Anda di halaman 1dari 17

A.

      DEFINISI
Kanker hati adalah penyakit kronis pada hepar dengan inflamasi dan fibrosis hepar yang
mengakibatkan distorsi struktur hepar dan hilangnya sebagian besar fungsi hepar.   ( Gips &
Willson :1989 )
Kanker hati adalah penyakit gangguan pada hati yang disebabkan karna hepatis kronik
dalam jangka panjang yang menyebabkan gangguan pada fungsi hati. ( Ghofar , Abdul : 2009
)
Kanker hati berasal dari satu sel yang mengalami perubahan mekanisme kontrol dalam
sel yang mengakibatkan pembelahan sel yang tidak terkontrol. Sel abnormal tersebut akan
membentuk jutaan kopi, yang disebut klon. Mereka tidak dapat melakukan fungsi normal sel
hati dan sel terus menerus memperbanyak diri. Sel-sel tidak normal ini akan membentuk
tumor (Anonim, 2004).

B.       ETIOLOGI
Kanker hati ( karsinoma hepatoseluler ) disebabkan adanya infeksi hepatis B kronis yang
terjadi dalam jangka waktu lama. ( ghofar, Abdul : 2009 )
Penyebab kanker hepar secara umum adalah infeksi virus hepatitis B dan C, cemaran
aflatoksin B1, sirosis hati, infeksi parasit, alkohol serta faktor keturunan. (Fong, 2002).
Infeksi virus hepatitis B dan C merupakan penyebab kanker hepar yang utama didunia,
terutama pasien dengan antigenemia dan juga mempunyai penyakit kronik hepatitis. Pasien
laki-laki dengan umur lebih dari 50 tahun yang menderita penyakit hepatitis B dan C
mempunyai kemungkinan besar terkena kanker hepar. (Tsukuma dkk., 1993; Mor dkk.,
1998).
Orang yang didiagnosis menderita kanker hati berusia diatas enam puluh tahun. Dari
sebuah survei di Kanada,setiap tahun sekitar 1800 orang didiagnosis menderita kanker hati,
dan separuh lebih adalah lelaki.
Faktor – faktor yang dapat merusak hati dan penyebab kanker hati :
1.      Cerosis Hepatis
2.      Virus Hepatitis B dan Hepatitis C
3.      Kontak dengan racun kimia tertentu (misalnya : ninil klorida, arsen)
4.      Kebiasaan merokok
5.      Kebiasaan minum minuman keras (pengguna alkohol)
6.      Aftatoksik atau karsinogen dalam preparat herbal
7.      Nitrosamin
C.    PATOFISIOLOGI
Berdasarkan etiologi dapat dijelaskan bahwa Virus Hepatitis B dan Hepatitis C, Kontak
dengan racun kimia tertentu (misalnya : ninil klorida, arsen), Kebiasaan merokok, Kebiasaan
minum minuman keras (pengguna alkohol), Aftatoksik atau karsinogen dalam preparat
herbal, dan Nitrosamin dapat menyebabkan terjadinya peradangan sel hepar.
Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul yang menyebabkan percabangan
pembuluh hepatik dan aliran darah pada porta yang dapat menimbulkan hipertensi portal.
Hipertensi portal terjadi akibat meningkatnya resistensi portal dan aliran darah portal karena
transmisi dari tekanan arteri hepatik ke sistem portal. Dapat menimbulkan pemekaran
pembuluh vena esofagus, vena rektum superior dan vena kolateral dinding perut. Keadaan ini
dapat menimbulkan perdarahan (hematemesis melena). Perdarahan yang bersifat masif dapat
menyebabkan anemia, perubahan arsitektur vaskuler hati menyebabkan kongesti vena
mesentrika sehingga terjadi penimbunan cairan abnormal dalam perut (acites) menimbulkan
masalah kelebihan volume cairan .
Pada waktu yang bersamaan peradangan sel hepar memacu proses regenerasi sel-sel
hepar secara terus menerus (fibrogenesis) yang mengakibatkan gangguan kemampuan fungsi
hepar yaitu gangguan metabolik protein, yang menyebabkan produksi albumin menurun
(hipoalbuminenia), sehingga tidak dapat mempertahankan tekanan osmotik koloid. Tekanan
osmotik koloid yang rendah mengakibatkan terjadinya acites dan oedema. Kedua keadaan ini
dapat menyebabkan masalah kelebihan volume cairan. Metabolisme protein menghasilkan
produk sampingan berupa amonia bila kadarnya meningkat dalam darah dapat menimbulkan
kerusakan saraf pusat (SSP) yang dapat menimbulkan rangsangan mual dan ensefalopati
hepatik.
Kerusakan sel hepar juga mempengaruhi terganggunya metabolisme karbohidrat. Sel hati
tidak mampu menyimpan glikogen sedangkan pemakaian tetap bahkan meningkat akibat
proses radang, menyebabkan depot glikogen di hati menurun. Kurangnya asupan (perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan) akibat anoreksia menyebabkan turunnya produksi energi
sehingga timbul gejala lemas, perasaan sepat lelah yang dapat mengganggu aktivitas.
Peradangan hati menyebabkan pembesaran pada hati yang menimbulkan nyari. Nyeri yang
tidak dapat ditoleransi menimbulkan penurunan nafsu makan, asupan berkurang
menyebabkan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Berdasarkan sumber lain fatofisiologi Ca. Hepar ada yang menjelaskan bahwa :
1.      Hepatoma 75 % berasal dari Sirosis hati yang lama / menahun. Khususnya yang disebabkan
oleh alkoholik dan post nekrotik.
2.      Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat
dijelaskan sebabnya. Pada penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak.
3.      Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke
hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal ini benar, khususnya
untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan
kecenderungan untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan
pankreas.
4.      Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor
yang sangat luas, sehingga tidak dapat dilakukan reseksi lokal lagi.

D.    TANDA DAN GEJALA


Manifestasi dini penyakit keganasan pada hati mencakup tanda-tanda dan gejala seperti :
1.      Gangguan nutrisi : penurunan berat badan yang baru saja terjadi, kehilangan kekuatan,
anoreksia, dan anemia.
2.      Nyeri abdomen
3.      Pembesaran hati yang cepat
4.      Pada pemeriksaan fisik, palpasi teraba permukaan hati yang ireguler
a.       Gejala ikterus, terjadi jika saluran empedu yang besar tersumbat oleh tekanan  nodul
malignan dalam hilus hati.
b.      Acites timbul setelah nodul tersumbat vena porta atau bila jaringan tumor tertanam dalam
rongga peritoneal.
E.  PATHWAY

F. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI

Hepatoblastoma bisa menyebabkan komplikasi pada penderitanya, di antaranya:


 Pecahnya tumor hepatoblastoma dalam tubuh. Kondisi ini bisa
menyebabkan peritonitis dan anemia.
 Pubertas dini pada anak, akibat meningkatnya hormon human chorionic
gonadotropin (hCG).

Selain itu, komplikasi juga bisa muncul akibat efek samping pengobatan kanker hati pada
anak. Komplikasi tersebut berupa:

 Gangguan pertumbuhan.
 Perubahan pada mood, perasaan, pemikiran, pembelajaran dan ingatan.
 Munculnya kanker jenis yang lain, selain hepatoblastoma.

Menurut Cancer Research UK, komplikasi cenderung terjadi setelah pasien menjalani


pengobatan. Ada beberapa komplikasi dari kanker yang satu ini dan perlu diwaspadai, di
antaranya:

1. Infeksi
 Terdapat risiko infeksi yang mungkin dialami pasien setelah menjalani operasi. Salah
satunya adalah luka jahitan yang memerah atau bahkan terasa ngilu. Bahkan, mungkin
Anda akan merasa tidak enak badan atau suhu tubuh meningkat.
 Apabila mengalami beberapa kondisi tersebut, beri tahu dokter atau suster. Biasanya,
ahli medis profesional akan membantu meringankan kondisi tersebut dengan
memberikan antibiotik, baik dalam bentuk obat minum atau cairan yang dimasukkan
ke dalam infus.
2. Perdarahan
 Komplikasi yang mungkin terjadi setelah menjalani pengobatan hepatoma adalah
perdarahan. Kondisi ini biasanya terjadi setelah operasi, karena terlalu banyak darah
yang melalui organ hati.
 Selain itu, organ ini memang memproduksi zat yang dapat membantu darah untuk
cepat membeku. Oleh karenanya, jika terdapat masalah atau kerusakan pada organ
hati, potensi pasien mengalami perdarahan akan semakin tinggi.
3. Kebocoran cairan empedu
 Cairan empedu dapat membantu tubuh Anda mencerna makanan dengan cara
menguraikan lemak. Organ hati memproduksi cairan empedu yang disimpan di dalam
kantung empedu.
 Saluran empedu kemudian membawa cairan tersebut dan menghubungkan organ hati
dengan kantung empedu ke usus kecil. Saat itu, ada potensi terjadinya kebocoran
cairan empedu akibat goresan yang terjadi pada permukaan organ hati.
 Kondisi ini dapat menimbulkan rasa sakit hingga pasien demam. Meski jarang sekali
terjadi, terkadang pasien harus menjalani operasi lagi untuk mengurangi kebocoran
tersebut.
4. Masalah ginjal
 Ada pula komplikasi kanker hati yang mungkin terjadi dan memengaruhi kondisi
ginjal. Ginjal mungkin saja tidak berfungsi dengan baik setelah pasien menjalani
operasi.
 Dokter akan memerhatikan hasil dari tes darah dan jumlah urine yang diproduksi
setelah Anda menjalani operasi. Ginjal akan kembali pulih seiring berjalannya waktu,
tapi beberapa pasien yang mengalami kondisi ini membutuhkan dialisis setelah
operasi besar.
5. Penumpukan cairan
 Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah penumpukan cairan pada perut setelah
menjalani operasi liver.  Hal ini bisa saja terjadi akibat berbagai alasan, termasuk
meningkatkan tekanan pada salah satu pembuluh darah yang terdapat pada hati.
6. Penyumbatan darah
 Komplikasi yang juga bisa terjadi akibat operasi adalah penyumbatan darah, karena
saat menjalani operasi pasien tidak bergerak sebanyak biasanya. Penggumpalan darah
yang dialami oleh pasien dapat menyumbat aliran darah normal ke seluruh tubuh.
 Penggumpalan darah ini juga bisa berpindah ke paru-paru dan menyebabkan
penyumbatan darah di organ tersebut. Hal ini bisa ditandai dengan sesak napas, dada
terasa nyeri, batuk darah, hingga kepala terasa pusing dan ringan.
 Kondisi ini sebenarnya bisa dicegah, misalnya menggunakan stoking usai operasi.
Anda juga akan diberi suntikan setiap beberapa minggu sekali untuk mengencerkan
darah. Selain itu, dokter akan menyarankan Anda untuk melakukan aktivitas fisik
seperti berolahraga secara rutin.
G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Laboratorium:
500 mg/dl, HbsAg positf dalam serum, Kalium, Kalsium, Darah lengkap ;
SGOT,SGPT,LDH,CPK, Alfa fetoprotein.
2.      Radiologi :
Ultrasonografi (USG), CT-Scan, Thorak foto, Arteriography.
3.      Biopsi jaringan liver.
Pemeriksaan diagnostik untuk menetapkan adanya gangguan fungsi hepar meliputi
pemeriksaan terhadap dan tindakan berupa :
a.       Bilirubin terkonjugasi dan tak-terkonjugasi (meningkat)
b.      Urobilinogen urine (meningkat)
c.       Masa protrombin (memanjang)
d.      Trombosit, eritrosit, leukosit (menurun)
e.       Hipokalemia
f.       Hiponatremia
g.      Enzim-enzim serum : ALT, AST, LDH dan alkalin fosfatase (meningkat)
h.      CT scan

H.       PENATALAKSANAAN
1.      Non Bedah .
a.       Terapi Radiasi
Tujuan : Mengurangi  nyeri dan gangguan rasa nyaman, gejala anoreksia, panas dan
kelemahan.
Pelaksanaan metode radiasi meliputi :
Penyuntikan anti bodi berlabel isotop radio aktif  secara intravena yang secara spesifik akan
menyerang antigen yang berkaitan dengan tumor.
Penempatan sumber radiasi perkutan intensitas tinggi untuk terapi radiasi interstisil.
b.    Kemoterapi
Tujuan :  Untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang  kelangsungan
hidupnya.
Bentuk terapi ini juga dapat dilakukan sebagai terapi ajuan setelah dilakukan reseksi tumor
hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus regional merupakan dua metode yang
digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor primer dan
metastasis hati.
Untuk memberikan kemoterapi dengan kosentrasi yang tinggi kedalam hati melalui arteri
hepatika dipasang pompa yang dapat ditanam. Metode ini menghasilkan pemberian obat
dengan cara infus yang kontinyu, dapat di andalkan dan terkontrol yang dapat dilaksanakan
sendiri dirumah.
c.       Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di rumah
Tujuan :
Membantu pasien dan keluarganya untuk mengatasi gejala yang dapat terjadi serta prognosis
penyakit tersebut
Untuk mengidentifikasi dan mengimplementasikan strategi penanganan rasa nyeri serta
pendekatan terhadap penanganan masalah yang dapat terjadi.
Kepada pasien dan keluarganya diberitahukan tentang strategi penatalaksanaan dan peranan
mereka dalam kemoterapi. Mereka diminta untuk mengkaji sendiri dan melaporkan komlikasi
serta efek samping kemoterapi yang akan digunakan. Oleh karena itu, mereka harus
mendapatkan informasi yang benar tentang kerja kemoterapi dan efek yang di kehendaki
serta yang tidak di kehendaki. Perawat harus menekankan pentingnya kunjungan tindak lanjut
untuk memungkinkan pengkajian yang sering terhadap respon pasien dan tumor yang diderita
setelah dilakukan kemoterapi, kondisi tempat pompa di pasang dan terjadinya efek yang
bersifat toksik. Pasien didorong untuk melanjutkan kembali semua aktivitas rutinya untuk
menghindari aktivitas yang dapat merusak pompa tersebut.
d.      Drainase Bilier Perkutan
Digunakan untuk melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati,
pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang dianggap beresiko. Dengan bantuan
fluroskopi, sebuah kateter dimasukan melalui dinding abdomen dengan melewati lokasi
obstruksi kedalam deudenum. Sebagai hasil prosedur ini pasiem merasa lebih nyaman, dan
kualitas hidup hidup serta kelangsungan hidupnya meningkat. Selama beberapa hari setelah
dipasang kateter tersebut dibuka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir
keluar di observasi dengan ketat untuk mengetahui jumlah , warna dan adanya darah serta
debris.
2.      Penatalaksanaan Pembedahan         
            Lobektomi hepatik dapat dilakukan jika tumor hepatik primer adalah setempet atau
jika tempat primer dapat dieksisi secara keseluruhan dan metastasis dapt di batasi. Dengan
kemampuan kapasitas pada regenerasi sel-sel hepar, 90% hepar telahg dapat diangkat dengan
berhasil. Adanya sirosis menyebabkan keterbatasan kemampuan hepar untuk beregenerasi.

II.            KONSEP DASAR ASKEP CA HEPAR


A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu prosesyang
sistematis dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan pasien (Iyer et.al., 1996 dalam Nursalam, 2001 : 17).
Dalam pengumpulan data ada 2 tipe data yang ada pada pengkajian yaitu data subyektif
dan data obyektif (Nursalam, 2001 : 19).
Data Subyektif
Data Subyektif adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Data subyektif sering didapatkan dari riwayat keperawatan
termasuk persepsi pasien, perasaan dan ide tentang status kesehatan (Nursalam, 2001 : 19).
Data Subyektif yang biasanya muncul pada pengkajian dengan Ca. Hepar adalah Keluhan
berupa nyeri abdomen, kelemahan dan penurunan berat badan, anoreksia, rasa penuh setelah
makan terkadang disertai muntah dan mual. Bila ada metastasis ke tulang penderita mengeluh
nyeri tulang.
Data Obyektif
Data Obyektif adalah dan diukurata yang dapat diobservasi dan diukur (Iyer, et.al., 1996,
dalam Nursalam, 2001 : 19). Data Obyektif yang dapat dikaji pada pasien dengan Ca. Hepar
adalah : penurunan tonus otot, distensi abdomen (hepatomegali, Splenomegali, asites),
penurunan BB atau peningkatan (cairan), edema, kulit kering, ikterik, ensefalopati hepatik,
takipnea, demam, hipoksia, pernapasan dangkal, perubahan mental, ekspansi paru terbatas,
peningkatan suhu tubuh, dan sebagainya.
Menurut Doengoes, 1999 hasil pemeriksaan fisik pada pasien kanker hati adalah:
1.      Aktivitas / Istirahat
Gejala       : Kelemahan, kelelahan terlalu lelah.
Tanda       : Letargi (gelisah), penurunan massa otot/tonus (atropi)
2.      Sirkulasi
Gejala       : Riwayat GJK kronis, perikanditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi
hati menimbulkan gagal hati).
3.      Eliminasi
Gejala       : Flatus
Tanda       :Distensi abdomen (hepotomegali, splenomegali, asites), penurunan/tak adanya
bising usus, melena (pendarahan), urine gelap, pekat
4.      Makanan/Cairan
Gejala       :Anoreksia, tidak toleran terhadap makanan/tak dapat mencerna,  mual/muntah
Tanda       : Penurunan berat badan atau peningkatan (cairan), penggunaan jaringan, edema
umumnya pada jaringan, kulit kering, turgor buruk, ikterik angioma spider, napas
berbau/fetor hepatikus, pendarahan guso
5.      Neurosensori
Gejala       : Orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan mental
Tanda       : Peruhan mental, bingung halusinasi, koma, bicara lambat/tak jelas, asterik
(ensefalofati hepatic)
6.      Nyeri/Kenyamanan
Gejala       : Nyeri tekan abdomen/nyeri kuadran kanan atas
Tanda       : Prilaku berhati-hati/distraksi, fokus pada diri sendiri
7.      Pernapasan
Gajala       : Dispepneu (henti napas)
Tanda       : Takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan, ekspansi paru terbatas
(asites), hipoksia
8.      Keamanan
Gejala       :Pruritas (gatat)
Tanda       :Demam (lebih umum pada sirosis alkoholik), Ikterik, ekimosis, petekie
9.      Seksualitas
Gejala       : Gangguan menstruasi, impotent
Tanda       : Atrafi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan pubis)

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan :


1.      Ascites
2.      Ikterus
3.      Hipoalbuminemia
4.      Splenomegali, Spider nevi, Eritoma palmaris, Edema.
Secara umum pengkajian keperawatan pada klien dengan kasus kanker hati, meliputi :
1.      Gangguan metabolisme
2.      Perdarahan
3.      Asites
4.      Edema
5.      Hipoproteinemia
6.      Jaundice/icterus
7.      Komplikasi endokrin
8.      Aktivitas terganggu akibat pengobatan

B. DIAGNOSA
Diagnosa yang dapat muncul pada pasien dengan Ca. Hepar yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis ( penekanan masa tumor )

b. Kerusakan integritas jaringan

c. Gangguan body image (citra tubuh )

d. Kurang pengetahuan tentang kodisi, prognosis dan pengobatan penyakitnya

e. Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh , krisis situasional

f. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka operasi

g. Ketidak efektifan pola nafas h. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


a. Diagnosa Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kriteria Hasil :

- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

- Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

- Tidak ada tanda tanda malnutrisi


- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

- Kaji adanya alergi makanan

- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake

- Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin

- Berikan substansi gula

- Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

- Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

b. Diagnosa Keperawatan : nyeri akut Kriteria Hasil :

- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

- Tanda vital dalam rentang normal

Intervensi :

- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau

- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

- Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan

- Kurangi faktor presipitasi nyeri - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)

- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

- Ajarkan tentang teknik non farmakologi

- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

- Tingkatkan istirahat

- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil

- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

c. Diagnosa Keperawatan : Kerusakan integritas jaringan

Kriteria Hasil :

- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)

- Tidak ada luka/lesi pada kulit

- Perfusi jaringan baik


- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera
berulang - Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan
alami

Intervensi :

- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

- Hindari kerutan padaa tempat tidur

- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan

- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan

- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

- Monitor status nutrisi pasien

d. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan

Kriteria Hasil :

- Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
program pengobatan

- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

- Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

Intervensi :

- Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit

- Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnya


- Sediakan informasi tentang kondisi klien

- Berikan informasi tentang perkembangan klien

- Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit

- Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi

- Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi

- Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit

- Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada

- Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan

e. Diagnosa Keperawatan : Gangguan body image

Kriteria Hasil :

- Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.

- Klien dapat menerima efek pembedahan.

Intervensi :

- Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya.

Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah

- Tinjau ulang efek pembedahan

Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.

- Berikan dukungan emosi klien.

Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.

- Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.

Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

f. Diagnosa keperawatan : cemas


Kriteria hasil :

- Pasien mengungkapkan dan menunjukkan teknik mengontrol cemas

- Ekspresi wajah rileks, menunjukkan cemas berkurang

- Vital sign dalam batas normal

Intervensi;

- Gunakan pendekatan yang menenangkan

- Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

- Dorong keluarga untuk menemani pasien untuk memberikan rasa aman

- Dengarkan keluhan dengan penuh perhatian

- Identifikasi tingkat kecemasan

- Bantu mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan

- Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,kecemasan

- Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi g.

g. Diagnosa : Resiko infeksi

Kriteria Hasil :

- Pasien bebas dari tanda infeksi

- Menunjukkan perilaku hidup sehat

- Jumlah angka leukosit dalam batas normal

Intervensi :

- Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

- Pertahankan teknik aseptik selama pemasangan alat

- Tingkatkan intake nutrisi tinggi protein

- Monitor tanda dan gejala infeksi


- Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi

- Ajarkan cara mencegah infeksi

- Berikan terapi antibiotik

DAFTAR PUSTAKA

Amin H.N & Hardhi K . (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC edisi Revisi Jilid 1, Yogyakarta, Med

Action Publishing. Riskesdas (2013)Kementrian Kesehatan ajak masyarakat

cegah dan kendalikan kanker .dipublikasikan dari

http://www.depkes.go.id/article/print/17020200002/kementeriankesehatan-ajak-

masyarakat-cegah-dan-kendalikan-kanker.html.2 Februari 2017 Irianto K.

(2015). Kesehatan Reproduksi , Teori & Praktikum. Bandung : Alfabeta CV

Pudiastuti Ratna D. (2011). Buku Ajar Kebidanan Komunitas : Teori dan

Aplikasi . Yogyakarta: Nuhamedika. Donsu Jenita D. , Bondan P., Sutejo . Rosa

D. & Dewi Sari C. ( 2018). Panduan Penulisan Tugas Akhir Dalam Bentuk

Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Poltekes Kemenkes Yogyakarta.

Juall,Lynda,Carpenito. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi

10.Jakarta:EGC Asmadi.2008.Konsep Dasar Keperawatan.Jakarta:EGC

Herdman, T.Heather . (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi

2012-2014: alih bahasa, Sumarwati M , Subekti N.B ; Jakarta; EGC

Anda mungkin juga menyukai