaan umum : Lemah


 Kesadaran : Compos mentis, GCS 456
 Tanda-Tanda Vital
 Tensi : 100/70 mmHg
 Nadi : 69 x/menit
 RR : 18 x?menit
 Suhu : 36,7ºC
 SpO 2 : 98%
 Data Antropometri
 Berat badan : 29 kg
 Tinggi badan : 136 cm
 Lingkar lengan atas : 18 cm
 Lingkar kepala : 53 cm
S TAT U S G I Z I
BBI :

BB AKTUAL X 100%
B E R AT B A D A N I D E A L

29 X 100%
30
: 96% NORMAL.
HEAD TO TOE

Kepala Bentuk dan ukuran : normocephali


Rambut: hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Ubun-ubun : tertutup, rata
Trauma (-)

Wajah Bentuk : wajah simetris


Pembengkakan : -

Mata Bentuk : normal, tidak ada kelainan, kedudukan kedua bola mata simetris,
tidak eksoftalmus
Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemis (-/-), secret (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Kornea : kanan dan kiri jernih
Pupil : kanan dan kiri bulat simetris (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+), Isokor
HEAD TO TOE

Telinga Bentuk : normotia, simetris


Sekret : -/-
Hidung Tidak ada perdarahan
Sekret (-)
Pernapasan cuping hidung (-)
Bibir Mukosa bibir : pucat (-), kering (-), sianosis (-)
Gigi geligi Normal
Mulut Bentuk : tidak ada kelainan
Mukosa pipi : merah, basah (+), pucat (-)
Perdarahan gusi : (-)
Lidah Bentuk dan ukuran : normal, lidah kotor (-)
Tonsil Tonsil tidak membesar (T1/T1), Hiperemis (-)
Faring Hiperemis (-), uvula di tengah.

Leher Bentuk : tidak ada kelainan


Pembesaran KGB (-)
JVP : normal
Pembesaran kelenjar parotis (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Paru :
Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis,
pengembangan dada simetris (+), retraksi intercostae (-), penggunaan otot bantu nafas (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-) pada semua lapang paru. Tidak dilakukan pemeriksaan taktil
fremitus pada pasien.
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru.
Thorax Anterior
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor

Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-) fase
ekspirasi
Thorax Anterior
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler
Vesikuler Vesikuler
 Jantung :
 Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis, thrill (-)
 Palpasi : Tidak teraba ictus cordis dan thrill, massa (-)
 Perkusi : Pembesaran jantung (-)
 Batas kiri atas : ICS II parasternal line sinistra
 Batas kanan atas : ICS II parasternal line dekstra
 Batas kiri bawah : ICS V mid clavicula line sinisra
 Batas kanan bawah : ICS IV parasternal line dekstra
 Auskultasi : BJ I/ II normal ( tidakmengeras/melemah), murni
reguler, Bising
 sistole dan diastole (-), Gallop (-).
Abdomen Inspeksi : Datar (+)
Auskultasi : Bising usus terdengar normoperistaltik
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Dinding perut : soufel (+), nyeri tekan abdomen pada regio
hipokondria dextra (+)
Hepar dan lien : tidak didapatkan pembesaran (-)
Ginjal : sulit dievaluasi

Ekstremitas Capillary refill time (CTR) < 2 detik, akral teraba dingin pada ekstremitas
superior dan inferior; Didapatkan pteki pada lengan bawah regio antebrachii
sinistra saat dilakukan uji tourniquet/rumple leed.
DIAGNOSIS BANDING

 Syok hipovolemik
 Sepsis
 Dengue Syok Syndrome
 Dengue Fever
 Chikungunya
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan Lab tanggal 28 April 2021 (Puskesmas)


No Parameter Nilai Nilai Normal
1 WBC 2,04 3,5 - 10,0 (10^3/uL)
2 RBC 5,42 3,8 – 5,6 (10^6/uL)
3 HGB 14,4 11,0 – 16,5 (g/dl)
4 HCT 41,2 35,0 – 50,0 (%)
5 MCV 26,6 80 – 100 (fl)
6 MCH 26,6 26 – 33 (pg)
7 MCHC 35,0 31 – 36 (g/dl)
8 LYMPH% 28,4 17 – 48 (%)
9 MONO% 16,7 4 – 10 (%)
10 PLT 85 150 – 500
(10^3/ul)
11 GOLONGAN DARAH
PEMERIKSAAN LAB
TANGGAL 30 APRIL 2021
PEMERIKSAAN LAB
TANGGAL 1 MEI 2021
RESUME KASUS

