Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS PEPTIKUM

Disusun Oleh :
Kelompok VII

1. MARGIONO (144011.01.19.284)
2. YUNI MARYANTI P.R.W (144011.01.17.287)
3. WA ODE SITI HARTINA (144011.01.19.279)
4. TRI WAHYUNI (144011.01.19.274)
5. NURBAYA (144011.01.19.252)
6. NOVIANTI (144011.01.19.250)

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
AKADEMI KEPERAWATAN RS. MARTHEN INDEY
JAYAPURA
2 0 20
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar penyakit
A. Definisi
A. Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus
peptikum disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal,
tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).
B. Ulkus peptikum merupakan putusnya kontinuitas mukosa lambung yang
meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa yang tidak meluas
sampai ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering dianggap
sebagai ´ulkus´ (misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus
peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah
asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah
gastroenterostomi, juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).
C. Ulkus peptikum atau tukak peptic adalah ulkus yang terjadi pada mukosa,
submukosa dan kadang-kadang sampai lapisan muskularis dari traktus
gastrointestinalis yang selalu berhubungan dengan asam lambung yang
cukup mengandung HCL. Termasuk ini ialah ulkus (tukak) yang terdapat
pada bagian bawah dari oesofagus, lambung dan duodenum bagian atas
(first portion of the duodeum). Mungkin juga dijumpai tukak di yeyenum,
yaitu penderita yang mengalami gastroyeyenostomy. (Sujono Hadi, 1999:
204

B. Etiologi
Penyebab umum dari ulserasi peptikum cairan lambung dan derajat
perlindungan yang diberikan sawar mukosa gastroduodenal dan netralisasi
asam lambung oleh cairan duodenum. (Arif Mutaqqin,2011). Penyebab
khususnya di antaranya :
1. Infeksi bakteri H.pylori
Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling sedikit 75% pasien ulkus
peptikum menderita infeksi kronis pada bagian akhir mukosa lambung, dan
bagian mukosa duodenum oleh bakteri H.pylori sekali pasien terinfeksi, maka
infeksi dapat berlangsung seumur hidup kecuali bila kuman di berantas dengan
pengobatan anti bacterial. Lebih lanjut lagi, bakteri mampu melakukan
penetrasi sawar mukosa, baik dengan kemampuan fisiknya sendiri untuk
menembus sawan maupun dengan melepaskan enzim-enzim pencernaan yang
mencairkan sawar. Akibatnya,cairan asam kuat pencernaan yang disekresi oleh
lambung dapat berpenetrasi kedalam jaringan epithelium dan mencernakan
epitel, bahkan juga jaringan–jaringan disekitarnya. Keadaan ini menuju kepada
kondisi ulkus peptikum (sibernagl,2007).
2. Peningkatan sekresi asam
Pada kebanyakan pasien yang menderita ulkus peptikum dibagian awal
duodenum, jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal, bahkan
sering dua kali lipat dari normal. Walaupun setengah dari peningkatan asam ini
mungkin disebabkan oleh infeksi bakteri, percobaan pada hewan ditambah
bukti adanya perangsangan berlebihan sekresi asam lambung oleh saraf pada
manusia yang menderita ulkus peptikum mengarah kepada sekresi cairan
lambung yang berlebihan (guyton,1996). Predisposisi peningkatan sekresi asam
diantaranya seperti pada saat mengalami depresi atau kecemasan dan merokok.
3. Konsumsi obat-obatan
Obat-obatan seperti OAINS/obat anti-inflamasi nonsteroid, asam salisilat
mempunyai efek penghambatan siklo-oksigenase sehingga menghambat
sintesis prostaglandin dari asam arakhidonat secara sistemik termasuk pada
epitel lambung dan duodenum. Pada sisi lain, hal ini juga menurunkan sekresi
HCO-3 sehingga memperlemah perlindungan mukosa (sibernagl,2007). Efek
lain dari obat ini adalah merusak mukosa local melalui difusi non-ionik ke
dalam sel mukosa. Obat ini juga berdampak terhadap agregasi trombosit
sehingga akan meningkatkan bahaya perdarahan ulkus (kee,1995).
4. Stres fisik
Stres fisik yang disebabkan oleh syok, luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal, napas, gagal ginjal, dan kerusakan susunan saraf pusat (Lewis,2000).
Bila kondisi stress fisik ini berlanjut, maka kerusakan epitel akan meluas dan
kondisi ulkus peptikum menjadi lebih parah.
5. Refluks usus lambung
Refluks usus lambung dengan materi garam empedu dan enzim pancreas yang
berlimpah dan memenuhi permukaan mukosa dapat menjadi predisposisi
kerusakan epitel mukosa.

C.Tanda dan Gejala


Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu,atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat
kembali,sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu
mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi
yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
1.Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul , seperti
tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung. Hal
ini diayakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan asam lambung dan
duodeum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung saraf dan
terpajan. Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi
asam atau dengan menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong
atau alkali tidak digunakan nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang
tajam dapat dihilangkan dengan memberikan tekanan lembut pada
epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis tengah. Beberapa gejala
menurun dengan memberikan tekanan lokal pada epigastrium.
2.pirosis (nyeri ulu hati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esofagusdan lambung, yang naik kemulut, kadang-kadang disertai eruktasi
asam. Eruktasi/sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong.
3.Muntah : meskipun jarang pada pasien ulkus duodenal tak terkomplikasi
muntah dapat menjadi hal gejala ulkus peptikum. Hal ini dihubungkan
dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran
mukosa akut. Muntah dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya
setelah nyeri berat yang dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam
lambung.
4.Konstipasi dan pendarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan sebagai akibat dari diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga
datang dengan pendarahan gastrointestinal sebagian kecil pasien yang
mengalami akibat ulkus akut sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi
mereka menunjukkan gejala setelahnya.

D.Klasifikasi
Klasifikasi ulkus peptikum menurut kejadiannya terbagi atas:
1.Ulkus peptikum akut. Timbul mendadak dan terjadi oleh adanya penyebab
seperti luka bakar yang berat dan oprasi berat atau karena obat-obatan.
Lokasi ulkus peptikum ini sering ditemukan pada duodenum dan dan
lambung. Sifat dari ulkus peptikum akut ini antara lain multiple dan
dangkal, diameter 1-1,5 cm, kadang-kadang terdapat pendarahan, cepat
sembuh dan dapat meninggalkan bekas.
2.Ulkus peptikum kronis. Gejala menahun, pasien memiliki riwayat penyakit
nyeri uluh hati, nyeri lebih dari 2 bulan yang timbul terkait dengan makanan
atau minuman, lama sembuh dan berdiamter 2,5-4 cm.
Berdasarkan letak ulkus
Ulkus yang letaknya di esophagus, dilambung disebut ulkus esophagus,
dilambung disebut ulkus lambung, di duodenum disebut tukak duodeni, dan
dieyunum disebut tukak yeyuni. Ulkus esophagus dan diyeyenum biasanya
sangat jarang. Dalam bab ini hanya akan dibahas ulkus lambung dan
duodenum.
1. ulkus lambung
Terbanyak di angulus, antrum, dan prepilorus. Jarang terletak di korpus.
Biasanya di derita pada usia lebih dari 65 tahun.
2. ulkus duodeni atau ulkus duodenum
Letak terbanyak di dinding anterior dan posterior dari bulbus dan postbulber
atau pars desendens duodeni di sebelah proksimal dar papilla vaterii,
biasanya di derita pada usia 45-65 tahun dalamnya ulkus berkisar antara 1
mm sampai 1 cm.
Klasifikasi berdasarkan kedalamanya sebagai berikut :
1. ulkus derajat I : Ulserasi hanya pada mukosa saj, dan disebut erosi
2. ulkus derajat II : ulserasi sampai mukosa
3. ulkus derajat III : ulserasi lebih meluas lagi ke bagian yang lebih dalam
yaitu pada sebagian dari lapisan muskularis.
4. ulkus derajat IV : ulkus menembus ke bagian yang lebih dalam, terutama
sebagian lapisan muskularis dan terjadi peradangan sampai lapisan
serosa.

E.Patofisiologi

Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak
dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin).
Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam
peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.
1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :

a. Sefalik Fase pertama


Dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang
bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf
vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan
sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering
secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini
banyak ahli gastroenterology menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek
signifikan pada keasaman lambung atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas
vagal berlebihan selama malam hari saat lambung kosong adalah iritan yang
signifikan.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi
dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan
sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.

c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi
gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada
manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein
yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini
mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida
disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme
neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila
asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar
mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan
pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya dengan sebagian
kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan lambat.
Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier ini
adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh
sekresi lambung itu sendiri.
Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah suplai darah, keseimbangan
asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi epitel. Oleh karena itu,
seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua factor ini : 1.
hipersekresi asam pepsin , 2. Kelemahan Barier Mukosa Lambung Apapun yang
menurunkan yang mukosa lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah
ulserogenik, salisilat dan obat antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat
antiinflamasi masuk dalam kategori ini.

Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien datang dengan


ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi medis standar.
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi getah lambung,
ulkus duodenal dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas. 90% tumor
ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus koledokus,
bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas. Kira-kira dari
gastrinoma adalah ganas(maligna).

Diare dan stiatore(lemak yang tidak diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini
dapat mengalami adenoma paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya
dapat menunjukkan tanda hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah
nyeri epigastrik. Ulkus stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa
akut dari duodenal atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress
secara fisiologis. Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma
dengan organ multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik
dalam 24 jam setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah
72 jam, erosi lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus
meluas. Bila pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya
ulserasi mukosa dengan syok ini menimbulkan penurunan aliran darah mukosa
lambung. Selain itu jumlah besar pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam
dan pepsin menciptakan suasana ideal untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress
harus dibedakan dari ulkus cushing dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari
ulkus lambung. Ulkus cushing umum terjadi pada pasien dengan trauma otak.
Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus, lambung, atau duodenum, dan biasanya
lebih dalam dan lebih penetrasi daripada ulkus stress. Ulkus curling sering
terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar luas. (Bruner and Suddart, 2001)

F.Pathway
G. Pemeriksaan diagnostik
Nyeri lambung yang khas merupakan petunjuk adanya ulkus. Diperlukan
beberapa pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis karena kanker lambung
juga bisa menyebabkan gejala yang sama.

1.  Endoskopi adalah suatu prosedur dimana sebuah selang lentur dimasukkan


melalui mulut dan bisa melihat langsung ke dalam lambung. Pada
pemeriksaan endoskopi, bisa diambil contoh jaringan untuk keperluan
biopsy.
Keuntungan dari endoskopi:
a. Lebih dapat dipercaya untuk menemukan adanya ulkus dalam duodenum
dan dinding belakang lambung dibandingkan dengan pemeriksaan rontgen.
b. Lebih bisa diandalkan pada penderita yang telah menjalani pembedahan
lambung.
c. Bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan karena ulkus.

2. Rontgen dengan kontras barium dari lambung dan duodenum (juga disebut
barium swallow atau seri saluran pencernaan atas) dilakukan jika ulkus
tidak dapat ditemukan dengan endoskopi.

3. Analisa lambung merupakan suatu prosedur dimana cairan lambung


dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam
bisa diukur.
Prosedur ini dilakukan hanya jika ulkusnya berat atau berulang atau sebelum
dilakukannya pembedahan.
Pemeriksaan darah tidak dapat menentukan adanya ulkus, tetapi hitung jenis
Zxza
darah bisa menentukan adanya anemia akibat perdarahan ulkus. Pemerisaan
darah lainnya bisa menemukan adanya Helicobacter pylori.

H. Terapi
Salah satu segi pengobatan ulkus duodenalis atau ulkus gastrikum adalah
menetralkan atau mengurangi keasaman lambung. Proses ini dimulai dengan
menghilangkan iritan lambung (misalnya obat anti peradangan non-steroid,
alkohol dan nikotin).
Makanan cair tidak mempercepat penyembuhan maupun mencegah
kambuhnya ulkus. Tetapi penderita hendaknya menghindari makanan yang
tampaknya menyebabkan semakin memburuknya nyeri dan perut kembung.
ANTASID
Antasid mengurangi gejala, mempercepat penyembuhan dan mengurangi
jumlah angka kekambuhan dari ulkus. Sebagian besar antasid bisa diperoleh
tanpa resep dokter.
Kemampuan antasid dalam menetralisir asam lambung bervariasi
berdasarkan jumlah antasid yang diminum, penderita dan waktu yang
berlainan pada penderita yang sama.
Pemilihan antasid biasanya berdasarkan kepada rasa, efek terhadap saluran
pencernaan, harga dan efektivitasnya. Tablet mungkin lebih disukai, tetapi
tidak seefektif obat sirup.
a. Antasid yang dapat diserap
Obat ini dengan segera akan menetralkan seluruh asam lambung. Yang
paling kuat adalah natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya
dirasakan segera setelah obat diminum. ObatObat ini diserap oleh aliran
darah, sehingga pemakaian terus menerus bisa menyebabkan perubahan
dalam keseimbangan asam-basa darah dan menyebabkan terjadinya
alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena itu obat ini biasanya tidak
digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
b. Antasid yang tidak dapat diserap
Obat ini lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit, tidak
menyebabkan alkalosis. Obat ini berikatan dengan asam lambung
membentuk bahan yang bertahan di dalam lambung, mengurangi aktivitas
cairan-cairan pencernaan dan mengurangi gejala ulkus tanpa menyebabkan
alkalosis. Tetapi antasid ini mempengaruhi penyerapan obat lainnya
(misalnya tetracycllin, digoxin dan zat besi) ke dalam darah.
c. Aluminium hidroksida
Merupakan antasid yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi
alumunium dapat berikatan dengan fosfat di dalam saluran pencernaan,
sehingga mengurangi kadar fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu
makan dan lemas. Resiko timbulnya efek samping ini lebih besar pada
penderita yang juga alkoholik dan penderita penyakit ginjal (termasuk yang
menjalani hemodialisa). Obat ini juga bisa menyebabkan sembelit.
d.Magnesium hidroksida
Merupakan antasid yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida.
Dosis 4 kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi
kebiasaan buang air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan
diare.
Sejumla kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus
diberikan dalam dosis kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan
ginjal.
Banyak antasid yang mengandung magnesium dan alumunium hidroksida.
OBAT-OBAT ULKUS
Ulkus biasanya diobati minimal selama 6 minggu dengan obat-obatan yang
mengurangi jumlah asam di dalam lambung dan duodenum. Obat ulkus bisa
menetralkan atau mengurangi asam lambung dan meringankan gejala,
biasanya dalam beberapa hari.
A. Sucralfate
Cara kerjanya adalah dengan membentuk selaput pelindung di dasar ulkus
untuk mempercepat penyembuhan. Sangat efektif untuk mengobati ulkus
peptikum dan merupakan pilihan kedua dari antasid. Sucralfate diminum 3-4
kali/hari dan tidak diserap ke dalam darah, sehingga efek sampingnya
sedikit, tetapi bisa menyebabkan sembelit.
B. Antagonis H2
Contohnya adalah cimetidine,ranitidine, famotidine dan nizatidine. Obat ini
mempercepat penyembuhan ulkus dengan mengurangi jumlah asam dan
enzim pencernaan di dalam lambung dan duodenum. Diminum 1 kali/hari
dan beberapa diantaranya bisa diperoleh tanpa resep dokter. Pada pria
cimetidine bisa menyebabkan pembesaran payudara yang bersifat sementara
dan jika diminum dalam waktu lama dengan dosis yang tinggi bisa
menyebabkan impotensi. Perubahan mental (terutama pada penderita usia
lanjut), diare, ruam, demam dan nyeri otot telah dilaporkan terjadi pada 1%
penderita yang mengkonsumsi cimetidine. Jika penderita mengalami salah
satu dari efek samping tersebut diatas, maka sebaiknya cimetidine diganti
dengan antagonis H2 lainnya. Cimetidine bisa mempengaruhi pembuangan
obat tertentu dari tubuh (misalnya teofilin untuk asma, warfarin untuk
pembekuan darah dan phenytoin untuk kejang).
C. Penghambat pompa proton
(Omeprazole , Lansoprazole ,Rabeprazole , Esomeprazole ,Pantoprazole)
Merupakan obat yang sangat kuat menghambat pembentukan enzim yang
diperlukan lambung untuk membuat asam. Obat ini dapat secara total
menghambat pelepasan asam dan efeknya berlangsung lama.
Terutama efektif diberikan kepada penderita esofagitisdengan atau tanpa
ulkus esofageal dan penderita penyakit lainnya yang mempengaruhi
pembentukan asam lambung (misalnya sindroma Zollinger-Ellison).
D. Antibiotik
Digunakan bila penyebab utama terjadinya ulkus adalahHelicobacter pylori.
Pengobatan terdiri dari satu macam atau lebih antibiotik dan obat untuk
mengurangi atau menetralilsir asam lambung. Yang paling banyak
digunakan adalah kombinasi bismut subsalisilat(sejenis sucralfate) dengan
tetracyclin dan metronidazole
atau amoxycillin , Clarithromycin. Kombinasi efektif lainnya adalah
omeprazole dan antibiotik. Pengobatan ini bisa mengurangi gejala ulkus,
bahkan jika ulkus tidak memberikan respon terhadap pengobatan
sebelumnya atau jika ulkus sering mengalami kekambuhan.
E. Misoprostol
Digunakan untuk mencegah ulkus gastrikum yang disebabkan oleh obat-
obat anti peradangan non-steroid. Obat ini diberikan kepada penderita
artritis yang mengkonsumsi obat anti peradangan non-steroid dosis tinggi.
Tetapi obat ini tidak digunakan pada semua penderita artritis tersebut karena
menyebabkan diare (pada 30% penderita).

I. Komplikasi.
Sebagian besar ulkus bisa disembuhkan tanpa disertai komplikasi lanjut.
Tetapi pada beberapa kasus, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi
yang bisa berakibat fatal, seperti penetrasi, perforasi, pendarahan dan
penyumbatan .
1. Penetrasi
Sebuah ulkus dapat menembus dinding otot dari lambung atau duodenum
dan sampai ke organ lain yang berdekatan , seperti hati atau pankreas.
Halini akan menyebabkan nyeri tajam yang hebat dan menetap, yang bisa
dirasakan diluar daerah yang terkena (misalkan di punggung,karena ulkus
duodenalis telah menembus pankreas). Nyeri akan bertambah jika penderita
merubah posisinya. Jika pemberian obat tidak berhasil mengatasi keadaan
ini, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
2. Perforasi
Ulkus di permukaan depan duodenum atau(lebih jarang) di lambung bisa
menembus lubang terbuka ke rongga perut. Nyeri dirasakan secara tiba-tiba,
sangat hebat dan terus menerus,dan dengan segera menyebar ke seluruh
perut. Penderita juga bisa merasakan nyeri pada salah satu atau kedua bahu,
yang akan bertambah berat jika penderita menghela nafas dalam. Perubahan
posisi akan memperburuk nyeri sehingga penderita seringkali mencoba
untuk berbaring seringkali mencoba untuk berbaring mematung. Bila
ditekan perut terasa nyeri. Demam menunjukan adanya infeksi di dalam
perut. Jika tidak segera diatasi bisa terjadi syok keadaan ini memerlukan
tindakan pembedahan segera dan pemberian antibiotik intravena.
3. Perdarahan
Perdarahan adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Gejala dari
perdarahan karena ulkus adalah:
a. muntah darah segar atau gumpalan coklat kemerahan yang berasal dari
makanan yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai endapan kopi
b. tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah. Dengan endoskopi
dilakukan kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak hebat, diberikan
pengobatan dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan
dan infus, agar saluran pencernaan dapat beristirahat. Bila perdarahan hebat
atau menetap dengan endoskopi dapat disuntikkan bahan yang bisa
menyebabkan pembekuan. Jika hal ini gagal, diperlukan pembedahan.
4. Penyumbatan
Pembengkakan atau jaringan yang meradang di sekitar ulkus atau jaringan
parut karena ulkus sebelumnya, bisa mempersempit lubang di ujung
lambung atau mempersempit duodenum. Penderita akan mengalami muntah
berulang, dan seringkali memuntahkan sejumlah besar makanan yang akan
dimakan beberapa jam sebelumnya. Gejala lainnya adalah rasa penuh di
perut , perut kembung dan berkurangnya nafsu makan. Lama-lama muntah
bisa menyebabkan penuruna berat badan, dehidrasi dan ketidakseimbangan
mineral tubuh. Mengatasi ulkus bisa mengurangi penuyumbatan, tetapi
penyumbatan yang berat memerlukan tindakan endoskopik atau
pembedahan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.S DENGAN ULKUS
PEPTIKUM DI RUANG PENYAKIT DALAM WANITA RSUD JAYAPURA

