MATERNITY NURSING
Disusun Oleh :
SALATIGA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis, dimana keadaan tersebut merupakan suatu
fase teristimewa dalam kehidupan seorang wanita. Beberapa ibu hamil tersebut bisa melewatinya
dengan ceria hingga melahirkan, tetapi juga tidak jarang yang mengalami masalah kesehatan
dalam kehamilannya. Masalah kesehatan yang sering muncul pada kehamilan salah satunya adalah
hipertensi dalam kehamilan (Yohanna, Yovita, & Yessica, 2011). .Penyakit hipertensi dalam
kehamilan ini salah satunya diakibatkan oleh perubahan pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh
darah yang terjadi sebelum kehamilan, komplikasi selama masa kehamilan atau pada awal pasca
partum. Perubahan kardiovaskuler disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload dan penurunan
cardiac preload, sedangkan pada pembuluh darah terjadi vasokonstriksi arteriol, vasospasme
sistemik dan dan kerusakan pada pembuluh darah (Reeder, Martin, & Griffin, 2011).
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu kondisitekanan darah sistol diatas 140 mmHg
dan diastol diatas 90 mmHg atau peningkatan tekanan sistolik sebesar 30 mmHg atau lebih atau
peningkatan diastolik sebesar 15 mmHg atau lebih diatas nilai dasar yang mana diukur dalam dua
keadaan, minimal dalam jangka waktu 6 jam (Reeder dkk, 2011). Hipertensi dalam kehamilan
merupakan 5-15 % penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi
mortalitas dan morbiditas ibu bersalin ( Prawirohardjo, 2013). Selain itu, frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan juga meningkat pada ibu hamil yang mengalami hipertensi.
Dampak dari hipertensi kehamilan lebih lanjut antara lain risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan angka perinatal meningkat. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) melaporkan bahwa prevalensi wanita hamil yang mengalami hipertensi sekitar 35-
55% serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
Hipertensi dalam kehamilan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor (multiple causation).
Usia ibu (<20 atau ≥35 tahun), primigravida, nulliparitas dan peningkatan Indeks Massa Tubuh
(IMT) merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan.(Prasetyo,
2006). Usia 20-30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil/melahirkan. Wanita yang berada
pada awal atau akhir usia reproduksi, dianggap rentan mengalami komplikasi kehamilan. Dua
tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan
panggul antara 2-7% dan tinggi badan 1%. Dampak dari usia yang kurang, dapat menimbulkan
komplikasi selama kehamilan. Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar
mengalami hipertensi dalam kehamilan (Rozikhan, 2007).
WHO menyatakan pula bahwa 20% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan
hipertensi pada kehamilan dan diantaranya disebabkan oleh pola makan dan kurangnya waktu
istirahat, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Dari data RISKESDAS tahun 2007
menunjukkan bahwa 24,5% wanita subur menderita hipertensi pada saat kehamilan (Depkes,
2007).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan keperawatan tentang hipertensi
pada ibu hamil
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian dan klasifikasi dari hipertensi pada ibu hamil
2. Mengethui etiologi atau factor pencetus dari hipertensi pada ibu hamil
3. Mengetahui manifestasi klinis dari hipertensi pada ibu hamil
4. Mengetahui patofisiologi (dalam bentuk pathway) dari hipertensi pada ibu hamil
5. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari hipertensi pada ibu hamil
6. Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan hipertensi pada kehamilan
BAB II
TINJAUAN TEORI
Hipertensi berasal dari bahasa latin yaitu hiper dan tension. Hiper artinya tekanan yang
berlebihan dan tension artinya tensi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi
medis dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam waktu yang
lama) yang mengakibatkan angka kesakitan dan angka kematian seseorang dikatakan menderita
tekanan darah tinggi atau hipertensi yaitu apabila tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg
dan diastoliknya lebih besar dari 120 mmHg (Chandranita Manuaba, 2008).
Hipertensi pada kehamilan merupakan salah satu penyebab utama peningkatan angka
kematian, baik itu untuk ibu maupun untuk janin yang dikandung. Hal ini tidak hanya terjadi pada
Negara yang sedang berkembang saja, tetapi juga bagi Negara maju. Perempuan hamil dengan
hipertensi mempunyai resiko tinggi untuk komplikasi yang berat seperti penyakit jantung, penyakit
pembuluh darah otak ataupun gagal organ hingga kematian terhadap janin, hipertensi
mengakibatkan resiko perkembangan janin dalam rahim yang terhambat, kelahiran sebelum
waktunya dan kematian janin dalam rahim dan umumnya hipertensi jika pada pemeriksaan tekanan
darah diatas 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik yang biasa ditulis 140/90 mmHg
(Rukiyah, 2010).
Klasifikasi yang dipakai di Indonesia adalah berdasarkan The National High Blood
Pressure Education Program Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (NHBPEP)
memberikan suatu klasifikasi untuk mendiagnosa jenis hipertensi dalam kehamilan, (NHBPEP,
2000) yaitu :
1. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
- TD 160/110 mmHg.
- Proteinuria 2.0 g/24 jam atau 2+ dipstick.
- Kreatinin serum > 1.2 mg/dL kecuali sebelumnya diketahui sudah meningkat.
- Trombosit <100.000/mm3.
- Hemolisis mikroangiopati (peningkatan LDH).
- peningkatan ALT atau AST.
- Nyeri kepala persisten atau gangguan penglihatan atau cerebral lain.
- Nyeri epigastrium persisten.
3. Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon chronic
hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tanda- tanda preeklampsi atau hipertensi
kronik disertai proteinuria.
- Proteinuria 300 mg/24 jam pada wanita dengan hipertensi yang belum ada sebelum
kehamilan 20 minggu.
- Peningkatan tiba-tiba proteinuria atau tekanan darah atau jumlah trombosit
<100.000/mm3 pada wanita dengan hipertensi atau proteinuria sebelum kehamilan 20
minggu.
4. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai
proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kematian
dengan tanda-tanda preeklampsi tetapi tanpa proteinuria (Prawirohardjo, 2013).
1. Faktor Maternal
a. Usia maternal
Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah usia 20-30 tahun. Komplikasi
maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5
kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
Dampak dari usia yang kurang, dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan.
Setiap remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar mengalami
hipertensi dalam kehamilan dan meningkat lagi saat usia diatas 35 tahun (Manuaba C,
2007).
b. Primigravida
Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada kehamilan pertama. Jika
ditinjau dari kejadian hipertensi dalam kehamilan, graviditas paling aman adalah
kehamilan kedua sampai ketiga (Katsiki N et al., 2010).
c. Riwayat keluarga
Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut dapat terjadi
karena terdapat riwayat keluarga dengan hipertensi dalam kehamilan (Muflihan FA,
2012).
d. Riwayat hipertensi
Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan dapat meningkatkan
risiko terjadinya hipertensi dalam kehamilan, dimana komplikasi tersebut dapat
mengakibatkan superimpose preeclampsi dan hipertensi kronis dalam kehamilan
(Manuaba, 2007).
e. Tingginya indeks massa tubuh
Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori,
kelebihan gula dan garam yang bisa menjadi faktor risiko terjadinya berbagai jenis
penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi dalam kehamilan, penyakit
jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan
kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan adanya timbunan lemak berlebih dalam
tubuh (Muflihan FA, 2012).
f. Gangguan ginjal
Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita pada ibu hamil dapat
menyebabkan hipertensi dalam kehamilan. Hal tersebut berhubungan dengan
kerusakan glomerulus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan vasokonstriksi
pembuluh darah (Muflihan FA, 2012).
2. Faktor kehamilan
Faktor kehamilan seperti molahilatidosa, hydrops fetalis dan kehamilan ganda
berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsi dan eklampsi mempunyai
risiko 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi kembar dua,
didapatkan 28,6% kejadian preeklampsi dan satu kasus kematian ibu karena eklampsi
(Manuaba, 2007).
kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterina dan
arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan
memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan
artrei basalis memberi cabang arteri spiralis.
Kehamilan normal akan terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri spiralis yang
menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi
trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur
dan memudahkan arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Keadaan ini akan memberi
dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan tekanan darah
pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan
juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini sering
dinamakan dengan remodeling arteri spiralis.
Sebaliknya pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarrya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan
keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi.
Akibatnya arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri
spiralis. Sehingga aliran darah uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia dan iskemia plasenta.
Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan yang disebut juga
radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan penting, salah satunya adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah.
Radikal hidroksil tersebut akan merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak
jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak tersebut selain akan merusak membran sel, juga
akan merusak nukleus, dan protein sel endotel.
Peroksida lemak sebagai oksidan akan beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan
merusak membran sel endotel. Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi
kerusakan sel endotel, yang kerusakannya dimulai dari membran sel endotel. Kerusakan membran
sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel
endotel.
HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi
trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G
tersebut akan mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini menyebabkan
invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal trimester kedua kehamilan perempuan yang
mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai proporsi helper sel yang
lebih rendah bila dibanding pada normotensif.
- Teori Genetik
Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pre-
eklampsia, 2,6% anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya 8%
anak menantu mengalami preeklampsia.
- Teori defisiensi gizi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam terjadinya
hipertensi dalam kehamilan. Misalnya seorang ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan,
protein dan lain-lain.
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan
rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas
dalam kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibar reaksi
steress oksidatif.
Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi.
Proses apoptosis pada preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi
peningkatan produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas. Makin banyak sel trofoblas
plasenta maka reaksi stress oksidatif makin meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga
makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam darah ibu menjadi jauh
lebih besar dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan normal(Prawirohardjo, 2013).
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis untuk hipertensi ringan dalam kehamilan anatara lain :
1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2. Proteinuria samar sampai +1
3. Peningkatan enzim hati minimal
D. PATOFISIOLOGI
Penurunan fungsi
plasenta
Vasokonstriksi
pembuluh darah arteri
Hamil < 20 minggu hipertensi kronik
Preeklamsia ringan
Preeklamsia berat
MK : Defisiensi pengetahuan
MK : Ansietas
Vasokonstriksi anteriol
Kerusakan vascular dan vasospasme
sistekemik
Hitung
trombosit
Suplai darah Nyeri Infark dan Suplay o2 ke Peningkatan Dispnea
ke ginjal epigastrik abropsio otak hematokrit
berkurang
Produksi
urin
berkurang
Afterload
Curah jantungg menurun
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam 2 dekade terakhir ultrasonografi semakin banyak dipakai alat penunjang diagnostik
dalam bidang obstetri. Bahkan dengan perkembangan teknik Doppler dapat dilakukan
pengukuran gelombang kecepatan aliran darah dan volume aliran darah pada pembuluh darah
besar seperti arteri uterina dan arteri umbilikalis. Pada wanita penderita hipertensi dalam
kehamilan sering ditemukan kelainan gelombang arteri umbilikalis, dimana dapat terlihat
gelombang diastolik yang rendah, hilang atau terbalik.
Ducey dkk dalam penelitian terhadap 136 wanita hamil mendapatkan 43% penderita
preeklampsia mempunyai gambaran SD ratio yang abnormal, dan mendapatkan adanya
penurunan aliran darah arteri uterina dan arteri umbilikalis pada mayoritas penderita
preeklampsia. Nilai prediktif positif pada penelitian ini sekitar 75%. Pada penelitian lain,
Kofinas dkk memperlihatkan bahwa insidens preeklampsia pada plasenta letak unilateral 2,8
kali lebih besar dari pada pasien dengan plasenta letak sentral.
Penentuan letak plasenta ini dilakukan dengan pemeriksaan USG real time. Dikatakan bahwa
bila plasenta terletak unilateral maka arteri uterina yang terdekat dengan plasenta mempunyai
tahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya, sedang pada plasenta letak
sentral tahanan kedua arteri tersebut sama besarnya. Pada tahanan yang lebih besar tersebut
dapat menurunkan aliran darah uteroplasenter yang merupakan salah satu kelainan dasar pada
preeklampsia. Terjadinya hipertensi dalam kehamilan merupakan salah satu mekanisme
kompensasi untuk meningkatkan aliran darah uterus yang disebabkan oleh iskemia.
Ultrasonografi dapat digunakan sebagai alat untuk pemeriksaan wanita hamil dengan risiko
tinggi sebab cara ini aman, mudah dilakukan, tidak invasif dan dapat dilakukan pada
kehamilan muda.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
- Identitas Klien
1. Nama : Ny. Y
2. Umur : 35 tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Suku/Bangsa : Jawa
7. Alamat : Jl Cempaka No 15A
8. No Rekam Medis :-
9. Diagnosa Medis : Hipertensi dalam kehamilan (G2P1A0 gravida 35-36
Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum
TD : 150/100 mmhg
N : 90 x/menit
S : 36,8 0C
RR : 20 x/menit
BB : 72 kg / TB 156
Kesadarn compos mentis
- Pemerisaan kepala dan leher
Pemeriksaan kulit Kepala : rambut hitam bersih tidak kusam, distribusi merata, tidak
rontok, dikulit kepala tidak ada lesi, diraba tidak nyeri hanya sedikit pusing yang
dirasakan klien,
- Pemeriksaan wajah : sklera tampak bersih tidak ada kelainan, kongjungtiva tidak amemis,
tidak ada edema palpebral, penglihatan kadang kurang jelas/kabur, terdapat tanda chloasma
gravidarum pada bagian pipi sedikit, hidung bersih tidak ada edema, daun telinga bersih
tidak ada kelainan, proses pendengaran normal, tidak ada lesi, mulut bersih, terdapat caries
pada gigi graham kanan, gusi normal, tidak ada pembengkakan pada gusi
- Pemeriksaan leher : leher tampak tidak ada kelainan bersih, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, replek menelan baik, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada
peningkatan jvp.
- Pemeriksaan dada dan payudara
Dada tampak simetris,gerakan dada simetris, payudara simetris, tidak ada lesi ataupun
ruam-ruam, areola tampak kehitaman, putting menonjol, produksi ASI/colostrum (+) ada,
bunyi napas vesikuler, bunyi jantung normal S1 S2, tidak ada bunyi jantung tambahan.
- Pemeriksaan abdomen
Abdomen tampak buncit sesuai dengan usia kehamilan, terdapat striae gravidarum, linea
nigra, tidak ada bekas luka operasi, tidak ada luka/lesi, turgor baik, texture halus, nyeri
tekan abdomen + (NTE ).
Leopold I : TFU 31 cm, usia kehamilan 35-36 minggu, TBBA 2900 gr, teraba bagian
lunak yang tidak terlampau bulat dan sukar untuk digerakan,
Lepold II : teraba tahanan keras memanjang di sebelah kiri ( puki), dan teraba bagian
kecil pada bagian kanan klien,
Leopold III : pada bagian bawah teraba bagian kepala dan sudah masuk pintu atas
panggul,
Leopo;d IV : bagian kepala janin sudah masuk PAP separuhnya atau sejajar,
DJJ terdengar (/5’) 11,12,12,=136 x/menit.
- Pemeriksaan genetalia dan anus
Alat genetalia bersih, tidak ada lesi, labia tampak edema, tidak ada varises, tidak ada
pendarahan atau pengeluaran lendir, tampak sedikit edema, tidak ada keputihan, pada
anus tampak tidak ada hemoroid.
- Pemeriksaan ekstrimitas
Ekstrimitas atas normal, tidak ada edema, ekstrimitas bawah/kaki bengkak dengan derajat
1, tidak ada varises, reflek patella +/+, homans sign tidak nyeri.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasi
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang suplai oksigen ke
jaringan.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
4. Intoleran aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen
5. Anxietas berhubungan dengan adanya ancaman terhadap kesehatan ibu dan janin
C. Intervensi Keperawatan
D. Evaluasi
Cunningham G. Obstetri Williams Edisi 21 Vol.1. EGC, Jakarta. 2005: 624-664 Damayanti AR,
Pramono BA. Luaran Maternal dan Perinatal Pada Wanita Usia Lebih dari 35 Tahun di RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. 2008: 09-10.
Muflihan FA. Analisis faktor-faktor terjadinya preeklamsia berat di RSUD Tugurejo tahun 2011.
(Skripsi). Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang. 2012: 01-02
Rukiyah A.Y. Yulianti Lia. Maemunah. 2010. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Buku
Kedokteran Trans Info Media : Jakarta.