Oleh
NIM. 2130913320043
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 2130913320043
Mengetahui
Noor Diani, Ns, M.Kep., Sp.Kep.MB Helda Iriani,S. Kep, Ns. M. Kep
NIP. 19780615 200812 2 001 NIP. 198307152011012003
Hepatocelular Carcinoma (HCC)
Patofisiologi
Hepatoma 75 % berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya yang disebabkan oleh alkoholik dan postnekrotik.
Pedoman diagnostik yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Pada
penderita sirosis hati yang disertai pembesaran hati mendadak. Tumor hati yang paling sering adalah metastase
tumor ganas dari tempat lain. Matastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50 % kematian akibat kanker. Hal
ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan
untuk bermestatase ke hati, misalnya kanker payudara, paru-paru, uterus, dan pankreas. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor
biasanya tidak diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat dilakukan
reseksi lokal lagi. (Hidayat, 2006)
Stadium Hepatoceluar Carcinoma Pemeriksaan penunjang,
(Doengoes, 2000) :
1. Biopsi
1. Stadium I : Satu fokal tumor 2. Radiologi
berdiameter \ hati. 3. Ultrasonografi
2. Stadium II : Satu fokal tumor 4. CT scan
berdiameter > 3cm. Tumor sebatas 5. Angiografi
pada segment I atau multi-fokal tumor 6. MRI (Magnetic Resonance
terbatas padlobus kanan atau lobus Imaging)
kiri hati. 7. PET (Positron Emission
3. Stadium III : Tumor pada segment I Tomography) (Maharani, 2015)
meluas ke lobus kiri (segment IV)
atau ke lobus kanan segment V dan Komplikasi Penatalaksanaan
VIII atau
tumordengan invasi peripheral ke Komplikasi yang sering terjadi pada 1. Tindakan bedah hati digabung dengan
sistem pembuluh darah (vascular). sirosis adalah asites, perdarahan tindakan radiologi. Terapi yang paling
4. Stadium IV : Multi-fokal atau diffuse saluran cerna bagian atas, ensefalopati ideal untuk kanker hati stadium dini
tumor yang mengenai lobus kanan dan hepatika, dan sindrom hepatorenal. adalah tindakan bedah yaitu reseksi
lobus kiri hati atau tumor dengan Sindrom hepatorenal adalah suatu (pemotongan) bahagian hati yang
invasi ke dalam pembuluh darah hati keadaan pada pasien dengan hepatitis terkena kanker dan juga reseksi daerah
(intra hepaticvaskuler) ataupun kronik, kegagalan fungsi hati, sekitarnya.
pembuluh empedu (biliary duct). hipertensi portal, yang ditandai 2. Transplantasi Hati
dengan gangguan fungsi ginjal dan 3. Tindakan non-bedah hati
sirkulasi darah Sindrom ini Tindakan non-bedah merupakan pilihan
mempunyai risiko kematian yang untuk pasien yang datang pada stadium
tinggi. (Suriadi & Yuliani, 2010) lanjut. Suriadi & Yuliani,2010):
ASUHAN KEPERAWATAN
Ketidakefektifan pola napas Risiko Cedera (00035) Gangguan citra tubuh (00118)
(00032) Outcome: Outcome:
Outcome: Pengetahuan:Pencegahan Jatuh (1828) Citra tubuh (1200)
Status pernapasan (0415) Setelah diberikan intervensi keperawatan Setelah diberikan intervensi keperawatan
Setelah diberikan intervensi 1×24 jam 1×6 jam
keperawatan 1×60 diharapkan pasien memenuhi kriteria hasil: diharapkan pasien memenuhi kriteria
menit diharapkan pasien memenuhi 1. Penggunaan pencahayaan lingkungan hasil:
kriteria hasil: yang benar 1. Gambaran internal diri
1. Frekuensi pernapasan 2. Penggunaan prosedur perpindahan 2. Kepuasan dengan fungsi tubuh
2. Irama pernapasan yang aman 3. Penyesuaian terhadap perubahan
3. Kepatenan jalan napas 3. Pentingnya alur jalan yang jelas tampilan fisik
4. Kedalaman inspirasi Intervensi: 4. Penyesuaian terhadap perubahan
5. Penggunaan otot bantu napas Identifikasi risiko (6610) fungsi tubuh
Intervensi: 1. Kaji ulang data yang didapatkan dari Intervensi:
Terapi oksigen (3320) pengkajian risiko secara rutin Peningkatan citra tubuh (5220)
1. Pemberian terapi oksigen dan 2. Identifikasi adanya sumber-sumber 1. Fasilitasi kontak dengan individu
berkolaborasi agensi untuk membantu menurunkan yang mengalami perubahan yang
2. dengan dokter factor risiko sama dalam hal citra tubuh
3. Monitor aliran oksigen 3. Instruksikan factor risiko dan rencana 2. Tentukan harapan citra diri pasien
4. Monitor posisi perangkat (alat) untuk mengurangi factor risiko diadasrkan pada tahap perkembangan
pemberian Pencegahan jatuh (6490) 3. Tentukan perubahan fisik saat ini
5. oksigen 1. Identifikasi kekurangan baik kognitif apakah berkontribusi pada citra diri
6. Pertahankan kepatenan jalan atau fisik dari pasien yang mungkin pasien
napas meningkatkan potensi jatuh pada 4. Monitor frekuensi dari pernyataan
7. Monitor efektivitas terapi lingkungan tertentu mengkritisi diri
oksigen 2. Identifikasi perilaku dan factor yang Peningkatan harga diri (5400)
8. Monitor peralatan oksigen untuk mempengaruhi risiko jatuh 1. Monitor pernyataan pasien mengenai
memastikan bahwa alat tersebut 3. Identifikasi karakteristik dari harga diri
tidak mengganggu upaya pasien lingkungan yang mungkin 2. Tentukan kepercayaan diri pasien
untuk bernafas meningkatkan potensi jatuh dalam hal penilaian diri
4. Sediakan alat bantu untuk 3. Bantu pasien untuk menemukan
menyeimbangkan gaya berjalan penerimaan diri
4. Jangan mengkritisi (pasien) secara
negatif
Apriany, Dyna. 2016. Asuhan Keperawatan Medikal bedah dengan Keganasan. Bandung : PT
Refika Aditama.
Butar-Butar, A.M.C. 2013. Prevalensi karsinoma hepatoselular di rumah sakit haji adam malik
Medan pada tahun 2009-2012. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Salemba.
Medika.
Mansjoer, Arif. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius.
Suriadi & Yuliani. 2010. Buku Pegangan Praktek Klinik. Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 2. Jakarta : CV.Sagung Seto