Anda di halaman 1dari 18

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

CLINICAL SKILL LAB (CSL)


STABILISASI, HELMET REMOVAL DAN LOG ROLL

KELOMPOK 8 RA
PUSPITA SARI R011181015
RIZKA NANDA MUHLISA R011181035
SAHRINA ABDUH R011181307
EGGHY YOSIANA SIRAPPA R011181327
PUJI SEPTIANI R011181347

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
RAPID EXTRICATION

1. Definisi
Rapid extrication adalah proses pengeluaran/ekstrikasi yang dilakukan
oleh dua atau tiga penolong pada pasien dengan kondisi trauma gawat darurat,
atau ketika tempat kejadian kecelakaan menjadi tidak aman, atau untuk
memberi jalan bagi pasien lain yang lebih gawat kondisi, dari dalam
kendaraan secara manual (atau memakai rolled blanket) dengan tetap menjaga
spinal stabilization tanpa menggunakan alat imobilisasi/ekstrikasi tradisional
(KED-Kendrick Extrication Devices/Vest Type Extrication Devices)

2. Indikasi
 Ketika pasien dalam kondisi trauma gawat darurat yang mengancam
jiwa pasien teridentifikasi para primary survey dan tidak dapat
diperbaiki dengan intervensi ketika pasien di temukan.
 Ketika tempat kejadian kecelakaan menjadi tidak aman dan terlihat jelas
berbahaya bagi perawat ambulan dan keberadaan pasien, sangat
diperlukan untuk mengeluarkan pasien secepatnya ke tempat yang
aman
 Ketika pasien perlu untuk dikeluarkan segera agar bisa memberi jalan
bagi pasien lain yang lebih gawat keadaannya.
3. Jenis Rapid Extrication

2
a) Manual rapid extrication- 3 or more providers (3 penolong atau lebih)
Teknik ini digunakan pada pasien dengan posisi duduk yang
mengalami kondisi gawat darurat yang mengancam nyawa pasien dan
terindikasi untuk dilakukan spinal immobilization. Immobilisasi
dengan menggunakan Kendrick Extrication Devices (KED)
memberikan kestabilan yang lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan metode manual rapid extrication.
b) Two providers (dua penolong)
Pada kondisi dimana jumlah penolong terbatas untuk mengekstrikasi
pasien gawat darurat dengan cepat, teknik ini sangat berguna.

4. Prosedur

No Prosedur Rasional
.
1. Ketika keputusan sudah dibuat untuk Kepala dan leher tidak boleh
mengekstrikasi pasien dengan cepat, digerakkan dan harus dijaga
segera satu penolong melakukan dan kepatenennya agar tidak
menjaga manual inline immobilization memperparah fraktur atau cedera
pada kepala dan leher pasien pada posisi yang mungkin dialami di area
netral. Hal ini paling baik dilakukan dari tersebut
belakang pasien. Kalau penolong tidak
dapat melakukannya dari belakang, mak
bisa dilakukan dari samping. Baik dari
belakang maupun dari samping, kepala
dan leher pasien harus tetap berada di
posisi netral.
2. Ketika manual immobilisasi terjaga, Diperlukan aba-aba agar
bagian tubuh atas, bagian tubuh bawah,
pergerakan dari penolong
dan kaki klien di kontrol. Kemudian, klien
terkontrol dan bersamaan agar
diputar secara bersamaan dengan gerakan
mengurangi risiko terjadinya
lembut dan bersamaan kesalahan selama prosedur
tindakan
3. Kalau mobilnya mempunyai panel di Memudahkan proses pengeluaran
tengah, kaki pasien harus digerakaan pasien dari dalam mobil
sekali untuk melewati panel tersebut
4. Penolong melanjutkan untuk memutar Mempetahankan kepatenan kepala

3
pasien dengan mengontrol gerakan dan leher pasien selama proses
pendek tersebut
5. Pemutaran pasien dilanjutkan sampai Mempetahankan kepatenan kepala
pasien diturunkan keluar pintu kendaraan dan leher pasien selama proses
ke spinal board tersebut
6. Spinal board ditempatkan dibagian ujung Memudahkan proses transportasi
kaki pada kursi kendaraan dan bagian pasien dari kendaraan ke spinal
kepala mengarah pada ambulans stretcher. board.
Jika ambulan stretcher tidak dapat
ditempatkan disebelah kendaraan, maka
penolong yang lain bisa memegang dan
menahannya selagi pasien ditempatkan di
spinal board.

7. Ketika badan pasien diletakkan di board, Pengencangan dilakukan agar


berat dari dada pasien di kontrol pasien tidak bergerak sehingga
bersamaan mengontrol panggul dan kaki mengurangi risiko cedera yang
pasien. Pasien ditarik ke aras pada lebih parah pada kepala dan
backboard. Penolong selalu menjaga lehernya.
manual imobilisasi dengan hat-hati untuk
tidak menarik kepala pasien. Setelah
posisi pasien berada di atas long board,
para penolong bisa mengamankan dan
mengencangkan pasien di long backboard
dengan spider traps yang tesedia untuk
mengencangkan board pada ambulans
stretcher. Tubuh bagian atas
dikencangkan pertama, baian bawah,
pelvis, kemudian area kepala. Kedua kaki
pasien di kencangkan terakhir.
Seandainya kondisi lokasi kecelakaan
tidak aman, pasien harus dipindahkan ke
tempat yang aman sebelum di kencangkan
pada board atau stretcher.

Link video : https://youtu.be/5RSL1w7QPbg


MEMBUKA HELM PASIEN FRAKTUR CERVIKAL

4
a. Definisi
Melepaskan helm adalah tindakan berbahaya dan hanya dilakukan jika
pengendara motor atau penderita tidak bernafas yang mana membutuhkan
Resusitasi Jantung Paru.
Tindakan melepas helm dengan benar pada korban kecelakaan agar
mengurangi cedera (Erita & Adventus, 2018).
b. Tujuan
Melepaskan helm untuk membantu penetalaksanaan jalan nafas korban
kecelakaan yang menggunakan helm dan mengetahui cidera pada area kepala
(Erita & Adventus, 2018).
c. Indikasi
1. Indikasi di Rumah Sakit
- Suspek cidera servikal spine
- Ketidakmampuan untuk mengimmobilisasi leher dalam rangka
memindahkan pasien ke fasilitas lain
2. Indikasi Pre-Hospital
- Jika helm dan tali pengikat dagu gagal menahan kepala tetap aman
- Jika helm dan tali pengikat dagu menghalangi jalan nafas, bahkan
setelah penutup muka dilepas
- Jika penutup muka tidak dapat dilepas
- Jika helm menghalangi proses immobilisasi dalam rangka
memindahkan pasien
d. Kontra-indikasi
1. Melepas helm mungkin dapat ditunda pada pasien yang tidak mengalami
gangguan jalan napas ketika diduga mengalami cedera servikal-spinal.
2. Jangan mencoba melepaskan helm jika anda tidak cukup terlatih

e. Alat dan bahan

5
1. 2 orang yang terlatih
2. Sarung tangan
3. Cervical collar
4. Gunting/gunting gips
f. Persiapan pasien
1. Stabilkan secara manual kepala pasien
2. Instruksikan pasien untuk tetap tenang sedapat mungkin
3. Instruksikan pasien untuk segera mengingatkan penolong jika ada
maneuver yang meningkatkan rasa nyeri di leher atau kebas dan
kesemutan di ekstermitas
4. Jika mungkin, lepaskan kacamata pasien dan anting yang ada ditelinga
g. Prosedur Tindakan

No Tindakan Rasional
.

1. Dilakukan oleh 2 penolong. Satu Posisi ini dilakukan untuk


orang menstabilkan kepala dan mencegah tergelincirnya helm
leher penderita dengan meletakkan bila tali pengikat lepas
masing-masing tangan pada helm
dan jari-jari pada rahang bawah
penderita sambil menilai dan
memastikan jalan napas pasien
tetap terbuka.

2. Penolong kedua memotong atau Untuk mempercepat upaya


melepaskan tali helm pada cincin penolongan
D-nya

3. Penolong kedua berada disamping Dengan cara ini diupayakan


kanan atau kiri pasien dengan kepala dan terutama leher tidak

6
meletakkan satu tangan pada bergerak waktu helm dilepas
angulus mandibular dengan ibu jari
pada satu sisi dan jari-jari lainnya
pada sisi lain. Sementara tangan
yang lain melakukan penekanan
dibawah kepala pada region
oksipitalis. Dengan demikian
penolong kedua mengambil alih
tugas immobilisasi kepala dan leher

4. Penolong pertama kemudian Agar daun telinga terbebas dan


melebarkan helm ke lateral secara tidak tersangkut
hati-hati
Bila helm yang digunakan
mempunyai penutup wajah, maka
penutupnya harus dilepaskan lebih
dahulu. Bila helm yang dipakai
mempunyai penutup wajah yang
sangat lengkap, maka hidung Untuk membebaskan hidung
pasien dapat terhimpit dan
menyulitkan melepaskan helm.
Helm harus dilipat kebelakang dan
dinaikkan keatas melalui hidung
pasien

5. Selama tindakan ini penolong Untuk menghindari menekuknya


kedua harus tetap memperhatikan kepala pasien
immobilisasi dari bawah

6. Setelah helm terlepas, immobilisasi Mencegah gerakan leher yang


lurus manual dimulai dari atas,

7
kepala dan leher penderita tidak perlu
diamankan selama penatalaksanaan
pertolongan jalan napas

7. Bila upaya melepaskan helm Untuk mengurangi rasa nyeri dan


menimbulkan rasa nyeri dan mempercepat proses penolongan
parestesia maka helm harus dilepas serta menghindari terjadinya
dengan menggunakan gunting gips. cedera vertebra servikalis
Pada kepala dan leher tetap
dilakukan immobilisasi dan
stabilisasi selama prosedur ini,
yang biasanya dikerjakan dengan
memotong helm pada bidang
coroner melwati kedua telinga.
Lapisan luar yang kaku dapat
dilepaskan dengan mudah dilapisan
dalam yang terbuat dari styrofoam
kemudian disayat dan dilepaskan
dari depan. Sementara kepala dan
leher tetap dipertahankan dalam
posisi netral, bagian posterior helm
dilepaskan

8. Setelah helm dapat dilepaskan Mencegah pergerakan tulang


segera pasang cervical collar. servikal dan mencegah
Dilanjutkan dengan pemeriksaan bertambahnya kerusakan tulang
primary survey (Traumatologi & servikal, serta mengurangi rasa
Sistem, 2018). sakit akibat pergerakan

Link Video

8
https://youtu.be/7Yq6t0Yl0d4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


LOG ROLL

1. Definisi
Log roll adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memiringkan
klien yang badannya dijaga pada posisi lurus sejajar (seperti sebuah batang
kayu). Contohnya, teknik log roll digunakan untuk klien yang memiliki
cedera tulang belakang/cedera spinal. Tindakan yang diberikan harus
dilakukan untuk mencegah cedera tambahan. Teknik membutuhka 3-5
perawat. Untuk klien yang memiliki cedera servikal, seorang perawat harus
mempertahankan kepala dan klien tetap sejajar. (Berman, 2009)

2. Tujuan Log Roll


Tujuan dari log roll yaitu untuk mempertahankan alignment anatomis
yang besar dalam usaha untuk mencegah kemungkinan cedera neurologis
lebih lanjut dan mencegah penekanan area cedera. Prosedur log roll
diimplementasikan pada tahapan-tahapan manajemen pasien trauma
termasuk :
 Sebagai bagian dari primary and secondary survey untuk memeriksa
tulang belakang klien
 Sebagai bagian dari proses pemindahan dari dan ke tempat tidur
(seperti di radiologi, dll)
 Untuk pemberian perawatan collar servical atau area tertekan
 Memfasilitasi fisioterapi dada dan lain-lain

9
Sedikitnya empat orang penolong dibutuhkan untuk membantu dalam
prosedur log roll dengan tugas sebagai berikut :
 Satu orang penolong untuk menahan kepala klien
 Dua penolong untuk menahan dada, abdomen dan lengan
bawah. Tambahan satu orang mungkin juga akan dibutuhkan
pada saat melakukan log roll klien trauma yang gemuk, tinggi
atau memiliki cedera pada lengan bagian bawah
 Satu penolong melakukan prosedur yang dibutuhkan (misalnya
pengkajian tulang belakang klien, dll)

3. Prinsip Log Roll


 Satu orang di daerah kepala, memegang kepala dan leher untuk
mempertahankan imobilisasi segaris kepala dan leher penderita
 Satu orang di daerah samping tubuh untuk memegang badan
(termasuk pelvis dan panggul)
 Satu lagi orang untuk memegang bagian pelvis dan tungkai
 Dengan komando dari yang di daerah kepala, penderita dimiringkan
secara bersamaan dengan perlahan
 Orang keempat memeriksa tulang belakang atau memasang long spine
board

4. Pertimbangan Awal
Sebelum melakukan prosedur log roll, ada beberapa pertimbangan
awal yang harus kita perhatikan, yaitu :
 Merencanakan pemindahan
 Ketahui gambaran kasus atau cedera yang dimiliki penderita
 Pilih cara yang termudah (paling sedikit membutuhkan sumber daya)
 Antisipasi dan pahami setiap gerakan
 Pemindahan harus terkoordinasi
 Perintah harus diberikan secara jelas, bila perlu ulangi
 Tentukan BB pasien yang hendak dipindahkan
 Pastikan penolong tahu bagaimana cara paling aman untuk
mengangkat/memindahkan penderita

10
 Komunikasi dengan sesama penolong, tunjuk satu orang untuk
menjadi leader
 Jangan pernah mengangkat bila BB penderita dipastikan tidak akan
mampu diangkat oleh penolong oleh penolong yang ada (do not try to
lift)
 Cegah gerakan-gerakan yang tak perlu selama mengangkat dan
memindahkan penderita

5. Langkah-Langkah Prosedur Log Roll

No Prosedur Rasional
.

1. Jelaskan prosedur pada klien dengan Untuk memberikan gambaran


mempertimbangkan status kesadaran umum kepada klien mengenai
klien untuk tetap berbaring dan prosedur apa yang akan
menunggu bantuan. Pastikan colar dilakukan agar klien paham dan
terpasang dengan benar. mampu terjalin rasa percaya
antara klien dan penolong

2. Jika klien diintubasi atau terpasang Untuk mencegah batuk yang


tracheotomy tube, sunction jalan mungkin menyebabkan
napas sebelum log roll dianjurkan perubahan posisi dan pergerakan
untuk mencegah batuk yang klien saat melakukan prosedur
mungkin menyebabkan log roll
malalignment secara anatomis
selama prosedur log roll

3. Tempat tidur harus diposisikan Agar memudahkan


setinggi badan penolong yang penolongdalam memindahkan
menahan kepala dan penolong klien
lainnya

4. Klien harus dalam posisi supine dan Untuk menghindari perubahan


alignment secara anatomis selama posisi klien yang dapat
prosedur log roll memperparah cideranya

5. Tangan proksimal klien harus Untuk mencegah adanya gerakan


diaduksi sedikit untuk menghindari tambahan yang mungkin akan

11
berpindah ke peralatan monitor memperparah cedera klien,
misalnya selang intravena perifer. menigkatkan rasa nyaman
Tangan distal klien diekstensikan
dengan alignment pada thorak dan
abdomen, atau tekuk ke arah dada
klien jika mungkin, misalnya jika
tangan cedera. Tempatkan satu
bantal dibawah kaki klien.

6. Penolong satu membantu untuk Dengan cara ini, penolong


menahan bagian tubuh atas klien, diharapkan mampu menolong
tempatkan satu tangan melampaui klien dengan benar dan tidak ada
bahu klien untuk menopang area gerakan tambahan selama
dada posterior, dan tangan yang lain prosedur log roll
melingkari paha klien

7. Penolong dua membantu menahan Dengan cara ini, penolong


abdomen dengan tangan bawah diharapkan mampu menolong
klien, bertumpu dengan penolong klien dengan benar dan tidak ada
satu untuk menempatkan satu tangan gerakan tambahan selama
di bawah punggung klien, dan prosedur log roll
tangan lainnya melingkari betis
klien.

8. Dengan aba-aba dari penolong Diperlukan aba-aba agar


penahan kepala, klien diputar secara penolong dapat bergerak secara
alignment anatomis dengan gerakan bersamaan dan meminimalisir
yang lembut timbulnya kesalahan selama
prosedur

9. Untuk penyelesaian aktivitas, Diperlukan aba-aba agar


penolong penahan kepala akan penolong dapat bergerak secara
memberi aba-aba untuk bersamaan dan meminimalisir
mengembalikan klien pada posisi timbulnya kesalahan selama
lateral dengan bantal penahan. Klien prosedur, meningkatkan rasa
harus ditinggalkan dalam posisi nyaman klien
alignment anatomis yang benar.

12
Link video : https://youtu.be/3rJ_cawvLOc

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DIAGNOSIS LUARAN INTERVENSI


KEPERAWATAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN
Ketidakefektifan Status Pernapasan : Perawatan Gawat Darurat
Bersihan Jalan Napas Kepatenan Jalan Napas 1. Aktifkan sistem
1. Frekuensi medis darurat
Pernapasan normal 2. Minta bantuan jika
2. Irama pernapasan pasien bernafas,
normal tidak ada pernapasan
3. Tersedak tidak ada normal dan tidak
4. Suara napas respon
tambahan tidak 3. Pantau TTV
ada 4. Lakukan tindakan
pencegahan untuk
mengurangi risiko
infeksi saat
memberikan
perawatan
5. Buat atau
pertahankan jalan
napas terbuka
6. Immobilisasi pasien
dengan suspect

13
cedera kepala atau
tulang belakang
dengan
menggunakan
perangkat dan teknik
yang tepat (yaitu
aplikasi cervical
collar, memindahkan
pasien dengan secara
utuh dan membawa
pasien dengan posisi
terlentang (supine)
pada papan
7. Immobilisasi setiap
bagian cedera
8. Pantau tingkat
kesadaran
9. Pertimbangkan jenis
kecelakaan
kendaraan bermotor
dan penggunaan
perangkat untuk
pembatasan, jika
sesuai
10. Koordinasikan
transportasi medis
yang sesuai
11. Angkat pasien

14
dengan
menggunakan
papan/blackboard,
yang sesuai

Link Video CSL :


Stabilisasi : (721) STABILISASI DAN TRANSPORTASI - YouTube
Membuka Helm Pasien Trauma Cervical : https://www.youtube.com/watch?
v=7Yq6t0Yl0d4

15
EVIDENCE BASED PRACTICE (EBP)

SOP KED
Berdasarkan hasil penelitian oleh Misasi et al (2018) sebagian besar personel
tenaga medis darurat mengendalikan salah satu dari dua teknik untuk melepaskan
korban kecelakaan yaitu dengan Rapid Extrication Maneuver (REM) atau Kendrick
Extrication Divice (KED). Dimana hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa REM
dan KED setara melindungi pasien dari cedera neurologis setelah tabrakan kendaraan
bermotor. Penerapan KED membutuhkan kurang lebih empat sampai delapan menit
lebih lama dari pada menerapan REM. Studi percontohan menggunakan sampel
kenyamanan sukarelawan yang menyelidiki keefektifan REM dan KED, melaporkan
penurunan gerakan serviks saat hemodinamik pasien yang stabil secara aman diizinka
keluar dari kendaraan atas kemauan mereka. Demikian pula banyak uji coba yang
berusaha untuk mnegukur efek gerakan tulang belakang terkait dengan perangkat dan
dilaporkan sedikit atau tidak ada perubahan yang signifkan. Selain itu pada tahun
2005 Kwan dan Bunn dalam Misasi et all tahun 2018 melaporkan kurangnya kontrol
acak uji coba diantara pasien trauma tentang efek tulang belakang imobilisasi pada
neurologis primer atau sekunder cedera(Misasi et al., 2018)

SOP LOG ROLL


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rifai & Ilyas (2019) terhadap 50
responden pelatihan tindakan log roll pada korban yang di curigai dengan cedera
tulang belakang sesudah diberikan pelatihan tentang tindakan log roll 19 orang (38%)
dengan tingkat kemampuan cukup dan tingkat kemampuan baik ada 31 orang (62%).
Penanganan Cedera tulang belakang harus di miliki oleh setiap orang baik orang

16
awam,awam khusus terlebih tenaga kesehatan sehingga jika sesorang menemukan
penyitas yang mengalami atau yang dicurigai cedera tulang belakang dapat
melakukan tindakan log roll dengan benar. Ketepatan tindakan log roll pada pasien
atau korban dengan cedera tulang belakang akan mengurangi resiko cedera tulang
belakang yang berkelanjutan. Telah dilaporkan kasus cedera servikal medula spinalis
yang inkomplit. Penatalaksanaan dengan stabilisasi leher, tata-laksana umum cedera
leher, pemberian metil prednisolon dosis tinggi, pencegahan komplikasi, dan
fisioterapi teratur. Setelah perawatan, pasien menunjukkan kemajuan yang berarti,
baik fungsi motorik maupun sensorik(Rifai & Ilyas, 2019).

SOP HELMED REMOVAL


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunarto & Hartanto (2020) Cara
melepas helm memegang peranan penting pada kegawatan cedera kepala pada korban
yang mengami kecelakaan, dalam hal ini penolong awal adalah masyarakat awam.
Masyarakat Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali memiliki berbagai macam latar
belakang pada umumnya petani maupun buruh sehingga di mungkinkan memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pertolongan pertama khususnya
cedera kepala terkait dengan melepas helm belum pernah dilakukan. Keterampilan
melakukan pertolongan pertama khususnya Helmet Removal sebaiknya dapat
dimiliki oleh masyarakat awam, karena masyarakat awam sering sebagai orang yang
melihat pertama kali terhadap kejadian kasus-kasus kegawatan.
Helmet Removal gawat darurat adalah melepas helm, pada keadaan gawat
darurat hal ini sangat berbahaya sehingga boleh dilakukan dengan indikasi ada
gangguan bernafas dan membutuhkan upaya Resusitasi Jantung Paru. Ketika masalah
pernafasan masih bagus harus ada prioritas tindakan lainnya. Indikasi pelepasan helm
di RS antara lain dimungkinkan cidera servikal spine, dimungkinkan cidera kepala,
upaya untuk mempertahankan stabilitas leher saat perpindahan.
Indikasi pelepasan helm di pra hospital antara lain kegagalan helm beserta
talinya untuk agar kepala tetap aman, resiko kegagalan jalan nafas dan menutup

17
muka, terkuncinya penutup muka, mengganggu mempertahankan gerak pada
pemindahan penderita (Sunarto & Harnanto, 2020).

DAFTAR PUSTAKA

Erita, D. M., & Adventus. (2018). Buku Petunjuk Praktikum Keperawatan Gawat
Darurat Dan Manajemen Bencana. Edisi Indonesia Pertama, Singapura:
Elsevier, 1–151.
Traumatologi, D. A. N., & Sistem, T. (2018). Sistem kegawatdaruratan dan
traumatologi. 106.
Misasi, A., Ward, J. G., Dong, F., Ablah, E., Maurer, C., & Haan, J. M. (2018).
Prehospital extrication techniques: Neurological outcomes associated with the
rapid extrication method and the kendrick extrication device. American Surgeon,
84(2), 248–253. https://doi.org/10.1177/000313481808400233
Rifai, A., & Ilyas, M. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Metode
Simulasi Pertolongan Pertama (Log Roll) Pada Korban Dengan Indikasi Cedera
Tulang Belakang Di Pendidikan Informal Kecamatan Tempuran Magelang.
Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 8(1), 38–43.
https://doi.org/10.37341/interest.v8i1.115
Sunarto, S., & Harnanto, A. M. (2020). Upaya Meningkatkan Kemampuan
Melaksanakan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan dengan Pendidikan
Kesehatan Helmet Removal. Jurnalempathy.Com, 1(1), 42–49.
https://doi.org/10.37341/jurnalempathy.v1i1.6

18

Anda mungkin juga menyukai