Disusun Oleh :
Kelompok VII
1. MARGIONO (144011.01.19.284)
2. YUNI MARYANTI P.R.W (144011.01.17.287)
3. WA ODE SITI HARTINA (144011.01.19.279)
4. TRI WAHYUNI (144011.01.19.274)
5. NURBAYA (144011.01.19.252)
6. NOVIANTI (144011.01.19.250)
B. Etiologi
Penyebab umum dari ulserasi peptikum cairan lambung dan derajat
perlindungan yang diberikan sawar mukosa gastroduodenal dan netralisasi
asam lambung oleh cairan duodenum. (Arif Mutaqqin,2011). Penyebab
khususnya di antaranya :
1. Infeksi bakteri H.pylori
Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling sedikit 75% pasien ulkus
peptikum menderita infeksi kronis pada bagian akhir mukosa lambung, dan
bagian mukosa duodenum oleh bakteri H.pylori sekali pasien terinfeksi, maka
infeksi dapat berlangsung seumur hidup kecuali bila kuman di berantas dengan
pengobatan anti bacterial. Lebih lanjut lagi, bakteri mampu melakukan
penetrasi sawar mukosa, baik dengan kemampuan fisiknya sendiri untuk
menembus sawan maupun dengan melepaskan enzim-enzim pencernaan yang
mencairkan sawar. Akibatnya,cairan asam kuat pencernaan yang disekresi oleh
lambung dapat berpenetrasi kedalam jaringan epithelium dan mencernakan
epitel, bahkan juga jaringan–jaringan disekitarnya. Keadaan ini menuju kepada
kondisi ulkus peptikum (sibernagl,2007).
2. Peningkatan sekresi asam
Pada kebanyakan pasien yang menderita ulkus peptikum dibagian awal
duodenum, jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal, bahkan
sering dua kali lipat dari normal. Walaupun setengah dari peningkatan asam ini
mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri, percobaan pada hewan ditambah
bukti adanya perangsangan berlebihan sekresi asam lambung oleh saraf pada
manusia yang menderita ulkus peptikum mengarah kepada sekresi cairan
lambung yang berlebihan (guyton,1996). Predisposisi peningkatan sekresi asam
diantaranya seperti pada saat mengalami depresi atau kecemasan dan merokok.
3. Konsumsi obat-obatan
Obat-obatan seperti OAINS/obat anti-inflamasi nonsteroid, asam salisilat
mempunyai efek penghambatan siklo-oksigenase sehingga menghambat
sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat secara sistemik termasuk pada
epitel lambung dan duodenum. Pada sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi
HCO-3 sehingga memperlemah perlindungan mukosa (sibernagl,2007). Efek
lain dari obat ini adalah merusak mukosa local melalui difusi non-ionik ke
dalam sel mukosa. Obat ini juga berdampak terhadap agregasi trombosit
sehingga akan meningkatkan bahaya perdarahan ulkus (kee,1995).
4. Stres fisik
Stres fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal, napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusat (Lewis,2000).
Bila kondisi stress fisik ini berlanjut, maka kerusakan epitel akan meluas dan
kondisi ulkus peptikum menjadi lebih parah.
5. Refluks usus lambung
Refluks usus lambung dengan materi garam empedu dan enzim pancreas yang
berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi predisposisi
kerusakan epitel mukosa.
D.Klasifikasi
Klasifikasi ulkus peptikum menurut kejadiannya terbagi atas:
1.Ulkus peptikum akut. Timbul mendadak dan terjadi oleh adanya penyebab
seperti luka bakar yang berat dan oprasi berat atau karena obat-obatan.
Lokasi ulkus peptikum ini sering ditemukan pada duodenum dan dan
lambung. Sifat dari ulkus peptikum akut ini antara lain multiple dan
dangkal, diameter 1-1,5 cm, kadang-kadang terdapat pendarahan, cepat
sembuh dan dapat meninggalkan bekas.
2.Ulkus peptikum kronis. Gejala menahun, pasien memiliki riwayat penyakit
nyeri uluh hati, nyeri lebih dari 2 bulan yang timbul terkait dengan makanan
atau minuman, lama sembuh dan berdiamter 2,5-4 cm.
Berdasarkan letak ulkus
Ulkus yang letaknya di esophagus, dilambung disebut ulkus esophagus,
dilambung disebut ulkus lambung, di duodenum disebut tukak duodeni, dan
dieyunum disebut tukak yeyuni. Ulkus esophagus dan diyeyenum biasanya
sangat jarang. Dalam bab ini hanya akan dibahas ulkus lambung dan
duodenum.