Tanggal/Jam MRS : 19 Oktober 2020 / 08.00 Wit


Ruangan : Ruang Penyakit Dalam Wanita
No Rekam Medik : 144011.01.19.281
Diagnosa Medis : Ulkus Peptikum
Tanggal Pengkajian : 19 Oktober 2020

A. IDENTITAS
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Arso VII

2. Identitas Penanggung
Nama : Tn. L
Umur : 63 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Petani
Hubungan dengan klien : Suami
Alamat : Arso VII

B. KELUHAN UTAMA :
1. Keluhan utama saat MRS
Klien mengatakan nyeri perut sebelah kiri atas
2. Keluhan Utama saat pengkajian
Klien mengatakan nyeri perut sebelah kiri atas

C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Sebelum klien dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Abepura,
Klien mengatakan bahwa awalnya memang sudah memiliki sakit
maag sejak 1 tahun yang lalu, terjadinya maag itu karena klien
sering telat makan sebab klien sibuk dengan dagangannya.
Klien pun pernah ke puskesmas dengan keluhan maag dan diberi
obat sampai sembuh. Sejak klien sudah mengetahui bahwa
dirinya mempunyai maag tidak lagi telat makan ataupun makan
pedas dan minum kopi dikurangi. Namun saat tanggal 12
Oktober 2020 klien sempat telat makan karena sibuk dengan
dagangannya, karena klien merasa lapar dan langsung makan.
Tetapi setelah makan klien merasa sakit pada bagian kiri atas,
sakitnya yang tidak tertahan sampai klien BAB encer warna
coklat kehitaman sebanyak lima kali BAB dan tiap kali BAB
perut rasa nyeri. Karna klien sudah lemas, pusing, pucat, mual
dan muntah. Selanjutnya di bawa ke RS Swakarsa tetapi selama
1 minggu tidak ada perubahan klien di rujuk ke Rumah Sakit
Umum Daerah Abepura.

 Upaya yang telah dilakukan


Klien sudah ke RS Swakarsa tetapi belum ada perubahan
 Terapi yang telah diberikan
Pasien sebelumnya telah meminum obat Misoprostol 2x sehari
untuk menghilangkan rasa nyeri

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak umur 32
tahun, selain itu klien memiliki riwayat penyakit asam urat yang sudah
dialami sejak 1 tahun yang lalu dan klien memiliki riwayat penyakit DM
yang baru diketahui sejak di rawat di RS Swakarsa.
E. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Dalam keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit seperti yang
diderita klien saat ini dan keluarga klien tidak ada yang menderita
penyakit menular.

Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki ------- : Garis serumah

: Perempuan : Garis keturunan

: Meninggal

: Pasien

: Garis perkawinan
F. KEADAAN LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA
PENYAKIT
Keluarga pasien mengatakan keadaan lingkungan pasien berada dalam
kondisi yang bersih dan tidak kumuh
G. POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
1. Data subjektif :

Keadaan sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit pasien


mampu memelihara kesehatan secara mandiri
Keadaan sejak sakit : keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak bisa
berbuat apa-apa selama di rawat semua ketergantungan kepada keluarga

2. Data objektif :

Kebersihan rambut : Rambut nampak berminyak dengan warna sudah


beruban
Kulit kepala : kulit kepala berminyak tidak da ketombe
Kebersihan kulit : kulit nampak bersih
Kebersihan rongga mulut : Lidah tampak bersih , mukosa bibir lembab,
terdapat karies gigi
Kebersihan genetalia : Tidak dilakukan pengkajian
Kebersihan anus : Tidak dilakukan pengkajian

2. Pola nutrisi dan metabolism


a. Nutrisi
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekwensi 3x sehari 2x sehari
Jenis Nasi, Lauk, Ikan Bubur
Porsi 1 porsi dihabiskan ½ porsi dihabiskan
Keluhan Tidak ada Muntah
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada

b. Metabolisme
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekwensi 3x sehari 2x sehari
Jenis Nasi, lauk, ikan Bubur
Porsi 1 porsi dihabiskan ½ porsi dihabiskan
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada

3. Pola eliminasi
a. BAB
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekwensi 1-2x/ hari 3-4x/ hari
Konsistensi Lunak Berbentuk Lembek bercampur
kehitaman
Warna Kuning kecoklatan Kehitaman
Bau Khas Amis
Keluhan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada

b. BAK
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Frekwensi 1-2x/ hari 6-8x sehari
Jumlah 250cc 300cc
Warna Kuning jernih Kuning Jernih
Bau Amoniak Amoniak
Masalah Yang Dirasakan Tidak ada Tidak ada
Total Produksi Urine 500 cc 1800 cc
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
4. Pola aktivitas
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Mobilitas Rutin Kerja Berbaring
Waktu Senggang Nonton TV Berbaring
Mandi 2x Sehari 1x sehari
Berpakaian Rapi Tidak Terurus
Berhias Berhias Tidak Berhias
Toileting Mampu Kurang Mampu
Makan Minum Teratur Tidak teratur
Tingkat Ketergantungan Tidak ada Tidak ada
Penggunaan Alat Bantu Tidak ada Tidak ada
5. Pola istirahat-tidur
Keterangan Sebelum Sakit Saat Sakit
Jumlah Jam Tidur Siang 1-3 jam Sehari 1-3 jam Sehari
Jumlah Jam Tidur Malam Jam 22.00 – 06.00 Jam 22.00 – 06.00
WIT WIT
Pengantar Tidur Dengar musik Tidak ada
Gangguan Tidur Tidak ada Tidak ada
Perasaan Waktu Bangun Segar Lemas

6. Pola kognitif dan persepsi sensori


1. Pasien dapat berorientasi pada orang dengan baik.
2. pasien tidak mempunyai masalah dengan ingatan.
7. Pola hubungan-peran
Pasien mengatakan berhubungan baik dengan istri dan anaknya.
8. Pola fungsi seksual-seksualitas
Pasien mengatakan tidak ada masalah antara hubungan suami istri.
9. Pola mekanisme kopin
Pasien mengatakan jika pasien stress pasien akan tidur.
10. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien mengatakan pasien beragama islam.

H. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan umum
Keadaan/penampilan umum:
Kesadaran : Composmentis GCS:15 (E:4, V:5, M: 6)
BB sebelum sakit : 49 Kg Tb : 150 Cm
BB saat ini : 44 Kg
BB ideal : 45 Kg
Status gizi : Kurus
Status Hidrasi :
Tanda-tanda vital :
TD : 140/90 mmHg Suhu : 37,5oC
N : 68x/mnt RR : 20x/mnt

2. Kepala
I : a. Warna rambut putih
b. Bentuk kepala bulat
c. Penyebaran merata
d. Rambut lurus
e. Tidak mudah rontok
f. kebersihan rambut : Kotor
P : a. Tidak terdapat benjolan
b. Tidak ada nyeri tekan.
3. Mata
a. Inpeksi
1) Konjungtiva : Anemis
2) Sclera : Tidak ikterik
3) Pupil : Isokor
4) Delapan Arah : Dapat mengikuti gerakan
5) Lapang Pandang : Penglihatan kabur
b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada bola
mata.
4. Telinga
: a. Bentuk simetris kanan dan kiri
a. Inspeksi
b. Lubang dan daun telingah
tampak bersih
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
c. Webber : Dapat merasakan getaran
d. Rinne : Negatif
e. Swabach : Memanjang

5. Hidung
a. Inspeksi : a. Bentuk simetris kanan dan kiri
b. septum berada ditengah
c. Tidak ada polip atau sekret
d. Tidak tampak adanya tanda-
tanda peradangan.
b. Palpasi sinus : Tidak ada nyeri tekan
c. Potensi Hidung : Normal

6. Mulut
: a. Gigi tampak kotor,
Inspeksi
b. Tidak terdapat karies atau
karang gigi
c. Tidak memakai gigi palsu
d. Gusi tidak ada tanda-tanda
peradangan
e. Lidah tampak kotor
f. Bibir tampak kering
g. Mulut bau

Palpasi : a. Tidak adanya pembengkakan


b. Tidak ada nyeri tekan
7. Leher
Inspeksi : a. Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid
b. Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe.
Palpasi : a.Tidak ada nyeri tekan
b.Kelenjar tiroid tidak teraba
c.Kelenjar limfe tidak teraba
d.Tidak teraba kaku kuduk.

8. Thoraks (dada)
a. Paru
I : a. Bentuk dada normal,
b. Simestris kanan dan kiri
c. Frekuensi pernafasan 20x/menit
d. Sifat pernafasan : Dada dan perut
e. Irama pernafasan : Teratur.
A : a. Suara nafas vesikuler
b. Tidak ada suara nafas tambahan.
P : a.Tidak teraba ictus cordis
b. Vocal Fremitus : Sama teraba antara kanan dan kiri
c. Tidak ada massa
d. Tidak terdapat nyeri tekan.
P : Paru kanan dan kiri sonor

b. Jantung
I : Bentuk dada normal, denyut apeks terlihat
A : a. BJ 1 : Trikuspidalis pada ics4 Linea Sternalis Sinistra
b. BJ 1 : Mitral pada ICS 5 Linea Medioklavikularis Sinistra
c. BJ II : Aorta pada ICS 2 Linea Sternalis Dextra
d. BJ II : Pulmonal pada ICS 2 dan 3 Sternalis Dextra
e. Tidak terdapat bunyi mur-mur

P : Ictus cordis : Tidak teraba ictus cordis


P : Bunyi jantung pekak

9. Abdomen
I : Tidak terdapat pembesaran, Tidak terdapat benjolan
A : Peristaltik usus 13x/menit
P : Nyeri tekan diepigastrium
P : Timpani

10. Ekstremitas
I : ATAS
a. Simetrsis kanan dan kiri
b. Tidak ada gerakan Abnormal
c. Kekuatan otot tangan 5/5
d. Pergerakan kanan dan kiri baik
e. Tidak adanya edema
f. CRT < 2 Detik
g. Clubbing of the fingger
P : a. Tidak adanya krepitasi
b. Tidak terdapat nyeri tekan
I : BAWAH
a. Simetris Kanan dan kiri
b. Tidak ada gerakan abnormal
c. Kekuatan otot kaki 5/5
d. Tidak adanya edema
e. CRT < 2 Detik
P : a. Tidak adanya krepitasi
b. Tidak terdapat nyeri tekan
c. Reflek patella Normal
d. Bibinski Normal
11. Genetalia dan anus
I : Tidak Terkaji
P : Tidak Terkaji

I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Laboratorium

( Tanggal 21 Oktober 2020) Pemeriksaan Golongan Darah : “O”


Pemeriksaan Laboratorium I

NO JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


1 Glukosa darah sewaktu 108 mg % < 200
Ureum 38 mg % 10 – 50
1.
Kreatinin 1,5 mg % P : 0,8 – 1,5 ; W: 0,5
2. – 1,3
Asam Urat 9,0 ng % P : 3,5 – 7,7 ; W: 2,5
3. – 5,5
Bilirubin Total 9,0 mg % 0,25 -1,0
4.
Kolestrol Total 126 mg % < 200
5.
HDL Kolestrol 36 mg % <65
6.
LDL Kolestrol 63 mg % < 150
7.
Kalium / Potasium 3,5 mmol/L 3,5 – 5,1
8.
Natrium / Sodium 141 mmol/L 136 – 146
9.
Klorida 111 mmol/L 97 – 111
10.
HB 6,30 g/dL 12 – 15,2
11.
Leukosit 8,82 ribu/uL 3,8 – 10,6
12.
Eritrosit 2,40 ribu/uL (M: 4,50 – 5,50:F:4,0-
13. 5,0)
Hematokrit 21,6 % (M:42-52:F:36-48)
14.
Trombosit 334 ribu/uL 11,5-14,5
15.

