LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Keperawatan
Departemen Bedah
Disusun oleh:
Rizki Taufikur Rahman
NIM. 190070300011028
KELOMPOK 2
I. DEFINISI
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang sangat kompleks, membutuhkan perawatan
yang teratur karena DM penyakit seumur hidup sehingga perlu strategi perawatan yang baik,
dukungan orang-orang disekitarnya juga sangat penting untuk mencegah komplikasi dari
hiperglikemik yang tidak terkendali serta dapat meningkatkan intervensi DM (ADA, 2015)
DM adalah sekumpulan permasalahan dari berbagai faktor dimana terjadi defisiensi insulin
absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin. Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa DM
adalah penyakit kelainan fungsi insulin termasuk penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan
dan memerlukan perawatan yang serius untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan intervensi
( Soegondo 2009 )
Diabetes melitus (DM) adalah sindrom metabolik serta gangguan metabolisme terutama hidrat
arang akibat kekurangan insulin yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah melebihi nilai
normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa
sama atau lebih dari 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006; Sutedjo, 2010)
II. ETIOLOGI
1. Diabetes Mellitus Tipe I / IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) DM tipe 1 ditandai
oleh penghancuransel-sel beta pankreas; factorgenetik; imunologi; dan mungkin pula
lingkungan (virus) diperkirakan turut menimbulkan distruksi sel beta.
a. Faktor genetik
Penderita DM tipe I mewarisi kecenderungan genetik kearahDM tipe I, kecenderungan
ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe HLA (Human Leucocyt Antigen)
tertentu.Resiko meningkat 20x pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 atau DR4.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana anti bodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi jaringan tersebut sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus / toksin tertentu dapat memacu proses yang dapat menimbulkan destruksi sel
beta.
2. DM tipe II / NIDDM
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan sekresi insulinpada DM tipe II
masin belum diketahui. Faktor resiko yang berhubungan adalah obesitas, riwayat keluarga
Menurut American Diabetes Association (2016), faktor resiko DM tipe 2
sebagai berikut:
a. Aktivitas fisik yang kurang
b. Riwayat keluarga dengan diabetes
c. Wanita yang melahirkan bayi dengan BB >9
d. Wanita dengan riwayat diabetes gestasional
e. Hipertensi (≥140/90 atau pengobatan)
f. Obesitas
Faktor lain yang terkait dengan resiko diabetes mellitus tipe 2 , yakni :
a. Keturunan
Diabetes merupakan penyakit yang memiliki faktor resiko genetik artinya,
diabetes ada hubungannya dengan faktor keturunan.Seseorang yang kedua orang
tuanya menderita diabetes mellitus berisiko terkena diabetes. Faktor keturunan
merupakan faktor pemicu diabetes yang tidak dapat dimodifikasi artinya, faktor ini tidak
dapat nawar-menawar, dengan memiliki riwayat diabetes dalam keluarga, maka resiko
seseorang untuk terkena penyakit gula darah menjadi tinggi jika di bandingkan dengan
orang lain yang tidak memiliki riwayat kencing manis dalam keluarganya (Helmawati,
2014).
b. Gaya hidup yang salah
Setelah keturunan (genetik), faktor resiko diabetes selanjutnya adalah gaya
hidup. Gaya hidup dapat menentukaan besar kecilnya resiko seseorang untuk terkena
diabetes, karena hal ini berkaitan dengan pola makan dan aktivitas yang dilakukan
seseorang sebagai gaya hidupnya. Terbukti membawa dampak negatif dalam hal
kesehatan pada orang-orang masa kini, cenderung memiliki kesadaran yang rendah
terhadap pola makanan, orang lebih mencari makanan yang enak rasanya dari pada
makanan dengan kekayaan nutrisinya (Helmawati, 2014).
c. Obesitas atau kegemukan
Obesitas berisiko pada diabetes berkaitan dengan terjadinya resistensi
insulin.Artinya, obesitas dapat menyebabkan terjadinya resistensi insuin, dimana kondisi
resistensi insulin merupakan penyebab utama terjadinya diabetes, khususnya diabetes
tipe 2 (Helmawati, 2014).
d. Faktor usia
Faktor resiko diabetes selanjutnya adalah faktor usia sebagaimana faktor resiko
disebabkan keturunan, faktor usia merupakan faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau
direkayasa. Orang dengan usia 40 tahun mulai memiliki resiko terkena diabetes.
