Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN ANAK


ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR
RENDAH (BBLR)

Tanggal 17 – 22 Januari 2022

Oleh:
Ayu Wardalina, S.Kep
NIM. 2130913320015

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
STASE KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
(BBLR)

Oleh:

Ayu Wardalina, S.Kep


NIM. 2130913320015

Banjarbaru, Januari 2022


Mengetahui

Clinical Teacher Clinical Instructor

Windy Yuliana Budianto, Ns, M.Biomed Rosyida Rahma, S.Kep., Ners


NRTK 90.011.217
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah keadaan ketika bayi dilahirkan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram tanpa menilai masa gestasi.
BBLR tidak hanya bisa terjadi pada bayi prematur, bisa juga terjadi pada bayi cukup bulan yang mengalami proses hambatan dalam
pertumbuhannya selama kehamilan. Keadaan bayi dengan BBLR berpotensi berdampak buruk terhadap tumbuh kembang bayi ke depannya
(Kemenkes RI, 2014)
Klasifikasi BBLR menurut Cutland, et.al, (2017), yaitu:
Berdasarkan harapan hidupnya:
1) Bayi dengan berat lahir 2500 -1500 gram adalah bayi berat
lahir rendah (BBLR).
2) Bayi dengan berat lahir 1500-1000 gram adalah bayi berat lahir
sangat rendah (BBLSR).
3) Bayi dengan berat lahir <1000 gram adalah bayi berat lahir
ekstrim rendah (BBLER)
Berdasarkan masa gestasinya:
1) Prematuritas Murni Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 Etiologi menurut Nur Arifuddin & Vovilia (2016), Susilowati, et. al., (2016) serta
minggu atau biasa disebut neonatus dengan berat normal ketika Gebregzabiherher., et.al, (2017) ada beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan
lahir. Dapat disebut BBLR jika berat lahirnya antara 1500-2500 masalah BBLR yaitu:
gram.
2) Dismaturitas Bayi dengan berat badan lahir tidak normal atau Faktor ibu:
kecil ketika dalam masa kehamilan. a. Usia
b. Parietas
c. Gizi kurang saat hamil
Manifestasi klinis BBLR yaitu, (Tripthy, 2014): d. Jarak kehamilan
e. Pola hidup
a. rambut tipis halus Faktor kehamilan:
b. tulang tengkorak lunak a. Eklampsia/pre-eklampsia
c. kulit tipis dan transparan b. Ketuban pecah dini
d. berat badan c. Perdarahan antepartum
e. reflek - reflek pada pemeriksaan neurologis Faktor janin:
lemah, terutama pada reflek menghisap dan a. Cacat bawaan (kelainan kongenital)
menelan b. Infeksi dalam rahim
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia
(2014) ada beberapa masalah kesehatan Menurut Ajeng Dwi Cahyani & Nurmalasari (2016), ada beberapa penatalaksanaan yang bisa
pada bayi dengan BBLR, yaitu: dilakukan untuk masalah BBLR yaitu:

a. Ketidakstabilan suhu tubuh. a. Dukungan respirasi.


b. Termoregulasi.
b. Gangguan pernapasan.
c. Perlindungan terhadap infeksi.
c. Imaturitas neurologis.
d. Pemberian nutrisi
d. Gastrointestinal dan nutrisi.
e. Hipoglikemi
Patofisiologi (Bagan)

Faktor ibu: Faktor kehamilan:


a. Usia a. Eklampsia/pre- Faktor janin:
b. Parietas eklampsia a. Cacat bawaan
c. Gizi kurang saat hamil b. Ketuban pecah dini (kelainan kongenital)
d. Jarak kehamilan c. Perdarahan antepartum b. Infeksi dalam rahim
e. Pola hidup

Penyaluran nutrisi melalui plasenta ke janin terganggu

Lemak, glikogen, mineral, zat besi, kalsium, fosfor, zinc, dan lain-lain tidak mencukupi

Pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat

BBLR (<2.500
gram) Aterm/Preterm
Patofisiologi: Secara umum bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur),
sebenarnya hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, contohnya zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir untuk bayi.
Bayi dengan BBLR juga bisa disebabkan karena dismaturitas, yang berarti bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan >37 minggu), namun berat badan
lahirnya lebih kecil disbanding masa kehamilannya, yaitu kurang dari 2.500 gram. Masalah ini dapat terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan
bayi pada saat dalam kandungan yang bisa disebabkan oleh penyakit-penyakit ibu contohnya apabila ada kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang dapat mengakibatkan nutrisi yang diperoleh bayi jadi tidak adekuat. Gizi yang adekuat dan tercukupi sangat diperlukan ibu
hamil agar janin tidak mengalami hambatan pada pertumbuhannya sehingga ibu dapat melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. Kondisi ibu
hamil yang baik, sistem reproduksi ibu hamil normal, tidak sedang sakit, dan tidak ada gangguan gizi sebelum maupun ketika hamil, maka ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan sehat. Ibu hamil dengan kondisi kurang gizi yang cukup kronis ketika hamil lebih berisiko melahirkan bayi dengan
BBLR, vitalitas rendah, serta prevalensi kematian meningkat, terlebih lagi apabila ibu mengalami kadar hemoglobin rendah atau anemia. Ibu hamil
umumnya mengalami penyusutan besi maka hanya akan memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Zat
besi yang inadekuat dapat menimbulkan hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun otak (Nur Aisyah, 2021).
PATHWAY

Faktor ibu Faktor janin Faktor


kehamilan

BBLR

Immaturitas jaringan & organ

Immaturitas sistem imun Lemak kulit berkurang Immaturitas saluran cerna Immaturitas paru

Organ limfoid yang berperan dalam Kemampuan metabolisme Refleks menelan belum Vaskular paru imatur
sistem pertahanan tubuh belum napas menurun sempurna
sempurna perkembangannya seperti
thimus, lien, dan sumsum tulang Insufisiensi pernafasan
Cenderung cepat Ketidakefektifan Refleks
kehilangan panas Isap-Telan Bayi
Pertahanan tubuh terhadap Gangguan membran
antigen tidak adekuat hialin
Suhu tubuh menurun
Tindakan pemasangan OGT
Gangguan Pertukaran Gas
Risiko Infeksi
Risiko Hipotermia
Risiko Aspirasi
PROSES KEPERAWATAN

Teori

Pengkajian:
Evaluasi
1. Identitas (data pasien & data penanggung
jawab)
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit terdahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Keadaan umum dan tanda vital
7. Pemeriksaan fokus
Implementasi 8. Pemeriksaan antropometri
9. Riwayat imunisasi dan perkembangan
10. Riwayat Psikososial

Diagnosa Keperawatan:
1. Gangguan Pertukaran Gas
(00030)
2. Ketidakefektifan Refleks
Isap-Telan Bayi (00295)
3. Risiko Aspirasi (00039)
4. Risiko Hipotermia (00253)
5. Risiko Infeksi (00004)
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. Gangguan Pertukaran Gas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 Terapi Oksigen (3320):
(00030) menit, diharapkan pola nafas bayi menjadi efektif, dengan a. Berikan tambahan oksigen sesuai anjuran
kriteria hasil: b. Monitor aliran oksigen
Status Pernafasan (0415): c. Jaga kepatenan jakan nafas
a. Frekuensi nafas (2-5) d. Monitor efektifitas terapi oksigen
b. Irama nafas (2-5) e. Pasang oksigen sesuai SOP
c. Kedalaman inspirasi (2-5) Monitor Pernafasan (3350):
d. Saturasi Oksigen (2-5) a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman, dan
Keterangan: kesulitan bernafas
1: deviasi berat dari kisaran normal b. Monitor pergerakan dada, catat
2: deviasi yang cukup berat dari kisaran normal ketidaksimetrisan jiak ada
3: deviasi sedang dari kisaran normal c. Monitor pola nafas
4: deviasi ringan dari kisaran normal d. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
5: tidak ada deviasi dari kisaran normal
2. Ketidakefektifan Refleks Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8x24 jam, Pemberian Makan dengan Tabung Enteral (1056):
Isap-Telan Bayi (00295) diharapkan masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil: a. Hangatkan sufor sebelum diberkan kepada bayi
Pemberian Makan: Bayi (1016): b. Berikan asupan nutrisi bayi sesuai anjuran
a. Refleks menghisap (3-5) c. Jika pemberian nutrisi melalui OGT maka bilas
b. Menelan (3-5) selang setelah pemberian nutrisi
c. Bersendawa secara periodik (2-5) d. Monitor kemampuan menghisap dan menelan
d. Penambahan berat badan sesuai usia (2-5) bayi
Keterangan: e. Sendawakan bayi setelah pemberian nutrisi, jika
1: tidak adekuat perlu
2: sedikit adekuat f. Monitor keadaan bayi selama dan sesudah
3: cukup adekuat pemberian nutrisi
4: sebagian besar adekuat g. Monitor tanda-tanda viital (N, T, RR, SPO2)
5: sepenuhnya adekuat

Risiko Aspirasi (00039) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 Pencegahan Aspirasi (3200):
3. menit, diharapkan bayi terhindar dari kejadian aspirasi a. Periksa residu pada selang sebelum pemberian
dengan kriteria hasil: makan
Status Pernapasan: Kepatenan Jalan Napas (0410): b. Pertahankan kepatenan jalan napas
a. Frekuensi napas (dipertahankan pada skala 5) c. Monitor status pernapasan
b. Irama pernapasan (dipertahankan pada skala 5) d. Miringkan jika bayi ada tanda-tanda muntah
c. Tidak ada residu dan akumulasi sekret e. Jaga agar klem selang OGT tetap tertutup
(dipertahankan pada skala 5)
Keterangan:
1: deviasi berat dari kisaran normal
2: deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
3: deviasi sedang dari kisaran normal
4: deviasi ringan dari kisaran normal
5: tidak ada deviasi dari kisaran normal
Risiko Hipotermia (00253) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 Pengaturan Suhu (3900):
4.
menitt, diharapkan bayi terhindar dari kejadian a. Monitor suhu bayi tiap 1 jam
hipotermia, dengan kriteria hasil: b. Pasang alat monitor suhu pada bayi baru lahir
c. Monitor suhu dan warna kulit
Termoregulasi: Bayi Baru Lahir (0801):
d. Selimuti bayi segera setelah lahir untuk
a. Berat badan (2-5)
mencegah kehilangan panas
Keterangan:
e. Tempatkan bayi baru lahir di atas penghangat
1: sangat terganggu
f. Sesuaikan suhu lingkungan sesuai kebutuhan
2: banyak terganggu
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
a. Suhu tidak stabil (2-5)
b. Kegelisahan (2-5)
Keterangan:
1: berat
2: cukup berat
3: sedang
4: ringan
5: tidak ada
Risiko Infeksi (00004) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30 Perlindungan Infeksi (6550):
5.
menit secara berkala, diharapkan kerentanan infeksi pada a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
bayi dapat diminimalisir, dengan kriteria hasil: b. Ajari keluarga mengenai deteksi dini tanda dan
Status Imunitas (0702): gejala infeksi
a. Imunitas saat ini (2-5) c. Pertahankan teknik aseptik terhadap perawatan
b. Skrining infeksi saat ini (2-5) pasien
c. Titer antibodi (2-5) d. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
d. Integriats kulit (2-5) e. Instruksikan pasien mengonsumsi antibiotik
Keterangan: yang diberikan sesuai anjuran, jka ada
1: sangat terganggu f. Ajarkan keluarga dan pasien mengenai
2: banyak terganggu pencegahan infeksi
3: cukup terganggu
4: sedikit terganggu
5: tidak terganggu
DAFTAR PUSTAKA
Ajeng Dwi Cahyani & Nurmalasari. 2016. Sistem Informasi Taman Pengasuhan Anak
(SiTamPAn) Berbasis Web Pada Kementrian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat.
Information System For Educators And Professionals. Vol.1, No. 1, Desember 2016, 67-84
E-ISSN: 2548-3587.

Cutland CL., et.al. 2017. Low Birth Weight: Case Definition & Guidelines for Data
Collection, Analysis, and Presentation of Maternal Immunization Safety Data. Vaccine. Vol
35, No 48. Hlm 6492-5.

Departemen Kesehatan Rakyat Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014.

Gebregzabiherher.m et.al. 2017. The Prevalence and Risk Factors for Low Birth Weight
among Term Newborns in Adwa General Hospital, Northern Ethiopia. Obstetrics and
Gynecology International. 1-7.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2014. Indonesian Pediatric Society. Nilai Nutrisi Air
Susu Ibu.

Nur, R., Arifuddin, A., & Vovilia, R. 2016. Analisis faktor risiko kejadian berat badan lahir
rendah di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu. Jurnal Preventif. Volume 7, Nomor 1, 1-64.

Nur Aisyah. 2021. “Faktor-faktor yang mempengaruhi Peningkatan Kejadian BBLR d


Puskesmas Malunda Tahun 2017-2019”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Makasar.

Susilowati, et.al. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Tripthy. 2014.. Review Study on Potential Activity of Piper Betle. Journal of


Pharmacognosy and Phytochemistry. Vol 3, No 4: 93-98.

Anda mungkin juga menyukai