1. ulkus lambung
Terbanyak di angulus, antrum, dan prepilorus. Jarang terletak di korpus.
Biasanya di derita pada usia lebih dari 65 tahun.
2. ulkus duodeni atau ulkus duodenum
Letak terbanyak di dinding anterior dan posterior dari bulbus dan postbulber
atau pars desendens duodeni di sebelah proksimal dar papilla vaterii,
biasanya di derita pada usia 45-65 tahun dalamnya ulkus berkisar antara 1
mm sampai 1 cm.
Klasifikasi berdasarkan kedalamanya sebagai berikut :
1. ulkus derajat I : Ulserasi hanya pada mukosa saj, dan disebut erosi
2. ulkus derajat II : ulserasi sampai mukosa
3. ulkus derajat III : ulserasi lebih meluas lagi ke bagian yang lebih dalam
yaitu pada sebagian dari lapisan muskularis.
4. ulkus derajat IV : ulkus menembus ke bagian yang lebih dalam, terutama
sebagian lapisan muskularis dan terjadi peradangan sampai lapisan
serosa.
E.Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin).
Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam
peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.
1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi
gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada
manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein
yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini
mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida
disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme
neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila
asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar
mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan
pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian
kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat.
Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini
adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh
sekresi lambung itu sendiri.
Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan
asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu,
seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini : 1.
hipersekresi asam pepsin , 2. Kelemahan Barier Mukosa Lambung Apapun yang
menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah
ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat
antiinflamasi masuk dalam kategori ini.
Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini
dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya
dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah
nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa
akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress
secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma
dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik
dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah
72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus
meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya
ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa
lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam
dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress
harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari
ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak.
Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya
lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering
terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas. (Bruner and Suddart, 2001)
F.Pathway
G. Pemeriksaan diagnostik
Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan
beberapa pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena kanker lambung
juga bisa menyebabkan gejala yang sama.
2. Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut
barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus
tidak dapat ditemukan dengan endoskopi.
H. Terapi
Salah satu segi pengobatan ulkus duodenalis atau ulkus gastrikum adalah
menetralkan atau mengurangi keasaman lambung. Proses ini dimulai dengan
menghilangkan iritan lambung (misalnya obat anti peradangan non-steroid,
alkohol dan nikotin).
Makanan cair tidak mempercepat penyembuhan maupun mencegah
kambuhnya ulkus. Tetapi penderita hendaknya menghindari makanan yang
tampaknya menyebabkan semakin memburuknya nyeri dan perut kembung.
ANTASID
Antasid mengurangi gejala, mempercepat penyembuhan dan mengurangi
jumlah angka kekambuhan dari ulkus. Sebagian besar antasid bisa diperoleh
tanpa resep dokter.
Kemampuan antasid dalam menetralisir asam lambung bervariasi
berdasarkan jumlah antasid yang diminum, penderita dan waktu yang
berlainan pada penderita yang sama.
Pemilihan antasid biasanya berdasarkan kepada rasa, efek terhadap saluran
pencernaan, harga dan efektivitasnya. Tablet mungkin lebih disukai, tetapi
tidak seefektif obat sirup.
a. Antasid yang dapat diserap
Obat ini dengan segera akan menetralkan seluruh asam lambung. Yang
paling kuat adalah natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya
dirasakan segera setelah obat diminum. ObatObat ini diserap oleh aliran
darah, sehingga pemakaian terus menerus bisa menyebabkan perubahan
dalam keseimbangan asam-basa darah dan menyebabkan terjadinya
alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena itu obat ini biasanya tidak
digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
b. Antasid yang tidak dapat diserap
Obat ini lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit, tidak
menyebabkan alkalosis. Obat ini berikatan dengan asam lambung
membentuk bahan yang bertahan di dalam lambung, mengurangi aktivitas
cairan-cairan pencernaan dan mengurangi gejala ulkus tanpa menyebabkan
alkalosis. Tetapi antasid ini mempengaruhi penyerapan obat lainnya
(misalnya tetracycllin, digoxin dan zat besi) ke dalam darah.
c. Aluminium hidroksida
Merupakan antasid yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi
alumunium dapat berikatan dengan fosfat di dalam saluran pencernaan,
sehingga mengurangi kadar fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu
makan dan lemas. Resiko timbulnya efek samping ini lebih besar pada
penderita yang juga alkoholik dan penderita penyakit ginjal (termasuk yang
menjalani hemodialisa). Obat ini juga bisa menyebabkan sembelit.
d.Magnesium hidroksida
Merupakan antasid yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida.
Dosis 4 kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi
kebiasaan buang air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan
diare.
Sejumla kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus
diberikan dalam dosis kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan
ginjal.
Banyak antasid yang mengandung magnesium dan alumunium hidroksida.
OBAT-OBAT ULKUS
Ulkus biasanya diobati minimal selama 6 minggu dengan obat-obatan yang
mengurangi jumlah asam di dalam lambung dan duodenum. Obat ulkus bisa
menetralkan atau mengurangi asam lambung dan meringankan gejala,
biasanya dalam beberapa hari.
A. Sucralfate
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar ulkus
untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus
peptikum dan merupakan pilihan kedua dari antasid. Sucralfate diminum 3-4
kali/hari dan tidak diserap ke dalam darah, sehingga efek sampingnya
sedikit, tetapi bisa menyebabkan sembelit.
B. Antagonis H2
Contohnya adalah cimetidine,ranitidine, famotidine dan nizatidine. Obat ini
mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan
enzim pencernaan di dalam lambung dan duodenum. Diminum 1 kali/hari
dan beberapa diantaranya bisa diperoleh tanpa resep dokter. Pada pria
cimetidine bisa menyebabkan pembesaran payudara yang bersifat sementara
dan jika diminum dalam waktu lama dengan dosis yang tinggi bisa
menyebabkan impotensi. Perubahan mental (terutama pada penderita usia
lanjut), diare, ruam, demam dan nyeri otot telah dilaporkan terjadi pada 1%
penderita yang mengkonsumsi cimetidine. Jika penderita mengalami salah
satu dari efek samping tersebut diatas, maka sebaiknya cimetidine diganti
dengan antagonis H2 lainnya. Cimetidine bisa mempengaruhi pembuangan
obat tertentu dari tubuh (misalnya teofilin untuk asma, warfarin untuk
pembekuan darah dan phenytoin untuk kejang).
C. Penghambat pompa proton
(Omeprazole , Lansoprazole ,Rabeprazole , Esomeprazole ,Pantoprazole)
Merupakan obat yang sangat kuat menghambat pembentukan enzim yang
diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini dapat secara total
menghambat pelepasan asam dan efeknya berlangsung lama.
Terutama efektif diberikan kepada penderita esofagitisdengan atau tanpa
ulkus esofageal dan penderita penyakit lainnya yang mempengaruhi
pembentukan asam lambung (misalnya sindroma Zollinger-Ellison).
D. Antibiotik
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalahHelicobacter pylori.
Pengobatan terdiri dari satu macam atau lebih antibiotik dan obat untuk
mengurangi atau menetralilsir asam lambung. Yang paling banyak
digunakan adalah kombinasi bismut subsalisilat(sejenis sucralfate) dengan
tetracyclin dan metronidazole
atau amoxycillin , Clarithromycin. Kombinasi efektif lainnya adalah
omeprazole dan antibiotik. Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus,
bahkan jika ulkus tidak memberikan respon terhadap pengobatan
sebelumnya atau jika ulkus sering mengalami kekambuhan.
E. Misoprostol
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obat-
obat anti peradangan non-steroid. Obat ini diberikan kepada penderita
artritis yang mengkonsumsi obat anti peradangan non-steroid dosis tinggi.
Tetapi obat ini tidak digunakan pada semua penderita artritis tersebut karena
menyebabkan diare (pada 30% penderita).
I. Komplikasi.
Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut.
Tetapi pada beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi
yang bisa berakibat fatal, seperti penetrasi, perforasi, pendarahan dan
penyumbatan .
1. Penetrasi
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum
dan sampai ke organ lain yang berdekatan , seperti hati atau pankreas.
Halini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa
dirasakan diluar daerah yang terkena (misalkan di punggung,karena ulkus
duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita
merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan
ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
2. Perforasi
Ulkus di permukaan depan duodenum atau(lebih jarang) di lambung bisa
menembus lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba,
sangat hebat dan terus menerus,dan dengan segera menyebar ke seluruh
perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu,
yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam. Perubahan
posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba
untuk berbaring seringkali mencoba untuk berbaring mematung. Bila
ditekan perut terasa nyeri. Demam menunjukan adanya infeksi di dalam
perut. Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok keadaan ini memerlukan
tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.
3. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari
perdarahan karena ulkus adalah:
a. muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari
makanan yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi
b. tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah. Dengan endoskopi
dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak hebat, diberikan
pengobatan dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan
dan infus, agar saluran pencernaan dapat beristirahat. Bila perdarahan hebat
atau menetap dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa
menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.
4. Penyumbatan
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan
parut karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung
lambung atau mempersempit duodenum. Penderita akan mengalami muntah
berulang, dan seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan yang akan
dimakan beberapa jam sebelumnya. Gejala lainnya adalah rasa penuh di
perut , perut kembung dan berkurangnya nafsu makan. Lama-lama muntah
bisa menyebabkan penuruna berat badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan
mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa mengurangi penuyumbatan, tetapi
penyumbatan yang berat memerlukan tindakan endoskopik atau
pembedahan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.S DENGAN ULKUS
PEPTIKUM DI RUANG PENYAKIT DALAM WANITA RSUD JAYAPURA
A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Arso VII
2. Identitas Penanggung
Nama : Tn. L
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Arso VII
B. KELUHAN UTAMA :
1. Keluhan utama saat MRS
Klien mengatakan nyeri perut sebelah kiri atas
2. Keluhan Utama saat pengkajian
Klien mengatakan nyeri perut sebelah kiri atas
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki ------- : Garis serumah
: Meninggal
: Pasien
: Garis perkawinan
F. KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA
PENYAKIT
Keluarga pasien mengatakan keadaan lingkungan pasien berada dalam
kondisi yang bersih dan tidak kumuh
G. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
1. Data subjektif :
2. Data objektif :
b. Metabolisme
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekwensi 3x sehari 2x sehari
Jenis Nasi, lauk, ikan Bubur
Porsi 1 porsi dihabiskan ½ porsi dihabiskan
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
3. Pola eliminasi
a. BAB
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekwensi 1-2x/ hari 3-4x/ hari
Konsistensi Lunak Berbentuk Lembek bercampur
kehitaman
Warna Kuning kecoklatan Kehitaman
Bau Khas Amis
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
b. BAK
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekwensi 1-2x/ hari 6-8x sehari
Jumlah 250cc 300cc
Warna Kuning jernih Kuning Jernih
Bau Amoniak Amoniak
Masalah Yang Dirasakan Tidak ada Tidak ada
Total Produksi Urine 500 cc 1800 cc
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
4. Pola aktivitas
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Mobilitas Rutin Kerja Berbaring
Waktu Senggang Nonton TV Berbaring
Mandi 2x Sehari 1x sehari
Berpakaian Rapi Tidak Terurus
Berhias Berhias Tidak Berhias
Toileting Mampu Kurang Mampu
Makan Minum Teratur Tidak teratur
Tingkat Ketergantungan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
5. Pola istirahat-tidur
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jumlah Jam Tidur Siang 1-3 jam Sehari 1-3 jam Sehari
Jumlah Jam Tidur Malam Jam 22.00 – 06.00 Jam 22.00 – 06.00
WIT WIT
Pengantar Tidur Dengar musik Tidak ada
Gangguan Tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan Waktu Bangun Segar Lemas
H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/penampilan umum:
Kesadaran : Composmentis GCS:15 (E:4, V:5, M: 6)
BB sebelum sakit : 49 Kg Tb : 150 Cm
BB saat ini : 44 Kg
BB ideal : 45 Kg
Status gizi : Kurus
Status Hidrasi :
Tanda-tanda vital :
TD : 140/90 mmHg Suhu : 37,5oC
N : 68x/mnt RR : 20x/mnt
2. Kepala
I : a. Warna rambut putih
b. Bentuk kepala bulat
c. Penyebaran merata
d. Rambut lurus
e. Tidak mudah rontok
f. kebersihan rambut : Kotor
P : a. Tidak terdapat benjolan
b. Tidak ada nyeri tekan.
3. Mata
a. Inpeksi
1) Konjungtiva : Anemis
2) Sclera : Tidak ikterik
3) Pupil : Isokor
4) Delapan Arah : Dapat mengikuti gerakan
5) Lapang Pandang : Penglihatan kabur
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada bola
mata.
4. Telinga
: a. Bentuk simetris kanan dan kiri
a. Inspeksi
b. Lubang dan daun telingah
tampak bersih
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
c. Webber : Dapat merasakan getaran
d. Rinne : Negatif
e. Swabach : Memanjang
5. Hidung
a. Inspeksi : a. Bentuk simetris kanan dan kiri
b. septum berada ditengah
c. Tidak ada polip atau sekret
d. Tidak tampak adanya tanda-
tanda peradangan.
b. Palpasi sinus : Tidak ada nyeri tekan
c. Potensi Hidung : Normal
6. Mulut
: a. Gigi tampak kotor,
Inspeksi
b. Tidak terdapat karies atau
karang gigi
c. Tidak memakai gigi palsu
d. Gusi tidak ada tanda-tanda
peradangan
e. Lidah tampak kotor
f. Bibir tampak kering
g. Mulut bau
8. Thoraks (dada)
a. Paru
I : a. Bentuk dada normal,
b. Simestris kanan dan kiri
c. Frekuensi pernafasan 20x/menit
d. Sifat pernafasan : Dada dan perut
e. Irama pernafasan : Teratur.
A : a. Suara nafas vesikuler
b. Tidak ada suara nafas tambahan.
P : a.Tidak teraba ictus cordis
b. Vocal Fremitus : Sama teraba antara kanan dan kiri
c. Tidak ada massa
d. Tidak terdapat nyeri tekan.
P : Paru kanan dan kiri sonor
b. Jantung
I : Bentuk dada normal, denyut apeks terlihat
A : a. BJ 1 : Trikuspidalis pada ics4 Linea Sternalis Sinistra
b. BJ 1 : Mitral pada ICS 5 Linea Medioklavikularis Sinistra
c. BJ II : Aorta pada ICS 2 Linea Sternalis Dextra
d. BJ II : Pulmonal pada ICS 2 dan 3 Sternalis Dextra
e. Tidak terdapat bunyi mur-mur
9. Abdomen
I : Tidak terdapat pembesaran, Tidak terdapat benjolan
A : Peristaltik usus 13x/menit
P : Nyeri tekan diepigastrium
P : Timpani
10. Ekstremitas
I : ATAS
a. Simetrsis kanan dan kiri
b. Tidak ada gerakan Abnormal
c. Kekuatan otot tangan 5/5
d. Pergerakan kanan dan kiri baik
e. Tidak adanya edema
f. CRT < 2 Detik
g. Clubbing of the fingger
P : a. Tidak adanya krepitasi
b. Tidak terdapat nyeri tekan
I : BAWAH
a. Simetris Kanan dan kiri
b. Tidak ada gerakan abnormal
c. Kekuatan otot kaki 5/5
d. Tidak adanya edema
e. CRT < 2 Detik
P : a. Tidak adanya krepitasi
b. Tidak terdapat nyeri tekan
c. Reflek patella Normal
d. Bibinski Normal
11. Genetalia dan anus
I : Tidak Terkaji
P : Tidak Terkaji
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
2. Radiologi
Klien mengatakan waktu di UGD dilakukan foto gelap yaitu foto rontgen,
jenis foto ( foto thorax pa )
TERAPI
DO:
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : Compos
mentis/
GCS : 15
3. Pucat
4. Klien meringis menahan
kesakitan
5.Tanda-tanda vital:
-Tekanan darah :
140/90mmHg
-Nadi : 68x/menit
-Respirasi : 20x/menit
6. Nyeri epigastrium
P: Iritasi mukosa
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Daerah perut sebelah kiri
S: Skala 7 ( dari 1-10)
T: Saat makan dan BAB
DO : Klien tampak
1. Pucak
2. Lemas
3. Bibir kering
4. HB : 6,30 g/dL
5. Konjungtiva anemis
6. Turgo kulit > 3 detik
DS : Klien mengatakan :
1.Kebutuhan dan aktivitas
Intoleran aktivitas
sehari-hari dibantu oleh
4.
keluarga . kekamar mandi Kelemahan
dibantu oleh keluarga
DO : Klien tampak
DS : Klien mengatakan
1.Takut dengan penyakitnya
karena merasa belum ada
5.
perubahan.
Ansietas
2. Ingin cepat pulang
Kecemasan terhadap
penyakitnya yang tidak
DO : Klien tampak :
ada perubahan
1. Gelisah
2. Murung
L. Diagnosa Keperawatan
2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan neyri yang
berkaitan dengan makanan
6. berat badan 44 kg
( setelah sakit )
Https://askep-hlrz.blogspot.com/2012/10/askep-ulkus-peptikum.html?m=1
Https://duniakesehatan608.wordpress.com/2017/04/02/laporan-pendahuluan-pada-pasien-ulkus-peptikum-terbaru/
Https://id.scribd.com/doc/150970603/askep-ulkus-peptikum
Https://fdokumen.com/dokument/36994810-laporan-pendahuluan-ulkus-peptikum.html
Https://exkasaputra.blogspot.com/2012/10/askep-ulkus-peptikum.html?m=1
Https://www.slideshare.net/mobile/yesiakd/asuhan-keperawatan-ulkus-peptikum
Http://makalahkeperawatan.blogspot.com/2014/11/ulkus-peptikum.html?m=1