Selanjutnya dengan semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula resiko
seseorang mengalami diabetes tipe 2 (Helmawati, 2014).
e. Rokok dan alkohol
Kaitannya rokok dengan diabetes ternyata merokok dapat meningkatkan resiko
seseorang untuk terserang diabetes mellitus tipe 2 dibandingkan dengan mereka yang
tidak merokok. Berdasarkan artikel yang pernah dirilis oleh Jurnal Of The Amerika
Medical Associaton. Merokok dan diabetes memiliki keterkaitan, merokok akan
menyebabkan diabetes dan merokok akan memperparah penyakit diabetes yang telah
diderita, sama halnya dengan rokok, alkohol juga memiliki efek yang tidak berbeda jauh,
Mengkonsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan resiko diabetes adalah daya
rusak alkohol terhadap organ-organ tubuh khususnya organ pankreas. Disamping dapat
menyebabkan timbulnya diabetes, alkohol juga dapat memperparah kondisi diabetes
yang telah diderita seseorang (Helmawati, 2014)..
f. Stress
Salah satu faktor resiko timbulnya penyakit diabetes, yaitu stres. Stres memang
faktor yang dapat membuat seseorang menjadi rentan dan lemah, bukan hanya secara
mental tetapi juga secara fisik, penelitian terbaru membuktikan komponen kecemasan,
depresi, dan gangguan tidur malam hari adalah faktor pemicu terjadinya penyakit
diabetes (Helmawati,2014).
3. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang menyerang pada kondisi kehamilan.Diabetes
gestasional menyebabkan pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup untuk
mengontrol gula darah pada tingkat yang aman bagi si Ibu dan janin. Diabetes gestasional
didiagnosis pada 24 sampai 28 minggu usia kehamilan dengan kondisi janin telah membentuk
organ tubuh.
IV. KLASIFIKASI
Klasifikasi diabetes melitus terbagi menjadi empat, yaitu:
a. Diabetes melitus Tipe 1
Diabetes tipe ini dapat terjadi karena rusaknya sel beta pankreas. Kerusakan pankreas
ini biasanya dapat menyebabkan defisiensi insulin yang jika dibiarkan dapat terjadi
defisiensi secara menyeluruh (ADA, 2013).
b. Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes tipe ini dapat terjadi karena hasil dari gangguan atau kerusakan sekresi insulin
secara progresif sehingga menyebabkan terjadinya rekresi insulin. Gangguan sekresi
insulin dapat terjadi karena jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
kurang hingga menyebabkan glukosa darah tidak mampu masuk kedalam sel dan glukosa
di dalam darah menjadi meningkat (Misnadiarly, 2006; ADA, 2013).
c. Diabetes Melitus Tipe Spesifik Lain
Diabetes ini dapat terjadi karena penyebab yang lain seperti gangguan genetik pada sel
beta, gangguan genetik pada kerja insulin, gangguan auto imun, kanker pankreas,
penyakit eksokrin pankreas seperti cystic fibrosis. Kondisi ini dapat dipicu oleh
penggunaan obat dan bahan kimia seperti dalam pengobatan HIV/AIDS atau setelah
transplantasi organ serta infeksi yang disebabkan oleh rubela konginetal dan
sitomegalovirus (Rubenstein, et al., 2007; ADA, 2013).
d. Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes melitus gestasional adalah diabetes yang terdiagnosa selama masa
kehamilan. Sebagian wanita yang mengalami diabetes saat hamil memiliki kadar
homeostatis glukosa normal pada paruh pertama kehamilan dan berkembang menjadi
defisiensi insulin relatif pada paruh kedua kehamilan sehingga terjadi hiperglikemi.
Banyak wanita yang mengalami diabetes melitus gestasional sembuh saat postpartum
(melahirkan), tetapi ada beberapa wanita yang tidak demikian (Rubenstein, dkk., 2007;
ADA, 2013).
V. PATOFISIOLOGI
a. Diabetes melitus tipe 1
` DM tipe 1 ini karena ketidakmampuan pankreas menghasilkan insulin karena
dihancurkan oleh proses autoimun. Produksi glukosa darah yang cukup tinggi akan sampai
ke urin dan mengakibatkan ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang
tersaring keluar sehingga glukosa tersebut muncul dalam urin yang disebut glukosuria.
