Etiologi Pneumoperitoneum
Pneumoperitoneum disebabkan oleh rupture organ berongga, yaitu
lambung, usus kecil, dan usus besar. Penyebab yang paling sering terjadinya
pneumoperitonium spontan adalah perforasi gaster atau ulkus duodenum.
Pneumoperitoneum juga dapat ditemukan dalam kondisi lain, termasuk operasi
abdomen baru, trauma, infeksi, paracentesis, dan pneumatosis intestinalis. Setelah
laparotomi, udara akan sering muncul di mana-mana selama 3-7 hari, secara
bertahap volume udara akan berkurang tiap harinnya.3
Penyebab utama terjadinya pneumoperitoneum adalah: 1,4
1. Ruptur viskus berongga (yaitu perforasi ulkus peptikum, necrotizing
enterocolitis, megakolon toksik, penyakit usus inflamasi).
2. Faktor iatrogenik (yaitu pembedahan perut terakhir, trauma abdomen, perforasi
endoskopi, dialisis peritoneal, paracentesis).
3. Infeksi rongga peritoneum dengan organisme membentuk gas dan atau
pecahnya abses yang berdekatan.
4. Pneumatosis intestinalis.
Dalam referensi lain, penyebab terjadinya pneumoperitoneum dibagi
menjadi 4 kelompok:3
1. Iatrogenik: operasi, endoscopy, peletakan pipa makanan, penggunaan
instrument ginekologi, peritoneal dialysis.
2. Spontan: perforasi ulkus peptikus, obstruksi usus, iskemia intestinal, toxic
megacolon, apendisitis akut, enterokolitis nekrosis, tuberculosis.
3. Traumatik: trauma tumpul atau tembus yang dapat menyebabkan perforasi
organ.
4. Miscellaneous: obat-obatan, pneumatosis coli atau intestinalis.
Manifestasi Klinis
Pasien biasanya hadir nyeri abdomen dengan onset akut yang persisten,
progresif, dan tak ada henti-hentinya. Keparahan rasa sakit tergantung pada jenis
dan jumlah isi usus yang dilepaskan ke dalam rongga peritoneum. Pasien mungkin
memiliki gejala penyerta, seperti demam, mual, dan muntah. Pada pemeriksaan
fisik, pasien dengan perforasi saluran usus biasanya menunjukkan tenderness difus
saat palpasi atau gejala peritonitis.3