 Pada anamnesis pasien mengeluhkan akral dingin (+) di


kedua tangan dan kaki sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya
pasien demam mendadak (+) sekitar 5 hari yang lalu, sempat
naik turun. Pasien sempat di rawat di Puskesmas Kedungdung
pada hari senin, selasa, rabu dengan keluhan demam yang
tidak turun turun dan kemudian di rujuk ke RSUD SYAMRABU
dengan gejala dingin disertai dengan penurunan trombosit
yang terus menerus. Myalgia (+),nyeri saat menelan (+), nyeri
perut regio hypocondriaca dextra (+), BAK (+), BAB (-) sejak 1
hari yang lalu, mual (+) muntah (-), mimisan (-), perdarahan
gusi (-), nafsu makan menurun, bengkak pada kaki dan
tangan (-) serta Ptekie (+). Sebelumnya adik pasien
mengalami penyakit serupa.
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak lemah
dengan kesadaran compos mentis (GCS: 456). Tanda vital
dengan tekanan darah: 100/70 mmHg, Nadi: 69x/menit, RR:
18x/menit, Suhu: 36,7℃. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
suara vesikuler paru dextra sinistra, S1 dan S2 normal,
distensi abdomen (-), meterismus (-), nyeri tekan regio
hypocondriaca dextra (+) dan akral dingin (+). Uji Tourniquet
(+) : muncul ptekie pada regio antebrachii sinistra. Pada
pemeriksaan penunjang darah lengkap didapatkan penurunan
Trombosit (55 ribu/mm3)
WORKING DIAGNOSIS

 Dengue Haemorrragic Fever Grade III


PENATALAKSANAAN

 Tirah baring
 Infus RD 5 200 cc 1 jam → 150 cc 1 jam →90 cc 1 jam
 Infus maintenance RD 5 1000 cc /24 jam + drip NB 1 ,5 ml
 Paracetamol 3x500 mg
 Inj. Metamizole 300 mg k/p
 Inj. Omeprazole 2x20 mg
 Konsultasi dokter Shirley Ferlina, Sp. A M. Ked Klin
FOLLOW UP
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
 Definisi
 Demam Dengue
 Demam Dengue adalah penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus dengue (DenV) yang ditularkan melalui
nyamuk Aedes Aegypty dan Aedes Albopictus (PDUI, 2019).
Demam dengue harus memenuhi kriteria WHO (2009),
sebagai berikut:
 Dengue tanpa tanda bahaya
 Dengue dengan tanda bahaya
 Dengue berat
DEMAM BERDARAH DENGUE

 Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan suatu penyakit


yang disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4, dengan
manifestasi klinis demam mendadak 2-7 hari disertai gejala
perdarahan dengan atau tanpa syok , disertai pemeriksaan
laboratorium menunjukkan trombositopenia (trombosit kurang
dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih
dari nilai normal.
 Sindrom Syok Dengue
 Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah derajat terberat dari
DBD yang terjadi karena peningkatan permeabilitas kapiler
sehingga cairan keluar dari intravaskuler ke ekstravaskuler,
sehingga terjadi penurunan volume intravaskuler dan
hipoksemia.
 Syok yang biasanya terjadi pada saat atau segera setelah
suhu turun, antara hari ke 3 sampai hari sakit ke 7
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskular sehingga
terjadi kebocoran plasma, dan hipovolemia yang
mengakibatkan berkurangnya aliran balik vena, preload
miokard, volume sekuncup dan curah jantung sehingga terjadi
disfungsi sirkulasi dan penurunan perfusi organ.
EPIDEMIOLOGI

 Infeksi virus dengue merupakan masalah kesehatan utama di


100 negara-negara tropis dan subtropis di Asia Tenggara,
Pasifik Barat, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi peningkatan dan penyebaran
kasus yaitu pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak
terencana dan tidak terkontrol, tidak adanya kontrol terhadap
nyamuk yang efektif di daerah endemik

 Jumlah kasus Dengue Hemorragic Fever ( DHF ) di Indonesia


sejak Januari s/d Mei 2004 mencapai 64.000 (IR 5 29,7 per
100.000 penduduk) dengan kematian sebanyak 724 orang
(CFR 1 ,1 %).
ETIOLOGI DAN TRANSMISI

 Virus dengue merupakan RNA virus dengan nukleokapsid


ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus
dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1 , DEN 2, DEN 3, DEN
4.
 Vektor utama dengue di Indonesia adalah Aedes aegypti betina,
disamping pula Aedes albopictus betina. Ciri-ciri nyamuk
penyebab penyakit demam berdarah (nyamuk Aedes aegypti)
adalah:
 Menggigit/menghisap darah pada siang hari
 Senang hinggap pada pakaian yang bergantungan dalam kamar
 Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan di
sekitar rumah bukan di got/comberan
 Di dalam rumah: bak mandi, tampayan, vas bunga, tempat
minum burung, dan lain-lain.
 Klasifikasi infeksi dengue mengalami beberapa kali
perubahan sejak WHO 1997, kemudian WHO 2009, dan yang
terakhir menggunakan WHO 2011 . Perubahan klasifikasi
dengue berkaitan dengan diagnosis dan penatalaksanaan
pasien. Menurut WHO 2011 , manifestasi infeksi dengue
dibagi menjadi 4 pembagian.
DIAGNOSIS
KRITERIA DIAGNOSIS DEMAM DENGUE
 Demam 2-7 hari yang timbu; mendadak, tinggi, terus
menerus, bifasik
 Manisfestasi perdarahan baik spontan seperti ptekie, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan atau
melena; maupun berupa uji tourniquet positif.
 Nyeri kepeala, myalgia, artalgia, nyeri retroorbital
 Dijumpai kasus DBD baik di lingkungan sekolah, rumah, atau
di sekitar rumah
 Leukopenia<4.000/mm 3
 Trombositopenia<100.000/mm 3
 Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan adanya
dua atau lebih tanda dan gejala lain, diagnose klinis demam
dengue dapat ditegakkan.
KRITERIA DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH
(DHF)
 Kriteria Demam dengue +
 Hepatomegali
 Terdapat kebocoran plasma yang ditandai dengan salah satu
tanda/gejala :
 Peningkatan nilai hematokrit, >20% dari pemeriksaan awal atau dari
data populasi menurut umur
 Ditemukan adanya efusi pleura, asites
 Hypoalbuminemia, hipoproteinemia
 Trombositopenia<100.000/mm 3

 Demam disertai dengan dua atau lebih manisfestasi klinis,


ditambah bukti perembesan plasma dan trombositopenia
cukup untuk menegakkan diagnosis DBD.
DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN
SYOK (SSD) :
 Memenuhi kriteria DBD +
 Syok Terkompensasi

Syok Dekompensasi
KRITERIA DIAGNOSIS DSS

 Memenuhi kriteria DD atau DBD bsik disertai syok maupn


tidak, dengan manisfestasi klinis komplikasi infeksi virus
dengue atau dengan manisfestasi klinis yang tidak biasa,
seperti tanda dan gejala :
EVALUASI KLINIS

 Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk
menunjang diagnosis DBD adalah pemeriksaan darah
lengkap, urine, serologi dan isolasi virus.
 Darah lengkap
 Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar
leukosit, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai
hematokrit yang selalu dijumpai pada DBD merupakan
indikator terjadinya perembesan plasma, Selain
hemokonsentrasi juga didapatkan trombositopenia, dan
leukopenia.
 Isolasi virus
 Isolasi virus dapat dilakukan dengan metode inokulasi pada
nyamuk, kultur sel nyamuk, atau pada sel mamalia (vero cell
LLCMK2 dan BHK21). Metode ini hanya dapat dilakukan pada
enam hari pertama demam.
 Deteksi asam nukleat virus
 Genome virus dengue yang terdiri dari asam ribonukleat
dapat dideteksi melalui pemeriksaan Reverse Transcriptase
Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).
PEMERIKSAAN SEROLOGI IGG DAN IGM
ANTIDENGUE
 Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit ke-5
sakit, mencapai puncaknya pada hari sakit ke 10-14, dan
akan menurun/ menghilang pada akhir minggu keempat
sakit.
 Antibodi IgG anti dengue pada infeksi primer dapat terdeteksi
pada hari sakit ke-14. dan menghilang setelah 6 bulan
sampai 4 tahun. Sedangkan pada infeksi sekunder IgG anti
dengue akan terdeteksi pada hari sakit ke-2.
EVALUASI KLINIS

 Pemeriksaan Radiologi
 Pemeriksaan radiologi berupa pemeriksaan foto dada dalam
posisi right lateral decubitus dilakukan atas indikasi:
 Distres pernafasan/ sesak
 Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa
terdapat kelainan radiologis terjadi apabila pada perembesan
plasma telah mencapai 20%-40%
 Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan, dan
untuk menilai edema paru karena overload pemberian cairan.
 Penatalaksanaan
 Sebelum pasien mendapatkan pengobatan, diperlukan triase
untuk mengetahui apakah pasien harus menjalani rawat jalan
maupun rawat inap.
PENATALAKSANAAN PASIEN RAWAT
JALAN
 Sebelum diputuskan rawat jalan, pemeriksaan darah lengkap
harus dilakukan. Pasien dengan hematokrit yang stabil dapat
dipulangkan. Pasien diberikan pengobatan simtomatik berupa
antipiretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15
mg/kgBB/dosis yang dapat diulang setiap 4-6 jam bila
demam. Upaya menurunkan demam dengan metode kompres
hangat diperbolehkan. Anak dianjurkan cukup minum dan
tanda kecukupan cairan dapat dideteksi melalui frekuensi
buang air kecil setiap 4-6 jam.

 Pasien beserta keluarganya harus diberikan KIE tentang


warning signs secara jelas dan diberikan instruksi agar
secepatnya kembali ke rumah sakit jika timbul warning signs
selama perawatan di rumah
PENATALAKSANAAN PASIEN RAWAT INAP
DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE

 Pada kondisi DBD terjadi kebocoran plasma yang mana


apabila kebocoran yang terjadi cukup banyak maka dapat
menyebabkan syok hipovolemi. Kondisi ini disebut demam
berdarah dengan syok atau simdrom syok dengue yang
memiliki tingkat mortilitas yang tinggi.

 Pengobatan DBD bersifat simtomatis dan suportif. Terapi


suportif berupa penggantian cairan yang merupakan pokok
utama dalam tatalaksana DBD. Penggantian cairan ditujukan
untuk mencegah timbulnya syok tersebut.
 Resusitasi dilakukan dengan memberikan cairan kristaloid
isotonik . Volume cairan yang diberikan sesuai dengan berat
badan, kondisi klinis, dan temuan laboratorium. Pada DBD
terjadi hemokonsentrasi akibat kebocoran plasma >20%, oleh
karena itu jumlah cairan yang diberikan diperkirakan sebesar
kebutuhan maintenance ditambah dengan perkiraan defisit
cairan 5%
 Pemberian antipiretik paracetamol dengan dosis 10-
15mg/kgBB/dosis apabila suhu >38ºC dengan interval 4-6
jam. Hindari pemakaian aspirin/NSAID/ibuprofen.

 Tatalaksana sindrom syok dengue


 Syok pada infeksi dengue merupakan syok hipovolemik akibat
terjadinya pembesaran plasma. Dibagi menjadi dua fase
yaitu, pada fase awal berupa syok terkompensasi dan fase
selanjutnya fase dekompensasi.
TERKOMPENSASI

 Oksigen 2-4 L/menit


 Resusitasi cairan kristaloid isotonik IV dengan jumlah cairan 10-
20 mL/kgBB dalam waktu 1 jam.
 Bila syok teratasi, berikan cairan dengan dosis 10 mL/kgBB
selama 1-2 jam.
 Bila sirkulasi stabil, jumlah cairan dikurangi secara bertahap
menjadi 7.5, 5, 3, 1 .5 mL/kgBB. Umumnya setelah 24-48 jam
pasca resusitasi, cairan IV sudah tidak diperlukan.
Pertimbangkan untuk mengurangi jumlah cairan secara IV bila
masukan cairan secara oral makin membaik .

Bila syok teratasi, lakukan analisa gas darah, hematokrit, kalsium dan gula darah
untuk menilai adanya asidosis, perdarahan, kadar kalsium, dan gula darah yang
memperberat syok hipovolemik. Kemudian segera lakukan koreksi.
DEKOMPENSASI

 Oksigen 2-4L/menit
 Lakukan pemasangan akses vena, jika dua kali gagal atau
pemasangan lebih dari 3-5 menit, berikan cairan melalui
intraosseus
 Cairan kristaloid dan/atau koloid 10-20 mL/kgBB secara bolus
selama 10-20 menit dan lakukan pemeriksaan hematokrit,
analisa gas darah, gula darah dan kalsium
 Apabila syok teratasi, berikan cairan kristaloid 10mL/kgBB
selama 1-2 jam
 Bila syok belum teratasi, periksa ulang hematokrit. Jika tinggi
diberikan bolus kedua, koreksi bila ada asidosis, hipoglikemia
atau hipokalsemia.
 Bila hematokrit rendah dan ditemukan tanda perdarahan masif,
berikan transfusi darah segar (fresh whole blood) 10 mL/kgBB
atau PRC 5 mL/kgBB.
PROGNOSIS

 Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakit, cepat


tidaknya penanganan diberikan, umur, dan keadaan nutrisi.
Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III
dan IV bila dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat
ditolong. Angka kematian pada syok yang tidak terkontrol
sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi penggantian cairan yang
baik bisa menjadi 1-2 %. Penelitian pada orang dewasa di
Surabaya, Semarang, dan Jakarta memperlihatkan bahwa
prognosis dan perjalanan penyakit DHF pada orang dewasa
umumnya lebih ringan daripada anak-anak. Pada kasus- kasus
DHF yang disertai komplikasi sepeti DIC dan ensefalopati
prognosisnya buruk.
 Diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis
klinis dan kriteria diagnosis laboratoris yaitu kriteria
diagnosis dengan konfirmasi laboratorium. Adapun kriteria
diagnosis klinis pada penyakit Dengue Haemorraghic Fever
yaitu sebagai berikut :
BOX A DIAGNOSIS KLINIS PADA
PENYAKIT DENGUE HAEMORRAGHIC
FEVER

 Demam 2-7 hari yang timbul mendadak, tinggi, terus-menerus dan


bifasik
 Ditemukan perdarahan spontan seperti ptekie, ekimosis, epistaksis,
perdarahan pada gusi, hematemesis atau melena
 Uji tourniquet/ rumple leed positif
 Nyeri kepala, myalgia, atralgia, nyeri retroorbital
 Dijumpai kasus DHF/DBD baik pada lingkungan sekolah maupun
rumah
 Leukopenia <4.000mm3
 Trombositopenia <100.000 mm3
Apabila ditemukan gejala demam ditambah dengan adanya dua atau lebih
tanda gejala lain, diagnosis klinis demam dengue dapat ditegakkan.
BOX B
WARNING SIGNS

BOX B Warning signs


Klinis Demam turun namun keadaan anak memburuk
Nyeri perut dan nyeri tekan abdomen
Muntah yang menetap
Letargi, gelisah
Hepatomegaly
Oliguria
Laboratorium Peningkatan kadar hematokrit bersamaan dengan
penurunan cepat jumlah trombosit
identitas

•an laki-laki berusia 11 tahun

Keluhan utama

•kedua tangan dan kaki dingin sejak 1 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarang

•Sebelumnya pasien mengalami demam mendadak, terus-menerus


dan tinggi, kemudian diberikan penanganan di puskesmas
kedungdung. Panas menurun (hari jumat). akral dingin, letargi. Pasien
juga mengeluh mual. Nafsu makan pasien menurun badannya terasa
lemas dan nyeri kepala. Badan terasa kurang nyaman dan Myalgia.
Pemeriksaan fisik

•keadaan umum pasien tampak lemah dengan


kesadaran compos mentis (GCS 456).
Pemeriksaan vital sign didapatkan frekuensi
nadi 69x/menit, tekanan darah 90/70
mmhg, suhu 36.5 C, frekuensi nafas
30x/menit, BB 29kg TB 136, LILA 18 cm, LK
53 cm. nyeri tekan pada abdomen kuadran
kanan atas (Regio hypochondriac dextra). Uji
tourniquet (Rumple leed) positif
Pemeriksaan penunjang

•Pada pemeriksaan laboratorium darah


lengkap nilai trombosit pada 2 hari
pemeriksaan 55.000/uL,66.000/uL.
Pada pasien juga mengalami leukopenia
dengan jumlah leukosit 3,5 ribu/uL. Nilai
fungsi hepar didapatkan AST (SGOT) 166
U/L dan ALT (SGPT) 115 U/L meningkat.
 Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik , working
diagnosis pada pasien yaitu Dengue haemorraghic fever grade
III.
PENATALAKSANAAN

 Infus RD 5 200 cc 1 jam → 150 cc 1 jam → 90 cc 1 jam


 Infus maintenance RD 5 1000 cc /24 jam + drip NB 1 ,5 ml
 Pemberian cairan didasarkan pada derajat dehidrasi dan
kondisi klinis pasien, namun secara umum untuk kasus DBD
cairan yang diberikan mengikuti aturan pemberian cairan
pada kondisi dehidrasi sedang (defisit 5- 8% cairan) selain
mempertimbangkan berat badan pasien. Tujuan terapi cairan
adalah untuk mengganti kehilangan cairan di ruang
intravaskular, Pada pasien DHF derajat III Mulai resusitasi
dengan larutan kristaloid isotonik 10-20 ml/kg/jam selama 1
jam.
 Nilai kembali kondisi pasien, jika terdapat perbaikan,
turunkan kecepatan tetes secara gradual menjadi 10
ml/kg/jam selama 1-2 jam, kemudian bila tanda vital stabil
dan diuresis baik maka diturunkan menjadi 7, 5, 3, 1 ,5
ml/kg/jam dan selanjutnya sesuai status hemodinamik
pasien.
 Neurobion adalah kombinasi dari tiga vitamin neurotropik
esensial (B1 , B6 dan B12) dalam dosis tinggi. Vitamin B1 , B6
dan B12 sangat penting untuk metabolisme di perifer dan
sistem saraf pusat. Pada pasien ini diberikan drip NB 1 ,5 ml
untuk meredakan keluhan mialgia dan atralgia.
 Paracetamol 3x500 mg
 Pemberian anti-piretik pada pasien demam dengue
dianjurkan.. Pada pasien diberikan paracetamol karena
adanya keluhan demam.
 Inj. Metamizole 300 mg k/p
 Metamizole adalah obat analgesik non narkotik yang
umumnya digunakan untuk manajemen nyeri berat.
Metamizole mempunyai aktivitas antipiretik , antirematik ,
analgesik, dan spasmolitik sehingga dapat digunakan juga
untuk mengatasi nyeri akibat berbagai etiologi Pada kasus
diberikan injeksi metamizole 300 k/p karena pasien memiliki
keluhan nyeri tekan abdomen.
 Inj. Omeprazole 2x20 mg
 Omeprazole merupakan obat untuk saluran cerna golongan
penghambat pompa proton. Omeprazole digunakan sebagai
terapi lini pertama untuk mengatasi hipersekresi asam
lambung yang terjadi pada ulkus peptikum dan ulkus
duodenum. Omeprazole 402x20 mg diberikan pada pasien
karena pasien mengeluhkan mual.
 Pemantauan tanda vital dan diuresis setiap jam, serta
pemeriksaan laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit,
dan hemoglobin) setiap 6 jam
PENUTUP

 Kesimpulan
 Pasien anak laki-laki berusia 12 tahun didiagnosis demam
berdarah dengue. Penegakan diagnosa didapatkan dari
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Tatalaksana awal pada pasien diberikan Infus RD 5%,
paracetamol dan omeprazole. Sedangkan untuk tatalaksana
non medikamentosa berupa diet untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi anak dan tirah baring .
 Saran
 Kasus demam berdarah dengue pada anak masih sering
terjadi sehingga dibutuhkan penanganan yang tepat untuk
menghindari prognosa buruk serta memberi edukasi kepada
keluarga untuk mencegah terjadinya penyakit demam
berdarah

Anda mungkin juga menyukai