KELOMPOK 5 :
APRILIA GABRIELA ALEXANDRA YOUWE 462015015
GRACIA MARCEILINA PATTINASARANY 462015028
JUFITA INDRIYANI NOHA 462015044
KIMARTON LIWIYA 462015081
Apa itu Multiple Sklerosis ?
Multipel sklerosis yang dulu disebut
juga sklerosis diseminasi adalah
penyakit degeneratif, bersifat kronis
dan progresif dikarakteristikkan oleh
adanya bercak kecil demielinasi pada
otak dan medulla spinalis
yang merusak myelin pada sususan
saraf pusat (Hickey, 2008).
Etiologi Multipel Sklerosis
• Gangguan autoimun (kemungkinan Ada beberapa Faktor-faktor pemicu
dirangsang / infeksi virus) dan yang dapat memperburuk
• Genetik (eksaserbasi ) multipel sklerosis yaitu :
• Pemeriksaan elektroforesis
• Pemeriksaan potensial bangkitan
• CT scan
• MRI
• Pemeriksaan urodinamik
• Pengujian neuropsikologik
Gambaran MRI multiple sclerosis (dikutipdarikepustakaan (a) Tanda baca (punctuate), homogeneous, dan cicin (b)
5). Lesi pada spinal
KOMPLIKASI
1. Penatalaksanaan farmakoterapi
o Terapi obat untuk fase akut :
Kortikosteroid dan ACTH
o Terapi obat untuk menurunkan jumlah kekambuhan :
Beta interferon ( betaseron )
Baklofen
Imunosupresan (immunosuppressant)
2. Terapi suportif
3. Blok saraf dan pembedahan
ASUHAN KEPERAWATAN
• Contoh Kasus
• Ny X usia 32 tahun datang ke neurologi RSPAW dengan keluhan kelemahan kedua tungkai sejak ±1,5 tahun RSPAW. Pada awalnya (Januari 2017) pasien
merasakan kelemahan pada kaki kiri dan tangan kiri disertai rasa tebal sampai di lutut. Pasien tidak dapat bekerja lagi karena kelemahan kakinya, bila
berjalan kaki kiri diseret. Rasa tebal menghilang sendiri 2 bulan kemudian tetapi rasa lemah masih tetap ada. Oleh keluarga dibawa berobat kedokter saraf
dan dikatakan terkena virus, pasien diberi obat (nama obat tidak ingat) dan menurut keluarga keadaan pasien membaik. Kemudian pasien dapat bekerja lagi
walaupun kelemahan tungkai masih ada. 1 bulan kemudian kaki kanan terasa lemah dan tebal diikuti oleh rasa tebal pada lengan kiri, rasa tebal dirasakan
sampai dikepala. Oleh keluarga dibawa ke RS dan dirawat, pasien kemudian pulang dan dikatakan penyakit tidak dapat diobati. Pasien pulang kerumah dan
berjalan sudah harus dipapah karena keempat anggota gerak sudah lemah terutama kedua tungkai. Pasien juga mulai mengeluhkan penglihatan mulai
terganggu, pasien mengatakan penglihatan seperti ada kabut dan silau bila kena sinar, dan beberapa bulan kemudian pandangan pasien menjadi dobel bila
melihat jauh dan pasien sering merasa berputar, keluhan penglihatan ini dirasakan pasien semakin memberat. Kelemahan kedua tungkai makin bertambah
dan selama 1 tahun pasien hanya dapat duduk di tempat tidur dan menggunakan kursi roda bahkan sejak 6 bulan RSPAW pasien sudah tidak dapat duduk
lagi karena lemah. Kesulitan BAB dan BAK pasien sering ngompol dan menurut keluarga pasien sering lupa terhadap sesuatu yang sudah dikerjakan
sebelumnya. Pandangan pasien juga semakin kabur. Oleh keluarga pasien dibawa ke RSPAW.
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Resiko cedera yang b.d kerusakan sensori dan penglihatan, dampak tirah
baring lama dan kelemahan spastis
• Hambatan mobilitas fisik yang b.d kelemahan, paresis, dan spastisitas
• Perubahan pola eliminasi urin yang b.d kelumpuhan saraf perkemihan
Resiko cedera yang b.d kerusakan sensori dan penglihatan,
dampak tirah baring lama dan kelemahan spastis
1.Berikan kacamata sesuai dengan klien 1.R/ Tameng kacamata atau kacamat penutupdapat digunakan untuk memblok
implus penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia atau penglihatan
2.Modifikasi peningkatan mobilitas fisik ganda.
3.Modifikasi pencegahan cedera 2.R/ relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada klien
multipel sklerosis.
4.Modifikasi lingkungan
3.R/ pencegahan cedera dilakukan pada klien multiple sclerosis jika disfungsi
5.Ajarkan teknik latihan jalan motoric menyebabkan masalah dalam tidak adanya koordinasi dan adanya kekakuan
6.Ubah posisi klien tiap 2 jam atau jika ataksia, dank lien resiko jatuh.
7.Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien 4.untuk mengatasi ketidakmampuan, klien dianjurkan untuk dengan kaki kosong
pada ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang luasdan untuk meningkatkan
kemampuan berjakan dengan stabil.
5.R/ Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya pada keadaan
tersebut kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.
6.R/ menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelzek pada daerah yang tertekan.Otot volunteer akan kehilangan tonus dan
kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakan.
7.R/ peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik dari tim fisioterapi
Hambatan Mobilitas Fisik Yang B.D Kelemahan, Paresis, dan Spastisitas
1.Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan 1.R/ mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
kerusakan, kaji secara teratur fungsi motoric
2.R/ relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot
2.Modifikasi peningkatan mobilitas fisik pada klien multipel sklerosis.
3.Anjurkan teknik aktifitas dan teknik istirahat 3.R/ klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam
waktu singkat, karena lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas
4.Ajarkan teknik latihan jalan
dapat menyebabkan paresis, kebas, atau tidak ada koordinasi.
5.Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi
4.R/ Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya
6.Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien pada keadaan tersebut kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.
5.R/ untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuannya
6.R/ peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat
ditingkatkan dengan latihan fisik dari tim fisioterapi
Perubahan pola eliminasi urin yang b.d kelumpuhan saraf
perkemihan
1.Kaji pola berkemih dan catat urin setiap 6 jam 1.R/ mengetahui fungsi ginjal
2.Tingkatkan kontrol berkemih dengan cara berikan 2.R/ jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai 2
dukungan pada klien tentang pemenuhan eliminasi jam dengan perpanjangan interfal waktu bertahap.
urin, lakukan jadwal berkemih, ukur jumlah urin tiap 2 Klien diinstruksikan untuk mengukur jumlah air yang
jam di minum setiap 2 jam dan mencoba untuk berkemih
30 menit setelah minum.
3.Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung
kemih 3.R/ menialai perubahan akibat dari inkontinensial
urin
4.Anjurkan klien untuk minum 2000 cc/hari
4.R/ mempertahankan funsi ginjal
DAFTAR PUSTAKA
• Ginsberg, Lionel. Sklerosis Multiple. Lecture Notes Neurologi. Jakarta: Erlangga. 2005;143-50
• Hickey (2008). The Clinical Practice Of Neurological And Neurosurgical Nursing. Philadelphia : Lippincot William & Wilkins
• Mutaqin Arif. 2008. Asuhan keperawatan klien dangan gangguan system persyarafan ed 6 vol.2.salemba medical. Jakarta
• Price Sylvia A., Wilson Lorraine M. Multipel Sklerosis. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC 2001; 2 :1145-7
• Rodriguez M, Siva A, Ward J, et al. Impairment, disability, and handicap in multiple sclerosis: a population-based study in Olmsted County, Minnesota. Neurology 1994;44:28–33
• Smeltzer,SuzanneC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
TERIMA KASIH
“SEMOGA BERMANFAAT”