Seiring dengan glukosuria akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan,
disebut diuresis osmosis sehingga penderita mengalami peningkatan saat berkemih
(poliuria) dan haus (polidipsia). Seiring dengan munculnya poliuria, penderita menjadi cepat
kelelahan dan mengakibatkan peningkatan makan (polifagia) tetapi berat badannya
cenderung mengalami penurunan. Pada insulin yang keadaannya normal akan
mengendalikan glikogenesis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta substansi lain, namun pada
penderita DM tipe 1 mengalami defisiensi insulin maka akan terjadi hambatan dan
menimbulkan hiperglikemia. Selain hiperglikemia akan terjadi pemecahan lemak yang
mengakibatkan peningkatan produksi keton (ketoasidosis). Peningkatan badan keton akan
menggangu keseimbangan asam-basa basa tubuh jika dalam jumlah yang banyak.
Gejala yang muncul biasanya nyeri abdomen, mual, muntah, nafas berbau aseton dan jika
tidak segera ditangani akan mengalami perubahan kesadaran hingga kematian.
Komponen terapi yang teratur dapat dilakukan seperti diet, latihan pemantauan kadar
glukosa darah dan pemberian insulin serta cairan elektrolit sesuai kebutuhan (Smaltzer &
Bare, 2002).
b. Diabetes melitus tipe 2
DM tipe 2 ini merupakan kelainan heterogen ditandai dengan adanya resistensi insulin
perifer, gangguan hepatic glucose production (HCP), dan penurunan fungsi sel beta dan
akhirnya menuju ke kerusakan sel beta. Awalnya pada stadium prediabetes timbul
resistensi insulin kemudian disusul dengan peningkatan sekresi insulin yang bertujuan
mengkompensasi resistensi insulin itu agar glukosa darah tidak meningkat. Lama kelamaan
sel beta tidak sanggup mengkompensasi resistensi insulin glukosa darah kemudian
semakin meningkat dan fungsi sel beta semakin menurun secara progresif sehingga tidak
mampu lagi mengsekresi insulin dan terjadilah diabetes melitus tipe 2 (Suyono, 2009).
c. Gestational diabetes melitus
Gestational diabetes melitus (GDM) merupakan DM yang dialami wanita saat hamil.
keadaan ini perlu perhatian yang khusus karena pada diabetes yang tidak terkontrol akan
mengakibatkan makrosomia janin (bayi yang sangat besar > 4 kg), persalinan dan
kelahiran yang sulit, bedah cesar serta kelahiran mati, dan janin yang dilahirkan dengan ibu
hiperglikemia maka bayi akan lahir dengan hiperglikemia. Hiperglikemia bayi terjadi saat
pankreas bayi normal telah mensekresi insulin untuk mengimbangi keadaan hiperglikemia
ibu sehingga harus selalu dipantau.
GDM dapat menyerang wanita yang tidak mempunyai riwayat DM. Mereka hanya
mengalami hiperglikemia saat hamil karena sekresi hormon-hormon pada plasenta,
sehingga wanita hamil wajib menjalani skrining pada usia kehamila 24- 27 minggu untuk
mendeteksi kemingkinan diabetes. Penatalaksanaan pendahuluan dapat dilakukan dengan
diet dan pemantauan kadar glukosa. Obat hipoglikemia oral tidak dianjurkan untuk wanita
hamil. setelah melahirkan janinnya maka kadar glukosa darah akan kembali normal tetapi
banyak wanita dikemudian hari menderita DM tipe 2 sehingga semua wanita yang
menderita GDM harus mendapatkan konseling agar mempertahankan berat badannya dan
melakukan diet serta latihan secara teratur (Smeltzer & Bare,2002).
Kelainan sel B Pe↓ ambilan glukosa
pankreas
Gangguan sistem
imunitas (auto-imun)
Kelainan insulin Pe↑ metabolisme Pe↑ asam amino dan
(penurunan res-pon Defisiensi insulin HIPERGLIKEMI (DM)
protein glukoheogenesis
insulin)
Faktor ling-kungan
(infeksi, diet tinggi
KH, obesitas dan
kehamilan) Pe↓ berat badan Pe↑ lipolisis Pe↑ gliserol
Pe↓ tingkat
Risiko tinggi cidera Ketoasidosis
kesadaran
Rangsang haus
Diuresis osmotik Polidipsi
Kelemahan
Ulserasi GANGREN
Gangguan Perfusi
Jaringan
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Adanya kadar glukosa darah yang tinggi secara abnormal. Kadar gula darah
pada waktu puasa > 140 mg/dl. Kadar gula sewaktu >200 mg/dl.
b. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam PP
lebih dari 200 mg/dl
c. Tes toleransi glukosa. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam PP
lebih dari 200 mg/dl
d. Glukosa darah: darah arteri / kapiler 5-10% lebih tinggi daripada darah vena,
serum/plasma 10-15% daripada darah utuh, metode dengan deproteinisasi 5%
lebih tinggi daripada metode tanpa deproteinisasi Terdapat tumor
padapenyekresi GH di
e. Glukosa urin: 95% glukosa direabsorpsi tubulus, bila glukosa darah >hipofisis
160- anterior
180% maka sekresi dalam urine akan naik secara eksponensial, uji dalam urin:
+ nilai ambang ini akan naik pada orang tua. Metode yang popular carik Kelebihanhormonpertumbu
celuk
han
memakai GOD
f. Benda keton dalam urine: bahan urine segar karena asam asetoasetat cepat
Peningkatanpemecahankar
didekrboksilasi menjadi aseton. Metode yang dipakai Natroprusid, 3-
bohidratdan protein
hidroksibutirat tidak terdeksi
g. Pemeriksan lain: fungsi ginjal ( Ureum, creatinin), Lemak darah: (Kholesterol,
HDL, LDL, Trigleserid), Ffungsi hati, antibodi anti sel insula langerhans ( islet
cellantibody)
VII. PENATALAKSANAAN
a. Edukasi
Edukasi dengan cara melakukan pendidikan kesehatan untuk menambah
pengetahuan bagi penderita DM tentang DM dan dapat mencegah atau
mengantisipasi masyarakat yang belum terkena DM agar selalu menjaga
kesehatannya (Sari, 2012). Pendidikan kesehatan yang diberikan juga dapat
memicu tercapainya kesehatan yang optimal dan kualitas hidup
(Waspadji,2009).
Tujuan pemberian edukasi ini untuk mendukung penderita DM dalam
memahami perjalanan penyakitnya, pengelolaan dan mecegah komplikasi
yang akan timbul (Ndraha, 2014).
b. Pengaturan pola makan
DM sangat memerlukan pengontrolan makanan agar tercapai glukosa
darah yang normal. Pengontrolan makanan harus menghitung kebutuhan kalori
seseorang. Kalori yang diberikan harus didistribusikan ke dalam karbohidrat,
protein, serta lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu karbohidrat 45-
60%, protein 10-20% dan lemak 20-25% (Ndraha, 2014). Dalam pemenuhan
kalori penderita DM juga harus memperhatikan jumlah kandungan kolesterol
dan serat. Kandungan kolesterol yaitu kurang dari 300 mg/hari dan
kandungan serat + 25 g/hari (Waspadji, 2009).
c. Latihan Jasmani
Latihan jasmani dianjurkan untuk dilakukan secara teratur yaitu 3-4 kali
dalam seminggu selama kurang dari 30 menit. Sifat dari latihan jasmani ini
sesuai CRIPE (Continuous, Rhythmical, Interval, Progressive, Endurance
training) yaitu dengan latihan secara teratur, terus menerus dan diusahakan
menapai target sasaran 75- 85% denyut nadi maksimal disesuaikan dengan
kemampuan dan kondisi penyakit penderita (Waspadji, 2009).
d. Intervensi farmakologi
Terapi farmakologi diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani, obat yang diberikan berupa obat oral dan suntikan seperti :
VIII. KOMPLIKASI
DM dapat menimbulkan komplikasi antara lain komplikasi akut dan komplikasi
kronis :
a. Komplikasi akut
Terjadi kenaikan dan penurunan glukosa darah secara tajam dalam waktu
singkat. Komplikasi akut ini antara lain :
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai sengan keadaan gula darah dibawah nilai normal.
Kadar gula darah kurang dari 50 mg/dl. Penyebab hipoglikemia adalah
penggunaan obat hipoglikemik oral seperti sufoniluria khususnya
klorpropamida dan glibenklamida. Gejala-gejala yang mungkin timbul lapar,
tekanan darah turun, lemah, lesu, kesulitan menghitung sederhana, keringat
dingin dan tidak sadar (koma) dengan atau tanpa kejang (Boedisantoso,
2009).
2. Ketosidosis diabetik atau koma diabetik
Ketoasidosis diabetik adalah suatu keadaan yang sangat kekurangan
insulin dan terjadi mendadak. Tingginya glukosa darah sehingga dapat
memenuhi energi dalam tubuh dan mengakibatkan metabolisme tubuh
berubah. Kebutuhan energi tubuh akan terpenuhi setelah sel lemak pecah dan
membentuk senyawa keton. Keton akan terbawa di dalam urin dan baunya
dapat tercium saat bernafas sehingga akan mengakibatkan kerusakan
jaringan tubuh bahkan tejadi ketidak sadaran diri atau koma. Komplikasi ini
disebabkan oleh infeksi dan kelalaian dalam pemberian suntikan insulin pada
penderita (Sari, 2012).
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi
dua golongan :
a. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya
makroangiopati ( arterosklerosis ) dari pembuluh darah besar
ditungkai, terutama di daerah betis.
Gambaran klinis KDI :
- Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
- Pada perabaan terasa dingin.
- Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
- Didapatkan ulkus sampai gangren.
b. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )
Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan
dari sirkulasi. Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan,
mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi pembuluh darah kaki teraba
baik.
3. Penyebab
Faktor-faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik dibagi
menjadi endogen dan faktor eksogen.
a. Faktor endogen :
Genetik, metabolik
Angiopati diabetik
Neuropati diabetik
b. Faktor eksogen :
Trauma
Infeksi
Obat
4. Patofisiologi
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
a. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada
sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa
insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis
secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan
enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan
tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan
dan perubahan fungsi.
b. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada
semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya
proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan
semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor
disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD
adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor
penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan
menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik.
Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya
sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa
terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan
motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga
merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien.
Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki.
Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih
besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia
berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah
yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam
hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya
angiopati tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan
nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan
luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi
yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati,
sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.
5. Komplikasi
a. Osteomyelitis
b. Sepsis
c. Kematian
6. Penatalaksanaan
a. Kering
Istirahat di tempat tidur
Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
Tindakan amputasi untuk mencegah meluasnya gangrene, tapi
dengan indikasi yang sangat jelas
Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat
anti platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
b. Basah
Istirahat di tempat tidur
Kontrol gula darah dengan diet, insulin atau obat antidiabetik
Debridement
Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin
Beri “topical antibiotic”
Beri antibiotic yang sesuai kultur atau dengan antibiotic spectrum
luas
Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neurotropik lain
Memperbaiki sirkulasi guna mengatasi angiopati dengan obat-obat
anti platelet agregasi (aspirin, diprydamol, atau pentoxyvilin)
Pembedahan
Amputasi segera
Debridement dan drainase, setelah tenang maka tindakan yang
dapat diambil adalah amputasi atau skin/arterial graft
X. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama , Riwayat kesehatan saat ini dan terdahulu, riwayat keluarga
3. Pemeriksaan Fisik
4. Fokus pengkajian
Data bergantung pada berat dan lamanya ketidakseimbangan metabolik dan
pengaruh pada fungsi organ :
1. Aktifitas/Istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
Kram otot, tonus otot menurun, gangguan tidur dan istirahat.
Disorentasi, koma.
2. Sirkulasi
Ada riwayat hipertensi, IMA.
Kebas & kesemutan pada extrimitas.
Kebas pada kaki.
Takikardia/nadi yang menurun/tak ada.
Kulit panas, kering & kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas ego
Stress, tergantung orang lain.
Peka terhadap rangsangan.
4. Eliminasi
Poliuria, nokturia
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi)
Nyeri tekan abdomen
Diare, bising usus lemah/menurun.
5. Makanan/cairan
Hilang nafsu makan, mual/muntah, BB menurun, haus.
Kulit kering/bersisik, turgor jelek, distensi abdomen.
6. Neurosensori
Pusing/pening, sakit kepala.
Parestesia, kesemutan, kebas kelemahan pada otot.
Gangguan penglihatan.
Disorentasi : mengantuk, letargia, stupor/koma.
7. Nyeri/kenyamanan
Abdomen tegang/nyeri
Wajah meringis, palpitasi.
8. Pernapasan
Batuk, bernapas bau keton
9. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Demam, diaforesis
Menurunnya kekuatan/rentang gerak.