Anda di halaman 1dari 24

Pengkajian KMB lanjutan

Fasilitator:
Dr. Kadek Ayu Erika, S. Kep., Ns., M.Kes

PENGKAJIAN KEPERAWATAN LANJUT SISTEM KEGANASAN,


MUSKULOSKELETAL DAN IMUNOLOGI

Disusun oleh:

Kelompok III

Irna Megawaty C012171037


Rosita C012171039
Muhrawi Yunding C012171042
Endah Fitrisari C012171046
Sintawati C012171038
Suherman B C012171041
St. Rusdianah C012171044
Siti Yartin C012171047
Fera Yosefina Pettikawa C012171052

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
BAB I

PENDAHALUAN

A. Latar belakang
Proses keperawatan merupakan sebuah cara atau metode
dalam menyusun asuhan keparawatan yang diberikan kepada pasien
secara sistematis dimulai dari pengkajian sampai evaluasi (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2011), Pengkajian merupakan tahap yang paling
utama dalam proses keperawatan, dimana pada tahap ini perawat
melakukkan pengkajian data yang diperoleh dari hasil
wawancara/anammesis, catatan kesehatan lain dan pemeriksaan fisik
(Manalu, 2016). Pengkajian kesehatan menyeluruh seorang individu
terdiri dari tiga komponen: (1) wawancara dan riwayat kesehatan; (2)
pengamatan umum dan pengukuran tanda-tanda vital; dan (3)
pemeriksaan fisik, yang meliputi evaluasi diagnostik, interpretasi
temuan klinis, diagnosis, terapi dan tindak lanjut.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap
akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem
organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan
suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan
metode yang sistematis yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi,
pendekatan yang biasa digunakan yaitu head to toe atau berdasarkan
system tubuh (Suara, Dalami, Rochimah, Raenah, & Rusmiati, 2010).
Pemeriksaan system tubuh di lakukan pemeriksaan pada organ
tubuh dengan pendekatan pengkajian system organ. Metode
pemeriksaan ini memudahkan perawat dalam mengorganisir data yang
didapatkan dari hasil pengkajian (Suara et al., 2010).

B. Tujuan
1. Menjelaskan pengkajian fisik, pengkajian lanjutan dan pemeriksaan
penunjang pada keganasan.
2. Menjelaskan pengkajian fisik, pengkajian lanjutan dan pemeriksaan
penunjang pada Sistem Imunitas.
3. Menjelaskan pengkajian fisik, pengkajian lanjutan dan pemeriksaan
penunjang pada Sistem Muskuloskletal.
BAB II

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN SISTEM MUSCULOSKELETAL


Pengkajian muskuloskeletal terdiri atas pengkajian anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara umum dan lokalis secara look, feel dan
move.