Laboratorium ( Tanggal 21 Oktober 2020)


Pemeriksaan Laboratorium II

NO JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


1 Leukosit 7,37 ribu/uL 3,8 – 10,6
2 Eritrosit 2,95 ribu/uL (M:4,50-5,50:F:4,0-
5,0)
3 Hematokrit 26,7% (M:42-52:F: 36-48)
4 HB 8,0 g/dL 12-15,2
5 Trombosit 254 ribu/uL 11,5-14,5

Laboratorium ( Tanggal 21 Oktober 2020)


Pemeriksaan Laboratorium III
NO JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
1 Leukosit 6,2 ribu/uL 3,8 – 10,6
2 Eritrosit 4,58 ribu/uL (M:4,50-50:4,0-5,0)
3 Hematokrit 26,7% (M:42-52:F: 36-48)
4 HB 11,2 g/dL 12 – 15,2
5 Trombosit 314 ribu/uL 7,4 – 10,4
Laboratorium ( Tanggal 21 Oktober 2020)
Pemeriksaan Laboratorium IV

NO JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL


1 Leukosit 10,38 ribu/uL 3,8-10,6
2 Eritrosit 3,66 ribu/uL (M:4,50-50:4,0-5,0)
3 Hematokrit 32,4% (M:42-52:F:36-48)
4 HB 10,0 g/dL 12-15,2
5 Trombosit 502 ribu/uL 7,4 – 10,4

2. Radiologi
Klien mengatakan waktu di UGD dilakukan foto gelap yaitu foto rontgen,
jenis foto ( foto thorax pa )

TERAPI

NO NAMA OBAT METOD`E DOSIS (mg) JAM


PEMBERIA PEMBERIAN
N
1. Nacl 0,9% Inra vena 3x24Jam 07.00 15.00 23.00
(1500cc)
2. Pantoporazole 2 x 40 gm Intra vena 09.00 - 21.00
J. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


Klien mengatakan: Klien tampak :
1. nyeri perut bagian kiri 1. Keadaan umum: Sedang
2. Kesadaran: Composmentis
P : Iritasi mukosa 3. Klien tampak pucat
Q : Seperti tertusuk-tusuk 4. Klien tampak lemas
R : Daerah perut sebelah kiri atas 5. Klien tampak meringis kesakitan
S : Skala 7(dari 1-10) 6. Klien tampak gelisah
T : Saat makan dan BAB 7. Klien tampak murung
8. Bibir klien tampak kering
2. BAB wana ke hitaman 9. Turgor kulit >3 detik
3. Saat makan perut terasa nyeri 10.klien menghabiskan makan hanya
4. Setiap kali BAB perut terasa nyeri 3 sendok makan
5. Dalam sehari BAB 5 kali 11.terpasang IVFD Nacl 0,9% / 24jam
bercampur darah. di tangan sebelah kanan
6. pusing 12.Klien di bantu dalam personal
7. Mual dan Muntah. hygine
8. Tidak ada nafsu makan 13. mulut berbau
9. Lemas 14.Tanda-tanda vital
10. Makan hanya habis 3 sendok a. Tekanan darah : 140/90mmHg
makan b. Nadi : 68x/menit
11. Ingin cepat pulang c. Respirasi : 20x/menit
12. Klien ke kamar mandi di bantu d. Suhu badan : 37,5o C
oleh keluarga 15. Tinggi badan : 150cm
13. Aktifitas dan kebutuhan sehari-hari
dibantu oleh keluarganya.
K. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS: Klien mengatakan Nyeri
1.Nyeri perut Luka lambung
2.Pusing
3.Setiap kali BAB perut
terasa nyeri
4.BAB warna kehitaman

DO:
1. Keadaan umum : sedang
2. Kesadaran : Compos
mentis/
GCS : 15
3. Pucat
4. Klien meringis menahan
kesakitan
5.Tanda-tanda vital:
-Tekanan darah :
140/90mmHg
-Nadi : 68x/menit
-Respirasi : 20x/menit
6. Nyeri epigastrium
P: Iritasi mukosa
Q: Seperti tertusuk-tusuk
R: Daerah perut sebelah kiri
S: Skala 7 ( dari 1-10)
T: Saat makan dan BAB

2. Ds: klien mengatakan: Perubahan nutrisi


1.Mual dan muntah Mual dan muntah Kurang dari
2.Lemas kebutuhan
3.Tidak ada nafsu makan Tubuh
4.Jumlah makanan yang
Dihabiskan 3 sendok makan

DO: Klien tampak


1.Pucat
2.Lemas
3.Bibir kering
4.Berat badan 49kg (sebelum
sakit)
5.Berat badan : 44kg (selama
sakit)
6. Turgor kulit >3 detik
7. Jumlah makan yang di
habiskan hanya 3 sendok
makan

DS: Klien mengatakan :


3. 1. Dalam sehari BAB 5 kali Pendarahan Kekurangan volume
bercampur dengan darah cairan
2. Mual
3. Muntah
4. Lemas

DO : Klien tampak

1. Pucak
2. Lemas
3. Bibir kering
4. HB : 6,30 g/dL
5. Konjungtiva anemis
6. Turgo kulit > 3 detik

DS : Klien mengatakan :
1.Kebutuhan dan aktivitas
Intoleran aktivitas
sehari-hari dibantu oleh
4.
keluarga . kekamar mandi Kelemahan
dibantu oleh keluarga

DO : Klien tampak

1. Klien dibantu dalam


personal hygine
2. Klien tampak lemah
3. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah 140/90
mmHg
b. nadi 68/menit
c. Respirasi 20x/menit
d. Suhu badan 37,5 C

DS : Klien mengatakan
1.Takut dengan penyakitnya
karena merasa belum ada
5.
perubahan.
Ansietas
2. Ingin cepat pulang
Kecemasan terhadap
penyakitnya yang tidak
DO : Klien tampak :
ada perubahan
1. Gelisah
2. Murung
L. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri yang berhubungan dengan iritasi mukosa dan spasme otot

2. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan neyri yang
berkaitan dengan makanan

3. kekurangan volume cairan berhubungan dengan pendarahan

4. intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

5. Ansietas berhubungan dengan sifat penyakit dan penatalaksanaan jangka panjang


M. ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.S Nomor Rekam medik : 144011.01.19.281


Umur : 49 tahun Tanggal asuk Rumah Sakit : 19 Oktober 2020
Jenis Kelamin:
Perempuan

Diagnosa Rencana Tindakan Keperawatan


No Impleentasi Evaluasi
Keperawata Tujuan Intervensi Rasional
n
Nyeri kronis yang Setelah dilakukan 1.Bina hubungan 1.Hubungan saling 1. Membina hubungan 21-oktober-2018
berhubungan dengan tindakan keperawatan saling percaya percaya merupakan saling percaya dengan Jam 08:00 WIT
iritasi mukosa dan selama 1x8 jam dengan dasar untuk menggunakan
spasme otot di tandai diharapkan Nyeri yang menggunakan kelancaran komunikasi teraupetik. S : Klien
dengan dirasakan klien berkurang prinsip komunikasi hubungan interaksi Respon : Klien mau mengatakan :
sampai hilang dengan . teraupetik selanjutnya menyetujui tindakan-
DS : Klien mengatakan tindakan yang dilakukan 1. Nyeri di
: KRITERIA HASIL : perawat. perutnya
1. sudah
1. Nyeri perut 1. Persepsi terhadap berkurang
nyeri berkurang
2. Setiap kali BAB
perut terasa nyeri 2. Skala nyeri 0 2. Saat BAB
2. Kaji skala nyeri 2.Nyeri merupakan 2. Mengkaji nyeri dengan nyeri perut
3. Pusing 3. Wajah klien tampak dengan skala 1-7 respon subjektif skala 1-10 yang biasanya
rileks yang dapat dikaji Respon : dirasakan
4. BAB warna ke dengan P : Iritasi mukosa sudah
hitaman 4. Tanda – tanda vital menggunakan skala Q : Seperti tertusuk- berkurang.
dalam batas normal nyeri. Klien tusuk
DO : Klien tampak melaporkan nyeri R : Daerah perut sebelah 3. BAB masih
1. Keadaan umum : terasa sampai ke ulu kiri berwarna
sedang hati S : Skala 7 ( 1-10) kehitaman.
T : Saat makan dan
2. Kesadaraan : BAB. 4. Masih pusing.
composmentis/GCS
: 15
O : Klien tampak
3. Meringis menahan 3. Jelaskan dan bantu :
kesakitan pasien dengan 3.Pendekatan dengan
4. Pucat tindakan pereda menggunakan 3. Menjelaskan pada pa 1. Wajah tidak
nyeri relaksasi dan non bahwa nyeri dapat mengringis
5. Tanda – tanda nonfarmakologi farmakologi lainnya dikurangi tanp a kesakitan .
vital : dan invasif telah menunjukan ke menggunakan obat-
efektifan dalam obatan farmakologi. 2. Klien lebih
a. Tekanan darah : mengurangi nyeri Respon : Klien mengerti sedikit tenang.
140/90 mmHg dan mau mengikuti
b. Nadi : teknik pereda nyeri yang 3. Menunjukan
68x/menit diajarkan pada klien skala nyeri 6
yang
c. Respirasi : 4. Anjurkan teknik 4.Meningkatkan sebelumnya 7.
20x/menit relaksasi asupan oksigen 4. Mengajarkan teknik
pernafasan dalam akan menurunkan relaksasi pernafasaan 4. Dapat
d. Suhu badan : nyeri dalam dengan cara mengendalika
37,5 C menarik nafas panjang n nyeri
6. Nyeri epigastrium melalui hidung kemudian dengan
hembuskan perlahan tekhnik-
P : Nyeri kronis, melalui mulut, tekhnik yang
Respon : Klien tampak telah
Q : Seperti mengikuti perawat dan diajarkan.
tertusuk-tusuk tampak rileks
R : Daerah perut A : Masalah
sebelah kiri 5.Anjurkan untuk teratasi
menghindari 5. Makanan dan sebagian
S : Skala 7 ( dari 1- makanan dan minuman yang 5. Menganjurkan klien
10 ) minuman yang mengandung kafein untuk menghindari P : Lanjutkan
mengiritasi lapisan merangsang sekresi makanan dan minuman intervensi 2,6
T : Saat makan dan lambung : kafien asam hidroklorida yang mengiritasi lapisan injeksi
BAB dan alkohol lambung : kafein dan pantoperazole
alkohol.` 2x40 mg dan
Respon : Klien obat oral
mengatakan sudah ridak ranitidin
lagi mengkomsumsi 2x150mg di
makanan dan minuman lanjutkan
yang mengandung kafein
dan alkohol.
6.Kolaborasi dengan
dokter dalam 6.Antacid memblok
pemberian antacid lintasan sehingga
nyeri berkurang 6. Memberikan terapi
injeksi pantoperazole
40mg, oral inpepsa sirup
500mg.
Respon : Klien setelah
diberikan injeksi dan obat
oral klien tampak tenang
Perubahan nutrisi Setelah dilakukan 1. Anjurkan istirahat 1. Menentukan 1. Menganjurkan klien 22, oktober 2020
kurang dari kebutuhan intervensi keperawatan sebelum makan. peristaltik dan sebelum makan.1. Jam 08.00 WIT
tubuh, berhubungan selama 1x24 jam klien meningkatkan Menganjurkan klien
dengan nyeri yang mendapatkan nutrisi energi untuk istirahat sebelum S : Klien mengatakan :
berkaitan dengan optimal. makan. makan.
makan ditandai dengan Respon : Klien 1. BAB sehari 3 kali.
2. Kriteria hasil : mengerti dan paham
DS : Klien mengatakan mengenai anjurkan 2. Mual sudah
1. Tidak mual dan 2. Anjurkan klien dari perawat. berkurang.
1. Dalam sehari BAB muntah makan sedikit demi 2. Menghindari
5 kali sedikit. terjadinya mual 2. Menganjurkan klien 3. Dapat menghabiskan
2. Dapat makan karena pengisian makan sedikit demi makanan 5 sedok
2. Mual dengan baik sesuai lambung secara sedikit tapi sering. makan.
porsi. tiba-tiba. Respon : Klien
3. Muntah mengatakan akan 4. Sudah ada nafsu
3. Nafsu makan klien mencoba makan makan tapi sedikit.
4. Lemas membaik. sedikit demi sedikit.
3. Anjurkan klien 3. Dapat O : Klien tampak :
5. Tidak ada nafsu 4. Tidak terjadi menghindari mempengerahui 3. Mmenganjurkan
makan penurunan berat makanan yang nafsu makan atau klien menghindari 1. Pucat
badan. menimbulkan gas. pencernaan dan makanan yang
6. Makanan hnaya membatasi menimbulkan gas. 2. Lemas
habis 3 sendok masukan nutrisi. Respon : Klien
makan mengatakan sudah 3. Bibir kering
menghindari makanan
DO : Klien tampak : 4. Kolaborasi dengan 4 .Makanan dalam yang mengandung gas 4. Tidak bergairah.
tim gizi dalam bentuk lunak untuk
1. Pucat pemberian diet mengurangi kerja 4. Menberikan diet A : Masalah sebagian
makanan lunak. ekstra pada makanan lunak. teratasi
2. Lemas lambung. Respon : Klien
mendapatkan makan- P : Lanjutkan intervensi
3. Bibir kering 5. Kolaborasi dengan makan lunak. 1 dan 2
dokter dalam 5. Untuk mengurangi
4. Tinggi badan 150 pemberian anti rasa mual. 5. Memberikan terapi.
cm imetik. Respon : mendapatkan
obat oral ranitidin 150
5. Berat badan 49 kg mg.
( sebelum sakit )

6. berat badan 44 kg
( setelah sakit )

7. Turgor kulit < 3


detik.
8. Jumlah makanan
yang dihabiskan 3
sendok makan.
Resiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Catat karakteristik 1. Membantu dalam 1. Mencatat 22 , oktober, 2020 jam
volume cairan tindakan keperawatan muntah dan/atau membedakan karakteristik muntah 08.00 WIT
berhubungan dengan 1x24 jam diharapkan drainase. penyebab distres atau dranase
pendarahan resiko kekurangan gaster. Respon : Klien S : Klien
volume cairan dapat mengatakan masih mengatakan :
DS : Klien mengatakan : diatasi dengan kriteria merasa mual.
hasil : 2. Awasi tanda vital. 1. BAB masih
3 1.Dalam sehari BAB5 Ukur TD dengan 2. Perubahan TD dan 2. Mengawasi tanda berwarna kehitaman
kali bercampur dengan 1. BAB sudah kembali posisi nadi dapat digunakan vital.
darah normal. duduk,berbaring. untuk perkiraan kasar Mengukur TD dengan 2. Sudah tidak mual
kehilangan darah. posisi duduk atau lagi
2. Mual dan muntah 2. Wajah klien tidak berbaring
tampak pucat. Respon : Klien 3. Masih terasa lemas
DO : Klien tampak : kooperatif. sedikit.
3. Bibir klien tampak 3. Pertahankan tirah 3. Muntah
1.Pucat lembab baring. Mencengah meningkatkan tekanan O : Klien tampak :
muntah dan tegangan intra abdomen dan 3. Mempertahankan
2. Lemas 4. Klien tampak lebih pada saat defeksi. dapat mencentuskan tirah baring mencegah 1. Wajah sudah tidak
segar pendarahan lanjut. muntah dan tegangan tampak meringis
3. Bibir kering pada saat defekasi kesakitan
Respon : kooperatif.
4.HB : 6,30 ribu/uL 2. Tampak sedikit
4. Kolaborasi berikan 4. Mengkolaborasi lemas
5.Turgo kulit < 3 detik darah sesuai indikasi. 4. Penggantian cairan dalam pemberian
bergantung pada darah sesuai dengan 3. HB : 6,30g/Dl
derajat hypovolemia indikasi
dan lamanya Respon : Klien mau A : Masalah teratasi.
pendarahan. untuk dilakukan
tranfusi darah P : Pertahankan
sebanyak 2 kantung. intervensi 1,2 dan 4
Tranfusi 1 diberikan
pada tanggal 05/10/20
5. Kolaborasi dengan
tim dokter dalam 5. Memberikan terapi
pemberian anti 5. Mengurangi atau Respon : Injeksi
perdarahan. mencegah perdarahan kalnex 3x1 ampl,
ulang. Injeksi vitamin K 3x1
ampl.
Intoleran aktivitas Setelah dilakukan 1. Monitor 1. Merencanakan 1. Memonitor 22,oktober,2020
4. berhubungan dengan intervensi keperawatan keterbatasaan intervensi dengan keterbatasan aktivitas, Jam : 08.00 WIT
kelemahan ditandai selama 1x8 jam aktivitas,kelemahan tepat kelemahan saat
dengan diharapkan klien saat aktivitas. aktivitas S : Klien mengatakan :
menyatakan kebutuhan Respon : klien
DS : Klien mengatakan : sehari-hari dapat kooperatif. 1. Paham atas
dilakukan sendiri penjelasan yang di
1.Kebutuhan sehari- dengan 2. Bantu klien dalam 2. Klien dapat memilih 2. Membantu klien berikan oleh perawat.
hari dibantu keluarga. melakukan aktivitas dan merencanakannya dalam melakukan
Kriteria hasil : sendiri. sendiri. aktivitas sendiri 2. Dapat melakukan
2. Kekamar mandi Respon : klien sedikit demi sedikit
dibantu oleh keluarga. 1. Klien makan tanpa kooperatif aktivitasnya tanpa
disuapi keluarga bantuan keluarga.
DO : Klien tampak : 3. Lakukan kajian 3. Memberikan 3. Mmelakukan kajian
2. Klien dapat kekamar kemampuan pasien informasi dasar dalam kemampuan pasien O : Klien tampak :
1.Gelisah mandi tanpa bantuan dalam perawatan diri menentukan rencana dalam perawatan diri
keluarga terutama ADL. keperawatan. terutama ADL. 1. Kooperatif terhadap
2. Murung Respon : klien tindakan yang diberikan.
kooperatif
3. Kesadaran : 2. Wajah rileks
composmentis 4. Jadwalkan jam 4. Perencanaan yang 4. Menjadwalkan jam
kegiatan tertentu untuk matang dalam kegiatan tertentu A : Masalah tertasi.
4.Tanda-tanda vital : ADL. melakukan kegiatan untuk ADL
sehari-hari. Respon : klien P : Pertahankan
a.Tekanan darah : kooperatif. intervensi 1,2
140/90 mmHg
5. Jaga privasi dan 5. Memberikan 5. Menjaga privasi
b.Nadi : 68x/menit keamanan klien. keamanan dan keamanan klien
Respon : Klien
c.Resprasi :20x/menit kooperatif

d.Suhu badan : 37,5 C


DAFTAR PUSTAKA

Https://askep-hlrz.blogspot.com/2012/10/askep-ulkus-peptikum.html?m=1

Https://duniakesehatan608.wordpress.com/2017/04/02/laporan-pendahuluan-pada-pasien-ulkus-peptikum-terbaru/

Https://id.scribd.com/doc/150970603/askep-ulkus-peptikum

Https://fdokumen.com/dokument/36994810-laporan-pendahuluan-ulkus-peptikum.html

Https://exkasaputra.blogspot.com/2012/10/askep-ulkus-peptikum.html?m=1

Https://www.slideshare.net/mobile/yesiakd/asuhan-keperawatan-ulkus-peptikum

Http://makalahkeperawatan.blogspot.com/2014/11/ulkus-peptikum.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai