Anda di halaman 1dari 14

Pengkajian Umum Sistem Muskuloskeletal

Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh


data tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seseorang. Data tersebut dikordinasikan
dengan riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang social dan psikologi
pasien.
Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola
ambulasi, alat bantu yang digunakan (mis., kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika ada
nyeri tetapkan lokasi, lama, dan factor pencetus) kram atau kelemahan. Pengkajian perlu
dilakukan secara sistematis, telitit, dan terarah. Data yang dikumpulkan meliputi data
subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
diagnostic.

Anamnesis
1. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis
transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.
2. Riwayat perkembangan. Data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada
neonates, bayi, prasekolah, remaja, dewasa, dan tua.
3. Riwayat social. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang terpapar
terus menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status kesehatannya dapat
dipengaruhi. Temukan akibat fungsional seperti pasien menjadi tak dapat berjalan,
makan, dan sebagainya. Dan alat bantu apa yang digunakan pasien (misalnya kursi
roda, kursi-tandu; modifikasi yang dibuat dirumah)?.
4. Riwayat penyakit keturunan. Riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk
menentukan hubungan genetic yang perlu diidentifikasi (mis., penyakit diabetes
mellitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi degenartif; TBC, arthritis,
riketsia, osteomeilitis, dll.)
5. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini
dapat mengakibatkan stress pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadinya
instabilitas ligament, khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan
kalsiun dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu
makanan sehari-hari dan komsumsi vitamin A, D, kalsium, serta protein yang
merupakan zat untuk menjaga kondisi musculoskeletal.
6. Riwayat penggunaan obat-obatan. Tanyakan pada pasien mengenai analgesic, OAINS,
kortikosteroid, imunosupresan lain, penisilinamin, dan klorkuin.
7. Aktivitas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitasnya sehari-
hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot
dan trauma lainnya. Kurangnya melakukana aktivitas mengakibatkan tonus otot
menurun. Fraktur atau trauma dapat timbul pada olahraga sepakbola dan hoki,
sedangkan nyeri sendi tangan dapat timbul akibat olahraga tenis. Pemakaian hak
sepatu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat
terjadi dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah ada
nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat, walker)
8. Riwayat kesehatan masa lalu. Data ini meliputi kondisi kesehatan individu. Data
tentang adanya efek lansung atau tidak lansung terhadap musculoskeletal. Adakah
riwayat kelainan sendi atau tulang sebelumnya?, Pernahkah pasien manjalani operasi
seperti penggantian sendi?. Misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan,
riwayat artiritis, dan osteomeilitis.
9. Riwayat kesehatan sekarang. Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma.
Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbul
untuk pertama kalinya atau berulang. Perlu ditanyakan pula tentang ada-tidaknya
gangguan pada system lainnya. Kaji klien untuk mengungkapkan alasan klien
memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas kesehatan. Keluhan utama pasien
dengan gangguan musculoskeletal meliiputi:
a. Nyeri. Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah,
sendi, fasia, atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk
atau berdenyut. Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit
berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur
atau infeksi tulnag. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi
aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu tanda masalah persendian.
Degenarasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu pada sendi
tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan.
Nyeri pada osteoarthritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan
nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari. Inflamasi pada bursa atau
tendon makin meningkat pada malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat
istirahat. Apakah nyerinya dapat diatasi dengan obat tertentu.
b. Kekakuan sendi. Tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya
kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa kondisi seperti
spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit
degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah
bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas. Suhu
dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu panas
biasanya menurunkan spasme otot.
c. Bengkak. Tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai
dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cedera pada otot.
Penyakit degenarasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan,
tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan istirahat dan
meninggikan bagian tubuh, ada yang dipasang gips. Identifikasi apakah ada panas
atau kemerahan karena tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi, infeksi,
atau cedera.
d. Deformitas dan imobilitas. Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau
bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk
dengan aktivitas, apakah dengan posisi tertentu makin memburuk. Apakah klien
menggunakan alat bantu (kruk, tongkat, dll.).
e. Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh
tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri.
Penekanan pada saraf dan pembuluh darah akibat bengkak, tumor atau fraktur
dapat menyebabkan menurunnya sensasi.
Riwayat Kesehatan
Pola Kesehatan Pertanyaan Wawancara dan Pernyataan Arahan
Fungsional
Persepsi  Jelaskan aktivitas sehari-hari Anda?
Kesehatan-  Apakah Anda merasa kesulitan melakukan aktivitas?
Manajemen  Apakah Anda mengkonsumsi obat atau produk herbal untuk
Kesehatan mengatasi masalah muskuloskeletal Anda?
Nutrisi-Metabolik  Makanan apa yang biasanya Anda konsumsi tiap hari?
 Apakah Anda mengalami kesulitan menyiapkan makanan?
 Apakah Anda mengkonsumsi suplemen?
 Berapa berat Anda? Apakah ada penurunan atau penambahan berat?
Eliminasi  Apakah masalah muskuloskeletal ini membuat Anda kesulitan untuk
mencapai toilet tepat waktu?
 Apakah Anda membutuhkan alat bantu untuk kenyamanan di toilet?
 Apakah pengalaman konstipasi Anda berhubungan dengan penurunan
mobilitas atau konsumsi obat untuk masalah muskuloskeletal Anda?
Aktivitas-Latihan  Apakah Anda membutuhkan asisten untuk memenuhi aktivitas sehari-
hari karena masalah muskuloskeletal Anda?
 Jelaskan pola olahraga Anda. Apakah Anda mengalami gejala
muskuloskeletal sebelum, selama, dan setelah olahraga?
 Apakah Anda mampu mengggerakkan semua sendi dengan nyaman
melalui ROM penuh?
 Apakah Anda mempunyai alat bantu ortopedik?
Tidur-Istirahat  Apakah Anda mengalami kesulitan tidur karena masalah
muskuloskeletal? Apakah Anda membutuhkan perubahan posisi secara
berkala pada malam hari?
 Apakah Anda bangun di malam hari karena nyeri muskuloskeletal?
 Apakah Anda menggunakan terapi komplementer dan alternatif untuk
membantu tidur Anda di malam hari?
Kognitif-Persepsi  Gambarkan pengalaman nyeri muskuloskeletal Anda? Bagaimana cara
Anda mengatasi nyeri Anda?
Persepsi Diri-  Gambarkan bagaimana perubahan sistem muskuloskeletal Anda
Konsep Diri (postur, berjalan, kekuatan otot) dan penurunan kemampuan untuk
melakukan sesuatu dapat mempengaruhi perasaan Anda. Apakah
perubahan ini mempengaruhi gaya hidup Anda?
Peran-Hubungan  Apakah Anda tinggal sendiri?
 Gambarkan bagaimana keluarga, teman, atau orang lain membantu
Anda dengan masalah sistem muskuloskeletal Anda?
Koping-Stress-  Gambarkan bagaimana Anda menyikapi masalah seperti nyeri,
Toleransi kelemahan, atau imobilitas karena sistem muskuloskeletal?
Nilai-Keyakinan  Gambarkan praktik kebudayaan atau keyakinan yang dapat
mempengaruhi perawatan dari masalah sistem muskuloskeletal.
Pola Seksualitas-  Gambarkan perhatian seksual berhubungan dengan masalah
Reproduksi muskuloskeletal Anda?
PEMERIKSAAN FISIK
Prosedur dan Temuan Normal Temuan Abnormal
Inspeksi Pembengkakan akibat kelebihan cairan sendi
Perhatikan ukuran dan kontur sendi. Inspeksi (efusi), penebalan lapisan sinovial,
kulit dan jaringan di atas sendi untuk warna, peradangan jaringan lunak sekitarnya
pembengkakan dan setiap massa atau kelainan (bursae, tendon) atau pembesaran tulang.
bentuk. Kehadiran pembengkakan yang Kecacatan termasuk dislokasi (satu atau
signifikan dan sinyal adanya iritasi sendi. lebih tulang dalam persendian keluar dari
posisi), subluksasi (dislokasi parsial sendi),
kontraktur (pemendekan otot yang mengarah
ke terbatasan ROM sendi) atau ankilosis
(kekakuan atau fiksasi sendi).
Palpasi
Palpasi setiap sendi, termasuk suhu kulit, otot, Cairan yang teraba adalah tidak normal.
tulang dan sambungan daerah kapsul sendi. Karena cairan yang terkandung dalam
Kenali adanya panas, nyeri, pembengkakan kantung tertutup, jika Anda mendorong di
atau massa. Sendi-sendi biasanya tidak lembut salah satu sisi kantung, cairan akan bergeser
untuk dipalpasi. Jika kelembutan (tenderness) dan menyebabkan menonjol terlihat pada
tidak didapat, cobalah untuk melokalisasi ke sisi lain.
struktur anatomi tertentu (misalnya kulit, otot,
bursae, ligamen, tendon, bantalan lemak atau Palpasi TMJ dengan dua jari tangan masing-
kapsul sendi) masing di depan tragus telinga.
membran sinovial biasanya tidak teraba. - Anjurkan pasien untuk membuka mulut
Ketika menebal, rasanya pucat atau dan menutup; menilai derajat pembukaan
berlumpur. Sejumlah kecil cairan hadir dalam maksimal (pasien harus dapat menempatkan
sendi yang normal, tetapi tidak teraba. 3 jari secara vertikal ditempatkan di mulut).
- Selain itu, dengan mulut terbuka,
mandibula harus bergerak lateral ke setiap
sisi setidaknya 1,5 cm.
Perkusi
Gunakan permukaan ulnar kepalan tangan
untuk pemeriksaan tulang belakang

Auskultasi
Gunakan stetoskop untuk Ausculate TMJ, jika krepitus dicurigai,
Temporomandibular Joint (TMJ) dan audible sementara pasien membuka dan menutup
tendinous rubs. mulut, lakukan Spurling atau tes Vertex
Kompresi (untuk nyeri radikuler serviks atau
paresthesia).
Paksa menekan secara vertikal di atas kepala
untuk kompres akar saraf serviks. Biasanya
ini ditoleransi dengan baik. Hindari
melakukan tes ini pada orang tua, orang-
orang lemah atau pasien dengan penyakit
tulang serius atau cedera.
Pasien duduk di atas meja Pemeriksaan
menghadap pemeriksa.
Tangan / Pergelangan Tangan:
1. Inspeksi Range of Motion (aktif, dilakukan Pembesaran sendi atau deformitas pada jari
oleh pasien) tangan.
a. jari: fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi Inspeksi atrofi intrinsik (tendon ekstensor)
b. ibu jari: fleksi, ekstensi,abduksi, dan Inspeksi telapak tangan untuk nodul palmar,
adduksi hypthenar, atau atrofi otot tenar.
c. Pergelangan tangan: fleksi, ekstensi,
adduksi, dan abduksi Carpal tunnel syndrome - kompresi saraf
median antara retinakulum fleksor dan
Sendi interphalangeal distal (angka 2-5): 0 tulang-tulang karpal lebih. Gejala neuropatik
sampai 80 derajat fleksi. (nyeri dan parestesia) yang hadir sepanjang
Sendi interphalangeal proksimal (angka 2-5): distribusi saraf median (mempengaruhi ibu
9-120 derajat fleksi. jari, telunjuk, jari tengah, dan setengah
Sendi interphalangeal jempol: 35 derajat lateral jari manis).
hiperekstensi, 90 derajat fleksi.
Metacarpophalangeal sendi (angka 3-5): 30 Tanda Tinel - hiperekstensi pergelangan
derajat hiperekstensi, 90 derajat fleksi. tangan dan tekan saraf median dengan jari
Sendi metacarpophalangeal jempol: 0 sampai tengah atau refleks hammer. Sebuah tanda
70 derajat fleksi positif adalah rasa sakit atau parestesia
menjalar ke bawah telapak ke dalam indeks,
tengah, dan setengah lateral jari manis
(distribusi saraf median).

Tes Phalen - Fleksi pergelangan tangan 900


dan mempertahankannya untuk setidaknya
40-60 detik. Sebuah tes positif akan menjadi
sakit atau parestesia dalam distribusi saraf
median. Tes Phalen lebih sensitif
dibandingkan tanda Tinel.
Deformitas sendi rheumatoid arthritis dengan
deviasi jari ulnar dan “leher-angsa”. Median uji Kompresi saraf - ujian fisik yang
paling akurat untuk carpal tunnel syndrome.
Tegas menekan saraf median dengan ibu jari
di retinakulum fleksor selama sekitar 40
detik. Sebuah tes positif akan menjadi sakit
atau parestesia dalam distribusi saraf
median. Tes ini juga disebut tes kompresi
karpal.

Goinometer (pengukuran ROM sendi)

osteoarthritis

Siku: Inspeksi epikondilus humeri, olekranon


Menilai Range of Motion (aktif, dilakukan untuk deformitas.
oleh pasien) Palpasi lateral dan medial epikondilus
Anjurkan pasien untuk fleksi dan ekstensi humerus untuk nyeri (Tennis elbow, Golf
siku. Elbow)
Dengan siku tertekuk 90°, supinasi dan
pronasi masing-masing tangan pasien.

Bahu:
Menilai Range of Motion. Anjurkan pasien Inspeksi bahu untuk Asimetri (tinggi, curah
untuk: otot, posisi, tonjolan tulang).
a. Angkat (abduksi) kedua lengan di atas Palpasi bahu masing-masing untuk masalah
kepala. rotator cuff.
b. Tempatkan tangan di belakang leher untuk
menilai abduksi, rotasi eksternal dan fleksi Inspeksi adanya nyeri.
siku.
c. Tempatkan tangan di belakang punggung
untuk menilai rotasi internal.

Kekuatan Cengkeraman.
Minta pasien untuk membuat kepalan. Amati
gerakan tangan dan jari.
Mintalah pasien untuk megang jari-jari Anda
dan nilai tingkat kekuatan pegangan.
Remas melintasi kedua metacarpal (kelima
jari).
Tulang Belakang Leher (Servical)
Inspeksi Kepala mengarah ke satu sisi.
 Penyelarasan kepala dan leher. Tulang Ketidaksemetrisan otot.
belakang harus lurus dan kepala tegak. Nyeri tekan dan otot keras dengan kejang
 Palpasi prosesus spinosus dan otot.
sternomastoid, trapezius dan otot Pasien harus merasa tegas, tanpa kejang otot
paravertebral. atau pun nyeri.
 Minta pasien untuk fleksi dan ekstensi, Perhatikan rasa sakit atau pembatasan
rotasi kanan dan kiri, dan menoleh kanan gerakan.
dan kiri. Inspeksi scapular winging.
 Minta pasien untuk mendekatkan telinga
mereka pada bahu  Nilai fleksi serviks
lateral
 tulang belakang torakolumbalis
 Pegang panggul pasien dari belakang dan
minta mereka untuk berbalik dari sisi ke
sisi  Nilai rotasi torakolumbalis.
 Minta pasien untuk menyentuh jari kaki
mereka. Palpasi untuk rentang gerakan
lumbal. Tempatkan dua jari di atas tulang
lumbal. Jari-jari Anda harus bergerak
terpisah ketika pasien membungkuk depan Kifosis Lordosis Skoliosis
 Nilai gerakan tulang belakang lumbar.

Tulang Belakang
 Inspeksi tulang belakang untuk setiap
kelainan termasuk kyphosis, scoliosis dan
lordosis.
 Observasi kesimetriran kaki dan panggul.
Pasien Berbaring terlentang di Meja
Pemeriksaan (dengan tubuh bagian atas
tertutup).
Pinggul
Menilai ROM pasif - fleksi, rotasi internal dan Tes trendelenburg, ketika pasien berdiri dan
eksternal. gluteal tidak turun pada fleksi pinggul
ipsilateral.
Palpasi lembut Greater trochanters kedua
femurs untuk nyeri tekan.

Pegang lutut dan pinggul tertekuk sampai 90


derajat. Menilai tingkat rotasi internal di
masing-masing pinggul.

Lutut
Periksa untuk deformitas valgus atau varus, Cairan atau efusi di lutut dirasakan dalam
hipertrofi garis sendi, efusi. dua mode:

Amati setiap massal otot berkurang terutama     Gunakan tangan kiri untuk menekan
di paha. refleksi dari kapsul sendi di bawah tendon
paha depan dan jari-jari tangan kiri
Minta pasien untuk fleksi dan ekstensi kedua menangkup di sekitar margin lateral sendi
lutut. untuk kompres cairan jika ada di bawah
tempurung lutut. Kemudian gunakan tangan
Pasif fleksi dan ekstensi lutut sambil palpasi kanan untuk menekan ke bawah pada patela,
adanya krepitus dan kehangatan. menghasilkan ballottement dan klik sebagai
patela pemogokan kondilus femoralis.
    Sejumlah kecil cairan dapat dirasakan
oleh tekanan memproduksi pada permukaan
lateral sendi secara membelai untuk
mengekspresikan cairan jika ada ke bagian
medial sendi. Tekanan ini kemudian
ditempatkan pada bagian medial sendi untuk
menghasilkan tonjolan cairan sebagai cairan
diungkapkan kembali ke bagian lateral.
Manuver yang sama ini dapat dilakukan
dengan palpasi permukaan medial untuk
mengekspresikan cairan dan memproduksi
tonjolan pada permukaan medial.

Dengan tangan kiri memegang teguh atas


patela, meminta pasien untuk melenturkan
dan memperpanjang lutut perlahan. Dalam
melakukan manuver ini, perhatikan sudut
perluasan dan fleksi dan apakah atau tidak
krepitus hadir sebagai sendi bergerak.
Perpanjangan harus penuh 180 derajat atau 0
derajat, dan fleksi mungkin untuk 130
derajat. Jika ada keterbatasan dalam kisaran
ini, maka gerakan ini harus dilakukan secara
pasif oleh pemeriksa dengan pasien santai
dalam rangka untuk menggambarkan
penyebab keterbatasan.
Pasien Berdiri
Kaki
Inspeksi deformitas kaki dan pergelangan Periksa kaki untuk setiap pembengkakan,
kaki. deformitas atau callosities.
Melihat sepatu pasien untuk pemakaian yang
Anjurkan pasien untuk berjalan, inspeksi tidak rata.
rotasi internal atau eksternal kaki selama
berjalan. Valgus Halluks yaitu penyimpangan ke arah
lateral ibu jari.
Observasi orang berjalan, berbalik kemudian Jari hammer (martil), yaitu hiperekstensi
berjalan kembali pada sendi metatarsofalangeal dengan fleksi
pada sendi interfalangeal proksimal.
Observasi kesimetrisan dan kelancaran gaya
jalannya Gaya berjalan antalgic adalah gejala nyeri
dengan postur berat. Cara berdiri tidak
Apakah pasien lemas? normal dipersingkat relatif terhadap fase
lenggang/lenggok
Amati setiap otot yang berkurang dalam
gluteal Ataksia adalah kurangnya besarnya
koordinasi gerakan otot. Salah satu dari
Mampukah pasien berbalik dengan cepat? tanda neurologis
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. X-Ray
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang.
Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa.
Sinar-X korteks tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda
iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas,
penyempitan, dan perubahan struktur sendi
2. CT Scan (Computed Tomografi Scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak
atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan
dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
3. Computed axial tomography (CAT)
adalah sebuah metode penggambaran medis menggunakan tomografi dimana
pemrosesan geometri digunakan untuk menghasilkan gambar 3 dimensi . ini membantu
untuk mendeteksi tumor jaringan lunak dan fraktur spinal
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang
radio, dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau penyempitan
jaringan lunak. Klien yang mengenakan implant logam atau pacemaker tidak bisa
menjalani pemeriksaan ini. Perhiasaan harus dilepas, klien yang klaustrofobia biasanya
tidak mampu menghadapi ruangan tertutup tanpa penenang.
5. Dual- Energy Xray Absorptiometry (DEXA)
DEXA digunakan untuk mendeteksi kehilangan massa tulang dan merupakan
pemeriksaan standar terbaik untuk osteoporosois. Selain itu, untuk mengetahui densitas
tulang juga dapat dilakukan Quantitative ultrasound (QUS), Bone mineral density (BMD),
dan Bone absorptiometry.
6. Angiografi
Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque diinjeksikan ke dalam
arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial sistem arteri yang dipasok oleh arteri
tersebut. Pemeriksaan ini sangat baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan
untuk indikasi tindakan amputasi yang akan dilaksanakan. Perawatan setelah dilakukan
prosedur yaitu klien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam untuk mencegah perdarahan
pada tempat penusukan untuk melihat adanya pembengkakan, perdarahan dan hematoma
serta nya pantau ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya adekuat.
5.    Digital Substraction Angiography (DSA)
Menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan sistem arteri melalui
kateter vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan sistem vena yang sering
digunakan untuk mendeteksi adanya trombosis vena dalam
6.    Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam rongga
subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya herniasi diskus, stenosis
spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau adanya tumor. Sementara, diskografi adalah
pemeriksaan diskus vertebralis dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam diskus dan
dilihat distribusinya
7.     Arthrografi
Penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi untuk melihat
struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi diletakkan dalam kisaran pergerakannya
sementara diambil gambar sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat berguna
untukmengidentifikasi adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen
penyangga lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan. Bila terdapat robekan
bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar sendi dan akan terlihat dengan sinar-X.
Perawatan setelah dilakukan artrogram, imobilisasi sendi selama 12-24 jam dan diberi
balut tekan elastis. Tingkatkan kenyamanan klien sesuai kebutuhan
8.    Arthrosentesis (aspirasi sendi)
Dilakukan untuk memperoleh cairan sinovial untuk keperluan pemeriksaan atau untuk
meghilangkan nyeri akibat efusi. Normalnya, cairan sinovial adalah jernih dan
volumenya sedikit. Cairan sinovial lalu diperiksa secara makroskopis terkait dengan
volume, warna, kejernihan, dan adanya bekuan musin. Secara mikroskopis diperiksa
jumlah sel, identifikasi sel, pewarnaan Gram, dan elemen penyusunannya. Pemeriksaan
ini sangat berguna untuk mendiagnosis reumatoid artritis dan atrofi inflamasi, serta
hemartrosis (perdarahan di rongga sendi) yang mengarah pada trauma atau
kecenderungan perdarahan.
9.    Arthroskopi
Merupakan prosedur endoskopi yang memungkinkan pandangan langsung ke dalam
sendi. Pemeriksaan ini dilakukan di kamar operasi dan memerlukan anestesi lokal atau
umum sebelumnya. Jarum bor besar dimasukkan dan sendi direnggangkan dengan salin.
Artroskop kemudian dimasukkan dan struktur sendi, sinovium dan permukaan sendi
dapat dilihat. Perawatan yang dilakukan setelah tindakan adalah dengan menutup luka
dengan balutan steril. Sendi dibalut dengan balutan tekan untuk menghindari
pembengkakan. Kompres es diberikan untuk mengurangi edema dan rasa tidak nyaman.
10.  Skintigrafi Tulang (Pemindai Tulang)
Menggambarkan derajat sejauh mana matriks tulang “mengambil” isotop radioaktif
khusus tulang yang diinjeksikan ke dalam sistem tersebut. Pemindai dilakukan empat
sampai enam jam setelah isotop diinjeksikan. Derajat ambilan nuklida berhubungan
langsung dengan metabolisme tulang. Peningkatan ambilan tampak pada penyakit
primer tulang (osteomielitis) dan pada jenis patah tulang.
11. Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi inflamasi seperti
artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi. Pemeriksaan serial berguna untuk
mendokumentasikan episode inflamasi dan respons klien terhadap terapi pengobatan
antiinflamasi.
12.  Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang menyarafi.
Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi unit motor end. Setelah tindakan
berikan kompres hangat untuk mengurangi ketidaknyamanan.
13.  Absorpsiometri foto tunggal dan ganda
Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada pergelangan tangan
atau tulang belakang. Osteoporosis dapat dideteksi dengan menggunakan alat
densitometri.
14.  Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan sinovium serta
untuk membantu menentukan penyakit tertentu. Tindakan yang dilakukan setelah
pelaksanaan prosedur adalah memantau adanya edema, perdarahan dan nyeri. Kompres
es dapat diberikan untuk mengurangi edema, bahkan pemberian analgetik untuk
mengatasi nyeri.
15. Pemeriksaan tulang lainnya
 Indium Scan, tes ini digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi tulang
(osteomyelitis)
 Bone Scan, scan tulang digunakan untuk mendeteksi tumor dan osteomyelytis
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Niali normal Abnormalitas


Kalsium 8-10,5 mg/dl Hiperkalsemia : metastase kanker pada
4,5-5,5 mg/dl tulang, stadium penyembuhan fraktur

Hipokalsemia : osteoporosis,
osteomalasia
Fosfor 2,5-4,0 mg/dl dlam serum Hipokalsemia : fase penyembuhan
fraktur, tumor tulang, akromegali

Hipofosfatemia : osteomalasia
Alkalin Fosfatase 30-90 IU/l Meningkat : metastase kanker pada
tulang, osteomalasia, penyakit page
Laju Endap Darah (LED) Westergen Meningkat : infeksi/peradangan
Pria : 0-15 mm/jam karsinoma, kerusakan pada sel
Wanita : 0-20 mm/jam

Wintrobe
Pria : 0-9 mm/jam
Wanita : 0-15 mm/jam
Enzim otot 15-150 IU / l Meningkat : trauma otot, distrofi otot
(Creatine Phosphokinase) progesif, efek elektromiografi
CPK
LDH 60-150 IU/l Meningkat : nekrosis otot skeletal,
( lactate Dehidrogenase) karsinoma, distrofi otot progesif
SGOT 10-50 U/al Meningkat : trauma otot skeletal, distrofi
( Serum Glutamic Oxalo otot progesif
Transaminase )
Aldolase 1,3-8,2 U/al Meningkat : poliomielitis dan
dermatomiositis, distrofi otot
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (n.d.). Diagnostic test of musculoskeletal system. Diakses dari


http://wps.prenhall.com/wps/media/objects/3775/3866433/tools/Dia_Tests/
TDTNI_Ch40_p1387.pdf tanggal 26 Maret 2015.

Bare, B. G., & Smeltzer, S. C . (2004). Brunner and Suddarth’s textbook of medical-surgical
nursing (10th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Bates, B. (1998). Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Jakarta: EGC.

Black, J., Hawks, J. (2006 ). Medical Surgical Nursing Clinical Management for positive
Outcomes. Philadelphia: WB Saunders Company

Gleadle. J., (2005). At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik.Penerbit Erlangga, Jakarta

Jarvis, C. et al. (2012). Jarvis’s Physical Examination & Health Assessment. Australia:
Elsevier Australia.

Lewis, S. M., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-surgical
nursing: Assessment and management of clinical problems (9th ed.). ebook.

Lukman, Ningsih N. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.

Suratun, Heryati, Santa Manurung, Een Raenah., (2008). Klien gangguan system
musculoskeletal: seri asuhan keperawatan. Jakarta. EGC

Timby, B. K., & Smith, N. E. (2009). Introductory medical-surgical nursing (10th ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Umich. (2015). Pemeriksaan muskuloskeletal 2014-2015. Diakses dari


www.med.umich.edu/.../outlines/docs/MusculoskeletalExamOutline.doc tanggal 26
Maret 2015.

Willms, J. L. (2005). Diagnosis fisik: Evaluasi diagnosis dan fungsi di bangsal. Jakarta:
EGC.

Wilson, C. H. (n.d.). Clinical Methods: The history, physical, and laboratory examinations
(3rd ed.). Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK272/ tanggal 26
Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai