Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

SISTER CALISTA ROY

DISUSUN OLEH KELOMPOK 9:

1.MARGIONO

2.NUR MIYATI

3.VITHA AMELIA ROSA LOLITA

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III
AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT MARTHEN
INDEY JAYAPURA
T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa yang
telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah
konsep dasar keperawatan ini dapat kami selesaikan.
Konsep dasar keperawatan ini bertujuan untuk memberikan
laporan kepada dosen atau mahasiswa yang bersangkutan. Dalam
makalah ini disajikan informasi mengenai hasil diskusi yang telah
kami lakukan mengenai tokoh keperawatan yang kami pilih.
Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu
masih banyak kekurangan. Oleh karena itu , kritik dan saran selalu
penulis harapkan agar menjadi pedoman di masa yang akan datang.
Akhir kata kami ucapkan banyak Terima kasih.

Jayapura, September 2019

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………....... 2
DAFTAR ISI.....……………………………………………………………………..... 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang……………………………………………………………………….. 4
1.2  Tujuan Penulis.....……………………………………………………………………. 4

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Riwayat hidup Calista roy…………………………………………….....………... 5

BAB III
DEFINISI DAN KONSEP ROY

BAB IV
MODEL KONSEPTUAL ADAPTASI ROY
4.1  Manusia……………………………………………………………………….......... 7
4.2  Lingkungan.....……………………………………………………………………... 9
4.3  Kesehatan………………………………………………………………………....... 9
4.4 Keperawatan.....……………………………………………………………………. 10

BAB V
APLIKASI DAN CONTOH TEORI
5.1  Pengkajian tahap pertama……………………………………………………….... 12
5.2  Pengkajian tahap kedua.....….…………………………………………………...... 13
5.3  Diagonis keperawatan……………………………………………………………... 13
5.4 Interfensi.......................…………………………………………………………….. 14

3
PENUTUP........................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Model konseptual  Adaptasi Sister Callista Roy mengacu pada ide-ide global mengenai
individu, kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang
spesifik. Teori-teori yang terbentuk dari penggabungan konsep dan pernyataan yang berfokus
lebih khusus pasa suatu kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual
keperawatan dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan
yang bertolak dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat
memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan
sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai kerangka konsep
dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan atau sebagai filosofi
dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang
keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan
empat macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan,
kesehatan, dan keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu
mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif
karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang
selalu beradaptsi.

1.2 Tujuan Penulisan


Makalah ini disusun dengan tujuan untuk :
1.Menjelaskan Riwayat Hidup Sister
2.Menjelaskan Definisi dan Konsep yang di kemukakan  pada Sister Calista Roy.
3.Menjelaskan Model konseptual Adaptasi Sister Calista Roy
4.Aplikasi dan Contoh Teori  Sister Calista Roy.

4
BAB II
2.1 Riwayat Calista Roy

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan
pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art
Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric
Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus
dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E.
Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep
adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen
(1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian
konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus
sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk
oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi
nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk
menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan
adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat
kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli
lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye
(1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja
pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi
keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-
mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan
model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan
model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model
adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara
filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman
klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh
manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model
adaptasi keperawatan.

5
BAB III
Definisi dan Konsep Roy

Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:
1.Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
2.Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan
residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.
3.Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau
peningkatan kebutuhan.
4.Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan
manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
5.Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus
fokal.
6.Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap
perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
7.Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal, dan proses endokrin.
8.Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
9.Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi dan
konsep diri.
10.Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai
tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.
11.Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi,
nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12.Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu
berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung.
Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang
menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
13.Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di
lingkungan social.
14.Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai
support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik
dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.

6
BAB IV
Model  Konseptual Adaptasi Roy

Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah : (1)
manusia; (2) Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua
bagian yaitu tujua keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elememn
penting pada konsep adaptasi.

4.1 Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input,
control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah
sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam
empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup,
terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan.
Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi
manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit fungsional secara
keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem
manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control dan umpan balik serta
output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan dari
lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk
variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel
standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasanya
dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah
diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator
adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

a.Mode Fungsi Fisiologi


Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5
kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1.Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2.Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam
Roy 1991).
3.Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991)

7
4.Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan
semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5.Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6.The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7.Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy
1991).
8.Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari
regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9.Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).

b.Mode Konsep Diri


Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan
integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1.The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2.The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan
spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal
yang berat dalam area ini.

c.Mode fungsi peran


Mode fungsi peran mengenal pola - pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya
pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

d.Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya
adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan
saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima
sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain.
Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi

8
dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu
memberi dan menerima.

Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon
yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak
efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik respon-respon
memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan
lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem
regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia
tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran respon yang kaitannya
dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.

4.2 Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan
merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya
lingkungan sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan
menjadi tiga jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual.
Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan
mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu ata kelompok.

4.3 Kesehatan
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara
utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan secara
tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau
kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah
sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih
dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.

Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi.
Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon
terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan
mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep
adaptasi dan kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya menggambarkan
manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap
stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk
mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi
termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama
dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang
membutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal
dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor
menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping
yang merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

9
Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang
meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup, pertumbuhan,
reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi
keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan respon-respon.
Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik equilibrium
manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus dapat
disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan adaptasi
mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi
kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

4.4 Keperawatan
Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu,
keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang secara
positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan
menggunakan pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang.
Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan
adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan
secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi
yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih
spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu
keperawatan tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan
aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang berinteraksi
dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan eksternal yang
mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah
membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan
seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa
aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui,
pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik
dan tingkat fungsi yang lebih tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan
keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan
adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep diri; (3)
fungsi peran dan (4) interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan
berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian dengan damai.
Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu area dengan tingkatan
adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada area tersebut dimana manusia
dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari
upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk merespon stimulus yang
lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan
penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.

Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang digunakan
pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan, intervensi dan
evaluas. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana
mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan bagaiman

10
mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.

Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan.
Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses
pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan data
tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut
dikumpulkan dari data observasi penilaian respond an komuniokasi dengan individu. Dari
data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat
menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data
tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat pengkajian ini perawat
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada
pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama
yang mempengaruhi perilaku.

11
BAB V
APLIKASI  DAN CONTOH TEORI

Studi kasus :
Ibu X, 50 tahun mengalami nyeri yang luar biasa di daerah punggung bawah yang menjalar
sampai ke tungkai sebelah kanannya. Nyeri ini sangat hebat pada saat melakukan kegiatan
sehari-hari, termasuk untuk berdiri dan duduk. Setelah dilakukan konsultasi dengan dokter,
Ibu X dinyatakan mengalami herniasi diskus intervertebra (HNP), dan dijadwalkan untuk
dilakukan discectomi (operasi pemotongan bagian diskus yang mengalami herniasi).
Pasca pembedahan setelah sadar dan dibawa ke ruang perawatan, Ibu X merasakan nyeri
berkurang. Meskipun tidak dibatasi pergerakannya, klien merasa takut bergerak dan
melakukan kegiatan kebersihan pribadi (personal hygiene). Klien takut berjalan, merasa takut
dan cemas akan keadaannya pasca pembedahan.

Sebelum masuk RS kebiasaan Ibu X melakukan aktifitas 12 jam perhari, makan tidak terlalu
mempermasalahkan kandungan gizi atau pembatasan yang penting makan tidak pernah
menggunakan terlalu banyak minyak goreng dan tidak terlalu suka yang manis. Pola tidur 8
jam di waktu malam dan 1-1,5 jam di waktu siang. Olah raga bermain tenis dan jalan pagi
setiap hari Ahad.

Hasil pemeriksaan didapatkan data TD 120/90mmHg, nadi 100x/menit, respirasi 32x/menit


dan suhu 37,5oc, wajah menampakkan ekspresi cemas.

Ibu X adalah wanita yang memiliki usaha menjual baju dan perlengkapan wanita disebuah
toko miliknya. Ia mengaku memiliki banyak pelanggan yang terbiasa melihatnya menjadi
orang yang berbusana serasi dengan koleksi jualannya. Ia bertanya mengenai kemungkinan
adanya kelumpuhan pada dirinya setelah dilakukan operasi, dan mengungkapkan
kekhawatiran mengenai perubahan penampilan (punggung menjadi bungkuk, jalan menjadi
timpang) yang akan mempengaruhi persepsi pelanggannya yang kelak akan berakibat pada
kegiatan penjualan tokonya

Asuhan keperawatan berdasarkan aplikasi teori Roy

5.1 Pengkajian tahap pertama


Pengkajian tahap pertama adalah mengumpulkan data perilaku output Ibu X sebagai sistim
adaptasi dihubungkan dengan 4 mode adaptif fungsi fisiologis, konsep diri, peran dan
interdependen.

Pada pengkajian tahap pertama pada Ibu X didapatkan data :


         Mode fisiologis
         Mode Konsep diri
         Mode Fungsi peran
         Mode Interdependen

12
S: Menyatakan gerakan- nya terbatas
O: klien nampak ragu-ragu bergerak dan banyak diam di kursi atau bed
S: cemas akan terjadi perubahan penampilan
O: Tampak cemas

- Takut terjadi kecacatan


- Rendah diri terhadap penampilannya

5.2 Pengkajian tahap ke dua


Setelah mengidentifikasi respon tidak efektif dan respon adaptif selanjutnya melakukan
pengkajian tahap kedua yang meliputi fokal, kontextual dan residual stimuli.
Pengkajian tahap dua pada Ibu X didapatkan data :
         Mode
         Behavior
         Fokal
         Contextual
         Residual
         Istirahat dan aktifitas
Tidur sering terbangun dan keterbatasan beraktifitas
Kekurangan istirahat tidur dapat menyebabkan kelelahan dan menghambat proses recovery
sedangkan keterbatasan aktifitas dapat menyebabkan ketergantungan ADL
Rasa nyeri dapat mengaktivasi RAS yang menghambat proses tidur sedangkan post op
discectomi membutuhkan sedikit pengaturan aktifitas
Self Konsep
Phisical self
Personal self
Penurunan konsep diri body image takut terjadi kecacatan
Rendah diri tehadap penampilannya
Ketakutan terhadap gagalnya pengembalian fungsi normal dari kaki
Takut ke-beradaannya menjadi beban orang lain
Fungsi peran
Peran primer
Peran tersier
Kehilangan hoby bermain tenis setiap minggu
Banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk berobat
Interdepen- dence
Keterbatasan kebebasan di rumah sakit
Kesepian, terbatasnya interaksi dengan keluarga dan kolega
Adanya jadwal berkunjung dari rumah sakit

5.3 Diagnosa keperawatan


Sesuai dengan metode pembuatan diagnose keperawatan yang dikembangkan oleh Roy
melalui tiga cara yaitu menggunakan tipologi berdasarkan adaptasi mode, mengobservasi
perilaku yang paling dipengaruhi oleh stimulus dan menyimpulkan dari perilaku dari satu
atau lebih adaptif mode dengan stimulus yang sama maka disusunlah diagnosa sbb:
Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan keterbatasan gerak
Kecemasan dan ketakutan berhubungan dengan :

13
- Penurunan konsep diri body image dan harga diri

5.4 Intervensi
Tgl
Problem aktual/resiko
Hasil yang diharapkan
Tindakan keperawatan

Gangguan istirahat dan aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keterbatasan gerak
- Klien dapat tidur 8 jam perhari tanpa gangguan
- Dengan keterbatasan aktifitasnya klien dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki
secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
- Kondisikan lingkungan yang nyaman bagi klien-Lakukan mobilisasi sesuai dengan program
perawatan
- Ajarkan klien untuk melakukan mobilisasi secara mandiri
- Latih klien sesuai kemampuan untuk melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan ADLnya sesuai dengan kemampuan

Cemas dan ketakutan berhubungan dengan :


- Penurunan konsep diri body image dan harga diri
- Bina hubungan saling percaya dan yakinkan kehadiran perawat adah untuk membantu
memecahkan permasalahan klien
- Kuatkan koping klien dengan aspek adaptif yang dimiliki
- Jelaskan operasi discectomi tidak akan menimbulkan kecacatan bila dilakukan perawatan
dengan benar
- Rencanakan kehadiran keluarga untuk menemani klien

14
PENUTUP

Berdasarkan analisa terhadap model adaptasi Roy, maka kelompok menganalisa bahwa
model keperawatan roy lebih menekankan pada manusia secara holistik yang memiliki
mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Konsep ini juga
menekankan pentingnya individu untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan mampu
merubah perilaku yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.

Model konseptual Roy berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Manusia dipandang sebagai sitem adaptasi kehidupan yang perilakunya dapat
diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau respon yang inefektif. Lingkungan terdiri
stimulus internal dan eksternal. Kesehatan adalah proses menjadi terintegrasi dan dapat
mencapai tujuan untuk hidup, pertumbuhan, reproduksi, penguasaan. Tujuan keperawatan
adalah meningkatkan respon adaptasi yang berhubungan dengan adaptasi mode,
menggunakan informasi tentang tingkat adaptasi manusia dan stimulus fokal, kontekstual,
dan residual.

Setelah penulis melakukan analisis SWOT pada konseptual calista Roy, penulis
menyimpulkan bahwa konseptual ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan
keuntungan, memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman
yang ada.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul, 2004, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika
Gaffar, La Ode Jumadi, 1999, Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC
http://nursing-ailiyun.blogspot.com/2009/01/bab-i-pendahuluan.html
http://hartsant.blogspot.com
fb:hart_sant@yahoo.com
Email:hart_sant@yahoo.com

16

Anda mungkin juga menyukai