Anda di halaman 1dari 30

PENGKAJIAN PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

SURIANA SYARIF R011181013


NUR RAHMA R011181017
HISMIRANDA BAKHTIAR R011181019
NUR HIKMAH. D R011181031
RIZKA NANDA MUHLISA R011181035
WA ODE RAHMAYANTI R011181301
WARDALIFA R011181305
A NUR ILMI TENRI DIO R011181315
FIRA REZKY AMALIAH R011181317
EGGHY YOSIANA SIRAPPA R011181327
ELIA PATANDEAN R011181329
RAHMAWATI SYAM R011181503

KELAS RA 2018
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

1
1. PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
A. Riwayat Kesehatan
1. Data Demografi
Data atau komponen terpenting seperti usia, jenis kelamin, umur, tempat
tinggal.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kecelakaan/insiden traumatic (Bentuk dan waktu)
b. Riwayat penyakit yang berkontribusi seperti Diabetes Melitus, ulkus
pada alat gerak, penyakit yang bersifat genetic (osteoporosis,kanker
tulang)
c. Riwayat penggunaan obat-obatan seperti steroid.
3. Riwayat Diet
a. Ketidakadekuatan kalsium atau protein yang berdampak pada
menurunnya massa tulang dan tonus otot
b. Ketidakadekuatan protein atau Vit. C yang akan menghambat proses
penyembuhan tulang dan jaringan
c. Obesitas yang mengakibatkan Stres dan strain pada tulang dan sendi,
serta gangguan muskuloskeletal yang dapat mengakibatkan komplikasi
immobilisasi serta masalah respirasi dan vaskuler.
4. Status Sosial Ekonomi
Gaya hidup, aktivitas sehari-hari, dan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
sistem muskuloskeletal

2. KONDISI KESEHATAN SAAT INI


A. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kecelakaan insiden traumatic (bentuk dan waktu)
 Riwayat penyakit yang berkontribusi misal: DM, ulkus pada alat gerak, penyakt
yang bersifat genetic (Osteoporosis, kanker tulang)
 Riwayat penggunaan obat-obatan steroid
2. Riwayat Diet
 Ketidakadekuatan intake kalsium atau protein menurunnya masa tulang dan tonus
otot

2
 Ketidakadekuatan protein atau Vit. C menghambat proses penyembuhan tulang
dan jaringan
 Obesitas
- Stress dan strain pada tulang dan sendi
- Gangguan musculoskeletal + obesitas komplikasi immobilisasi (masalah
respirasi dan vaskuler)
3. Status Sosial Ekonomi
Gaya hidup pekerjaan akan mempengaruhi system musculoskeletal.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Yang perlu dikaji :
 Waktu dan onset Kejadian
 Faktor-faktor yang memperburuk masalah
 Keadaan masalah (intermiten atau kontinyu)
 Manifestasi kinis
Keluhan utama : nyeri, deformitas, kelainan fungsi
 Nyeri PORST
P: - Apa penyebabnya
- Apa yang memperberat
- Apa yang mengurang
Q: - Bagaimana keluhan nyeri dirasakan (panas. pedih, dl)
- Seringnya muncul nyeri
R: - Dimana rasa nyeri dirasakan
- Apakah rasa nyeri tersebut menjalar / menyebar ke area lain
- Apa yang telah dilakukan untuk mengurangi / menghilangkan keluhan
nyeri
S: - Seberapa berat nyeri mulai dirasakan – menggunakan
- skala nyeri atau bagaimana nyeri tersebut
- mempengaruhi kemampuan fungsi dininya
T: - Kapan nyeri mulai dirasakan
- Berapa lama nyeri dirasakan
- Bagaimana terjad inya (tiba-tiba/ bertahap)
- AApakah ada perbed aan intensitas (kapan?)

3
 Kekakuan sendi
- Sendi mana yang mengalami kekakuan
- Lamanya
- Apakah selalu terjadi kekakuan
- Apakah dipeng aruhi kondisi: suhu, aktifitas
 Bengkak
- Berapa lama terjadi pembengkakan
- Apakah disertai nyeri
- Kaji adanya keterbatasan gerak akibat bengkak
- Apakah dengan istirahat dan meninggikan bagian yang sakit dapat
mengurangi pembengkakan
- ldentifikasi apakah ada panas dan kemerahan
 Deformitas & immobilitas
- Kapan terjadinya
- Apakah tiba- tiba atau bertahap
- Apakah menimbulkan keterbatasan gerak
- Apakah dirasakan semakin memburuk dengan akiftas asehar-hari
- Apakah menggunakan alat bantu?
 Perubahan sensor
- Apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh, dimana?
- Apakah rasa seperti terbakar
- Apakah ada hubungannya dengan nyeri?

3. TINJAUAN SISTEM
1. Pengkajian Umum Sistem Muskuloskeletal
Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data
tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan
dengan riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan
psikososial pasien.Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-
hari, pola ambulasi, alat bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan
nyeri (jika ada nyei tetapkan lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau
kelemahan.Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang

4
dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.
2. Anamnesa / Wawancara
3. Keluhan Utama
1. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang tersering ditemukan pada masalah sistem
muskuloskeletal yang perlu diketahui secara lengkap tentang sifa-sifat nyeri.
Kebanyakan klien dengan penyakit atau kondisi traumatik, baik yang terjadi pada
otot, tulang, dan sendi biasanya mengalami nyeri. Nyeri tulang biasanya di
gambarkan sebagai nyeri dalam tumpul yang bersifat menusuk sedangkan nyeri otot
di gambarkan sebagai adanya rasa pegal. Nyeri fraktur bersifat tajam dan menusuk
dan dapat di hilangkan dengan imobilisasi. Nyeri tajam juga di timbulkan oleh
infeksi nyeri tulang akibat spasme otot atau penekanan pada syaraf
sensoris.Kebanyakan nyeri muskuloskeletal dapat dikurangi dengan istirahat. Memar
sendi atau otot menimbulkan nyeri akan bertambah karena aktivitas. Nyeri pada satu
titik yang terus bertambah menunjukan proses infeksi osteomielitis tumor ganas,
atau komplikasi faskula nyeri menyebar terdapat pada keadaan yang menimbulkan
tekanan pada serabut syaraf nyeri bisa berbeda-beda dan pengkajian maupun
penanganan keperawatannya harus di bedakan pula untuk masing-masing klien.
2. Deformitas
Deformitas atau kelainan bentuk menimbulkan suatu keluhan yang menyebabkan
klien meminta pertolongan layanan kesehatan. Perawat perlu menanyakan berapa
lama keluhan di rasakan kemana klien pernah meminta pertolongan sebelum ke
rumah sakit apakah pernah ke dukun urut atau patah tulang pada beberapa kasus
iyang menyebabkan deformitas setelah terjadi trauma atau patah tulang adalah
karena intervensi dukun patah, atau apakah tidak ada tindakan setelah mengalami
trauma pengkajian juga untuk mengetahui apakah keadaan atau masalah kelainan
bentuk pada dirinya menyebabkan perubahan citra diri klien.
3. Kekakuan/ ketidakstabilan sendi
Kekakuan atau ketidakstabilan sendi adalah suatu keluhan yang dirasakan klien
menggunakan aktivitasnya sehari-hari dan menyebabkan klien memintapertolongan
kesehatan. Perawat perlu menanyakan berapa lama keluhan dirasakan serta sejauh
mana keluhan menyebabkan gangguan pada aktivitas klien. Kelainan ini bisa
bersifat umum (misalnya pada artritis reumatoid, spondilitis ankilosan) atau bersifat

5
lokal pada sendi-sendi tertentu locking merupakan suatu kekauan sendi yang terjadi
secara tiba-tiba akibat block mekanis pada sendi oleh tulangj rawan atau meniskus.
Perlu diketahui apakah kelainan pada menyebabkan ketidakstabilan sendi dan
diteluri pula penyebabnya apakah karean kelemahan otot atau kelemahan atau
robekan pada ligamen dan selaput sendi.
4. Pembekakaan atau benjolan
Keluhan adanya pembengkakaan ekstrmitas merupakan suatu tanda adanya bekas
trauma yang terjadi pada klien. Pembekaan dapat terjadi pada jaringan lunak sendi
atau tulang hal yang perlu ditanyakan adalah lokasi spesifik pembekaan sudah
berapa lama proses terjadinya trauma sudah meminta pertolongan kepada siapa saj
untuk mengatasi keluhan, dan apakah terjadi secara perlahan misalnya pada
hematoma progresif pembekakaan juga dapat disebabkan oleh infeksi tumor jinak
atau ganas.
5. Kelemahan otot
Keluhan adanya kelemahan otot biasanya dapat bersifat umum (misalnya pada
peyakit distrofi muskular) atau bersifat lokal karena gangguan neurologis gangguan
otot (misalnya pada morbushansen, peroneaparalisis, atau pada penyakit
poliomielitis).
6. Gangguan sensinilitas
Keluhan adanya gangguan sensibilitas muncul apabila terjadi kerusakan saraf pada
upper/lower motor neuron, baik bersifat total maupun menyeluruh. Gangguan
sensibilitas dapat pula terjadi bila ada trauma atau penekanan pada syaraf. Gangguan
sensorik sering berhubungan dengan masalah muskuluskeletal. Klien mungkin
menyatakan mengalami parestesia (perasaan terbakar atau kesemutan) dan kebas.
Perasaan tersebut mungkin akibat penekanan pada serabut saraf ataupun gangguan
peredaraan darah. Pembengkakan jaringan lunak atau trauma langsung terhadap
struktur tersebut dapat menganggu fungsinya. Kehilangan fungsi dapat terjadi akibat
gangguan struktur saraf dan peredaraan darah yang terletak sepanjang sistem
muskuluskeletal. Status neurofaskular di daerah muskuluskeletal yang terkena harus
dikaji guna memperoleh informasi untuk perencanaan intervensi. Hal ini yang perlu
ditanyakan adalah apakah klien mengalami perasaan yang tidak normal atau kebas;
apakah gangguan ini bertambah berat atau malah makin berkurang dari permulaan
keluhan muncul sampai pada saat wawancara,apakah keluhan lain yang dirasakan

6
seperti nyeri atau edema; apakah ada perubahan warna kulit bagian distal dari daerah
yang terkena seperti pucat atau sianotik.
7. Gangguan atau kehilangan fungsi
Keluhan gangguan dan hilangnya fungsi organ muskulskeletal merupakan gejala
yang sering menjadi keluhan utama. Gangguan atau hilangnya fungsi baik pada
sendi maupun anggota gerak mungkin disebabkan oleh nyeri, kekakuan sendi, atau
kelemahan otot. Anamnesis yang dilakukan perawat untuk menggali keluhan utama
klien adalah berapa lama keluhan muncul, lokasi atau organ yang mengalami
gangguan atau kehilangan fungsi, dan apakah ada keluhan lain yang menyertai.
4. Riwayat Kesehatan
Pengajian selanjutnya adalah mengenai riwayat kesehatan klien. Dalam wawancara
awal, perawat berusaha memperoleh gambaran umum status kesehatan klien.
Perawat memperoleh data subjektif dari klien mengenai awitan masalahnya dan ada
penanganan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan klien sehubungan dengan
masalah kesehatan dapat mempengaruhi perbaikan kesehatan.
1) Identitas klien
Meliputi nama, usia (pengkajian usia klien) gangguan muskulusekeletal
penting karena berhubungan dengan status anastesi dan pemeriksaan
diagnostik tambahan, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan ,
asuransi kesehatan, agama,bahasa yang dipakai, status perkawinan,suku
bangasa,tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), nomor
register,diagnosis medis, dan golongan darah.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang mencakup masalah klien mulai awitan keluhan
utama sampai pengkajian. Pada klien yang dirawat di rumah sakit, penting
untuk ditanyakan apakah keluhan utama masih sama seperti pada saat
masuk rumah sakit, kemudian tindakan yang sudah dilakukan
terhadapnya. Perawaat mengetahui apakah klien pernah mengalami
trauma yang menimbulkan gangguan muskuluskeletal, baik berupa
kelainan maupun komplikasi yang dialami saat ini. Pengkajian lainnya
yang juga penting adalah pengkajian status kesehatan secara umum saat
ini.
3) Riwayat penyakit dahulu