1. Pengkajian Riwayat Kesehatan (Anamnesis)


(Risnanto & Uswatun, 2014) Pengkajian Riwayat Kesehatan
digunakan untuk mendapatkan informasi terkait kelainan
muskuloskeletal terdahulu. Data yang telah diperoleh dari
pengkajian riwayat kesehatan dapat dikaitkan dengan pemeriksaan
dari sistem lainnya.
a. Data Biografi
Data ini terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal,
jenis transportasi yang digunakan, orang – orang terdekat
dengan klien. Data ini membantu perawat untuk mengetahui
pasien secara individual sehingga dapat menyesuaikan rencana
perawatan yang tepat.
b. Riwayat Perkembangan
Data ini menjelaskan sejauh mana tingkat perkembangan
pasien sesuai tahapannya. Riwayat perkembangan masing –
masing individu berbeda di tiap tahapannya, untuk itu penting
untuk perlu dipahami baik saat pengkajian, pembuatan rencana
dan pelaksanaan perawatan nantinya.
c. Riwayat Sosial
Data ini terdiri dari pendidikan dan pekerjaan klien. Apabila
pekerjaan seseorang terpapar terus menerus oleh agen tertentu
akan mempengaruhi status kesehatannya. Misalnya seseorang
yang bekerja dengan memerlukan kekuatan otot/ skletal.
d. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Data ini terdiri dari kondisi kesehatan individ. Data mengenai
adanya efek langsung ataupun tidak langsung terhadap
muskuloskeletal. Misalnya, Riwayat kerusakan tulang rawan.
Riwayat Arthritis, Osteomielitis. Riwayat pengobatan dan efek
sampingnya, seperti Kortikosteroid dapat menimbulkan
kelemahan otot.
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sejak kapan timbulnya keluhan, apakah terdapat riwayat
trauma. Hal – hal yang menimbulkan gejala. Gejala yang timbul
mendadak atau perlahan, serta timbul untuk pertama kalinya
atau berulang, dan perlu ditanyakan gangguan pada sistem
lainnya.
f. Masalah – masalah saat ini
Kaji klien untuk mengungkapkan alasan memeriksakan diri atau
mengunjungi fasilitas kesehatan. Keluhan utama pada pasien
gangguan musculoskeletal adalah: sakit / nyeri deformitas/
kelainan fungsi. Namun demikian perawat dapat memfocuskan
pertanyaan pada adanya nyeri, merasakan kulit menipis, kram,
sakit tulang belakang, kemerahan, bengkak deformitas,
pengurangan gerak atau faktor – faktor lain yang mempengaruhi
aktifitas sehari – hari. Untuk masing – masing gejala dimaksud
menggunakan pertanyaan sistem PQRST yaitu (Lukman &
Ningsih, 2009):
P : Provoking Incident (faktor penyebab nyeri)
Q : Quality of pain (seperti apa nyeri yang dirasakan)
R : Region, radiation, relief (nyeri reda, menjalar dan terjadi
dimana)
S : Severity (Scale) of pain (skala nyeri menggunakan skala
numerik/skala face)
T : Time (berapa lama nyeri berlangsung)
Berikut merupakan contoh pengkajian dalam mengidentifikasi
gejala gangguan – gangguan sistem muskuloskeletal. Dalam
melalukan pengkajian lakukan perbandingan antara sisi yang
sakit dengan yang tidak (bilateral).
1) Nyeri
Identitifikasi lokasi nyeri yang biasanya berkaitan dengan
pembuluh darah, sendi, fasia, atau poriosteum. Tentukan
kualitas nyeri, apakah nyeri sakit yang menusuk, nyeri
berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan
tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri
yang menusuk berkaitan dengan fraktur dan infeksi tulang.
Identifikasi apakah nyeri timbul setelah ada gerakan/aktifitas.
Nyeri yang dirasakan setelah bergerak merupakan tanda
masalah persendian. Degenarasi panggul menimbulkan
nyeri selama badan bertumpu pada sendi tersebut
sedangkan degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama
dan setelah berjalan. Pada suhu dingin nyeri pada
osteorthritis akan meningkat. Tanyakan apakah nyeri
semakin meningkat di waktu pagi atau malam hari. Inflamasi
yang terjadi pada tendon akan semakin meningkat pada
malam hari. Tanyakan juga apakah nyeri akan menghilang
setelah istirahat, apakah nyerinya dapat di atasi dengan
aspirin, apakah pernah jatuh dan sebagainya.
2) Kekuatan sendi
Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya,
dan intensitas terjadinya kekakuan. Beberapa kondisi,
misalnya spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan
ebberapa kali sehari. Pada penyakit – penyakit degenarasi
sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari
sebelum bangun tidur (inaktivitas). Suhu dingin dan
kurangnya aktivitas biasanya meningkatkan kekuatan sendi
sedangkan suhu panas biasanya menurunkan spasme otot.
3) Bengkak
Cedera pada otot biasanya disertai dengan bengkak dan
nyeri untuk itu perlu untuk menanyakan sudah berapa lama
terjadinya pembengkakak, dan apakah juga disertai dengan
nyeri. Pada awal serangan untuk penyakit degenarasi tidak
sering kali tidak menimbulkan bengkak tetapi muncul
beberapa minggu setelah terjadi nyeri. Dengan istirahat dan
meninggikan bagian yang sakit dapat mengurangi bengkak.
Pada bagian yang terpasang Gips monitoring adanya tanda
– tanda inflamasi, infeksi atau injury seperti panas atau
kemerahan.
4) Deformitas dan imobilitas
Tanyakan kapan terjadinya, apakah terjadi secara tiba – tiba
atau bertahap. Apakah menimbulkan keterbatasan gerak
dan semakin memburuk dengan aktifitas. Apakah dengan
posisi tertentu semakin memperburuk aktifitas sehari – hari
klien. Apakah klien menggunakan alat bantu seperti kruk.
5) Perubahan sensori
Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah Tanyakan
apakah terdapat penurunan rasa dibagian tertentu. Apakah
rasa yang dirasakan seperti terbakar. Apakah menurunnya
rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri.
Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat
bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan
menurunnya sensasi.
a) Keadaan Tubuh lainnya
Tanyakan pada klien terkait sistem tubuh yang lainnya.
Pengkajian pada sistem tubuh yang lain kadang kadang
merupakan indikasi problem muskuloskeletal, sebagai
contoh gejala cardiovaskuler seperti takhikardi dan
hipertensi mendukung adanya gout, perubahan kulit
misalnya keringnya kulit pada ibu jari tangan, jari telunjuk
dan tengah menandai adanya carpal tunne syndrome.
b) Riwayat Keluarga
Pengkajian ini terkait dengan hubungan genetik yang
perlu diidentifikasi misalnya yang berhubungan dengan
faktor predisposisi seperti: arthritis, spondilitas ankilosis,
gout.
c) Riwayat Diet
Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi
ini dapat menyebabkan stres pada sensi-sendi penyangga
tubuh dan predisposisi terjadinya instabilitas ligamen,
khususnya pada punggung bagian bawah, kurangnya
intake kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya
deklasifikasi. Pengkajian terhadap menu sehari – hari ,
konsumsi vitamin A, D, kalsium dan protein yang
merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal,
diperlukan.
d) Aktivitas Kegiatan sehari – hari
Identifikasi pekerjaan, hoby dan aktifitas sehari – hari
pasien, kebiasaan membawa barang berat yang dapat
menimbulkan strain otot dan jenis – jenis trauma lainnya.
Orang yang kurang aktifitas dapat berdampak pada
penurunan tonus otot. Olah raga seperti sepak bola dan
hocky dapat menyebabkan fraktur atau trauma. Kontraksi
pada tendon akhiles dan dislokasi dapat terjadi peda
pemakaian sepatu hak tinggi.

2. PEMERIKSAAN FISIK (Bickley & Szilagyi, 2009)


Prosedur dan Temuan Normal Temuan Abnormal
Inspeksi
Perhatikan ukuran kesimetrisan dan kontur Kelainan akut hanya pada satu sendi
sendi. Apakah terjadi ketidaksimetrisan menunjukkan trauma, artrithis septik,
pada ke dua sendi atau pada satu sendi arthritis gout. Sedangakan yang
saja. melibatkan beberapa sendi adalah artritis
reumathoid.
Nodul subkutan ditemukan pada artritis
remotoid atau demam rematik.
Inspeksi kulit dan jaringan di atas sendi
untuk warna, pembengkakan/nodul dan Kecacatan termasuk dislokasi (satu atau
setiap massa atau kelainan bentuk serta lebih tulang dalam persendian keluar dari
artrofi otot, posisi), subluksasi (dislokasi parsial sendi),
kontraktur (pemendekan otot yang
mengarah ke terbatasan ROM sendi) atau
ankilosis (kekakuan atau fiksasi sendi).
Palpasi
Palpasi setiap sendi, termasuk suhu kulit,
otot, tulang dan sambungan daerah kapsul Cairan yang teraba adalah tidak normal.
sendi. Kenali adanya panas, nyeri, Karena cairan yang terkandung dalam
pembengkakan atau massa dan krepitasi. kantung tertutup, jika Anda mendorong di
Sendi-sendi biasanya tidak lembut untuk salah satu sisi kantung, cairan akan
dipalpasi. Jika kelembutan (tenderness) bergeser dan menyebabkan menonjol
tidak didapat, cobalah untuk melokalisasi ke terlihat pada sisi lain.
struktur anatomi tertentu (misalnya kulit,
otot, bursae, ligamen, tendon, bantalan  Palpasi TMJ dengan dua jari tangan
lemak atau kapsul sendi) masing-masing di depan tragus telinga.
membran sinovial biasanya tidak teraba. Anjurkan pasien untuk membuka mulut
Ketika menebal, rasanya pucat atau dan menutup; menilai derajat
berlumpur. Sejumlah kecil cairan hadir pembukaan maksimal (pasien harus
dalam sendi yang normal, tetapi tidak dapat menempatkan 3 jari secara
teraba. vertikal ditempatkan di mulut).
 Selain itu, dengan mulut terbuka,
mandibula harus bergerak lateral ke
setiap sisi setidaknya 1,5 cm.

Perkusi
Gunakan permukaan ulnar kepalan tangan
untuk pemeriksaan tulang belakang

Auskultasi
Gunakan stetoskop untuk
Temporomandibular Joint (TMJ) dan audible
tendinous rubs. Dan perhatikan setiap Ausculate TMJ, jika krepitus dicurigai,
gejala krepitasi. sementara pasien membuka dan menutup
mulut, lakukan Spurling atau tes Vertex
Kompresi (untuk nyeri radikuler serviks
atau paresthesia). Krepitasi ditemukan
pada sendi yang inplamasi, osteoarthritis.

Paksa menekan secara vertikal di atas


kepala untuk kompres akar saraf serviks.
Biasanya ini ditoleransi dengan baik.
Hindari melakukan tes ini pada orang tua,
orang-orang lemah atau pasien dengan
penyakit tulang serius atau cedera.
Pasien duduk di atas meja Pemeriksaan
menghadap pemeriksa.
Tangan / Pergelangan Tangan:
1. Inspeksi Range of Motion (aktif,
dilakukan oleh pasien) Pembesaran sendi atau deformitas pada
a. jari: fleksi, ekstensi, abduksi, dan jari tangan.
adduksi. Inspeksi atrofi intrinsik (tendon ekstensor)
b. ibu jari: fleksi, ekstensi,abduksi, dan Inspeksi telapak tangan untuk nodul
adduksi. palmar, hypthenar, atau atrofi otot tenar.
c. Pergelangan tangan: fleksi, ekstensi,
adduksi, dan abduksi Sendi Carpal tunnel syndrome - kompresi saraf
interphalangeal distal (angka 2-5): 0 median antara retinakulum fleksor dan
sampai 80 derajat fleksi. Sendi tulang-tulang karpal lebih. Gejala
interphalangeal proksimal (angka 2-5): neuropatik (nyeri dan parestesia) yang
9-120 derajat fleksi. Sendi hadir sepanjang distribusi saraf median
interphalangeal jempol: 35 derajat (mempengaruhi ibu jari, telunjuk, jari
hiperekstensi, 90 derajat fleksi. tengah, dan setengah lateral jari manis).
Metacarpophalangeal sendi (angka 3-
5): 30 derajat hiperekstensi, 90 derajat Tanda Tinel - hiperekstensi pergelangan
fleksi. Sendi metacarpophalangeal tangan dan tekan saraf median dengan jari
jempol: 0 sampai 70 derajat fleksi tengah atau refleks hammer. Sebuah
tanda positif adalah rasa sakit atau
parestesia menjalar ke bawah telapak ke
dalam indeks, tengah, dan setengah
lateral jari manis (distribusi saraf median).

Tes Phalen - Fleksi pergelangan tangan


900 dan mempertahankannya untuk
setidaknya 40-60 detik. Sebuah tes positif
akan menjadi sakit atau parestesia dalam
distribusi saraf median. Tes Phalen lebih
Deformitas sendi rheumatoid arthritis sensitif dibandingkan tanda Tinel.
dengan deviasi jari ulnar dan “leher-angsa”.
Median uji Kompresi saraf - ujian fisik yang
paling akurat untuk carpal tunnel
syndrome. Tegas menekan saraf median
dengan ibu jari di retinakulum fleksor
selama sekitar 40 detik. Sebuah tes positif
akan menjadi sakit atau parestesia dalam
distribusi saraf median. Tes ini juga
disebut tes kompresi karpal.
Goinometer (pengukuran ROM sendi)

osteoarthritis
Siku:

Inspeksi dan palpasi :


1. Sangga lengan bawah dengan tangan perawat 1. Pembengkakan pada siku (prcessus
lakukan fleksi pada susut 70o , perhatikan olecranon) di temukan pada bursitis
setiap nodul atau pembengkakan yang ada. olecranon, inflamasi atau cairan synovia
2. Palpasi prosesus olecranon perhatikan setiap pada artritis.
pergeseran. 2. Nyeri tekan di temukan pada apikondilitis
3. Menilai Range of Motion (aktif, dilakukan lateralis.
oleh pasien) 3. Olecranon bergeser pada dislokasi sendoi
 Anjurkan pasien untuk fleksi dan ekstensi siku dan fraktur suprakondilar.
siku. 4. Inspeksi bahu untuk Asimetri (tinggi, curah
 Dengan siku tertekuk 90°, supinasi dan otot, posisi, tonjolan tulang).
pronasi masing-masing tangan pasien. 5. Palpasi bahu masing-masing untuk masalah
rotator cuff.
6. Inspeksi adanya nyeri.
Bahu:

Inspeksi :
1. Amati bahu, scapula serta otot dari arah 1. Ortrofi otot menunjukkan lesi pada nervus
anterior dan posterior, perhatikan setiap servikalis.
pembengkakan, deformitas atau artrofi otot 2. Skolisosis dapat menyebabkan elevasi pada
dan fasikulasi (tremor halus pada otot) salah satu bahu.
2. Cari pembengkakan kapsula sendi, 3. Distensi sendi akibat dari cairan synovia
perubahan warna, perubahan kulit atau posisi dalam jumlah yang banyak.
yang abnormal.

Palpasi :
Jika ada riwayat nyeri, minta pasien
menunjukkan bagian yang nyeri.
1. Puncak bahu menjalar ke leher. 1. Artikulasio akromioklavikularis.
2. Permukaan lateral bahu yang menjalar ke 2. Otot rotator cuff.
insersio deltoideus.
3. Bahu anterior. 3. Tendon bisipitalis.

Menilai Range of Motion. Anjurkan pasien 1. Ketidakmampuan melakukan gerakan-


untuk: gerakan ini mengindikasikan adanya
a. Angkat (abduksi) kedua lengan di atas kepala kelemahan atau perubahan pada jaringan
(90o). lunak yang terjadi karena bursitis,
b. Tempatkan tangan di belakang leher untuk kapsulitis, rupture otot rotator cuff, cedera
menilai abduksi, rotasi eksternal dan fleksi siku. terkilir (sprain) atau tendinitis
c. Tempatkan tangan di belakang punggung
untuk menilai rotasi internal.

Tulang Belakang
Inspeksi 1. Kekakuan pada leher menandakan adanya
 Penyelarasan kepala dan leher. Tulang artritis, otot yang terkilir.
belakang harus lurus dan kepala tegak. 2. Deviasi lateral dan rotasi kepela
 Minta pasien berdiri tegak, inspeksi menunjukkan torikolis yang terjadi karena
seluruh tulang belakang secara lengkap. kontraksi muskulus
 Inspeksi tulang belakang untuk setiap sternokleidomastoideus.
kelainan termasuk kyphosis, scoliosis dan
lordosis.

Kifosis Lordosis Skoliosis

Palpasi :
 Palpasi prosesus spinosus dan 1. Nyeri tekan menunjukkan fraktur atau
sternomastoid, trapezius dan otot dislokasi, infeksi atau artritis.
paravertebral.
 Lakukan pemeriksaan cermat pada setiap 2. Garis vertebra yang terputus ditemukan
garis vertebra, indentifikasi adanya nyeri pada spondylitis atau pergeseran salah satu
tekan. vertebra ke depan yang dapat menekan
spinalis. Nyeri tekan mengindikasikan
adanya fraktur atau infeksi.

 Palpasi pada srtikulatio sakroiliaka 3. Nyeri tekan pada sakroiliaka


mengindikasikan spondylitis ankilosing.

Penilaian ROM
 Minta pasien untuk fleksi dan
1. Keterbatasan pada gerak dapat
ekstensi, rotasi kanan dan kiri, dan
mencerminkan adanya kekauan akibat
menoleh kanan dan kiri. Minta
artritis, nyeri akibat trauma spasme otot.
pasien untuk mendekatkan telinga
2. Kemungkinan kompresi medulla spinalis
mereka pada bahu  Nilai fleksi
atau radiks saraf yang ada di bawahnya,
serviks lateral
perhatikan artritis atau infeksi pada pangkal
 Pegang panggul pasien dari
paha, rectum atau pelvis ( dibutuhkan
belakang dan minta mereka untuk
pemeriksaan neurologis yang mendalam).
berbalik dari sisi ke sisi  Nilai rotasi
3. Deformitas thoraks yang terjadi ketika
torakolumbalis.
tubuh membungkuk terdapat pada scoliosis.
 Minta pasien untuk menyentuh jari Menetapnya lordosis lumbal menunjukkan
kaki mereka. Palpasi untuk rentang spasme otot atau spondylitis ankilosing
gerakan lumbal. Tempatkan dua jari
di atas tulang lumbal. Jari-jari Anda
harus bergerak terpisah ketika pasien
membungkuk depan  Nilai gerakan
tulang belakang lumbar.
Pangkal paha
Inspeksi :
1. Amati cara berjalan untuk melihat lebarnya 1. Jarak yang lebar antara tumit menunjukkan
tumit yang satu dengan tumit yang lain. kelainan serebellum atau permasalahan
Lebarnya jarak tumit antara 5 – 10 cm. pada kaki.
2. Cara berjalan yang normal harus terlihat 2. Dislokasi sendi pangkal paha, artritis atau
lancar, seimbang dan berirama. kelemahan otot dapat menyebabkan gaya
berjalan yang goyang.
3. Gangguan pada fleksi sendi lutut akan
mempengaruhi pola jalan yang lancar.

Palpasi :
1. Minta pasien berbaring dan letakkan tumit 1. Benjolan sepanjang ligamentum inguinal
yang akan di periksa pada lutut sisi yang dapat menunjukkan hernia inguinal atau
berlawanan, palpasi sepanjang ligamentum kadang-kadang aneurisme.
inguinalis.

2. Posisikan pasien berbaring pada sisi tubuh 2. Pembengkakan dan nyeri menunjukkan
dengan sendi pangkal paha berada pada bursitis trokanterika, nyeri tekan pada
posisi fleksi dan rotasi internal. Palpasi permukaan posterior menunjukkan
bursa trokanterika, normlanya tidak akan tendinitis local atau spasme otot akibat
teraba. nyeri pangkal paha yang beralih.
Lutut
Inspeksi :
1. Amati kesejajaran antara lutut, kontraktur 1. Ketidakmampuan melakukan ekstensi
sendi lutut dan artrofi. penuh sering di jumpai pada paralisis
ekstremitas.
2. Lihat sekungan pada patella yang 2. Pembengkakan pada patella menunjukkan
menunjukkan adanya pembengkakan. bursitis prepatelaris, pada tuberositas tibia
menunjukkan bursitis tibia. neurologis.

Palpasi :
Pasien pada posisi duduk di tepi meja.
1. Lakukan palpasi pada tepi meniscus dan 1. Nyeri tekan pada tendon patella dan
bursa sendi, dengan memperhatikan adanya ketidakmampuan mengekstensikan
nyeri tekan. Palpasi pada tendon patella dan menunjukkan adanya rupture tendon
ekstensikan lutut. patella yang partial atau total.
2. Minta pasien berbaring, lutut ekstensi, 2. Rasa nyeri dan krepitasi menunjukkan
dorong patella kearah femur, periksa apakah adanya pembentukan artikulasio dengan
ada gerakan melunjur yang lancar. femur. Nyeri yang dirasakan bersamaan
dengan kontraksi m. kuadrisep
mengindikasikan adanya keadaan
kondromalasia atau patella degenerative.

3. Tonjolan tulang teraba pada penderita


3. Perhatikan tonjolan tulang disepanjang tepi osteoarthritis.
sendi. 4. Pembengkakan diatas dan di dekat patella
4. Raba pada daerah kavum supra patella dan di menunjukkan penebalan synovia atau efusi
sepanjang sisi patella. dalam sendi lutut.

Penilaian ROM 1. Nyeri pada sisi medial garis sendi


1. Gerakan sendi lutut fleksi dan ekstensi pada menunjukkan kelemahan ligament dan
saat pasien duduk, rotasi internal dan rotasi rupture parsial ligament medialis begitu
eksternal, minta pasien memutar kaki ke pula sebaliknya (lateralis)
medial dan lateral.. 2. Bunyi klik atau pop di sepanjang sendi
medial saat dilakukan rotasi eksternal dan
ekstensi tungkai menunjukkan
kemungkinan adanya rupture pada bagian
posterior meniscus medialis.
Kaki :
Inspeksi :
1. Inspeksi deformitas, nodule atau 1. Abnormalitas pada kaki dan jari kaki.
pembengkakan pada kaki dan pergelangan
kaki.

Palpasi :
1. Palpasi pada permukaan anterior setiap sendi 1. Nyeri tekan local di temukan pada artritis,
pergelangan kaki dengan memperhatikan sedera pada ligament atau infeksi pada
nyeri dan pembengkakan. pergelangan kaki.
2. Raba sepanjang tendon achiles untuk 2. Nodul rematoid, nyeri tekan di temukan
menemukan noduli dan nyeri tekan. pada tendilitis achiles, bursitis atau rupture
parsial akibat trauma.

3. Nyeri tekan merupakan tanda awal artritis


3. Lakukan palpasi artikulasio rematoid, ibflamasi akut pada artikulasio
metatarsophalangeal untuk menemukan nyeri metatarsoflangeal.
tekan.
4. Lakukan palpasi pada setiap kaput dari 4. Nyeri tekan yang disebut metatarsalgia
kelima metatarsal. terlihat pada trauma, artritis dan gangguan
vaskuler.

Penilaian ROM
1. Gerakan pada sendi kaki meliputi gerakan 1. Nyeri saat pergerakan pergelangan kaki
fleksi, ekstensi, eversi serta inversi. dan kaki membantu kita mengetahui letak
artritis.
2. Sendi yang mengalami artritis akan
mengalami nyeri jika di gerakkan kearah
manapun. Sedangkan ligament yang
mengalami terkilir akan menimbulkan
nyeri yang maksimal ketika di regangkan

B. PENGKAJIAN SISTEM IMUNOLOGI.


C. PENGKAJIAN SISTEM KEGANASAN
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM MUSCULOSKELETAL

1. X-Ray
X- Ray adalah suatu cara untuk pemeriksaan tulang dan organ
dalam tubuh. X- Ray adalah prosedur yang paling biasa dilakukan
untuk mengetahui masalah tulang dan sendi atau jantung dan paru-
paru. Pemeriksaan X-Ray akan memberi radiasi yang minimum
terhadap tubuh. Prosedur ini penting untuk mengevaluasi pasien
dengan kelainan musculoskeletal.
Beberapa jenis X-Ray :
a. X-Ray tulang menggambarkan kepeadatan tulang, textur, erosi
dan perubahan hubungan tulang
b. X-ray multiple diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur
yang sedang diperiksa.
c. X-Ray kortex tulang menunjukkan adanya cairan, iregularitas,
penyempitan dan perubahan struktur sendi.

Hal yang harus dibaca pada X-ray

a. Bayangan jaringan lunak


b. Tipis dan tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum
atau biomekanik atau juga rotasi
c. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi
2. CT. Scan
Menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan jaringan lunak atau cidera ligamen atau tendon. CT
Scan adalah jenis khusus X-Ray. Pasien berbaring di sofa yang
dapat digeser kedalam sebuah lingkaran besar yang terbuka. X-
Ray tube berputar disekitar komputer pasien dan mengumpulkan
hasil. Hasil ini diterjemahkan kedalam gambar yang terlihat seperti
sebuah irisan dari orang. Kadang-kadang seorang radiolog akan
memutuskan bahwa agen kontras harus digunakan. Kontras
yodium berbasis agen dan diserap oleh jaringan normal. Mereka
membuat lebih mudah lagi untuk melihat tumor dalam jaringan otak.
3. MRI
MRI adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasif yang
menggunakan medan magnet gelombang radio dan komputer
untuk memperhatikan abnormalitas jaringan lunak seperti otot,
tendon dan tulang rawan. Tidak seperti CT Scan menggunakan
magnet dan gelombang radio untuk menciptakan gambar. Pasien
terlentang disofa yang terlihat sangat mirip dengan yang digunakan
untuk CT Scan. Mereka kemudian ditempatkan dalam silinder yang
sangat panjang dan diminta untuk tetap diam. Mesin akan
menghasilkan banyak suara dan ujian biasanya dijalankan sekitar
30 menit. Komputer akan mengirimkan gelombang radio melalui
tubuh dan mengumpulkan sinyal yang dipancarkan dari atom
hidrogen dalam sel. Iinformasi ini dikumpulkan oleh sebuah antena
dan dimasukkan kedalam sebuah komputer canggih yang
menghasilkan gambar. Gambar-gambar ini terlihat seperti CT Scan
tetapi MRI punya banyak detail yang lebih tinggi dijaringan lunak.
Salah satu keuntungan besar dari MRI adalah kemampuan untuk
mengubah kontras gambar , perubahan kecil dalam gelombang
radio dan medan magnet yang benar-benar dapat merubah kontras
gambar. Berbagai pengaturan kontras akan menyoroti berbagai
jenis jaringan. Keuntungan lain dari MRI adalah kemampuan untuk
mengubah pesawat pencitraan tanpa memindahkan pasien.
Kebanyakan mesin MRI dapat menghasilkan gambar dalam setiap
bidang.
4. Angiografi
Adalah pemeriksaan sistem arteri. Pemeriksaan ini dulakukan untuk
mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi amputasi.
Pasien dibiarkan berbaring 12-24 jam untuk mencegah perdarahan
pada tempat penusukan digunakan untuk melihat adanya
pembengkakan, perdarahan dan hematom serta memantau
ekstermitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya
adekuat.
5. Digital Substraction Angiografi (DSA)
Mempergunakan teknologi komputer untuk memperlihatkan sistem
arteri melalui vena kateter.
6. Venogram
Adalah pemeriksaan sistem vena yang sering digunakan untuk
mendeteksi trombosis vena.
7. Mielografi
Adalah penyuntikan bahan kontras kedalam rongga subarachnoid
spinal lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus,
stenosis spinal atau tempat adanya tumor.
8. Diskografi
Adalah pemeriksaan diskus vertebralis, suatu bahan kontras
diinjeksikan kedalam didkus dan dilihat distribusinya.
9. Atrografi
Adalah penyuntikan bahan radiopaque atau udara kedalam
rongga sendi untuk melihat struktur jaringan lunak atau kontur
sendi. Sendi siletakkan dalam kisaran pergerakannya smemntara
itu diambil gambar sinar X-serial. Artrogram sangat berguna untuk
mengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi
atau ligament penyangga lutu, bahu, tumit, panggul dan
pergelangan tangan.
10. Arthrosentesis (aspirasi sendi)
Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan
pemeriksaan atau untuk meghilangkan nyeri akibat efusi.
Normalnya, cairan sinovial adalah jernih dan volumenya sedikit.
Cairan sinovial lalu diperiksa secara makroskopis terkait dengan
volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara
mikroskopis diperiksa jumlah sel, identifikasi sel, pewarnaan
Gram, dan elemen penyusunannya. Pemeriksaan ini sangat
berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi,
serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah
pada trauma atau kecenderungan perdarahan.
11. Arthroskopi
Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan
langsung ke dalam sendi. Pemeriksaan ini dilakukan di kamar
operasi dan memerlukan anestesi lokal atau umum sebelumnya.
Jarum bor besar dimasukkan dan sendi direnggangkan dengan
salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi,
sinovium dan permukaan sendi dapat dilihat. Perawatan yang
dilakukan setelah tindakan adalah dengan menutup luka dengan
balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk
menghindari pembengkakan. Kompres es diberikan untuk
mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.
12. Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil”
isotop radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem
tersebut. Pemindai dilakukan empat sampai enam jam setelah
isotop diinjeksikan. Derajat ambilan nuklida berhubungan
langsung dengan metabolisme tulang. Peningkatan ambilan
tampak pada penyakit primer tulang (osteomielitis) dan pada jenis
patah tulang.
13. Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi
inflamasi seperti artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi.
Pemeriksaan serial berguna untuk mendokumentasikan episode
inflamasi dan respons klien terhadap terapi pengobatan
antiinflamasi.
14. Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang
menyarafi. Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi
unit motor end. Setelah tindakan berikan kompres hangat untuk
mengurangi ketidaknyamanan.
15. Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada
pergelangan tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat
dideteksi dengan menggunakan alat densitometri.
16. Bone Scan
Merupakan cairan radioscop yang dimasukkan melalui vena,
sering dilakukan pada tumor ganas, osteomyelitis dan fraktur.
17. Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
Merupakan uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral
tulang pada pergelangan tangan atau tulang belakang.
Osteoporosis dapat dideteksi menggunakan alat densitometri ini.
18. Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot
dan sinovium untuk membantu menentukan penyakit
tertentu.tempat biopsi harus dipantau mengenai adanya edema,
perdarahan dan nyeri.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah dan urine pasien memberikan informasi


mengenai masalah musculoskleletal primer atau komplikasi yang terjadi
sebagai dasar acuan pemberi terapi. Pemeriksaan darah lengkap meliputi
kadar hemoglobine (biasanya lebih rendah apabila terjadi perdarahan
karena trauma) dan hitung sel darah putih sebelum dilakukan
pembedahan, periksa bekuan darah untuk mendeteksi kecendrungan
perdarahan. Karena tulang merupakan jaringan yang sangat vaskuler.
Pemeriksaan kimia darah memberikan data mengenai berbagai
macam kondisi musculoskeletal, kadar kalsium berubah pada
osteomyelitis fungsi paratiroid, penyakit paget, tumor tulang metastase
dan pada imobilisasi lama. Kadar fispor serum berbanding terbalik dengan
kadar kalsium dan menurun pada rikets yang berhubungan dengan
sindrom malabsopsi. Fospatase asam akan meningkat pada penyakit
paget dan kanker metastase. Fospotase alkali akan meningkat selama
penyembuhan patah tulang dan pada penyakit peningkatan aktifitas
osteoblast.
Metabolisme tulang dapat dievaluasi melalui pemeriksaan tiroid dan
penentuan kadar kalsitonin, hormon paratiroid dan vitamin D. Kadar enzim
serum keratin kinase (CK) dan serum Glumatic Oxaloacetic Transeminase
(SGOT), aspartae aminotranferase meningkat pada kerusakan otot.
Aldolase meningkat pada penyakit otot (mos, distrofi ototdan nekrosis otot
skelet). Kadar kalsium urine meningkat pada destruksi tulang (disfungsi
paratiroid, tumor tulang mettastase, myeloma multiple).

Pemeriksaan Nilai normal Abnormalitas


Kalsium 8-10,5 mg/dl Hiperkalsemia : metastase kanker
4,5-5,5 mg/dl pada tulang, stadium penyembuhan
fraktur

Hipokalsemia : osteoporosis,
osteomalasia
Fosfor 2,5-4,0 mg/dl dlam Hipokalsemia : fase penyembuhan
serum fraktur, tumor tulang, akromegali

Hipofosfatemia : osteomalasia
Alkalin Fosfatase 30-90 IU/l Meningkat : metastase kanker pada
tulang, osteomalasia, penyakit page
Laju Endap Darah Westergen Meningkat : infeksi/peradangan
(LED) Pria : 0-15 mm/jam karsinoma, kerusakan pada sel
Wanita : 0-20 mm/jam

Wintrobe
Pria : 0-9 mm/jam
Wanita : 0-15 mm/jam
Enzim otot 15-150 IU / l Meningkat : trauma otot, distrofi otot
(Creatine progesif, efek elektromiografi
Phosphokinase) CPK
LDH 60-150 IU/l Meningkat : nekrosis otot skeletal,
( lactate karsinoma, distrofi otot progesif
Dehidrogenase)
SGOT 10-50 U/al Meningkat : trauma otot skeletal,
( Serum Glutamic distrofi otot progesif
Oxalo Transaminase )
Aldolase 1,3-8,2 U/al Meningkat : poliomielitis dan
dermatomiositis, distrofi otot
A.
DAFTAR ISI

Bickley, L. S., & Szilagyi, P. G. (2009). Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan
Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2011). Fundamental
Keperawatan (7th ed.). Jakarta: EGC.

Lukman, & Ningsih, N. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Manalu, N. V. (2016). the Implementation of Physical Examination By


Nurses in Bandar. Skolastik Keperawatan, 2(1), 13–19.

Risnanto, & Uswatun, I. (2014). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.


Yogyakarta: Depublish.

Suara, M., Dalami, E., Rochimah, Raenah, E., & Rusmiati. (2010). Konsep
dasar keperawatan. Jakarta: CV.Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai