Fasilitator:
Dr. Kadek Ayu Erika, S. Kep., Ns., M.Kes
Disusun oleh:
Kelompok III
PENDAHALUAN
A. Latar belakang
Proses keperawatan merupakan sebuah cara atau metode
dalam menyusun asuhan keparawatan yang diberikan kepada pasien
secara sistematis dimulai dari pengkajian sampai evaluasi (Kozier, Erb,
Berman, & Snyder, 2011), Pengkajian merupakan tahap yang paling
utama dalam proses keperawatan, dimana pada tahap ini perawat
melakukkan pengkajian data yang diperoleh dari hasil
wawancara/anammesis, catatan kesehatan lain dan pemeriksaan fisik
(Manalu, 2016). Pengkajian kesehatan menyeluruh seorang individu
terdiri dari tiga komponen: (1) wawancara dan riwayat kesehatan; (2)
pengamatan umum dan pengukuran tanda-tanda vital; dan (3)
pemeriksaan fisik, yang meliputi evaluasi diagnostik, interpretasi
temuan klinis, diagnosis, terapi dan tindak lanjut.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit. Beberapa tes akan dilakukan untuk
meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap
akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem
organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan
suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.
Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan
metode yang sistematis yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi,
pendekatan yang biasa digunakan yaitu head to toe atau berdasarkan
system tubuh (Suara, Dalami, Rochimah, Raenah, & Rusmiati, 2010).
Pemeriksaan system tubuh di lakukan pemeriksaan pada organ
tubuh dengan pendekatan pengkajian system organ. Metode
pemeriksaan ini memudahkan perawat dalam mengorganisir data yang
didapatkan dari hasil pengkajian (Suara et al., 2010).
B. Tujuan
1. Menjelaskan pengkajian fisik, pengkajian lanjutan dan pemeriksaan
penunjang pada keganasan.
2. Menjelaskan pengkajian fisik, pengkajian lanjutan dan pemeriksaan
penunjang pada Sistem Imunitas.
3. Menjelaskan pengkajian fisik, pengkajian lanjutan dan pemeriksaan
penunjang pada Sistem Muskuloskletal.
BAB II
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Perkusi
Gunakan permukaan ulnar kepalan tangan
untuk pemeriksaan tulang belakang
Auskultasi
Gunakan stetoskop untuk
Temporomandibular Joint (TMJ) dan audible
tendinous rubs. Dan perhatikan setiap Ausculate TMJ, jika krepitus dicurigai,
gejala krepitasi. sementara pasien membuka dan menutup
mulut, lakukan Spurling atau tes Vertex
Kompresi (untuk nyeri radikuler serviks
atau paresthesia). Krepitasi ditemukan
pada sendi yang inplamasi, osteoarthritis.
osteoarthritis
Siku:
Inspeksi :
1. Amati bahu, scapula serta otot dari arah 1. Ortrofi otot menunjukkan lesi pada nervus
anterior dan posterior, perhatikan setiap servikalis.
pembengkakan, deformitas atau artrofi otot 2. Skolisosis dapat menyebabkan elevasi pada
dan fasikulasi (tremor halus pada otot) salah satu bahu.
2. Cari pembengkakan kapsula sendi, 3. Distensi sendi akibat dari cairan synovia
perubahan warna, perubahan kulit atau posisi dalam jumlah yang banyak.
yang abnormal.
Palpasi :
Jika ada riwayat nyeri, minta pasien
menunjukkan bagian yang nyeri.
1. Puncak bahu menjalar ke leher. 1. Artikulasio akromioklavikularis.
2. Permukaan lateral bahu yang menjalar ke 2. Otot rotator cuff.
insersio deltoideus.
3. Bahu anterior. 3. Tendon bisipitalis.
Tulang Belakang
Inspeksi 1. Kekakuan pada leher menandakan adanya
Penyelarasan kepala dan leher. Tulang artritis, otot yang terkilir.
belakang harus lurus dan kepala tegak. 2. Deviasi lateral dan rotasi kepela
Minta pasien berdiri tegak, inspeksi menunjukkan torikolis yang terjadi karena
seluruh tulang belakang secara lengkap. kontraksi muskulus
Inspeksi tulang belakang untuk setiap sternokleidomastoideus.
kelainan termasuk kyphosis, scoliosis dan
lordosis.
Palpasi :
Palpasi prosesus spinosus dan 1. Nyeri tekan menunjukkan fraktur atau
sternomastoid, trapezius dan otot dislokasi, infeksi atau artritis.
paravertebral.
Lakukan pemeriksaan cermat pada setiap 2. Garis vertebra yang terputus ditemukan
garis vertebra, indentifikasi adanya nyeri pada spondylitis atau pergeseran salah satu
tekan. vertebra ke depan yang dapat menekan
spinalis. Nyeri tekan mengindikasikan
adanya fraktur atau infeksi.
Penilaian ROM
Minta pasien untuk fleksi dan
1. Keterbatasan pada gerak dapat
ekstensi, rotasi kanan dan kiri, dan
mencerminkan adanya kekauan akibat
menoleh kanan dan kiri. Minta
artritis, nyeri akibat trauma spasme otot.
pasien untuk mendekatkan telinga
2. Kemungkinan kompresi medulla spinalis
mereka pada bahu Nilai fleksi
atau radiks saraf yang ada di bawahnya,
serviks lateral
perhatikan artritis atau infeksi pada pangkal
Pegang panggul pasien dari
paha, rectum atau pelvis ( dibutuhkan
belakang dan minta mereka untuk
pemeriksaan neurologis yang mendalam).
berbalik dari sisi ke sisi Nilai rotasi
3. Deformitas thoraks yang terjadi ketika
torakolumbalis.
tubuh membungkuk terdapat pada scoliosis.
Minta pasien untuk menyentuh jari Menetapnya lordosis lumbal menunjukkan
kaki mereka. Palpasi untuk rentang spasme otot atau spondylitis ankilosing
gerakan lumbal. Tempatkan dua jari
di atas tulang lumbal. Jari-jari Anda
harus bergerak terpisah ketika pasien
membungkuk depan Nilai gerakan
tulang belakang lumbar.
Pangkal paha
Inspeksi :
1. Amati cara berjalan untuk melihat lebarnya 1. Jarak yang lebar antara tumit menunjukkan
tumit yang satu dengan tumit yang lain. kelainan serebellum atau permasalahan
Lebarnya jarak tumit antara 5 – 10 cm. pada kaki.
2. Cara berjalan yang normal harus terlihat 2. Dislokasi sendi pangkal paha, artritis atau
lancar, seimbang dan berirama. kelemahan otot dapat menyebabkan gaya
berjalan yang goyang.
3. Gangguan pada fleksi sendi lutut akan
mempengaruhi pola jalan yang lancar.
Palpasi :
1. Minta pasien berbaring dan letakkan tumit 1. Benjolan sepanjang ligamentum inguinal
yang akan di periksa pada lutut sisi yang dapat menunjukkan hernia inguinal atau
berlawanan, palpasi sepanjang ligamentum kadang-kadang aneurisme.
inguinalis.
2. Posisikan pasien berbaring pada sisi tubuh 2. Pembengkakan dan nyeri menunjukkan
dengan sendi pangkal paha berada pada bursitis trokanterika, nyeri tekan pada
posisi fleksi dan rotasi internal. Palpasi permukaan posterior menunjukkan
bursa trokanterika, normlanya tidak akan tendinitis local atau spasme otot akibat
teraba. nyeri pangkal paha yang beralih.
Lutut
Inspeksi :
1. Amati kesejajaran antara lutut, kontraktur 1. Ketidakmampuan melakukan ekstensi
sendi lutut dan artrofi. penuh sering di jumpai pada paralisis
ekstremitas.
2. Lihat sekungan pada patella yang 2. Pembengkakan pada patella menunjukkan
menunjukkan adanya pembengkakan. bursitis prepatelaris, pada tuberositas tibia
menunjukkan bursitis tibia. neurologis.
Palpasi :
Pasien pada posisi duduk di tepi meja.
1. Lakukan palpasi pada tepi meniscus dan 1. Nyeri tekan pada tendon patella dan
bursa sendi, dengan memperhatikan adanya ketidakmampuan mengekstensikan
nyeri tekan. Palpasi pada tendon patella dan menunjukkan adanya rupture tendon
ekstensikan lutut. patella yang partial atau total.
2. Minta pasien berbaring, lutut ekstensi, 2. Rasa nyeri dan krepitasi menunjukkan
dorong patella kearah femur, periksa apakah adanya pembentukan artikulasio dengan
ada gerakan melunjur yang lancar. femur. Nyeri yang dirasakan bersamaan
dengan kontraksi m. kuadrisep
mengindikasikan adanya keadaan
kondromalasia atau patella degenerative.
Palpasi :
1. Palpasi pada permukaan anterior setiap sendi 1. Nyeri tekan local di temukan pada artritis,
pergelangan kaki dengan memperhatikan sedera pada ligament atau infeksi pada
nyeri dan pembengkakan. pergelangan kaki.
2. Raba sepanjang tendon achiles untuk 2. Nodul rematoid, nyeri tekan di temukan
menemukan noduli dan nyeri tekan. pada tendilitis achiles, bursitis atau rupture
parsial akibat trauma.
Penilaian ROM
1. Gerakan pada sendi kaki meliputi gerakan 1. Nyeri saat pergerakan pergelangan kaki
fleksi, ekstensi, eversi serta inversi. dan kaki membantu kita mengetahui letak
artritis.
2. Sendi yang mengalami artritis akan
mengalami nyeri jika di gerakkan kearah
manapun. Sedangkan ligament yang
mengalami terkilir akan menimbulkan
nyeri yang maksimal ketika di regangkan
1. X-Ray
X- Ray adalah suatu cara untuk pemeriksaan tulang dan organ
dalam tubuh. X- Ray adalah prosedur yang paling biasa dilakukan
untuk mengetahui masalah tulang dan sendi atau jantung dan paru-
paru. Pemeriksaan X-Ray akan memberi radiasi yang minimum
terhadap tubuh. Prosedur ini penting untuk mengevaluasi pasien
dengan kelainan musculoskeletal.
Beberapa jenis X-Ray :
a. X-Ray tulang menggambarkan kepeadatan tulang, textur, erosi
dan perubahan hubungan tulang
b. X-ray multiple diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur
yang sedang diperiksa.
c. X-Ray kortex tulang menunjukkan adanya cairan, iregularitas,
penyempitan dan perubahan struktur sendi.
Pemeriksaan Laboratorium
Hipokalsemia : osteoporosis,
osteomalasia
Fosfor 2,5-4,0 mg/dl dlam Hipokalsemia : fase penyembuhan
serum fraktur, tumor tulang, akromegali
Hipofosfatemia : osteomalasia
Alkalin Fosfatase 30-90 IU/l Meningkat : metastase kanker pada
tulang, osteomalasia, penyakit page
Laju Endap Darah Westergen Meningkat : infeksi/peradangan
(LED) Pria : 0-15 mm/jam karsinoma, kerusakan pada sel
Wanita : 0-20 mm/jam
Wintrobe
Pria : 0-9 mm/jam
Wanita : 0-15 mm/jam
Enzim otot 15-150 IU / l Meningkat : trauma otot, distrofi otot
(Creatine progesif, efek elektromiografi
Phosphokinase) CPK
LDH 60-150 IU/l Meningkat : nekrosis otot skeletal,
( lactate karsinoma, distrofi otot progesif
Dehidrogenase)
SGOT 10-50 U/al Meningkat : trauma otot skeletal,
( Serum Glutamic distrofi otot progesif
Oxalo Transaminase )
Aldolase 1,3-8,2 U/al Meningkat : poliomielitis dan
dermatomiositis, distrofi otot
A.
DAFTAR ISI
Bickley, L. S., & Szilagyi, P. G. (2009). Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan
Riwayat Kesehatan. Jakarta: EGC.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2011). Fundamental
Keperawatan (7th ed.). Jakarta: EGC.
Suara, M., Dalami, E., Rochimah, Raenah, E., & Rusmiati. (2010). Konsep
dasar keperawatan. Jakarta: CV.Trans Info Media.