Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MATERNITY NURSING

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN

Disusun Oleh :

Gracia Marceilina Pattinasarany 462015028

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, dimana keadaan tersebut merupakan suatu
fase teristimewa dalam kehidupan seorang wanita. Beberapa ibu hamil tersebut bisa melewatinya
dengan ceria hingga melahirkan, tetapi juga tidak jarang yang mengalami masalah kesehatan
dalam kehamilannya. Masalah kesehatan yang sering muncul pada kehamilan salah satunya adalah
hipertensi dalam kehamilan (Yohanna, Yovita, & Yessica, 2011). .Penyakit hipertensi dalam
kehamilan ini salah satunya diakibatkan oleh perubahan pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh
darah yang terjadi sebelum kehamilan, komplikasi selama masa kehamilan atau pada awal pasca
partum. Perubahan kardiovaskuler disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload dan penurunan
cardiac preload, sedangkan pada pembuluh darah terjadi vasokonstriksi arteriol, vasospasme
sistemik dan dan kerusakan pada pembuluh darah (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).

Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisitekanan darah sistol diatas 140 mmHg
dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau
peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua
keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011). Hipertensi dalam kehamilan
merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi
mortalitas dan morbiditas ibu bersalin ( Prawirohardjo, 2013). Selain itu, frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan juga meningkat pada ibu hamil yang mengalami hipertensi.
Dampak dari hipertensi kehamilan lebih lanjut antara lain risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan angka perinatal meningkat. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi wanita hamil yang mengalami hipertensi sekitar 35-
55% serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

Hipertensi dalam kehamilan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (multiple causation).
Usia ibu (<20 atau ≥35 tahun), primigravida, nulliparitas dan peningkatan Indeks Massa Tubuh
(IMT) merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan.(Prasetyo,
2006). Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkan. Wanita yang berada
pada awal atau akhir usia reproduksi, dianggap rentan mengalami komplikasi kehamilan. Dua
tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan
panggul antara 2-7% dan tinggi badan 1%. Dampak dari usia yang kurang, dapat menimbulkan
komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar
mengalami hipertensi dalam kehamilan (Rozikhan, 2007).

WHO menyatakan pula bahwa 20% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan
hipertensi pada kehamilan dan diantaranya disebabkan oleh pola makan dan kurangnya waktu
istirahat, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Dari data RISKESDAS tahun 2007
menunjukkan bahwa 24,5% wanita subur menderita hipertensi pada saat kehamilan (Depkes,
2007).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan tentang hipertensi
pada ibu hamil
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dan klasifikasi dari hipertensi pada ibu hamil
2. Mengethui etiologi atau factor pencetus dari hipertensi pada ibu hamil
3. Mengetahui manifestasi klinis dari hipertensi pada ibu hamil
4. Mengetahui patofisiologi (dalam bentuk pathway) dari hipertensi pada ibu hamil
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari hipertensi pada ibu hamil
6. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan hipertensi pada kehamilan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI

Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya tekanan yang
berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi
medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang
lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian seseorang dikatakan menderita
tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg
dan diastoliknya lebih besar dari 120 mmHg (Chandranita Manuaba, 2008).

Hipertensi pada kehamilan merupakan salah satu penyebab utama peningkatan angka
kematian, baik itu untuk ibu maupun untuk janin yang dikandung. Hal ini tidak hanya terjadi pada
Negara yang sedang berkembang saja, tetapi juga bagi Negara maju. Perempuan hamil dengan
hipertensi mempunyai resiko tinggi untuk komplikasi yang berat seperti penyakit jantung, penyakit
pembuluh darah otak ataupun gagal organ hingga kematian terhadap janin, hipertensi
mengakibatkan resiko perkembangan janin dalam rahim yang terhambat, kelahiran sebelum
waktunya dan kematian janin dalam rahim dan umumnya hipertensi jika pada pemeriksaan tekanan
darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik yang biasa ditulis 140/90 mmHg
(Rukiyah, 2010).

Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan The National High Blood
Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (NHBPEP)
memberikan suatu klasifikasi untuk mendiagnosa jenis hipertensi dalam kehamilan, (NHBPEP,
2000) yaitu :

1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.

Diagnosis hipertensi kronis yang mendasari dilakukan apabila :


- Hipertensi (≥ 140/90 mmHg) terbukti mendahului kehamilan.
- Hipertensi (≥ 140/90 mmHg) diketahui sebelum 20 minggu, kecuali bila ada penyakit
trofoblastik.
- Hipertensi berlangsung lama setelah kelahiran.
2. Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria. Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau
koma.

Kriteria diagnosis pada preeklamsi terdiri dari :

Kriteria minimal, yaitu :

- TD 140/90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.


- Proteinuria 300 mg/24 jam atau 1+ dipstick.
Kemungkinan terjadinya preeklamsi :

- TD 160/110 mmHg.
- Proteinuria 2.0 g/24 jam atau 2+ dipstick.
- Kreatinin serum > 1.2 mg/dL kecuali sebelumnya diketahui sudah meningkat.
- Trombosit <100.000/mm3.
- Hemolisis mikroangiopati (peningkatan LDH).
- peningkatan ALT atau AST.
- Nyeri kepala persisten atau gangguan penglihatan atau cerebral lain.
- Nyeri epigastrium persisten.
3. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon chronic
hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tanda- tanda preeklampsi atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.

Kriteria diagnosis Superimposed Preeclampsia adalah :

- Proteinuria 300 mg/24 jam pada wanita dengan hipertensi yang belum ada sebelum
kehamilan 20 minggu.
- Peningkatan tiba-tiba proteinuria atau tekanan darah atau jumlah trombosit
<100.000/mm3 pada wanita dengan hipertensi atau proteinuria sebelum kehamilan 20
minggu.
4. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kematian
dengan tanda-tanda preeklampsi tetapi tanpa proteinuria (Prawirohardjo, 2013).

Kriteria Diagnosis pada hipertensi gestasional yaitu :

- TD 140/90 mmHg yang timbul pertama kali selama kehamilan.


- Tidak ada proteinuria.
- TD kembali normal < 12 minggu postpartum.
- Diagnosis akhir baru bisa ditegakkan postpartum.
Mungkin ada gejala preeklampsia lain yang timbul, contohnya nyeri epigastrium atau
trombositopenia.

B. ETIOLOGI ATAU FAKTOR PENCETUS

Hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan multifaktorial. Beberapa faktor risiko


dari hipertensi dalam kehamilan adalah (Katsiki N et al., 2010) :

1. Faktor Maternal
a. Usia maternal
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun. Komplikasi
maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5
kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Dampak dari usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan.
Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami
hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun (Manuaba C,
2007).
b. Primigravida
Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan pertama. Jika
ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan, graviditas paling aman adalah
kehamilan kedua sampai ketiga (Katsiki N et al., 2010).
c. Riwayat keluarga
Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut dapat terjadi
karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi dalam kehamilan (Muflihan FA,
2012).
d. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat meningkatkan
risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, dimana komplikasi tersebut dapat
mengakibatkan superimpose preeclampsi dan hipertensi kronis dalam kehamilan
(Manuaba, 2007).
e. Tingginya indeks massa tubuh
Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori,
kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor risiko terjadinya berbagai jenis
penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit
jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan
kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan adanya timbunan lemak berlebih dalam
tubuh (Muflihan FA, 2012).
f. Gangguan ginjal
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu hamil dapat
menyebabkan hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut berhubungan dengan
kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokonstriksi
pembuluh darah (Muflihan FA, 2012).

2. Faktor kehamilan
Faktor kehamilan seperti molahilatidosa, hydrops fetalis dan kehamilan ganda
berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsi dan eklampsi mempunyai
risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi kembar dua,
didapatkan 28,6% kejadian preeklampsi dan satu kasus kematian ibu karena eklampsi
(Manuaba, 2007).

Prawirohardjo (2013), menjelaskan beberapa teori yang mengemukakan terjadinya


hipertensi dalam kehamilan diantaranya adalah :

- Teori kelainan vaskularisasi plasenta

kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterina dan
arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan
artrei basalis memberi cabang arteri spiralis.

Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi
trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur
dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Keadaan ini akan memberi
dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan tekanan darah
pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan
juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering
dinamakan dengan remodeling arteri spiralis.

Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan
keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri
spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.

- Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan yang disebut juga
radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan penting, salah satunya adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
Radikal hidroksil tersebut akan merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak
jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan merusak membran sel, juga
akan merusak nukleus, dan protein sel endotel.

Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan
merusak membran sel endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran
sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel.

- Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi
trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G
tersebut akan mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini menyebabkan
invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal trimester kedua kehamilan perempuan yang
mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai proporsi helper sel yang
lebih rendah bila dibanding pada normotensif.

- Teori Genetik

Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-
eklampsia, 2,6% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8%
anak menantu mengalami preeklampsia.
- Teori defisiensi gizi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam terjadinya
hipertensi dalam kehamilan. Misalnya seorang ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan,
protein dan lain-lain.

- Teori stimulus inflamasi

Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan
rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas
dalam kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibar reaksi
steress oksidatif.

Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi.
Proses apoptosis pada preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi
peningkatan produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas. Makin banyak sel trofoblas
plasenta maka reaksi stress oksidatif makin meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga
makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh
lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal(Prawirohardjo, 2013).

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis untuk hipertensi ringan dalam kehamilan anatara lain :
1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2. Proteinuria samar sampai +1
3. Peningkatan enzim hati minimal

Manifestasi klinis untuk hipertensi berat dalam kehamilan antara lain :

1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih


2. Proteinuria +2 peristen atau lebih
3. Nyeri kepala
4. Gangguan penglihatan
5. Nyeri abdomen atas
6. Oliguria
7. Kejang
8. Kreatinin meningkat
9. Trombositopenia
10. Peningkatan enzim hati
11. Pertumbuhan janin terhambat
12. Edema paru

D. PATOFISIOLOGI

Kelainan vaskularisasi Intoleransi Adaptasi Defisiensi gizi Stimulus


plasenta imunologik kardiovascular inflamasi

Penurunan fungsi
plasenta

Menghasilkan oksidan dan


beredar dalam aliran darah

Merusak membrane endotel


disfungsi endotel

Menurunkan Agresi trombosin Produksi Peningkatan


produksi memproduksi endotelin factor koagulasi
prostasiklin tromboksan

Vasokonstriksi
pembuluh darah arteri
Hamil < 20 minggu hipertensi kronik

Hipertensi kronik dengan superimprosed Preeklamsia

Hamil > 20 minggu kejang ( + ) eklamsia

Kejang (-) hipertensi

Preeklamsia ringan

Preeklamsia berat

MK : Defisiensi pengetahuan

Kurang Perubahan Tekanan darah ( TD


Krisis emosi
pengetahuan psikologis lebih labil >140/90 mmHg )

MK : Ansietas

Vasokonstriksi anteriol
Kerusakan vascular dan vasospasme
sistekemik

MK : Gangguan perfusi jaringan perifer

Perpindahan cairan intravaskuler ke ektravaskuler penumpukan


Gangguan perfusi organ
fibrin dan trombosit intravaskuler
Aliran darah Aliran darah Spasmo Darah ke
Koagulasi
ke ginjal GFR ke hati anterial retina plasenta
intravaskuler
diseminata

Nyeri tekan dan diplopia Retardasi


pembesaran pertumbuhan uterus
hati
MK : Resiko cedera

Edema serebral Volume Cairan


dan iritasi SSP intravaskul interstial
er paru

Hitung
trombosit
Suplai darah Nyeri Infark dan Suplay o2 ke Peningkatan Dispnea
ke ginjal epigastrik abropsio otak hematokrit
berkurang

MK : Nyeri Resiko Sakit kepala MK :


kematian Ketidakefekt
janin MK : Nyeri akut ipan pola
Kerusakan nafas
glomerulus

Produksi
urin
berkurang

Oliguria Pompa darah ventrikel


kiri

Afterload
Curah jantungg menurun

MK : Intoleransi aktivitas kelelahan jaringan tidak adekuat mengedarkan o2 ke


jaringan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Mitayani (2011), mengatakan beberapa pemeriksaan penunjang hipertensi dalam


kehamilan yang dapat dilakukan adalah :

Beberapa cara prediksi dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Pemeriksaan baku pada perawatan antenatal


Pemeriksaan baku pada perawatan antenatal ada 2 macam, yaitu pemeriksaan tekanan
darah dan kenaikan berat badan. Seringkali gejala pertama yang mencurigakan adanya
hipertensi dalam kehamilan ialah terjadi kenaikan berat badan yang melonjak tinggi dan
dalam waktu singkat. Kenaikan berat badan 0,5 kg setiap minggu dianggap masih dalam
batas wajar, tetapi bila kenaikan berat badan mencapai 1 kg perminggu atau 3 kg perbulan
maka harus diwaspadai kemungkinan timbulnya hipertensi.
Ciri khas kenaikan berat badan penderita hipertensi dalam kehamilan ialah kenaikan yang
berlebihan dalam waktu singkat, bukan kenaikan berat badan yang merata sepanjang
kehamilan, karena berat badan yang berlebihan tersebut merupakan refleksi dari pada
edema
2. Pemeriksaan sistem vaskular
- Tes Tidur Miring (TTM)
Tes ini dikenal dengar nama Roll-over test pertama kali diperkenalkan oleh Gant dan
dilakukan pada usia kehamilan 28-32 minggu. Pasien berbaring dalam sikap miring ke kiri,
kemudian tekanan darah diukur, dicatat dan diulangi sampai tekanan darah tidak berubah.
Kemudian penderita tidur terlentang, diukur dan dicatat kembali tekanan darahnya. Tes
dianggap positif bila selisih tekanan darah diastolik antara posisi baring ke kiri dan
terlentang menunjukkan 20 mmHg atau lebih. Tes ini mempunyai sensitivitas 88%,
spesifitas 95%, nilai prediksi positif 93% dan nilai prediksi negatif 91%.
- Infus Angiotensin II
Wanita hamil yang normotensi relatif refrakter terhadap infus Angiotensin. Tes ini
dikerjakan pada kehamilan 28-32 minggu, dengan memberikan Angiotensin II per infus >8
ng/kgbb/menit menghasilkan respons tekanan darah 20 mmHg, tetap normotensi selama
kehamilan, sedangkan yang mendapat < 8 ng/kgbb/menit dan terjadi kenaikan tekanan
diastolik 20 mmHg, 90% akan terjadi hipertensi dalam kehamilan. Namun tes ini mahal,
rumit dan memakan waktu sehingga tidak praktis dipakai sebagai tes penapisan.
- Tes Latihan Isometrik (Isometric exercise test)
Tes ini mempunyai sensitivitas dan spesifitas cukup tinggi. Degani dkk berpendapat bahwa
tekanan darah diastol yang berespons terhadap tes hand grip ini menggambarkan reaktifitas
vaskular pada wanita hamil, jadi dapat digunakan untuk deteksi hiperaktivitas vaskular dan
untuk prediksi preeklampsia.
Tes dilakukan dengan cara penderita baring kesisi lateral kiri, ukur tekanan darah,
kemudian penderita memijit bola karet tensimeter yang dipasang pada lengan lain, sampai
kontraksi maksimal untuk 30 detik dalam waktu 3 menit. Tes dikatakan positif bila terdapat
kenaikan tekanan diastolik lebih dari 20 mmHg.
3. Pemeriksaan biokimia
- Kadar Asam Urat
Pada hipertensi dalam kehamilan terjadi perubahan sistim hemodinamik seperti penurunan
volume darah, peningkatan hematokrit dan viskositas darah. Akibat dari perubahan-
perubahan tersebut akan terjadi perubahan fungsi ginjal, aliran darah ginjal menurun,
kecepatan filtrasi glomerulus menurun yang mengakibatkan menurunnya klirens asam urat
dan akhirnya terjadi peningkatan kadar asam urat serum. Rata-rata kadar asam urat mulai
meningkat 6 minggu sebelum preeklampsia menjadi berat.
Konsentrasi asam urat > 350 umol/l merupakan pertanda suatu preeklampsia berat dan
berhubungan dengan angka kematian perinatal yang tinggi khususnya pada umur
kehamilan 28-36 minggu. Pada penderita yang sudah terbukti preeklampsia maka kadar
asam urat serum menggambarkan beratnya proses penyakit.
- Kadar Kalsium
Beberapa peneliti melaporkan adanya hipokalsiuria dan perubahan fungsi ginjal pada
pasien preeklampsia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi beberapa waktu sebelum
munculnya tanda-tanda klinis. Hal ini terlihat dari perubahan hasil tes fungsi ginjal.
Rondriquez mendapatkan bahwa pada umur kehamilan 24-34 minggu bila didapatkan
mikroalbuminuria dan hipokalsiuria ini dideteksi dengan pemeriksaan tes
radioimunologik.
- Kadar  - Human Chorionic Gonadotrophin (-hCG)
Beberapa peneliti melaporkan bahwa kadar hCG meningkat pada penderita preeklampsia.
Sorensen dkk melaporkan bahwa wanita hamil trimester II dengan kadar -hCG > 2 kali
nilai rata-rata mempunyai risiko relatif 1,7 kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai kadar -hCG < 2 kali nilai rata-rata.
Terakhir Miller dkk melaporkan bahwa peningkatan kadar -hCG pada kehamilan 15-20
minggu memprediksi timbulnya preeklampsia terutama preeklampsia berat. Namun hingga
saat ini pemeriksaan kadar preeklampsia masih terbatas.
4. Pemeriksaan hematologi
- Volume plasma
Pada keadaan hipertensi dalm kehamilan terjadinya penurunan volume plasma sesuai
dengan beratnya penyakit. Terjadinya penurunan volume plasma sebesar 30%-40% dari
nilai normal, bahkan ada beberapa peneliti yang melaporkan terjadinya penurunan volume
plasma jauh sebelum munculnya manifestasi klinik hipertensi. Volume plasma diukur
dengan cara : penderita tidur posisi miring ke kiri selama 30 menit, diambil 10 cc darah
kemudian tambahkan dengan 3 ml Evans dye blue selanjutnya dicampur dengan 10 ml
NaCL. Setiap 10 menit diambil darah untuk 3 sampel kemudian disentrifus untuk
memisahkan serum. Sampel darah kemudian dibandingkan dengan serum kontrol yang
mempunyai ukuran 620 nm, dengan mempergunakan spektofotometer Beckman Acta C
III. Hasil yang didapat dimasukkan ke dalam rumus:
Dye injected (ug)
Volume Plasma ( ml) = --------------------------------
Konsentrasi dye ( ug/ml )
- Kadar hemoglobin dan hematokrit
Pengurangan volume plasma pada preeklampsia tampak pada kenaikan kadar hemoglobin
dan hematokrit. Murphy dkk menunjukkan bahwa pada wanita hamil terdapat korelasi
yang tinggi antara terjadinya preeklampsia dan kadar Hb. Mereka mendapatkan pada
primigravida frekuensi terjadinya hipertensi dalam kehamilan 7% bila kadar Hb < 10.5
gr% sampai 42% bila kadar Hb > 14.5% gr%. Gerstner menyatakan adanya hubungan
langsung antara nilai Ht dengan indeks gestosis. Indeks gestosis > 7 selalu disertai Ht >
37%, dan dikatakan ada korelasi antara hematokrit dan progesivitas penyakit.
- Kadar trombosit dan fibronectin
Redman menyatakan bahwa hipertensi dalam kehamilan didahului oleh menurunnya
trombosit sebelum tekanan darah meningkat, dan trombositopeni merupakan tanda awal
hipertensi dalam kehamilan. Dikatakan trombositopenia bila kadar trombosit <
150.000/mm3. Bukti adanya kelainan proses koagulasi dan aktivasi platelet pertama kali
didapatkan pada tahun 1893 dengan ditemukannya deposit fibrin dan trombosit pada
pembuluh darah berbagai organ tubuh wanita yang meninggal karena eklampsia.
Kelainan hemostatik yang paling sering ditemukan pada penderita preeklampsia adalah
kenaikan kadar faktor VIII dan penurunan kadar anti trombin III. Pada penderita hipertensi
dalam kehamilan didapatkan peningkatan kadar fibronectin. Fibronectin merupakan
glikoprotein pada permukaan sel dengan berat molekul 450.000, disintesis oleh endotel dan
histiosit. Kadar normalnya dalam darah 250-420 ug/ml, biasanya berkonsentrasi pada
permukaan pembuluh darah. Fibronectin akan dilepaskan ke dalam sirkulasi bila terjadi
kerusakan endotel pembuluh darah. Keadaan ini memperkuat hipotesis bahwa kerusakan
pembuluh darah merupakan dasar patogenesis terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Bellenger melaporkan peningkatan kadar fibronectin sebagai tanda awal preeklampsia
pada 31 dari 32 wanita dengan usia kehamilan antara 25-36 minggu. Kadar fibronectin
meningkat antara 3,6 – 1,9 minggu lebih awal dari kenaikan tekanan darah atau proteinuria.
5. Ultrasonografi

Dalam 2 dekade terakhir ultrasonografi semakin banyak dipakai alat penunjang diagnostik
dalam bidang obstetri. Bahkan dengan perkembangan teknik Doppler dapat dilakukan
pengukuran gelombang kecepatan aliran darah dan volume aliran darah pada pembuluh darah
besar seperti arteri uterina dan arteri umbilikalis. Pada wanita penderita hipertensi dalam
kehamilan sering ditemukan kelainan gelombang arteri umbilikalis, dimana dapat terlihat
gelombang diastolik yang rendah, hilang atau terbalik.

Ducey dkk dalam penelitian terhadap 136 wanita hamil mendapatkan 43% penderita
preeklampsia mempunyai gambaran SD ratio yang abnormal, dan mendapatkan adanya
penurunan aliran darah arteri uterina dan arteri umbilikalis pada mayoritas penderita
preeklampsia. Nilai prediktif positif pada penelitian ini sekitar 75%. Pada penelitian lain,
Kofinas dkk memperlihatkan bahwa insidens preeklampsia pada plasenta letak unilateral 2,8
kali lebih besar dari pada pasien dengan plasenta letak sentral.

Penentuan letak plasenta ini dilakukan dengan pemeriksaan USG real time. Dikatakan bahwa
bila plasenta terletak unilateral maka arteri uterina yang terdekat dengan plasenta mempunyai
tahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya, sedang pada plasenta letak
sentral tahanan kedua arteri tersebut sama besarnya. Pada tahanan yang lebih besar tersebut
dapat menurunkan aliran darah uteroplasenter yang merupakan salah satu kelainan dasar pada
preeklampsia. Terjadinya hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu mekanisme
kompensasi untuk meningkatkan aliran darah uterus yang disebabkan oleh iskemia.

Ultrasonografi dapat digunakan sebagai alat untuk pemeriksaan wanita hamil dengan risiko
tinggi sebab cara ini aman, mudah dilakukan, tidak invasif dan dapat dilakukan pada
kehamilan muda.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
- Identitas Klien
1. Nama : Ny. Y
2. Umur : 35 tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Suku/Bangsa : Jawa
7. Alamat : Jl Cempaka No 15A
8. No Rekam Medis :-
9. Diagnosa Medis : Hipertensi dalam kehamilan (G2P1A0 gravida 35-36

minggu dengan PEB)

10. Tanggal Pengkajian : 23 Juli 2018 jam 10.00 WIB


- Identitas Penanggung Jawab
1. Nama : Tn. G
2. Umur : 37 tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Swasta
6. Suku/Bangsa : Jawa
7. Alamat : Jl Cempaka No 15A
8. Hubungan dengan klien : Suami
- Keluhan utama : Klien dengan usia kehamilan 8 bulan mengeluh nyeri sakit kepala
terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur
- Riwayat penyakit sekarang : Klien GAP1A0 dengan usia kehamilan 8 bulan dgn datang
kerumah sakit (23 Juli 2018 jam 08.00) dengan keluhan kurang lebih sejak 1 minggu yang
lalu klien mengeluh nyeri kepala, terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-
kunang, pandangan mata kabur dan bagian dahi yang bertambah berat jika perubahan posisi
secara tiba-tiba dari posisi duduk ke posisi berdiri dan kadang pusingnya sampai merasa
mual, klien juga mengatakan mudah lelah dan jika berdiri terlalu lama pada sore hari kedua
kaki bengkak, penglihatan kadang kurang jelas, buang air kecil sedikit . Ibu belum
merasakan mulas-mulas atau tidak ada pengeluaran lendir dan darah dari jalan lahir,
gerakan janin masih dirasakan
BB sebelum hamil 56 kg, TD sebelum hamil 110/70 mmhg-120/80 mmh
HPHT : 5 – 7– 2014 TP : 12 – 4 – 2015
Riwayat ANC 6 kali ke bidan
Imunisasi TT2 kali
- Riwayat kesehatan dahulu dan riwayat obstetric/ kehamilan
Klien sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit karena sakit. Klien pertama kali
menstruasi pada usia 14 tahun dengan siklus 28 hari selama 7 hari tanpa ada keluhan, gati
pembalut 4-5 kali/hari
Klien tidak pernah punya penyakit seksual menular dan suami yang sekarang. suami yang
pertama/dari perkawinan perkawinan yang pertama dan kebiasaan hubungan seksual klien
dan suaminya dalam batas normal.
Kehamilan yang pertama lahir normal dibidan dengan BB 2800gr lahir Segera menangis
berjenis kelamin perempuan tahhun 2006 dan sekarang dalam keadaan sehat. Usia anak
sekarang 9 tahun.
BB sebelum hamil 56 kg, TD sebelum hamil 110/70 mmhg-120/80 mmhg
- Riwayat kontrasepsi
Ibu memakai alat kontrasepsi suntik 3 bulan
- Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan bahwa dikeluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama
seperti klien dan tidan ada yang mempunyai riwayat kehamilan kembar dan juga dari
keluarga tidak ada yang mempunyai riwayat seperti penyakit kanker, penyakit jantung,
diabetes ataupun penyakit bawaan/kongenital, ibu dan sodara laki laki klien menderita
hipertensi
- Pengkajian psikososial
Jika klien mengalami masalah kesehatan maka klien langsung mendatangi petugas
kesehatan terdekat seperti puskesmas, bidan atau dokter, klien dan suami serta keluarga
yang lain merasa senang dengan kehamilan klien sekarang dan hubungan seksual pada
masa kehamilan frekuensinya dikurangi dengan kesadaran suami kata klien, klien secara
rutin memeriksakan kehamilannya secara rutin ke bidan terdekat dimulai sejak klien
terlambat bulan dan dinyatakan hamil klien rutin memeriksakan kehamilannya tiap 1 bulan
sekali dan keluhan pada masa awal kehamilan atau 3 bulan pertama klien merasakan
adanya mual munta dipagi hari tapi klien masih tetap bias makan walau sedikit-sedikit.
Klien dan keluarga merencanakan proses bersalin pada bidan terdekat.
Klien tampak cemas/sedikit gelisah dengan keadaan yang dialaminya setelah tahu bahwa
tekanan darahnya tinggi dan harus menjalani perawat
- Pola kebiasaan sehari-hari
1 Pola nutrisi-metabolik Sebelum hamil Sesudah hamil
Intake makanan dan cairan 3porsi/hari, 6-8 3-4 porsi /hr, 6-10
gls/hari gls/hr
Waktu/frekuensi makan/minum 3x 3-5x porsi kecil
Pantangan makanan/alergi Tidak ada Tidak ada
Masalah : tidak ada masalah
2 Pola istirahat tidur Sebelum hamil Sesudah hamil
Kebiasaan tidur 5-7 jam/hr 4-7 jam/hr
Alat bantu tidur Tidak ada Tidak ada
Masalah tidur Tidak ada masalah Kurang nyaman
karena kehamilan
Masalah : kurang nyaman dengan posisi tidur
3 Pola eliminasi Sebelum hamil Sesudah hamil/saat dikaji
Frekuensi BAK/BAB 1-2x/hr, ± 600- 1x/2hr, ±400-500
800ml/hr (3-4x hr) ml/hr(4-6x/hr)
Kesulitan BAK/BAB Tidak ada Perut yang membuncit
Cara mengatasi kesulitan Tidak ada Tidak ada
Masalah : BAK sedikit/oliguria
Aktivitas klien sehari-hari tidak mengalami perubahan masih tetap mengurus anak dan
suami (mengurus rumah tangga seperti biasa) dan dilakukan secara mandiri hanya
kebiasaan pola makan dan tidur yang sedikit berubah seperti layaknya orang hamil pada
trimester 1 dan 2 dan sejak kehamilan memasuki usia 8 bulan klien mulai merasakan
kurang nyaman dengan tidur menjadi lebih sering buang air kecil, kaki pada
sore/malam terlihat sedikit bengkak, dan pola makan juga berubah menjadi cepat
kenyang dan cepat lapar juga tapi tidak ada keluhan mual atau bahkan muntah, tapi
terkadang merasa cepat lelah.
- Riwayat alergi obat dan makanan
Klien tidak punya alergi terhadap obat dan makanan.

Pemeriksaan Fisik

- Keadaan umum
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
BB : 72 kg / TB 156
Kesadarn compos mentis
- Pemerisaan kepala dan leher
Pemeriksaan kulit Kepala : rambut hitam bersih tidak kusam, distribusi merata, tidak
rontok, dikulit kepala tidak ada lesi, diraba tidak nyeri hanya sedikit pusing yang
dirasakan klien,
- Pemeriksaan wajah : sklera tampak bersih tidak ada kelainan, kongjungtiva tidak amemis,
tidak ada edema palpebral, penglihatan kadang kurang jelas/kabur, terdapat tanda chloasma
gravidarum pada bagian pipi sedikit, hidung bersih tidak ada edema, daun telinga bersih
tidak ada kelainan, proses pendengaran normal, tidak ada lesi, mulut bersih, terdapat caries
pada gigi graham kanan, gusi normal, tidak ada pembengkakan pada gusi
- Pemeriksaan leher : leher tampak tidak ada kelainan bersih, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, replek menelan baik, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
peningkatan jvp.
- Pemeriksaan dada dan payudara
Dada tampak simetris,gerakan dada simetris, payudara simetris, tidak ada lesi ataupun
ruam-ruam, areola tampak kehitaman, putting menonjol, produksi ASI/colostrum (+) ada,
bunyi napas vesikuler, bunyi jantung normal S1 S2, tidak ada bunyi jantung tambahan.
- Pemeriksaan abdomen
Abdomen tampak buncit sesuai dengan usia kehamilan, terdapat striae gravidarum, linea
nigra, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada luka/lesi, turgor baik, texture halus, nyeri
tekan abdomen + (NTE ).
Leopold I : TFU 31 cm, usia kehamilan 35-36 minggu, TBBA 2900 gr, teraba bagian
lunak yang tidak terlampau bulat dan sukar untuk digerakan,
Lepold II : teraba tahanan keras memanjang di sebelah kiri ( puki), dan teraba bagian
kecil pada bagian kanan klien,
Leopold III : pada bagian bawah teraba bagian kepala dan sudah masuk pintu atas
panggul,
Leopo;d IV : bagian kepala janin sudah masuk PAP separuhnya atau sejajar,
DJJ terdengar (/5’) 11,12,12,=136 x/menit.
- Pemeriksaan genetalia dan anus
Alat genetalia bersih, tidak ada lesi, labia tampak edema, tidak ada varises, tidak ada
pendarahan atau pengeluaran lendir, tampak sedikit edema, tidak ada keputihan, pada
anus tampak tidak ada hemoroid.
- Pemeriksaan ekstrimitas
Ekstrimitas atas normal, tidak ada edema, ekstrimitas bawah/kaki bengkak dengan derajat
1, tidak ada varises, reflek patella +/+, homans sign tidak nyeri.

- Hasil laboratorium dan pemeriksaan diagnosis


hasil pemeriksaan lab;
Hb : 13,5 gr%
Leukosit : 7500/mm3
Trombosite : 145000/mm3
Hematokrit : 40%
Gd puasa 90 mg/dl
HbsAg (-)
USG : tampak gambaran janin sudah masuk PAP dengan presentasi kepala
Protein urine +1
Diagnose medis : G2P1A0 Gravida 35-36 minggu dengan preeklamsi ringan
obat-obatan : amoxilin 1x 500 mg
MGSO4 40 %
infus dextrose 5%
ranitidine 2x1 tab
dopamet 3x500 mg

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang suplai oksigen ke
jaringan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
5. Anxietas berhubungan dengan adanya ancaman terhadap kesehatan ibu dan janin

C. Intervensi Keperawatan

Dx Keperawatan Tujuan dan3 Kriteria hasil Intervensi


1 Setelah dilakukan tindakan a. monitor vital sign
keperawatan 1x24 jam, Tindakan keperawatan:
diharapkan klien 1) Memonitor tekanan darah, nadi,
menunjukkan keefektifan suhu, dan status pernafasan,
dalam bernafas dan dengan 2) Memonitor denyut jantung
indikator : 3) Memonitor suara paruparu
Kriteria hasil: 4) Memonitor warna kulit
1) frekunsi pernapasan normal 5) Meniai CRT
2) irama pernafasan normal
3) tidak ada dispnea pada saat b. monitor pernafasan
istirahat Tindakan keperawatan:
4) tidak ada suara 1) Memonitor tingkat, irama,
mendengkur kedalaman, dan kesulitan bernafas
2) Memonitor gerakan dada
3) Monitor bunyi pernafasan
4) Auskultasi bunyi paru
5) Memonitor pola nafas
6) Monitor suara nafas tambahan
c. Pengaturan posisi
1) Poposisikanpasien untuk
mengurangi dispnea, misalnya
posisi semi fowler
2 Setelah dilakukan tindakan a. Oxygen therapy (terapi oksigen)
keperawatan 1x24 jam, 1) Monitor kemampuan pasien
diharapkan partisipan dalam mentoleransi kebutuhan
menunjukkan keefektifan oksigen saat makan
perfusi jaringan perifer 2) Monitor perubahan warna kulit
dengan indikator : pasien
Kriteria hasil : 3) Monitor posisi pasien untuk
1) Pengisian kapiler jari membantu masuknya oksigen
normal 4) Memonitor penggunaan oksigen
2) Pengisian kapiler jari saat pasien beraktivitas
kakinormal
3) Kekuatan denyut nadi b. Peripheral
karotisnormal sensationManagement
4) Edema perifer tidak ada (menajemen sensasi perifer)

1) Memonitor perbedaan terhadap


rasa tajam,tumpul,panas atau
dingin
2) Monitor adanya mati rasa,rasa
geli.
3) Diskusikan tentang adanya
kehilangan sensasi atau perubahan
sensasi
4) Minta keluarga untuk
memantau perubahan warna kulit
setap hari
3 Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
keperawatan 1x24 jam,
diharapkan partisipan mampu 1) Lakukan pengkajian nyeri
menangani masalah nyeri secara komprehensif yang meliputi
dengan indikator : lokasi, karakteristik, durasi,
frekwensi, kualitas, intensitas dan
kontrol nyeri faktor pencetus
2) Observasi adanya petubjuk non
1)mengenali kapan nyeri verbal mengenai ketidaknyamanan
terjadi 3) Gunakan strategi komunikasi
2) menggunakan tindakan terapeutik untuk mengetahui
pencegahan pengalaman nyeri
3) mengenali gejala yang 4) Kaji pengetahuan pasien
terkait dengan nyeri megenai nyeri
4) melaporan nyeri terkontrol 5) Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
kepuasan klien manajemen kualitas hidup seperti tidur, nafsu
nyeri makan, perasaan, dll
1) nyeri terkontrol 2) 6) Gali bersama faktor yang dapat
mengambil tindakan untuk menurunkan atau memperberat
mengurangi nyeri 3) nyeri
mengambil tindakan untuk 7) Berikan informasi mengenai
memberikan kenyamanan nyeri
4) informasi disediakan untuk 8) Ajarkan prisip-prinsip
mengurangi nyeri manajemen nyeri
9) Ajarkan teknik nonfarmakologi
tanda-tanda vital seperti teknik relaksasi, terapi
1) tingkat pernapasannormal musik
2) tekanan darah
sistoliknormal
3) tekanan darah
diastoliknormal
4) tekanan nadi normal
4 Setelah dilakukan tindakan a. terapi aktifitas Aktivitas
keperawatan, diharapkan keperawatan :
partisipan menunjukkan 1) Bantu klien menngidentifikasi
toleransi dalam beraktivitas aktivitas yang mampu dilakukan
dengan indikator : 2) Bantu klien untuk memilih
aktivitas yang sesuai dengan
a. toleransi terhadap aktifitas kemampuan fisik, psikologi, dan
sosial
Kriteria hasil : 3) Bantu untuk mengidentifikasi
1) Saturasi oksigen dengan dan mendapatkan sumber yang
beraktivitasnormal 2) diperlukan untuk aktivitas yang
frekuensi nadi ketika diinginkan
beraktivitasnormal 3) 4) Bantu untuk mengidentifikasi
frekuensi pernapasan bila aktivitas yang disukai
beraktivitasnormal 4) Warna 5) Bantu pasien atau keluarga
kulitnormal untuk mengidentifikasi
5) Tekanan darah ketika kekurangan dalam beraktivitas 6)
beraktifitasnormal Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
b. tingkat kelelahan Kriteia penguatan
hasil:
1) kelelahan sedang 2) 7) Monitor respon fisik, emosi,
Gangguan sosial, dan spiritual.
konsentrasimenurun tidak ada
3) Tingkat stres sedang
4) Sakit kepala tidak ada
5) Kualitas tidur sedang
6) Kegiatan sehari-hari
normal
7) Kualitas istirahat normal

c. tanda – tanda vital


Kriteria hasil:
1) Tingkat pernapasan normal
2) Irama pernapasan normal
3) Tekanan nadi normal
4) Kedalaman inspirasin
ormal
5 Setelah dilakukan tindakan a.Pengurangan kecemasan
keperawatan, diharapkan 1) gunakan pendekatan yang
partisipan menunjukkan tidak menenangkan
ada rasa ansietas dengan 2) nyatakan dengan jelas harapan
indikator : terhadap prilaku pasien 3) berikan
informsi faktual terkait diagnosis,
Tingkat kecemasan Kriteria perawatan dan prognosis
hasil : 4) berikan aktivitas yang lain
1) Perasaan gelisah sedang untuk mengurangi tekanan
2) Tidak ada rasa cemas yang
disampaikan terapi relaksasi:
3) Tidak ada peningkatan 1) gambarkan rasionalisasi dan
tekanan darah manfaat relaksasi serta jenis
relaksasi yang tersedia (misalnya
4) Tidak ada peningkatan musik, meditasi dan bernafas
frekuensi nadi Tidak ada dalam)
gangguan pada pola tidur 2) berikan deskripsi terkait
intervensi yang dipilih
3) ciptakan lingkungan yang
nyaman
4) dorong klien untuk mengambil
posisi yang nyaman 5) dapatkan
prilaku yang menunjukkan
terjadinya relaksasi
6) dorong pengulangan teknik
praktek tertentu secara berkala 7)
evaluasi dan dokumentasi respon
terhadap teknik relaksasi

perawatan kehamilan resiko tinggi:

1) Kaji kondisi medis aktual yang


berhubungan dengan kondisi
kehamilan (misalnya diabetes,
hipertensi, dll)
2) Kaji riwayat kehamilan dan
kelahiran yang berhubungan
dengan faktor resiko
kehamilan(misalny premature
preeklampsia, dll)
3) Kenali faktor resiko sosio
demografi yang berhubungan
dengan kondisi
kehamilan(misalnya usia
kehamilan, kemiskinan, ketiadaan
pemeriksaan kehamilan, dll)
4) Kaji pengetahuan klien dalam
mengidentifikasi faktor resiko
5) Berikan pendidikan kesehatan
yang membahas faktor resiko,
pemeriksaan dan tindakan yang
biasa dilakukan
Ajarkan klien mengenai
penggunaan obat-obat yang
diresepkan
7) Monitor status fisik dan
psikologis selama kehamilan.

D. Evaluasi

Diagnosa Keperawatan Evaluasi


Ketidakefektifan pola nafas S : Klien mengatakan idak sesak napas lagi
berhubungan dengan sindrom O:
hipoventilasi 1) frekunsi pernapasan normal
2) irama pernafasan normal
3) tidak ada dispnea pada saat istirahat
4) tidak ada suara mendengkur
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Ketidakefektifan perfusi S : Kondisi klien menunjukan keefektifan perfusi jaringan
jaringan perifer berhubungan perifer
dengan kurang suplai oksigen O:
ke jaringan. 1) Pengisian kapiler jari normal
2) Pengisian kapiler jari kakinormal
3) Kekuatan denyut nadi karotisnormal
4) Edema perifer tidak ada
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Nyeri akut berhubungan S : Klien mengatakan sudah tidak nyeri lagi, nyeri berkurang
dengan agen cedera biologis O:
1) nyeri terkontrol
2 tingkat pernapasannormal
3) tekanan darah sistoliknormal
4) tekanan darah diastoliknormal
5) tekanan nadi normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Intoleran aktifitas berhubungan S : Klien mengatakan sudah dapat bertoleransi dengan
dengan ketidakseimbangan aktifitas
antara suplai dan kebutuhan O:
oksigen 1) kelelahan sedang
2) Gangguan konsentrasimenurun tidak ada
3) Sakit kepala tidak ada
4) Kualitas tidur sedang
5) Kegiatan sehari-hari normal
6) Kualitas istirahat normal
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Anxietas berhubungan dengan S : Klien mengatakan tidak cemas lagi
adanya ancaman terhadap O:
kesehatan ibu dan janin 1) Tidak ada rasa cemas yang disampaikan
2) Tidak ada peningkatan tekanan darah
3) Tidak ada peningkatan frekuensi nadi Tidak ada gangguan
pada pola tidur
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham G. Obstetri Williams Edisi 21 Vol.1. EGC, Jakarta. 2005: 624-664 Damayanti AR,
Pramono BA. Luaran Maternal dan Perinatal Pada Wanita Usia Lebih dari 35 Tahun di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. 2008: 09-10.

Muflihan FA. Analisis faktor-faktor terjadinya preeklamsia berat di RSUD Tugurejo tahun 2011.
(Skripsi). Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang. 2012: 01-02

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta.

Cunam. (2008). AKI Cukup Tinggi. http://www.cunam.Akicukuptinggi.h tm. Di unduh pada


tanggal 19 Maret 2014.

Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta.

Rukiyah A.Y. Yulianti Lia. Maemunah. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Buku
Kedokteran Trans Info Media : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai