Anda di halaman 1dari 7

Pengapuran Sendi atau osteoartritis

Definisi

Anda pernah mengalami nyeri pada sendi? Bisa sudah dan mungkin juga belum. Hampir
bisa dipastikan, mayoritas orang pernah mengalaminya. Masyarakat awam biasanya
langsung beranggapan, hal itu disebabkan rematik atau asam urat. Sebagian lagi
berpikir itu akibat osteoporosis. Lantas apa sebetulnya dan bagaimana dengan
solusinya?

Nyeri sendi yang dimaksud adalah penyakit osteoartritis. Apa itu osteoartritis (OA)? Osteoartritis
adalah suatu penyakit kronis yang mengenai sendi dan tulang di sekitar sendi tersebut. OA dianggap
penyakit degeneratif, atau penyakit orang tua karena sendi menjadi aus atau usang,

CERITANYA

Pada sendi, diantara kedua tulang kita ada jaringan tulang rawan

Kartilago Hyalin (jaringan tulang rawan) adalah jaringan elastis yang berfungsi sebagai bantalan
dimana tulang bertemu dan bergerak. Fungsinya ibarat penyangga atau shock breaker pada mobil.
Bantalan ini juga mengandung pelumas. Dengan adanya bantalan tersebut, maka tidak akan terasa
sakit saat menggerakkan persendian.

Apabila kerusakan kartilago hyalin berlangsung lebih cepat daripada kemampuannya untuk
memperbaiki dirinya sendiri, maka terjadi penipisan tulang rawan dan kehilangan pelumas sehingga
kedua tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa sakit pada sendi.

Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulangnya juga ikut berubah. NAH JADI ada
mekanisme pertahanan tubuh yang tujuannya untuk menjadikan sendi kembali stabil: Pada
permukaan sendi yang sudah aus, terjadilah pengapuran, yaitu tumbuhnya tulang baru yang
merupakan. Tapi ini justru membuat sendi menjadi kaku.

Itu juga merupakan asal sebagian orang awam mengatakan hal ini sebagai pengapuran.
Lantaran pada saat tulang difoto rontgen terdapat osteofit (semacam taji). Sebetulnya
bukan tumbuh, namun karena kerusakan pada tulang rawan maka timbul osteofit.

Sebetulnya tidak ada kapur. Kondisi ini membuat orang jadi salah kaprah. Mereka jadi
takut minum kalsium sebab khawatir kapurnya bertambah besar, padahal sama sekali
tidak ada hubungannya,” jelas dr. Andri.

Selain diakibatkan oleh aus, osteoartritis juga dapat disebabkan oleh karena trauma atau akibat dari
penyakit sendi yang lain (sekunder).

Ada dua macam Osteoarthritis:

Osteoarthritis Primer: dialami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari proses penuaan alami, tidak
diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif, dan dapat mengenai lebih
dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang menanggung berat badan seperti lutut dan
panggul, bisa juga menyerang punggung, leher, dan jari-jari.

Osteoarthritis Sekunder: dialami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma
(instabilitas) yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak
sejajar), akibat sendi yang longgar, dan pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor
genetik dan penyakit metabolik.

Gejala klinis
Keluhan yang dirasakan pasien OA adalah nyeri pada sendi, terutama sendi yang menyangga berat
tubuh (seperti sendi lutut atau pinggang). Nyeri terutama dirasakan sesudah beraktivitas
menggunakan sendi tersebut, dan berkurang jika istirahat.

Kadang-kadang timbul rasa kaku di sendi tersebut pada pagi hari sesudah bangun tidur, berlangsung
kurang dari 30 menit. Kaku ini akan membaik setelah digerak-gerakkan beberapa saat. Bila
digerakkan bisa terdengar bunyi “krek”krepitus. Setelah beberapa waktu kemudian penyakit ini dapat
memberat sehingga terasa nyeri juga pada saat sedang istirahat. Penekanan pada beberapa bagian
tertentu di sekitar sendi yang nyeri akan terasa sakit. Gerak sendi juga menjadi terbatas karena nyeri.

Pemeriksaan penunjang

pemeriksaan laboratorium tidak dapat menegakkan diagnosis OA, namun dapat mengeliminasi
penyakit lain dengan gejala mirip OA

Pada rontgen dapat terlihat gambaran celah sendi yang menyempit, tumbuh tulang kecil (osteofit) dan
terjadi sklerosis (pengapuran) disekitar sendi yang terkena tersebut.

Faktor risiko OA

Usia tua merupakan salah satu faktor risiko terjadi OA. Hampir semua orang di atas usia 70 tahun
mengalami gejala OA ini, dengan tingkat nyeri yang berbeda-beda. Sebelum usia 55 tahun
perbandingan OA pada pria dan wanita sebanding, namun pada usia di atas 55 tahun lebih banyak
pada wanita.

Faktor risiko lain adalah riwayat keluarga dengan OA, berat badan berlebih, pekerjaan yang
membutuhkan jongkok atau berlutut lebih dari 1 jam/ hari. Pekerjaan mengangkat barang, naik
tangga atau berjalan jauh juga merupakan risiko.

Olah raga yang mengalami trauma pada sendi seperti sepak bola, basket atau voli juga
meningkatkan risiko OA.

Beberapa penyakit lain yang bisa menimbulkan OA sekunder antara lain artritis reumatoid, gout,
hemofilia.

1. Usia di atas 50 tahun.


2. Wanita. Menurut penelitian di Amerika Serikat, osteoarthritis lebih sering menyerang wanita
dibandingkan pria. Ini berhubungan dengan menopause. Pada periode ini, hormon estrogen
tidak berfungsi lagi. Sementara salah satu fungsi hormon ini adalah untuk mempertahankan
massa tulang. Bentuk tubuh perempuan juga menjadi penyebab mengapa perempuan lebih
berisiko mengalami osteoarthritis. Tubuh wanita lebih lebar di bagian pinggul, sementara laki-
laki cenderung lurus. Biasanya lemak bertambah di pinggul dan perut ketika perempuan
beranjak tua. Ini jelas akan memberikan beban yang lebih besar untuk lutut.
3. Kegemukan (obesitas).
4. Riwayat imobilisasi.
5. Riwayat trauma atau radang di persendian sebelumnya.
6. Adanya stress (tekanan) pada sendi yang berkepanjangan ataupun berlebihan (overuse),
misalnya pada olahragawan, pekerja angkat berat, naik turun tangga, berjalan jauh
7. Adanya kristal pada cairan sendi atau tulang rawan.
8. Densitas (kepadatan) tulang yang tinggi.
9. Neuropati perifer. Neuropati perifer (peripheral neuropathy) adalah penyakit pada saraf
perifer. Saraf tersebut adalah semua saraf selain yang ada di otak dan urat saraf tulang
belakang (perifer berarti jauh dari pusat).
10. Faktor lainnya seperti ras, keturunan, dan metabolik.

Terapi

Osteoartritis tidak dapat disembuhkan.

Penyakit ini biasanya makin lama makin memburuk sejalan dengan usia.
Tetapi keluhan OA dapat dikontrol sehingga penderita OA dapat beraktivitas seperti biasa dan
melakukan kegiatan sehari-hari tanpa rasa nyeri.

Beberapa obat dapat membantu perlambatan kerusakan yang terjadi, mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri. Selanjutnya jika tetap nyeri walaupun sudah menjalani semua prosedur
pengobatan maka pilihan terakhir adalah operasi. Pemasangan sendi palsu pada sendi yang rusak itu
dapat membantu pasien-pasien yang tidak respon terhadap terapi.

Terapi Non Farmakologis:

- Edukasi: pertama-tama penderita OA harus mengerti dulu apa yang terjadi pada sendinya,
mengapa timbul rasa sakit dan apa yang perlu dilakukan, sehingga pengobatan OA dapat berhasil.
Pada saat beraktivitas terasa nyeri dan jika istirahat nyeri hilang, sehingga banyak penderita memilih
diam, seminimal mungkin melakukan aktivitas agar tidak nyeri, hal ini kurang tepat karena otot-
ototnya akan menjadi lemah kalau jarang digunakan, selanjutnya beban ke sendi akan menjadi lebih
berat dan pada saat berjalan/ bangun dari duduk nyeri semakin hebat. Pasien OA harus berusaha
agar tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari, latihan dan tidak menjadi beban bagi orang di
sekitarnya, karena itu edukasi sangatlah penting dalam penanganan penyakit OA ini.

Selain itu penderita harus hati-hati menggunakan obat-obat “stelan”atau beberapa


macam “jamu” yang dijual bebas dengan promosi “ dapat menghilangkan rematik atau asam
urat” Campuran yang terdapat dalam obat-obat ini kadang dapat berbahaya bagi pasien yang
mengkonsumsikannya. Efek samping yang terjadi adalah mata rabun, tulang keropos, tensi darah
meningkat, lambung luka bahkan ada yang sampai muntah darah, ginjal terganggu dan bahkan
sampai fatal dan menyebabkan kematian. Hindari penggunaan obat-obat seperti ini.

- Kompres: Jika sendi sedang bengkak maka pilihannya adalah kompres dingin, dan jika sudah
teratasi atau rasa kaku maka pilihannya adalah kompres hangat

- Menjaga berat badan ideal: Penting memperhatikan berat badan. Jika BB berlebih harus
diturunkan sampai BB ideal. Berat badan yang berlebih akan menjadi beban bagi sendi-sendi yang
menopang tubuh, sehingga semakin nyeri.

- Diet yang seimbang: Selama ini banyak mitos yang beredar di masyarakan mengatakan
bahwa makan sayur-sayuran hijau atau kacang-kacangan dapat menyebabkan nyeri sendi, hal ini
tidaklah tepat. Sayur-sayuran dan kacang-kacangan tidak menyebabkan nyeri sendi. Tidak ada
makanan tertentu yang menyebabkan nyeri pada OA, (yang ada mungkin sakitnya bukan OA tetapi
Gout yang harus megurangi asupan purin) namun makan yang berlebihan sehingga berat badan
meningkat akan menambah nyeri, karena menambah beban pada sendi untuk menopang berat
badan.

- Perubahan gaya hidup: Hindari posisi atau keadaan yang menimbulkan trauma pada sendi
seperti jongkok, lompat, lari, terlalu sering naik-turun tangga atau berdiri terlalu lama. Tetap
menjalani aktivitas sehari-hari. Jika timbul nyeri istirahatlah sejenak, atasi nyerinya dan kembali
beraktivitas. Jika pekerjaan Anda menimbulkan nyeri maka harus melakukan penyesuaian terhadap
pekerjaan tersebut, contohnya jika memasak di dapur dan saat berdiri lama timbul nyeri maka
usahakan pada saat menyiapkan masakan dapat dikerjakan dalam posisi duduk, sehingga tidak
berdiri terlalu lama di dapur. Contoh lain, jika biasanya mencuci baju dalam posisi jongkok, maka
gunakan kursi pendek untuk duduk saat mencuci sehingga dapat mengurangi trauma pada lutut.
- Latihan menggunakan otot-otot, terutama otot paha bagi mereka yang mengalami OA pada
lututnya merupakan terapi yang baik. Cara latihan adalah dalam posisi berbaring terlentang lalu
angkat kaki lurus (lutut tidak ditekuk) setinggi 30 derajat lalu pertahankan sampai 8 hitungan (10
detik) kemudian turunkan dan ganti ke kaki sebelahnya. Lakukan secara bergantian selama beberapa
kali. Latihan ini dapat menguatkan otot paha jika dilakukan berulang-ulang beberapa kali dalam
sehari dengan jumlah yang meningkat secara bertahap dari hari ke hari.

Latihan yang lain adalah menaruh handuk di bawah lutut, lalu dalam posisi berbaring
terlentang atau duduk, menekan handuk tersebut dengan cara mengencangkan otot-otot
paha kemudian ditahan dalam 8 hitungan (10 detik) kemudian direlaks kan lagi, bergantian
paha kiri dan kanan. Latihan ini dilakukan bertahap dan semakin hari semakin meningkat
frekuensinya.

- Olah raga: Pilihan olah raga yang dianjurkan pada pasien OA adalah berenang dan
bersepeda, kedua olah raga ini tidak menggunakan beban berat tubuh sehingga mengurangi nyeri
sendi. Jika tidak memungkinkan untuk kedua olah raga tersebut maka jalan kaki di tempat yang datar
dan rata dapat dilakukan dan disesuaikan dengan kemampuan masing-masing penderita.

- Alat bantu: Menggunakan alat bantu untuk sendi seperti tongkat, walker, dan “deker”atau
suatu alat pelindung untuk sendi dapat membantu dalam melakukan aktivitas. Konsultasikan dengan
dokter mengenai pilihan alat bantu yang tepat dengan keadaan OA yang diderita.

Terapi Farmakologis:

- Parasetamol: merupakan pilihan obat yang cukup aman untuk mengobati OA, kecuali pada
mereka yang alergi terhadap obat ini. Obat yang dikenal sebagai tablet penurun panas ini mempunyai
efek mengurangi rasa nyeri sehingga dapat digunakan pada OA. Pasien OA perlu mendapat anti
nyeri selama waktu tertentu sehingga bisa kembali beraktivitas, melakukan latihan terhadap otot-
ototnya supaya otot-ototnya menjadi kuat dan mengurangi beban terhadap sendinya.

- Obat anti inflamasi non steroid: Penggunaan obat-obat ini harus melalui konsultasi dengan
dokter. Efek samping obat-obat golongan ini terutama mengenai lambung, ginjal dan jantung, karena
itu sebelum digunakan harus berkonsultasi dengan dokter. Obat golongan ini dapat mengurangi
radang yang terjadi di sendi dan sekitarnya, sehingga rasa nyeri akan jauh berkurang.

- Obat-obat suplemen: glukosamin, kondrotin, diacerin dan kapsaisin dll, merupakan suplemen
untuk OA yang banyak ditemukan dalam masyarakat. Meskipun relatif aman namun sebaiknya
konsultasikan juga dengan dokter, bagaimana manfaatnya, sampai kapan boleh digunakan dan efek
apa yang harus diperhatikan.

“Glukosamin adalah molekul gula amino yang biasa terdapat pada kulit
krustasea (udang-udangan), artrpoda, dan dinding sel cendawan. Di
Indonesia, glukosamin dapart diperoleh dari langsung suplemen makanan
komersial atau minman susu tersuplementasi.
Sementara, kondroitin sendiri adalah suplemen makanan yang biasa
digunakan bersama glukosamin. Kondroitin merupakan senyawa rantai gula
bercabang yang menyusun tulang rawan. Di Indonesia, kondroitin dapat
diperoleh langsung dari suplemen makanan.
- Suntikan hyaluronat: obat ini diberikan dalam bentuk suntikan langsung ke dalam rongga
sendi, berfungsi sebagai pelumas dan menambah cairan sendi. Penggunaannya harus hati-hati dan
hanya boleh dilakukan oleh dokter yang ahli dalam menyuntikannya, karena jika tidak tepat atau
kurang steril maka akan berbahaya bagi pasiennya. Ada beberapa macam obat dengan kekentalan
yang berbeda-beda sehingga penyuntikannya ada yang sekali, atau 2 sampai 5 kali suntik dengan
jarak 1x seminggu.

- Suntikan kortikosteroid: Obat ini dapat digunakan pada keadaan sendi yang meradang dan
bengkak. Dokter akan menyuntikan obat ini setelah mengeluarkan terlebih dahulu cairan berlebihan
dari sendi yang bengkak, fungsinya sebagai anti radang. Penggunaan obat ini juga harus hati-hati
maksimal 3 kali dalam setahun, karena kalau terlalu sering malah berakibat kerusakan pada sendi itu
sendiri (steroid artropati).

Terapi bedah

Operasi atau tindakan bedah merupakan alternatif terapi bagi penderita OA yang sudah tidak respon
dengan terapi farmakologi maupun non farmakologi di atas. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
antara lain adalah:

- Artroskopi: menggunakan alat kecil yang dimasukan ke dalam rongga sendi untuk
membersihkan tulang rawan yang rusak

- Sinovektomi: operasi untuk mengatasi jaringan sendi yang mengalami peradangan

- Osteotomi: operasi yang dilakukan terhadap salah satu bagian tulang sehingga posisi dan
letaknya menjadi lebih baik dan mengurangi rasa nyeri pasien.

- Penggantian sendi: operasi menggantikan sendi yang rusak dengan sendi baru yang terbuat
dari bahan metal.

Oleh: dr. Laniyati Hamijoyo SpPD-KR, MKes

Divisi Reumatologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RS Hasan Sadikin

Bandung/ Jawa Barat


6 Pedoman Diet Rendah Purin Bagi Penderita Asam Urat tersebut:
1. Hindari mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung tinggi purin (sekitar 100-1000
mg purin/100 g bahan makanan) seperti : daging merah, jerohan, roti manis, unggas, daging
rusa, seafood seperti remis, kepah, kepiting, udang, lobster, scallop, ikan-ikan kecil termasuk
ikan teri, hering, makarel, sarden, caviar.
2. Batasi konsumsi (masih boleh dikonsumsi, namun dalam jumlah terbatas (1 ½ ptg/hari)
bahan makanan yang mengandung purin dalam jumlah sedang (sekitar 9-100 mg
purin/100 g bahan makanan), seperti: Daging sapi dan ikan (kecuali yang terdapat dalam
kelompok 1), ayam, udang, jamur, asparagus, kembang kol, lentils, kacang kedelai, pisang,
nangka, bayam, jagung manis, tauge, buah yang dikeringkan, kacang kering dan hasil olah,
seperti tahu dan tempe, daun singkong, kangkung, daun dan biji melinjo.
3. Bahan makanan yang mengandung rendah purin, diperbolehkan untuk dikonsumsi antara
lain: Nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mi, bihun, tepung beras, cake, keju kering, puding,
susu, keju, telur; minyak; gula; sayuran dan buah-buahan (kecuali sayuran dalam kelompok
2).
4. Kurangi konsumsi lemak jenuh karena lemak jenuh akan menurunkan kemampuan tubuh
mengeluarkan asam urat.
5. Batasi alkohol, bir, ragi.
6. Minum air putih dalam jumlah cukup karena akan membantu mengeluarkan asam urat dari
tubuh.

Anda mungkin juga menyukai