7
Perlu ditanyakan penyakit-penyakit yang dialami sebelumnya
kemungkinan mempunyai hubungan dengan masalah klien sekarang,
seperti apakah klien pernah mengalami fraktur atau trauma, apakah klien
pernah mengalami peningkatan kadar gula darah, apkah klien pernah
mempunyai tekanan darah tinggi. Riwayat opreasi klien perlu ditanyakan
karena kemungkinan mempunyai hubungan dengan keluhan sekarang
seperti opresi kasdinoma prostat, karsinoma mamae yang dapat
bermetastasis ketulang dengan segala komplikasinya.Hal yang lain perlu
ditanyakan adalah pengunaan obat-obatan sebelumnya oleh klien karena
dalam menimbulkan komplikasi, misalnya pemakaian kortisem dapat
menimbulkan negrosis avaskular pada panggul. Selain itu.ditanyakan pula
pada klien tentang adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan.
4) Riwayat penyakit keluarga
Penulusuran riwayat keluarga sangat penting karena beberapa penyakit
muskuluskeletal berkaitan dengan kelainan genetik dan dapat diturunkan.
Perlu ditanyakan apakah pada generasi terdahulu ada yang mengalami
keluhan sama dengan keluhan klien saat ini.
5) Pengkajian psikosial spiritual
Pengkajian psikologis klien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif, dan perilaku klien. Perawat melakukan
pemeruiksaan klien tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang
menentukan tingkat perlunya pengkajian psikososial spiritual yang
seksama. Suatu pemeriksaan mental meliputi penampilan, perilaku, afek,
suasana hati, lafal, isi dan kecepatan berfikir, persepsi, dan kognitif.
Pengkajian status emosi dan mental yang terkait dengan fisik termasuk
pengkajian fungsi serebral (tingkat kesadaran klien, perilaku dan
penampilan, bahasa, fungsi intelektual, termasuk ingatan, pengetahuan,
kemampuan berfikir abstrak, asosiasi, dan penilaian) sebagian besar
pengkajian ini dapat dilakukan ketika interaksi dengan klien dalam
pengkajian lain.
6) Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien juga peting di nilai
untuk mengetahui respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya
dan perubahan peran klien, serta respons atau pengaruhnya dalam

8
kehidupan sehari-hari. Apakah muncul dampak seperti takut cacat, cemas,
ketidak mampuan melakukan aktivitas secara optimal, dan gangguan citra
tubuh. Pengkajian mengenai mekanisme koping yang biasa digunakan
klien semala stress meliputi :
 Kemampuan klien untuk mendiskusikan masalah kesehatan saat
ini.
 Apakah klien mengalami situasi krisis atau kehilangan?
 Adakah penerimaan atau penolakan terhadap hal tersebut?
 Apakah klien bertanya atau meminta informasi mengenai masalah?
 Apakah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan
masalah?
 Perubahan perilaku akibat stress
 Apakah efek atau mood klien menujukkan kecemasan (gelisa,
insomnia, kontak mata kurang, gemetar, wajah tegang) atau
depresi (afektumpul, tidak berdaya, rasa bersalah,
 ketidakmampuan berbicara, apatis, kemampuan harga diri)?
 Apakah telah ada perubahan dalam kebisaan makan, tidur, dan
beraktivitas?
 Apakah klien mengalami kesulitan berkosentrasi terhadap tugas,
tetap produktif, atau menyelesaikan hal-hal kecil?
 Apakah klien mempunyai kecenderungan menunjukkan ledakan
emosi tanpa alasan?
7) Sumber koping
 Apakah klien mampu meminta pertolongan?
 Pada siapa klien bergantung selama krisis? Adakah orang tersebut ?
 Metode kopping apakah yang terbaik bagi klien selama stress ?
 Berapa lama klien secara normal mengatasi suatu krisis?
 Pengkajian sosioekonomispiritual
 Bila klien dirawat inap, apakah keadaan ini memberi dampak pada
status ekonomi klien karena perawatan dan pengobatan memerlukan
dana yang tidak sedikit. Perawat juga memasukkan pengkajian fungsi
neurologis dengan dampak neurologis yang akan terjadi pada gaya
hidup individu. Perspektif perawatan dalam mengkaji terdiri atas dua

9
aspek keterbatasan yang diakibatkan oleh defisit neurologis dalam
hubungannya dengan peran. Apakah klien menderita gangguan
kognitif atau fisik yang menghalangi pemenuhan terapi?
8) Pertimbangan pediatik. Perawat harus melakukan pertimbangan pediatik
yang mencakup :
 Dampak hospitalisasi pada anak
 Pengkajian psikososial yang terbaik dilaksanakan saat
 mengobservasi anak-anak bermain atau selama berinteraksi dengan
orang tua
 Orang tua biasanya merupakan sumber terbaik untuk menggambarkan
perubahan perilaku
 Anak-anak sering kali tidak mampu mengekspresikan perasaan
mereka dan cenderung memperlihatkan masalah mereka melalui
tingkah laku
 Anak-anak yang mengalami peristiwa traumatik (kehilangan orang
tua, binatang peliharan, sahabat dekat) dapat mengalami masa depresi
akut
 Anak-anak yang mengalami masalah pikososial mungkin mengalami
kesulitan di sekolahnya
9) Pertimbangan gerontologik. Perawat harus melakukan
pertimbangan.gerontik yang mencakup :
 Pengkajian psikososial pada lansia meliputi pembedaan antara
karakteristik normal yang menyimpang dari proses penuaan dan
 kondisi patologis.Pertimbangan bidang kepuasan sehari-hari klien
 Siapakah sumber pendukung utuma klien?
 Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi persepsi klien mengenai
peristiwa saat ini
 Tanyakan harapan atau aspirasi klien yang tidak terpenuhi
 Kumpulkan data pengkajian melalui pertemuan yang singkat dan
terus-menerus
 Pusatkan wawancara pada kekuatan dan keterampilan klien, bukan
kekurangan klien.

10
4. PENGKAJIAN UMUM MUSKULOSKELETAL
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan.
Pengkajian keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan
palpasi dilakukan untuk mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi,
kekuatan otot, cara berjalan, dan kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup
sehari-hari.
1. Pengkajian Skeletal Tubuh
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran pertumbuhan
tulang yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai pemendekan ekstermitas,
amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat.
Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
menunjukkan patah tulang. Biasanya terjadi krepitus (suara berderik ) pada titik
gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus diminimalkan untuk mencegah
cedera lebih lanjut. Pengkajian tulang di antaranya amati kenormalan susunan tulang
dan kaji adanya deformitas. Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau
nyeri tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
2. Pengkajian Tulang Belakang
Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada
sepanjang leher dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi
meliputi: scolosis (devias: kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan
kurvatura lateral tulang belakang bagian dada), lordosis (membebek, kurvatura
tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan). Kifosis terjadi pada pasien
osteoporosis pada pasien neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui peryebabnya) atau akibat
kerusakan otot paraspinal misalnya pada poliomyeltis. Lordosis dijumpai pada
penderita kehamilan karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat
gaya beratnya.
Pemeriksaan kesimetrisan dilakukan dengan memeriksa kurvatura tulang belakang
dan kesimetrisan batang tubuh dari pandangan anterior, posterior dan lateral.
Dengan cara berdiri di belakang pasien, dan memperhatikan perbedaan tinggi bahu
dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Simetri bahu dan pinggul serta
kelurusan tulang belakang diperiksa dengan pasien berdiri tegak, dan membungkuk

11
ke depan (fleksi). Skoliosis ditandai dengan abnormal kurvatura lateral tulang
belakang, bahu yang tidak sama tinggi, garis pinggang yang tidak simetri dan
scapula yang yang menonjol akan lebih jelas dengan uji membungkuk kedepan.
Lansia akan mengalami kehilangan tinggi badan karena hilangnya tulang rawan dan
tulang belakang.
3. Pengkajian Persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas
dan benjolan. Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot
sekitar sendi dan pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan
normal sendi-sendi besar menurut American Academy of Orthopedic Surgeons
diukur dengan goniometer (busur derajat yang dirancang untuk mengevaluasi
gerakan sendi). Bila suatu sendi di ekstensi maksimal namun terdapat sisa fleksi,
luas gerakan terbatas yang disebabkan karena deformitas skeletal, patologi sendi
atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya. Pada lansia penurunan keterbatasan
gerakan yang disebabkan patologi degeneratif sendi dapat berakibat menurunnya
kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari. Inspeksi persendian dan bandingkan
secara bilateral Harusnya didapat kesimetrisan tanpa kemerahan, pembengkakan,
pembesaran / deformitas. Palpasi sendi dan tulang untuk mengetahui edema dan
tenderness. Palpasi sendi selama gerakan untuk mengetahui adanya krepitasi. Sendi
harusnya terasa lembut saat bergerak dan tidak ada nodul.
Deformitas sendi disebabkan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi),
subluksasi (lepasnya sebagian permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar sendi),
dislokasi (lepasnya permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur penyangga
sendi dapat mengakibatkan sendi terlalu lemah untuk berfungsi normal, sehingga
memerlukan alat penyokong eksternal (mislanya brace)
Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi),
pembengkakan, dan peningkatan suhu yang mencerminkan inflamasi aktif. Dapat
dicurigai adanya effuse jika sendi membengkak, ukurannya dan tonjolan tulangnya
samar. Tempat tersering terjadinya efusi adalah lutut.bila hanya ada sedikit cairan
pada rongga sendi dibawah tempurung lutut dapat diketahui dengan maneuver :
aspek lateral dan medial lutut dalam keadaan ekstensi dapat diurut dengan kuat
kearah bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan cairan kearah bawah. Begitu
ada tekanan dari sisi lateral dan medial pemeriksa akan melihat benjolan disisi lain
dibawah tempurung lutut.

12
4. Pengkajian Sistem Otot
Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot
dan koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing oror. Kelemahan otot
menunjukkan polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia
grafis, poliomyelitis, distrofi otot. Dengan palpasi otot saat ekttremitas relaks
digerakkan secara pasif akan terasa tonus otot. Mengkaji kekuatan kekuatan otot
dilakukan dengan palpasi otot dan ektermitas yang digerakkan secara pasif dan
rasakan tonus otot.

5. OTOT
a. Inspeksi ( look )

 Ukuran otot misal : otot lengan , paha bandingkan dengan sisi yang lain apakah
ada atropi dan hipertropi.

 Ukur keduanya dengan meteran

 Apakah ada mal posisi pada tubuh.

 Apakah ada tremor dan spastik.

b. Lakukan palpasi ( Feel )

 Suhu kulit apakah panas, dingin dari biasanya.

 Apakah denyutan arteri dapat diraba atau tidak.

 Jaringan lunak ; adanya spasme otot, atrofi otot, adanya tumor.

 Nyeri tekan : lokasi nyeri.


c. Move ( pergerakan )

 Nilai kekuatan otot dengan 5 tingkatan

 Adalah absen tidak ada gerakan ( para lisis total )

 Kontraksi otot , gerakan tidak ada

13
 Otot hanya mampu menggerakkan persendian , tidak dapat melawan grafitasi

 Dapat menggerakkan sendi , otot dan melawan grafitasi tidak kuat terhadap tahanan.

 dapat menggerakkan sendi & otot serta dapat melawan grafitasi dan sedikit tahanan

 Kekuatan otot normal

d. Sendi dan tuang


1. Pengukuran discrepancy (kesenjangan panjang anggota gerak)

Pengukuran anggota badan baik ektremitas atas atau bawah bertujuan untuk melihat
kelaianan sendi atau pemendekan akibat suatu kelainan
Caranya:

- Membandingkan ukuran kiri dan kanan dengan melihat perbedaan tonjolan atau
sendi-sendi tertentu, seperti lutut kiri dengan lutut kanan, siku kiri dengan siku
kanan, ankle kiri dengan ankle kanan . Misalnya contoh gambar dibawah dimana
A tampak perbedaan ukuran tibia, dan B tampak perbedaan femur

- Mengukur dengan pasti seperti

Appereance length  perbedaan jarak ukuran antara pusat dan maleolus kiri
dan kanan

2. Pemeriksaan Sendi

14
- Bandingkan kiri dan kanan tentang bentuk, ukuran, tanda radang, dan lain-lain

- Adanya nyeri tekan, nyeri gerak, nyeri sumbu, dan lain-lain

- Nilai Range of Motion (ROM) secara aktif atau pasif

- Adanya bunyi “klik, krepitasi

- Adanya kontraktur sendi

3. Pemeriksaan Gerakan Leher


Inspeksi

Suruh penderita duduk atau berdiri dengan posisi relaks. Pemeriksa memperhatikan
dari arah depan, samping dan belakang. Dari inspeksi akan terlihat :

- Leher normal  sama kiri dan kanan

- Lordosis hebat  jika leher lebih ante fleksi

- Miring  seperti pada tortikolis

Palpasi  meraba kalau ada tonjolan tulang abnormal

15
Pemeriksaan gerakan leher

16
4. Pemeriksaan Sendi Bahu
Inspeksi  simetris atau tidak

Palpasi

0-165
0-60

Adduksi N : 0 – 500 0

17
Forward Fleksi N : 0 – 165 0 Backward ekstensi N : 0 – 60 0

5. Pemeriksaan Sendi Siku


Inspeksi

Palpasi

Pergerakan

Fleksi dan ekstensi

18
6. Pemeriksaan Gerakan Pergelangan Tangan
Inspeksi

Palpasi

Pergerakan

19
7. Pemeriksaan Gerakan Punggung
Inspeksi

Fixed kyphosis Gibbus Scoliosis

Palpasi

Pergeranan

40o

Pada keadaan normal pasien bisa


menyentuh lantai sampai 7 cm dari
lantai

20
30o

8. Pemeriksaan Gerakan Lutut


Inspeksi

Palpasi

Pergerakan

21
9. Pemeriksaan Gerakan Panggul
a) Area yang terpapar adalah kedua ekstremitas inferior (masih memakai pakaian dalam).
b) Pasien diminta mengatakan bila merasakan nyeri panggul dalam pemeriksaan.
c) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara berdiri, berjalan, supinasi atau pronasi.

Inspeksi

Kiri : anterior Tengah :lateral Kanan : posterior


Keterangan :
Gambar kiri : aspek anterior
A=Pelvic tilting oleh karena deformitas adduksi/abduksi deformitas, short leg, skoliosis.
B=Muscle wasting oleh karena infeksi, polio.
C=Rotasi oleh karena osteoartritis
Gambar tengah : aspek lateral
Meningkatnya lordosis lumbar oleh karenaFixed Flexion deformity
Gambar kanan : aspek posterior
A= Scoliosis, mengakibatkan pelvic tilting
B=wasting otot gluteal,
C= terbentuknya sinus oleh karena tuberkulosis
Palpasi

22
Pergerakan

10.Pemeriksaan Ankle dan Kaki


Inspeksi

23
Palpasi

Pergerakan

6. SISTEM TERKAIT
a. Sistem Neurovaskular
Pengkajian Neurovaskuler sangat penting bagi klien dengan cedera muskuluskeletal
Sebelumnya karena risiko tinggi iskemia, deformitas, atau kehilangan fungsi pada
ekstremitas yang terpengaruh.
Pengkajian meliputi pemeriksaan :
- Nyeri
- Palor
- Denyut nadi
- Suhu
- Pengisian kapiler (Capillary refill)
- Parestesia, dan

24
- Mobilitas sendi yang terkena
Pengukuran skala nyeri membantu dalam mengetahui apakah nyeri meningkat
secara intensitas yang mungkin terjadi sebagai akibat edema atau kompresi saraf. Dingin,
palor atau sianosis dapat mengindikasikan gangguan sirkulasi. Cek denyut nadi dengan
pengisian kapiler (Capillary refill) secara bilateral untuk mengetahui apakah suplai darah
adekuat. Kehilangan sensasi dan perubahan dalam fungsi motoric pada ekstremitas dapat
mengindikasikan cederah saraf. Jika salah satu perubahan ini terjadi secara tiba-tiba,
dokter harus diberi tahu.
b. Pengkajian Saraf Perifer
Pengujian pada fungsi dan sensasi saraf di sarat periler mayor harus dilakukan
dengan menutup mata klien. Sentuhan ringan harus dapat dirasakan jika sensasi normal.
Klien harus mampu untuk mendemonstrasikan rentang pergerakan aktif pada sendi tertentu
sesuai dengan permintaan. Lakukan pengkajian yang lebih lanjut, seperti pengisian kapiler,
warna, denyut nadi, dan suhu kulit untuk pengkajian saraf perifer. Jika ekstremitas
mengalami imobilisasi seperti klien dengan gips, bebat, atau balutan, lakukan pengkajian
neurovaskular, observasi untuk pengisian kapiler dan temperatur, pergerakan sendi, serta
edema di atas dan di bawah tingkat alat yang membatasi gerak atau balutan. (Black, 2014).

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA MUSKULOSKELETAL


1. Sinar – X
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang.
Sinar- X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang
diperiksa. Sinar- X korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran,
penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya
cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi
2. CT Scan (Computed Tomografi Scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan
lunak atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi
lokasi dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti
asetabulum. Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung
sekitar satu jam.

25
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet,
gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor
atau penyempitan jaringan lunak. Klien yang mengenakan implant logam atau
pacemaker tidak bisa menjalani pemeriksaan ini. Perhiasaan harus dilepas, klien yang
klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup tanpa penenang.
4. Angiografi
Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam
arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri
tersebut. Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa
digunakan untuk indikasi tindakan amputasi yang akan dilaksanakan. Perawatan
setelah dilakukan prosedur yaitu klien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk
mencegah perdarahan pada tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan,
perdarahan dan hematoma serta nya pantau ekstremitas bagian distalnya untuk
menilai apakah sirkulasinya adekuat.
5. Digital Substraction Angiography (DSA)
Menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan sistem arteri melalui
kateter vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering
digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis vena dalam
6. Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga
subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus,
stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya tumor. Sementara,
diskografi adalah pemeriksaan diskus vertebralis dengan menyuntikkan bahan
kontras ke dalam diskus dan dilihat distribusinya
7. Arthrografi
Penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat
struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran
pergerakannya sementara diambil gambar sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat
berguna untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau
ligamen penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan. Bila terdapat

26
robekan bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar sendi dan akan terlihat
dengan sinar-X. Perawatan setelah dilakukan artrogram, imobilisasi sendi selama 12-
24 jam dan diberi balut tekan elastis. Tingkatkan kenyamanan klien sesuai
kebutuhan.
8. Arthrosentesis (aspirasi sendi)
Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau
untuk meghilangkan nyeri akibat efusi. Normalnya, cairan sinovial adalah jernih dan
volumenya sedikit. Cairan sinovial lalu diperiksa secara makroskopis terkait dengan
volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara mikroskopis diperiksa
jumlah sel, identifikasi sel, pewarnaan Gram, dan elemen penyusunannya.
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi
inflamasi, serta hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah pada
trauma atau kecenderungan perdarahan.
9. Arthroskopi
Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan langsung ke
dalam sendi. Pemeriksaan ini dilakukan di kamar operasi dan memerlukan anestesi
lokal atau umum sebelumnya. Jarum bor besar dimasukkan dan sendi direnggangkan
dengan salin. Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi, sinovium dan
permukaan sendi dapat dilihat. Perawatan yang dilakukan setelah tindakan adalah
dengan menutup luka dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk
menghindari pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi edema dan
rasa tidak nyaman.
10. Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop
radioaktif khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai
dilakukan empat sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan. Derajat ambilan
nuklida berhubungan langsung dengan metabolisme tulang. Peningkatan ambilan
tampak pada penyakit primer tulang (osteomielitis) dan pada jenis patah tulang.
11. Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti
artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi. Pemeriksaan serial berguna untuk

27
mendokumentasikan episode inflamasi dan respons klien terhadap terapi pengobatan
antiinflamasi.
12. Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi.
Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi unit motor end. Setelah tindakan
berikan kompres hangat untuk mengurangi ketidaknyamanan.
13. Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan
tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi dengan menggunakan alat
densitometri.
14. Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium
serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan
setelah pelaksanaan prosedur adalah memantau adanya edema, perdarahan dan nyeri.
Kompres es dapat diberikan untuk mengurangi edema, bahkan pemberian analgetik
untuk mengatasi nye

Link Mekanisme Kerja Otot


https://youtu.be/cyyLGxPGb4o

28
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M. dan J. H. H. (2014). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Manajemen Klinis Untuk


Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Singapore: ELSE

Indraswati, R. 2020. Keperawatan-Sistem-Muskuloskleletal-Pertemuan. Lukman,


Ningsih

Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Risnanto dan Insani, Uswatun. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah : Sistem
Muskuloskeletal. Yogyakarta : Deepublish.

Suratun, S. K. M., Heryati, S. K., & Santa Manurung, S. K. M. (2006). Klien gangguan sistem
muskuloskeletal SAK. EGC.

Suratun.,Heryati., Santa, M.dkk. 2008 . Seri Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Muskuloskeletal. Penerbit : EGC. Jakarta.

29
30

Anda mungkin juga menyukai