Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.

S DENGAN
HIPERTENSI DI DESA ANJIR SERAPAT BARAT
KECAMATAN KAPUAS TIMUR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Program


Pendidikan Profesi Ners pada Stase
Keperawatan Keluarga

Tanggal 1 – 7 November 2021

Oleh:
Hidayati Fitri, S.Kep
NIM. 2130913320012

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S DENGAN


HIPERTENSI DI DESA ANJIR SERAPAT BARAT
KECAMATAN KAPUAS TIMUR

Disusun untuk Memenuhi Tugas Program


Pendidikan Profesi Ners pada Stase
Keperawatan Keluarga

Tanggal 1 - 7 November 2021

Oleh:
Hidayati Fitri, S.Kep
NIM. 2130913320012

Banjarbaru, November 2021

Mengetahui,

Koordinator Stase Kep. Keluarga Clinical Teacher

Kurnia Rachmawati, Ns., MNSc Kurnia Rachmawati, Ns., MNSc


NIP. 19841112201 701209 001 NIP. 19841112201 701209 001
BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian


Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga,
disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah
satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan
meningkatkan akses yankes di wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan
pendekatan keluarga salah satunya adalah untuk meningkatkan akses keluarga
pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK
dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah keluarga, mengutamakan
upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis
masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan
siklus kehidupan (Sarkomo, 2016).
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO)
mengestimasikan saat ini prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari
total penduduk dunia. Dari sejumlah penderita tersebut, hanya kurang dari
seperlima yang melakukan pengendalian terhadap tekanan darah yang
dimiliki (WHO, 2019). Hasil Riskesdas 2018 menunjukan bahwa Provinsi
Kalimantan Selatan memiliki prevalensi tertinggi sebesar 44,13% diikuti oleh
Jawa Barat sebesar 39,6%, Kalimantan Timur sebesar 39,3%. Provinsi Papua
memiliki prevensi hipertensi terendah sebesar 22,2% diikuti oleh Maluku
Utara sebesar 24,65% dan Sumatera Barat sebesar 25,16% (Kemenkes RI,
2018).
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering tanpa
keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi
dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat
komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan
darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata,
jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer
(Kemenkes, 2019).
Hipertensi dapat dicegah dengan mengendalikan perilaku berisiko
seperti merokok, diet yang tidak sehat seperti kurang konsumsi sayur dan
buah serta konsumsi gula, garam dan lemak berlebih, obesitas, kurang
aktifitas fisik, konsumsi alkohol berlebihan dan stres. Data Riskesdas 2018
pada penduduk usia 15 tahun keatas didapatkan data faktor risiko seperti
proporsi masyarakat yang kurang makan sayur dan buah sebesar 95,5%,
proporsi kurang aktifitas fisik 35,5%, proporsi merokok 29,3%, proporsi
obesitas sentral 31% dan proporsi obesitas umum 21,8%. Data tersebut di atas
menunjukkan peningkatan jika dibandingkan dengan data Riskesdas tahun
2013 (Kemenkes, 2019).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga tentang
Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
1. Mampu memahami asuhan keperawatan keluarga tentang Hipertensi.
2. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga dengan Hipertensi.
3. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga dengan Hipertensi.
4. Mampu menentukan intervensi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga dengan Hipertensi.
5. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga dengan Hipertensi.
6. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada konsep asuhan
keperawatan keluarga dengan Hipertensi.
7. Mampu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pada
konsep asuhan keperawatan keluarga dengan Hipertensi.
C. MANFAAT
1. Mahasiswa Sebagai pengalaman langsung dalam pembuatan laporan
asuhan keperawatan, khususnya mengenai pengetahuan tentang Hipertensi.
2. Masyarakat Dapat meningkatkan kualitas hidup sebagai upaya untuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien Hipertensi.
3. Manfaat bagi Petugas Kesehatan Diharapkan laporan asuhan keperawatan
ini dapat menjadi tambahan informasi bagi petugas kesehatan tentang
teknik non farmakologi yang dapat membantu mengontrol tekanan darah
pada lansia dengan Hipertensi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Definisi Keluarga Dan Keperawatan Keluarga

Keluarga juga didefinisikan sebagai sistem sosial yangterdiri dari


dua orang atau lebih yang dihubungkan karena hubungan
darah,hubungan perkawinan, hubungan adopsi dan tinggal bersama untuk
menciptakan budaya tertentu (Depkes RI, 2010). Keperawatan keluarga
merupakan bagian dari pelayanan yang holistik yang menempatkan
keluarga dan komponennya sebagai fokus utama dalam proses pelayanan
serta melibatkan anggota keluarga dalam tahap pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan dan tahap evaluasi dengan memobilisasi
sumber pelayanan kesehatan yang tersedia dalam keluarga dan sumber-
sumber dari profesi lain termasuk pemberi pelayanan dan sector lain di
komunitas. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada keluarga sesuai
dengan kebutuhan keluarga dalam lingkup praktik keperawatan (Depkes,
2010).
2. Tipe Keluarga
Menurut Allender dan Spradley (2001), tipe keluarga antara lain:
1) Keluarga tradisional
a) Keluarga Inti (Nuclear family) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat
b) Keluarga Besar (Extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman, dan bibi
c) Keluarga Dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak
d) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
e) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa saja
f) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
2) Keluarga non tradisional
a) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertaliandarah
hidup serumah
b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dananak
hidup bersama dalam satu rumah
c) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
3. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Secara umum stahap siklus perkembangan keluarga melalui tahapan
sebagai berikut:
a) Tahap perkembangan keluarga pasangan baru/keluarga baru
(Beginning Family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami
dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga
tersebut membntuk keluarga baru.Suami istri yang membentuk
keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru
karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-
hari.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
1) Membina hubungan intim dan memuaskan.
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
sosial.
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
4) Menetapkan tujuan bersama.
5) Merencanakan anak (KB)
6) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri
untuk menjadi orangtua
Tugas Perawat : membantu setiap keluarga untuk agar saling
memahami satu sama lain.
b) Tahap perkembangan keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan (2,5 tahun). Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang
besar dalamkeluarga, sehingga pasangan harus beradaptasi dengan
perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.Masalah yang sering
terjadi dengan kelahiranbayi adalah pasangan merasa diabaikan
karena faktor perhatian keduapasangan tertuju pada bayi.Suami
merasa belum siap menjadi ayah atausebaliknya.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain:
1) Persiapan menjadi orangtua.
2) Membagi peran dan tanggung jawab.
3) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah
yang menyenangkan.
4) Mempersiapkan dana atau biaya untuk child bearing.
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c) Tahap keluarga ketiga dengan anak pra sekolah (famillies
withpreschool)
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orangtua beradaptasi
terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam
meningkatkan pertumbuhannya.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling
repot).
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d) Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (famillies with
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada
usia 6 tahun dan beakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini keluarga
mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga
sangat sibuk. Pada tahap ini keluarga (orangtua) perlu belajar
berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi, baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai
berikut:
1) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan
dan semangat belajar.
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan.
3) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
4) Menyediakan aktifitas untuk anak.
5) Menyesuaikan pada aktifitas kemunitas dengan mengikutsertakan
anak
Peran perawat pda tahap ini adalah: diskusi keselamatan anak dengan
orangtua, melakukan screening atau pemeriksaan diri melalui riwayat
kesehatan dan pemeriksaan diri.
e) Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (familles with teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa.
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka anatara anak dan orangtua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
f) Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center famillies)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak pada keluarga
atau jika anak belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah mengorganisasi
kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas anaknya untuk
hidup sendiri.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
1) Memperluas keluarga inti menjdi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orangtua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua.
4) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anak.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan sebagai suami, istri, kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak-anaknya.
g) Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age afamilles)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap
ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk
mempertahankan kekuatan dengan berbagai aktifitas.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai.
3) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua.
4) Keakraban dengan pasangan.
5) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
6) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban
pasangan.
h) Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses
usia lanjut dan pensiun merupakan ralitas yang tidak dapat dihindari
karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus dialami
keuarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya pendapatan,
kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan pekerjaan serta
perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi
kesehatan.Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan
merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut
umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal dirumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknya.
Tugas perkembangan pada tahap ini adalah:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik, dan pendapatan.
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
4) Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat.
5) Melakukan life review.
6) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian (Suprajitno, 2012).
4. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5
yaitu:
a. Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan untuk
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi Ekonomi
Menyedeiakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan (Marliyn M. Friedman, hal 86; 2010).
5. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Keluarga sesuai dengan fungsi pemeliharaan mempunyai tugas dibidang
kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan (Friedman, 2010),
meliputi:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
Keluarga
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitarnya bagi
keluarga
6. Sasaran Keperawatan Keluarga
Sasaran dalam keperawatan keluarga menurut Khalifah dan Widagdo
(2016) sebagai berikut:

a. Keluarga sehat

Keluarga sehat adalah seluruh anggota keluarga dalam kondisi tidak


mempunyai masalah kesehatan, tetapi masih memerlukan antisipasi
terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh
kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada
promosi kesehatan (promotive) dan pencegahan penyakit (preventif).
b. Keluarga risiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga risiko tinggi adalah jika satu atau lebih anggota keluarga
memerlukan perhatian khusus dan memiliki kebutuhan untuk
menyesuaikan diri, terkait siklus perkembangan anggota keluarga dan
keluarga dengan faktor risiko penurunan status kesehatan.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang memerlukan tindak lanjut merupakan keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan dan memerlukan tindak lanjut
pelayanan keperawatan atau kesehatan, misalnya klien pasca
hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan
pembedahan, dan penyakit terminal.
7. Peran Dan Fungsi Perawat Keluarga
Peran dan fungsi perawatan dalam keperawatan keluarga menurut
Khalifah dan Widagdo (2016) sebagai berikut:
a. Pelaksana
Perawat sebagai pelaksana memberikan pelayanan kesehatan pada
individu atau keluarga yang memiliki kelemahan fisik dan atau
mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya keamanan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari dengan pendekatan proses
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Kegiatan yang
dilakukan dapat berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif ataupun
rehabilitatif.
b. Pendidik
Perawat berperan dalam mengidentifikasi kebutuhan, menentukan
tujuan mengembangkan, merencanakan, dan melaksanakan
pendidikan kesehatan agar keluarga dapat berperilaku sehat secara
mandiri.
c. Konselor
Perawat memberikan konseling atau bimbingan kepada individu atau
keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman yang lalu untuk membantu mengatasi masalah kesehatan
keluarga.
d. Kolaborator
Perawat berperan untuk melaksanakan kerja sama dengan berbagai
pihak dan berbagai sector yang terkait dengan penyelesaian masalah
kesehatan di keluarga.
8. Asuhan Keperawatan Keluarga
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan data.
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah, serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan kesehatan klien. Sumber data
dapat berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang dikumpulkan secara langsung dari klien dan keluarga, yang
dapat memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan
yang dihadapinya. Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan
dari orang terdekat dari klien (keluarga), seperti orang tua, petugas
kesehatan, atau pihak lain yang mengerti kondisi klien selama sakit.
Data sekunder dapat pula didapatkan dari catatan-catatan keperawatan
hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak lain. Data yang
dikumpulkan dari hasil pengkajian terdiri atas data subjektif dan data
objektif. Data subjektif adalah data hasil wawancara dan data objektif
adalah data hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan
observasi.
Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan pengkajian
keperawatan keluarga adalah mengumpulkan data yang akurat dari
klien dan keluarga, sehingga diketahui berbagai masalah kesehatan
yang terjadi. Agar pengkajian yang dilakukan dapat dengan baik dan
benar, perawat harus memiliki pengetahuan di antaranya pengetahuan
tentang kebutuhan dasar manusia sebagai sistem biopsikososial dan
spiritual. Selama proses pengkajian, perawat memandang manusia
dari aspek biologis, psikologis, sosial, dan aspek spiritual.
Kemampuan lain yang harus dimiliki juga oleh perawat adalah
melakukan observasi secara sistematis pada klien dan keluarga,
kemampuan dalam membangun suatu kepercayaan, kemampuan
mengadakan wawancara, serta melakukan pemeriksaan fisik
keperawatan.
1) Data Umum (Pengenalan Keluarga)
Data yang perlu dikumpulkan adalah nama kepala keluarga,
alamat lengkap dan nomor telepon, komposisi keluarga,
genogram keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya,
identitas agama, status kelas sosial (berdasarkan pekerjaan,
pendidikan dan pendapatan), dan rekreasi keluarga.
2) Data Tahap Perkembangan Dan Sejarah Keluarga
Data yang perlu dikaji pada komponen pengkajian ini, yaitu tahap
perkembangan keluarga saat ini, diisi berdasarkan umur anak
pertama dan tahap perkembangan yang belum terpenuhi, riwayat
keluarga inti (data yang dimaksud adalah data kesehatan seluruh
anggota keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak serta
riwayat terbenutknya keluarga mulai menikah sampai sekarang),
riwayat keluarga sebelumnya dari kedua orang tua termasuk
riwayat kesehatan.
3) Data Lingkungan
Data yang perlu dikaji adalah denah rumah, tipe rumah, ruangan
status kepemilikan, kondisi rumah luar dan dalam seperti
furniture, peletakan barang, ventilasi, cahaya dsb, dapur (kaji
sumber air, sanitasi, dan kulkas), kamar mandi (observasi sanitasi,
keadaan air, fasilitas toilet, sabun, handuk dan penggunaan
handuk sendiri atau bersama-sama), apakah area tidur sesuai
dengan usia, kebutuhan khusus individu, privacy, dsb. Observasi
secara umum kebersihan dan sanitasi rumah, identifikasi sumber-
sumber ada tidaknya zat berbahaya dan pembuangan sampah,
serta kaji kepuasan masing-masing anggota keluarga terhadap
pengaturan rumah.
4) Data Karakterisitk Tetangga dan Komunitas RW Yang perlu
dikaji seperti:
a) Karakteristik fisik tetangga dan komunitas, tipe penduduk
seperti rural, urban, sub urban, perkotaan.
b) Tipe dan kondisi hunian: rumah, industry, pertanian dsb.
Termasuk sanitasi jalan, rumah, pengangkutan sampah, dsb.
c) Sumber –sumber polusi udara, suara, dan air.
d) Karakteristik demografi tetangga dan komunitas, kelas social,
etnis, pekerjaan, kekuatan populasi.
e) Fasilitas yang ada di komunitas seperti kesehatan, pasar,
pelayanan agensi social, rumah ibadah, sekolah, rekreasi,
transportasi dan kasus kejahatan yang terjadi di komunitas.

f) Mobilitas geografis keluarga yaitu berapa lama keluarga


tinggal di tempat tersebut, adakah sejarah pindah rumah,
darimana pindahnya.
g) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Apakah anggota keluarga mengetahui penggunaan pelayanan
di komunitas, bagaimana frekuensi dan fasilitas apa yang
didapat, apakah keluarga memiliki perhatian terhadap
pelayanan komunitas yang sesuai dengan kebutuhan mereka,
apa perasaan keluarga terhadap kelompok atau organisasi yang
memberi bantuan dan bagaimana keluarga memandang
komunitas.
5) Data Struktur Keluarga
Data yang keempat yang perlu dikaji adalah data
struktur keluarga, antara lain:
a) Pola komunikasi, meliputi penggunaan komunikasi
antaranggota keluarga, bagaimana anggota keluarga menjadi
pendengar, jelas dalam menyampaikan pendapat, dan
perasaannya selama berkomunikasi dan berinteraksi.
b) Struktur kekuatan keluarga, yang terdiri atas data siapa yang
membuat keputusan dalam keluarga, seberapa penting
keputusan yang diambil, bagaimana teknik pengambilan
keputusan, dan dalam kekuatan dasar adakah anggota keluarga
dapat mengambil keputusan, siapa yang memiliki kekuatan
mengatur.
c) Struktur peran, meliputi data peran formal dan peran informal
dalam keluarga yang meliputi peran dan posisi setiap anggota
keluarga, tidak ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan
dalam menjalankan perannya, apakah peran dapat berlaku
fleksibel, variabel yang mempengaruhi struktur peran
(pengaruh sosial ekonomi) dalam menjalankan peran formal
maupun informal
d) Nilai-nilai keluarga, yaitu nilai kebudayaan yang dianut
keluarga, nilai inti keluarga seperti siapa yang berperan dalam
mencari nafkah, kemajuan dan penguasaan lingkungan,
orientasi masa depan, kegemaran keluarga, keluarga sebagai
pelindung dan

e) kesehatan bagi keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-


nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga, bagaimana
pentingnya nilai- nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah
ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga itu sendiri,
bagaimana nilainilai memengaruhi kesehatan keluarga.
6) Data Fungsi Keluarga
Ada tiga data fungsi keluarga utama yang perlu dikaji yaitu:
a) Fungsi afektif
Pada fungsi ini dilakukan pengkajian pada pola kebutuhan
keluarga dan responnya. Apakah anggota keluarga merasakan
kebutuhan individu lain dalam keluarga, apakah anggota
keluarga memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana
mereka saling mendukung satu sama lainnya.
b) Fungsi sosialisasi
Data yang dikumpulkan adalah bagaimana keluarga
menanamkan disiplin, penghargaan dan hukuman bagi anggota
keluarga, bagaimana keluarga melatih otonomi dan
ketergantungan, memberi dan menerima cinta, serta latihan
perilaku yang sesuai usia.
c) Fungsi perawatan kesehatan
Data yang dikaji terdiri atas keyakinan dan nilai perilaku
keluarga untuk kesehatan, Bagaimana keluarga menanamkan
nilai kesehatan terhadap anggota keluarga, konsistensi
keluarga dalam melaksanakan nilai kesehatan keluarga. Praktik
diet keluarga, kebiasaan tidur dan istirahat, kebiasaan
penggunaan obat-obatan dalam keluarga, dan 5 Tugas
Kesehatan Keluarga :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Memutuskan tindakan yang tepat bagi keluarga
c. Memberikan perawatan terhadap keluarga yang sakit
(termasuk tindakan pencegahan)
d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin
kesehatan keluarga
e. Menggunakan pelayanan kesehatan
7) Stress, Koping dan Adaptasi Keluarga
a) Stressor - stressor, yang dialami oleh keluarga yang berkaitan
dengan sosial ekonomi, apakah keluarga bisa memastikan
lamanya dan kekuatan dari stressorstressor yang dialami oleh
keluarga, apakah keluarga dapat mengatasi stressor biasa dan
ketegangan sehari-hari.
b) Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penilaian yang
obyektif dan realistis terhadap situasi yang mengandung stress.
c) Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh
dengan stress.
d) Strategi koping bagaimana yang diambil oleh keluarga, apakah
anggota keluarga mempunyai koping yang berbeda-beda,
Koping internal dan eksternal yang diajarkan, apakah anggota
keluarga berbeda dalam cara-cara koping.
8) Pemeriksaan Fisik Head to Toe
9) Harapan Keluarga
Harapan keluarga kepada petugas kesehatan dan harapan
keluarga pada kesehatan keluarganya.
b. Analisis Data
Setelah data terkumpul, kemudian dilanjutkan analisis data.
Analisis data merupakan pengelompokan data berdasarkan masalah
keperawatan yang terjadi. Selama melakukan analisis data, diperlukan
kemampuan mengaitkan data dan menghubungkan data tersebut
dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah keperawatan klien dan
keluarga. Penulisan analisis data dalam bentuk tabel terdiri atas tiga
kolom, yaitu pengelompokan data, kemungkinan penyebab (etiologi),
dan masalah keperawatan. Data yang dikelompokkan berdasarkan data
subjektif dan objektif.
Semua data, baik yang diperoleh dari hasil wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi maupun pemeriksaan penunjang, semua
dimasukkan asalkan mendukung satu masalah keperawatan yang
terjadi pada klien.
Pada kolom etiologi dituliskan kemungkinan penyebab yang
bersumber dari lima tugas kesehatan keluarga (lihat kembali materi
fungsi keluarga). Pada kolom masalah, dituliskan masalah
keperawatan yang dapat disimpulkan berdasarkan data yang tertulis
pada pengelompokan data. Masalah keperawatan yang dituliskan
diberikan inisial klien, dikarenakan dalam keluarga terdiri atas
beberapa anggota keluarga, sehingga untuk memperjelas anggota
keluarga mana yang bermasalah maka perlu ditulis identitas klien.
c. Diagnosis Keperawatan Keluarga
Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinik tentang semua
respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan
aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat. Pada penulisan diagnosis keperawatan keluarga
menggunakan pernyataan problem saja tanpa etiologi dan symptom
(single diagnosis). Diagnosis keperawatan keluarga terdiri dari:
1) Diagnosis keperawatan aktual
Diagnosis keperawatan aktual dirumuskan apabila masalah
keperawatan sudah terjadi pada keluarga. Tanda dan gejala dari
masalah keperawatan sudah dapat ditemukan oleh perawat
berdasarkan hasil pengkajian keperawatan.
2) Diagnosis keperawatan promosi kesehatan
Kategori diagnosis keperawatan keluarga ini diangkat ketika
kondisi klien dan keluarga sudah baik dan mengarah pada
kemajuan. Meskipun masih ditemukan data yang maladaptif, tetapi
klien dan keluarga sudah mempunyai motivasi untuk memperbaiki
kondisinya, maka diagnosis keperawatan promosi kesehatan ini
sudah bisa diangkat.
3) Diagnosis keperawatan risiko
Diagnosis yang menggambarkan respon manusia terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan yang mungkin berkembang dalam
kerentanan individu, keluarga, dan komunitas. Hal ini didukung
oleh faktor-faktor risiko yang berkontribusi pada peningkatan
kerentanan. Setiap label dari diagnosis risiko diawali dengan frase:
“risiko”.

4) Diagnosis keperawatan sejahtera


Diagnosis ini menggambarkan respon manusia terhadap level
kesejahteraan individu, keluarga, dan komunitas, yang telah
memiliki kesiapan meningkatkan status kesehatan mereka. Sama
halnya dengan diagnosis promosi kesehatan, maka diagnosis
sejahtera diawali dengan frase: “Kesiagaan Meningkatkan”.
d. Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga
Perencanaan keperawatan juga dapat diartikan juga sebagai suatu
proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan
untuk mencegah, menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah
klien. Kemudian, cara memprioritaskan masalah keperawatan
keluarga adalah dengan menggunakan skoring.
1) Skoring Prioritas Masalah
Komponen dari prioritas masalah keperawatan keluarga adalah
kriteria, bobot, dan pembenaran.

Perhitungan : skor/angka tertinggi x bobot.

2) Perumusan Tujuan
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi
masalah keperawatan yang terjadi pada klien. Dalam suatu tujuan
terdapat kriteria hasil yang mempunyai komponen sebagai berikut.
S (subjek), P (predikat), K (kriteria), K (kondisi), W (waktu)
dengan penjabaran sebagai berikut.
S : Perilaku pasien yang diamati.
P : Kondisi yang melengkapi pasien.
K : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan
tercapainya tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan. W : Waktu yang
ingin dicapai.
Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) adalah standar evaluasi
yang merupakan gambaran tentang faktor-faktor yang dapat
memberi petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan
dalam membuat pertimbangan. Kriteria hasil yang dibuat harus
dapat diukur, dilihat, dan didengar. Penulisan kriteria hasil,
menggunakan kata-kata positif bukan menggunakan kata negatif.
Perumusan tujuan dan kriteria hasil yang efektif dilakukan
bersama keluarga, karena keluarga bertanggung jawab terhadap
kehidupannya dan perawat perlu menghormati keyakinan keluarga.
Tujuan yang dirumuskan ada dua, yaitu tujuan jangka panjang dan
tujuan jangka pendek.
3) Penyusunan Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga
Rencana tindakan berdasarkan tugas kesehatan keluarga adalah
sebagai berikut.
a) Rencana tindakan untuk membantu keluarga dalam rangka
menstimulasi kesadaran dan penerimaan terhadap masalah
keperawatan keluarga adalah dengan memperluas dasar
pengetahuan keluarga, membantu keluarga untuk melihat
dampak atau akibat dari situasi yang ada, menghubungkan
antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah
ditentukan, dan mengembangkan sikap positif dalam
menghadapi masalah.

b) Rencana tindakan untuk membantu keluarga agar dapat


menentukan keputusan yang tepat, sehingga dapat
menyelesaikan masalahnya, yaitu berdiskusi dengan keluarga
tentang, konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan
tindakan, alternative tindakan yang mungkin dapat diambil, serta
sumber-sumber yang diperlukan dan manfaat dari masing-
masing alternatif tindakan.
c) Rencana tindakan agar keluarga dapat meningkatkan
kepercayaan diri dalam memberikan perawatan terhadap
anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat melakukan tindakan
antara lain dengan mendemonstrasikan tindakan yang
diperlukan, memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada di
rumah, dan menghindari hal-hal yang merintangi keberhasilan
keluarga dalam merujuk klien atau mencari pertolongan pada
petugas kesehatan.
d) Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan
lingkungan yang menunjang kesehatan, antara lain dengan
membantu keluarga mencari cara untuk menghindari adanya
ancaman dan perkembangan kepribadian anggota keluarga,
membantu keluarga memperbaiki fasilitas fisik yang ada,
menghindari ancaman psikologis dengan memperbaiki pola
komunikasi, memperjelas peran masing-masing anggota
keluarga, dan mengembangkan kesanggupan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan psikososial.
e) Rencana tindakan berikutnya untuk membantu keluarga dalam
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Perawat harus
mempunyai pengetahuan yang luas dan tepat tentang sumber
daya yang ada di masyarakat dan cara memanfaatkannya.
e. Pelaksanaan Tindakan Asuhan Keperawatan Keluarga
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan
adalah dengan menerapkan teknik komunikasi terapeutik. Dalam
melaksanakan tindakan perlu melibatkan seluruh anggota keluarga
dan selama tindakan, perawat perlu memantau respon verbal dan
nonverbal pihak keluarga.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut.
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
a) memberikan informasi;
b) memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara:
a) mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan;
b) mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga;
c) mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit, dengan cara:
a) mendemonstrasikan cara perawatan;
b) menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah;
c) mengawasi keluarga melakukan perawatan.
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat, yaitu dengan cara:
a) menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga;
b) melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara:
a) mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga;
b) membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
f. Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga
Evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya intervensi atau
tindakan yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang lainnya.
Keefektifan ditentukan dengan melihat respon keluarga dan hasil,
bukan intervensi-intervensi yang diimplementasikan. Mengukur
pencapaian tujuan klien dengan cara.
1) Kognitif (pengetahuan)
Untuk mengukur pemahaman klien dan keluarga setelah diajarkan
teknik-teknik perawatan tertentu. Metode evaluasi yang dilakukan,
misalnya dengan melakukan wawancara pada klien dan keluarga.

2) Afektif (status emosional)


Cenderung kepenilaian subjektif yang sangat sulit diukur. Metode
yang dapat dilakukan adalah observasi respon verbal dan nonverbal
dari klien dan keluarga, serta mendapatkan masukan dari anggota
keluarga lain.
3) Psikomotor (tindakan yang dilakukan)
Mengukur kemampuan klien dan keluarga dalam melakukan suatu
tindakan atau terjadinya perubahan perilaku pada klien dan
keluarga.
B. KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI
1. Definisi

Menurut WHO, hipertensi didefinisikan sebagai keadaan tekanan


darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.
Menurut Kemenkes, hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Info Datin
Kemenkes, 2014).

Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada


masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya.
Gejala-gejalanya itu adalah sa kit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet
(vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga
berdenging (tinnitus), dan mimisan (Info Datin Kemenkes, 2014).
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII (2003), yaitu:
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu
(WHO, 2014):
a) Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan
antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres
sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi
jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
b) Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui,
yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang
sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
Berdasarkan bentuk Hipertensi ada hipertensi diastolik (diastolic
hypertension), Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi) dan
Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension) (Info Datin Kemenkes,
2014).
3. Faktor Risiko
Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis kelamin, riwayat keluarga,
genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah/dikontrol), kebiasaan
merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh, penggunaan jelantah,
kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas, kurang
aktifitas fisik, stres, penggunaan estrogen (Info Datin Kemenkes).
4. Komplikasi
Hipertensi yang terjadi bertahun-tahun tanpa ada upaya untuk mengontrol
bisa merusak berbagai organ vital tubuh yaitu, otak, jantung, ginjal, mata,
kaki (I Made, 2017).
a. Otak
Hipertensi yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan penyumbatan atau
terputusnya pembuluh darah pada pada otak. Tekanan darah tinggi
secara signifikan meningkatkan peluang untuk mengalami stroke.
Faktanya, tekanan darah tinggi adalah faktor risiko paling penting untuk
stroke. Ditaksir bahwa 70% dari semua stroke terjadi pada orang-orang
yang menderita tekanan darah tinggi.
b. Jantung
Selama bertahun-tahun, ketika arteri menyempit dan menjadi kurang
lentur sebagai akibat hipertensi, jantung semakin sulit memompakan
darah secara efisien ke seluruh tubuh. Beban kerja yang meningkat
akhirnya merusak jantung dan menghambat kerja jantung,
kemungkinan akan terjadi serangan jantung. Ini terjadi jika arteri
koronaria menyempit, kemudian darah menggumpal. Kondisi ini
berakibat pada bagian otot jantung yang bergantung pada arteri
koronaria mati.
c. Ginjal
Hipertensi yang tidak terkontrol juga bisa memperlemah dan
mempersempit pembuluh darah yang menyuplai ginjal. Hal ini bisa
menghambat ginjal untuk berfungsi secara normal.
d. Mata
Pembuluh darah pada mata akan terkena dampaknya, yang terjadi
adalah penebalan, penyempitan atau sobeknya pembuluh darah pada
mata. Kondisi tersebut bisa menyebabkan hilangnya penglihatan.
e. Kaki
Pembuluh darah di kaki juga bisa rusak akibat dari hipertensi yang tak
terkontrol. Dampaknya, darah yang menuju kaki menjadi kurang dan
menimbulkan berbagai keluhan.
5. Strategi Manajemen Penatalaksanaan Hipertensi
a. Non Farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan
dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien
yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular
lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,
yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka
waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain,
maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines
adalah (I Made, 2017):
1) Penurunan berat badan
Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat yang lebih
selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari diabetes dan
dislipidemia.
2) Mengurangi asupan garam
Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari ! Olah raga.
Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/
hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan
darah.
3) Mengurangi konsumsi alkohol
Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas
per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah.
4) Berhenti merokok.
b. Farmakologis
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada
pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien
dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan
meminimalisasi efek samping, yaitu :
1) Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
2) Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi
biaya
3) Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti
pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid.
4) Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
5) Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi
farmakologi
6) Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S
DENGAN HIPERTENSI
A. Pengkajian
1. Data Umum Keluarga
a. Tanggal Pengkajian 2 November 2021 Pukul 09.00 WITA
b. Nama Kepala Keluarga : Tn. S
c. Umur : 63 Tahun
d. Alamat Kepala Keluarga : Anjir Serapat Barat, Kapuas Timur
e. Pekerjaan : Pensiunan PNS
f. Pendidikan : S1
g. Komposisi Keluarga :
K
Status Imunisasi
et

Hub B Hep
N Na L Um Pekerja Pendidi DP Ca
. a
o ma /P ur an kan Polio C mpa
Klg T
G titis k

Ny. 61 Istr
1 P IRT SMP
S Thn i

Nn. 21 An
2 P Pelajar S1 √ √
H Thn ak

An. 18 An
3 P Pelajar SMA √ √
G Thn ak

4
Genogram: 3 generasi

Keterangan:

= Laki-laki = Dalam garis


(tinggal serumah)
= Perempuan
= Anak kandung
= Laki-laki meninggal
= Menikah
= Perempuan meninggal
= Pasien

Penjelasan:
Ny. S merupakan istri dari Tn. S. Saat ini Ny. S dan Tn. S hanya memiliki 4
orang anak karena anak tertua sudah meninggal yaitu Ny. N, Ny. D, Nn. H
dan An. G. Ny. S dan Tn. S sekarang hanya tinggal bersama 2 orang anaknya
yaitu Nn. H dan An. G, karena 2 orang anak lainnya yaitu Ny. N dan Ny. D
sudah tinggal di rumah sendiri.

2. Tipe Keluarga:
a) Jenis type keluarga:
Keluarga Tn. S termasuk tipe keluarga inti (nuclear family), yang
terdiri dari Ayah, Ibu dan Anak yang tinggal dalam satu rumah.
b) Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut:
Tidak ada masalah yang terjadi dengan keluarga Tn. S
3. Suku Bangsa
a) Latar Belakang Etnis Keluarga atau Anggota Keluarga
Keluarga Tn. S bersuku Banjar, dimana Tn. S maupun Ny. S bersuku
Banjar.
b) Tempat Tinggal Keluarga
Keluarga tinggal di lingkungan yang penduduknya bersuku Banjar.
c) Kegiatan Keagamaan, Sosial, dan Budaya
Ny. W mengatakan ia dan Tn. S aktif dalam mengikuti kegiatan
keagamaan dan sosial di lingkungan setempat seperti gotong royong
saat ada acara perkawinan atau acara besar tetangga, yasinan, tadarus
dan kegiatan keagamaan lainnya.
d) Kebiasaan Berbusana Sehari-hari
Busana yang digunakan sehari-sehari seperti kaos ataupun kemeja
untuk Tn. S sedangkan Ny. S dan anak-anak perempuannya biasa
menggunakan daster saat di rumah dan baju panjang serta
menggunakan jilbab saat keluar rumah sesuai aktivitas yang dilakukan
selama masih terlihat sopan.
e) Struktur Kekuasaan Keluarga
Dalam keluarga Tn. S sebagai kepala keluarga memiliki wewenang
terbesar dalam pengambilan keputusan. Meskipun demikian, setiap
keputusan yang akan diambil pasti akan selalu dirundingkan dengan
seluruh anggota keluarga Tn. S.
f) Bahasa yang Digunakan di Rumah
Bahasa yang digunakan keluarga Tn. S adalah bahasa Banjar.
g) Penggunaan Jasa-Jasa Perawatan Kesehatan Keluarga
Keluarga Tn. S biasa berobat ke mantri, perawat, puskesmas, rumah
sakit ataupun membeli obat di warung.
4. Agama
a) Agama atau kepercayaan yang dianut oleh keluarga
Islam
b) Adakah perbedaan dalam keyakinan agama dan prakteknya
Tidak ada
c) Sejauhmana keaktifan keluarga dalam kegiatan keagamaan
Keluarga aktif dalam kegiatan keagamaan seperti sholat 5 waktu,
mengaji, zikir, dan kegiatan keagamaan lainnya. Ny. S rutin mengikuti
pengajian dan yasinan bersama ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal 2
kali dalam seminggu dan Tn. S rutin mengikuti tadarus setiap malam
Jumat. Nn. H juga biasanya mengaji setiap habis sholat magrib.
d) Apakah agama dijadikan sebagai dasar keyakinan atau nilai yang
mempengaruhi kehidupan keluarga
Ya, agama dijadikan sebagai landasan dalam keyakinan atau nilai-
nilai yang dianut keluarga. Agama oleh keluarga Tn. S dijadikan
sebagai dasar keyakinan atau nilai yang mempengaruhi kehidupan
keluarga, karena mereka percaya bahwa apapun yang terjadi sudah
ditentukan oleh Allah SWT dan keluarga Tn. S juga memiliki
keyakinan bahwa dengan rajin dan taat beribadah akan dapat
menjadikan kehidupan lebih tenang dan dilancarkan rezekinya.
e) Adakah kepercayaan dan nilai keagamaan yang berpengaruh terhadap
kesehatan keluarga
Tidak ada
5. Kebiasaan Diet
Keluarga Tn. S biasanya makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk dan sayur.
Menurut penuturan Ny. S saat ini ia sudah tidak memakan santan ataupun
makanan berlemak lainnya, sudah mengurangi konsumsi garam dan
mengganti minyak kelapa sawit dengan minyak zaitun untuk memasak.
6. Status Sosial Ekonomi (berdasarkan pekerjaan, pendidikan, dan
pendapatan)
a) Penghasilan keluarga per bulan
Sumber penghasilan utama keluarga adalah dari pendapatan Tn. S
yang saat ini berstatus pensiunan PNS dengan penghasilan berkisar
Rp. 4.000.000,- / bulan. Semenjak tidak bekerja lagi Tn. S saat ini
bekerja sebagai petani padi.
b) Apakah keluarga merasa cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari
Keluarga mengatakan penghasilan tersebut sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
c) Apakah keluarga memiliki tabungan untuk keperluan yang akan
datang
Keluarga mengatakan dari penghasilan yang dimiliki beberapa
disisihkan untuk ditabung guna keperluan mendesak, biaya sekolah
anak-anak atau keperluan lain dimasa mendatang.
d) Apakah keluarga memiliki asuransi kesehatan
Seluruh anggota keluarga Tn. S terdaftar dalam program BPJS
Kesehatan
7. Rekreasi Keluarga
Rekreasi yang dilakukan keluarga Tn. S adalah dengan menonton televisi
atau menonto Youtube di handphone. Ny. S mengatakan mengisi waktu
luang dengan membersihkan rumah dan lingkungan sekitar rumah. An. G
mengisi waktu luangnya dengan belajar dan mengerjakan tugas
perkuliahan.
8. Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini (ditentukan dengan anak
tertua):
Tahap perkembangan keluarga Tn. S saat ini berada pada tahap ke VI
yakni keluarga dengan anak usia dewasa (lounching center famillies) .
Pada tahap ini tugas perkembangannya meliputi mempertahankan
keintiman pasangan, membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit
dan memasuki masa tua, membantu anak untuk mandiri di masyarakat,
dan penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
b) Tugas Perkembangan yang Belum Terpenuhi
Tugas perkembangan yang belum terpenuhi adalah membantu seluruh
anak untuk mandiri, karena pada tahap ini anak keempat dan kelima
belum mencapai usia dewasa dan belum meninggalkan rumah.
9. Riwayat Kesehatan Keluarga Inti
Anggota
Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Saat Ini
Keluarga
Tn. S Tn. S memiliki riwayat Saat ini kondisi Tn. S dalam
penyakit BPH sejak ±5 tahun keadaan sehat. Namun,
yang lalu penyakit Tn. S kadang kambuh
apabila melakukan pekerjaan
berat
Ny. S Ny. S memiliki riwayat Saat ini kondisi Ny. S dalam
penyakit hipertensi sejak ±7 keadaan sehat. Namun, apabila
tahun yang lalu dan kurang tidur dan banyak
terdiagnosa menderita penyakit pikiran Ny. S mengatakan
batu empedu sejak 2 tahun kepala terasa sakit dan berat,
yang lalu tekanan darah menjadi naik
dan kadang nyeri dibagian
dada kiri. Untuk penyakit batu
empedu saat ini sudah tidak
ada keluhan yang berarti
karena Ny. S sudah rutin
melakukan pengobatan. Tetapi,
untuk hipertensi karena merasa
sehat, Ny. S tidak rutin
meminum obat, kadang-
kadang atau ketika ingat saja
atau jika tahu tekanan
darahnya naik saja baru minum
obat
Nn. H Nn. S tidak memiliki riwayat Saat ini kondisi kesehatan Nn.
penyakit apapun H baik, dalam kondisi yang
sehat dan mampu beraktivitas
seperti biasanya
An. G An. G tidak memiliki riwayat Saat ini kondisi kesehatan An.
penyakit apapun G baik, dalam kondisi yang
sehat dan mampu beraktivitas
seperti biasanya

10. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya


Ny. S mengatakan orang tua (ibu) dari beliau memiliki penyakit hipertensi
dan sudah meninggal yang juga diakibatkan oleh hipertensi.
11. Data Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
1) Luas rumah:
 Panjang rumah : 11 meter
 Lebar rumah : 9 meter
2) Type rumah: Semi permanen
3) Kepemilikan: Milik pribadi
4) Jumlah dan ratio kamar/ruangan: Memiliki ruangan sejumlah 9
ruangan, yaitu 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1
ruang makan, 1 ruang dapur, 1 tempat mencuci pakaian dan piring,
1 kamar mandi dan 1 WC.
5) Ventilasi/jendela: Memiliki 9 buah jendela di setiap ruangan
dilengkapi dengan ventilasi udara di atasnya.
6) Pemanfaatan ruangan:
 Ruang keluarga dimanfaatkan untuk menonton televisi.
 Ruang kamar digunakan untuk tidur dan bersitirahat
 Dapur dimanfaatkan untuk kegiatan memasak
 Ruang makan digunakan untuk menyiapkan makanan dan
tempat makan
 Kamar mandi dan WC digunakan untuk MCK
7) Septic tank: Ada 1 buah septi tank yang terletak di belakang rumah
dengan jarak 1,5 meter dari rumah.
8) Sumber air minum: PDAM dan air galon isi ulang untuk minum
9) Kamar mandi/WC: 1 buah WC jongkok dan 1 kamar mandi dengan
lantai keramik yang terpisah dengan WC.
10)Sampah: Ada tempat pembuangan sampah basah dan tempat
sampah kering di rumah Tn. S, tetapi tidak ada tempat pembuangan
sampah akhir di lingkungan Tn. S sehingga sampah biasanya
dibakar saja atau di buang ke pinggir sungai.
11)Kebersihan lingkungan: Lingkungan sekitar rumah Tn. S cukup
bersih, tidak ada sampah yang berhamburan.
12)Denah Rumah

Keterangan:
: Pintu

: Jendela
b. Karakteristik Tetangga dan Komunitas
a) Kebiasaan: Apabila ada tetangga yang mengadakan acara, tetangga
yang lain membantu khususnya memasak makanan. Membagikan
makanan kepada tetangga yang lain jika ada acara.
b) Aturan/kesepakatan: Tidak ada aturan/kesepakatan khusus, gotong
royong dan tolong menolong hanya merupakan sebuah tradisi dan
kebiasaan komunitas di lingkungan Tn. S
c) Budaya: Mengadakan acara haulan bagi anggota keluarga yang
sudah meninggal dunia.
b) Mobilitas Geografis Keluarga
Keluarga Tn. S awalnya tinggal di daerah perkebunan karet sebelum
bekerja menjadi PNS, kemudian pindah ke daerah Barito, Kalimantan
Selatan karena tugas mengajar, dan kemudian berpindah ke tempat
tinggal sekarang sampai saat ini. Keluarga Tn. S sudah sekitar 20
tahun tinggal di Anjir (tempat tinggal sekarang). Beberapa anggota
keluarga Tn. S dan Ny. S tinggal berjauhan dan jarang berkunjung ke
rumah. Ny. S memiliki saudara yang tinggal bersebelahan dengan Ny.
S.
c) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Tn. S biasanya mengikuti pengajian seminggu sekali, sedangkan Ny. S
biasanya mengkuti acara yasinan 2 kali dalam seminggu. Tn. S dan
Ny. S juga sering mengikuti majelis ta’lim yang diadakan setiap
minggu.
d) System Pendudukung Keluarga
Semua anggota keluarga saat ini dalam keadaan sehat. Antar anggota
keluarga saling menyayangi dan membantu satu sama lain. Keluarga
Tn. S juga memiliki fasilitas televisi, tempat tidur yang nyaman,
sumber air bersih, sepeda motor sebagai alat transportasi dan memiliki
kartu jaminan kesehatan nasional.
12. Struktur Keluarga
a) Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga)
 Tn. S
Peran formal : Menjadi kepala keluarga, suami, serta ayah
Peran informal :Sebagai anggota masyarakat, penghibur,
penyemangat bagi anggota keluarga lain
 Ny. S
Peran formal : Menjadi istri, ibu, nenek
Peran informal :Sebagai anggota masyarakat, penghibur,
penyemangat bagi anggota keluarga lain
 Nn. H
Peran formal : Menjadi anak dan mahasiswa
Peran informal :Sebagai anggota masyarakat, penghibur,
penyemangat bagi anggota keluarga lain
 An. G
Peran formal : Menjadi anak dan sebagai mahasiswa
Peran informal :Sebagai anggota masyarakat, penghibur,
penyemangat bagi anggota keluarga lain
b) Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga Tn. S beragama Islam serta mengikuti norma yang berlaku
dimasyarakat maupun di keluarga Tn. S seperti tidak memperbolehkan
anak laki-laki dan perempuan duduk berdua dalam satu ruangan tanpa
didampingi orang lain. Tn. S dan Ny. S sealu mengajarkan anak-anak
mereka bagaimana sopan santun terhadap orang lain, berkata yang baik,
dan menghormati orang yang lebih tua. Apabila ada anggota keluarga
yang sakit atau pun meninggal, keluarga Tn. S percaya bahwa itu
adalah cobaan dari Allah swt dan sudah ketentuan dari-Nya sehingga
keluarga Tn. S senantiasa bersabar atas apapun yang terjadi.
c) Pola Komunikasi
Keluarga Tn. S dalam kesehariannya menggunakan bahasa Banjar
dalam berkomunikasi. Dalam keadaan emosi, keluarga Tn. S
menggunakan kalimat-kalimat yang positif. Nn. H dan An. G sering
menceritakan kesehariannya dengan Tn. S dan Ny. S.
d) Struktur Kekuatan Keluarga
Di keluarga Tn. S yang membuat keputusan biasanya adalah Tn. S
sendiri, tetapi kadang bisa juga istrinya yaitu Ny. S. Pengambilan
keputusan biasanya dilakukan dengan berunding bersama anggota
keluarga yang lain.
13. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Jika ada anggota keluarga Tn. S yang sedang mengalami kesulitan,
anggota keluarga lain saling membantu menyelesaikan masalah.
Setiap anggota keluarga sensitif terhadap permasalahan yang dihadapi
anggota keluarga lain. Keluarga Tn. S saling menyayangi dan
memperhatikan satu sama lain. Mereka saling mendukung selagi itu
baik dan tidak melanggar aturan/ norma. Tn. S berusaha untuk selalu
menyediakan kebutuhan keluarganya. Keluarga Tn. S selalu
menanamkan rasa kebersamaan diantara anggota keluarga. Keluarga
Tn. S juga sudah menerima kepergian anak pertamanya yang beberapa
bulan lalu meninggal dunia.
b) Fungsi sosialisasi
Anggota keluarga Tn. S selalu berinteraksi setiap harinya, mengobrol
dan hubungan antar keluarga sangat baik dan sangat akrab. Keluarga
Tn.S juga biasanya ikut membantu jika ada tetangga yang
mengadakan acara.
c) Fungsi perawatan kesehatan
1) Pengetahuan dan persesi keluarga tentang penyakit/masalah
kesehatan keluarganya:
Tn. S mengatakan tidak terlalu tahu secara rinci tentang penyakit
yang diderita. Begitupun dengan Ny. S, yang mengatakan tidak
terlalu tahu secara rinci tentang penyakit. Tn. S dan Ny. S hanya
tahu apa yang akan membuat penyakit mereka kambuh saja,
sehingga sebisa mungkin menghindarinya dan meminum obat jika
penyakitnya kambuh. Tetapi, mereka tau bahwa penyakit yang
diderita bukanlah sesuatu yang baik sehingga harus segera diobati.
Ny. S sering bertanya kepada anaknya Nn. H tentang penyakitnya
serta bagaimana penyembuhannya dan pencegahannya.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan
yang tepat:
Meskipun tidak terlalu mengerti dengan penyakit tetapi, jika ada
anggota keluarga Tn. S yang sakit, mereka segera mengambil
tindakan untuk memanggil perawat ke rumah, membelikan obat,
atau membawa ke puskesmas/ rumah sakit. Tidak hanya
membiarkan saja.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit:
Jika ada anggota keluarga Tn. S yang sakit, dan masih bisa diobati
secara tradisional, biasanya keluarga Tn. S melakukan perawatan
sendiri di rumah, menyiapkan obat, makanan sehat. Dan apabila
terdapat anjuran dari dokter/perawat mereka juga memahami dan
bisa melaksanakannya.
4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat:
Ny. S biasanya membersihkan lingkungan sekitar rumah dari
sampah, dan Nn. H serta An. G membantu membersihkan area
rumah setiap harinya agar tetap bersih.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di
masyarakat:
Keluarga Tn. A biasanya menggunakan fasilitas kesehatan
puskesmas untuk memeriksakan kesehatan atau pun mengobati
penyakit-penyakit ringan. Jika sudah harus memerlukan
pengobatan yang lebih lengkap, keluarga Tn. A ke rumah sakit.
d) Fungsi ekonomi
Tn. S mengatakan masih mampu mencukupi kebutuhan sandang dan
pangan anggota keluarganya dengan gaji pensiunannya sampai saat ini
meskipun sudah tidak bekerja lagi. Tn. S dan Ny. S sekarang bertani
padi untuk membantu pemenuhan kebutuhan makanan pokok beras.
e) Fungsi Keluarga
1) Asah
Tn. S memenuhi kebutuhan keluarganya mulai dari tempat tinggal
dan biaya pendidikan anak-anaknya.
2) Asih
Antar anggota keluarga saling mengasihi dan biasa berkumpul
bersama.
3) Asuh
Pemeliharaan kesehatan dan perawatan dalam keluarga Tn. S
dilakukan dengan baik.
f)Fungsi Pendidikan
Tn. S dan Ny. S mengatakan pendidikan sangat penting bagi masa
depan anak-anaknya. Sampai saat ini, Tn. S dan Ny. S sudah 3 orang
anak yang menyelesaikan pendidikan sarjananya, 1 orang anak sedang
menempuh pendidikan profesi dan 1 orang lagi sedang menempuh
pendidikan kuliah di perguruan tinggi.
g) Fungsi Religius
Tn. S mengatakan agama sebagai pondasi dasar dalam menjalani
kehidupan didunia saat ini sehingga ia sebisa mungkin membimbing
anak-anaknya untuk taat terhadap perintah agama.
14. Koping Keluarga
a) Stressor jangka pendek:
Tn. S kadang sedih dan bingung apabila penyakitnya dan penyakit Ny.
S kambuh karena menghambat pekerjaan sehari-hari
b) Stressor jangka panjang:
Tn. S masih memikirkan masa depan 2 orang anaknya yang masih
bersekolah untuk membiayai sekolah mereka
c) Respon keluarga terhadap stressor:
Untuk stressor jangka pendek Tn. S dan Ny. S biasanya pergi ke
puskesmas untuk mendapatkan obat.
Untuk stressor jangka panjang, Tn.S berusaha bekerja keras agar dapat
mencukupi biaya skeolah kedua anaknya.
d) Strategi koping:
Strategi koping yang digunakan Tn. S dan Ny. S dalam keluarga baik.
Jika ada permasalahan, mereka membicarakannya bersama-sama
dengan baik
e) Strategi adaptasi disfungsional:
Keluarga Tn. S tidak pernah melakukan tindakan kekerasan, ancaman
atau pun perlakuan kejam kepada anggota keluarga.
15. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. S berharap penyakit-penyakit yang dialami anggota
keluarganya segera pulih dan kesehatannya dapat membaik. Ny. S juga
mengatakan ingin mengetahui cara mengontrol tekanan darahnya agar
tetap stabil dan cara lain untuk menurunkan tekanan darah selain minum
obat.
16. Pemeriksaan Fisik
Komponen Tn. S Ny. S Nn. H An. G
Keluhan Sakit badan dan Sakit badan dan - -
Umum sendi sendi
Kepala Rambut tipis, Rambut tipis, Rambut tebal, Rambut tebal,
pendek, beruban, panjang, panjang, tampak panjang, tampak
tampak bersih, beruban, tampak bersih, tidak ada bersih, tidak ada
tidak ada luka, bersih, tidak ada luka, benjolan, luka, benjolan,
benjolan, bentuk luka, benjolan, bentuk simetris bentuk simetris
simetris bentuk simetris
Mata Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
sklera tidak sklera tidak sklera tidak sklera tidak
ikterik, dapat ikterik, dapat ikterik, dapat ikterik, dapat
mengikuti 8 arah, mengikuti 8 arah, mengikuti 8 arah, mengikuti 8 arah,
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
menurun menurun normal normal
Hidung Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
terlihat sekret, terlihat sekret, terlihat sekret, terlihat sekret,
tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka,
kemerahan kemerahan kemerahan kemerahan
Telinga Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
ada serumen, ada serumen, ada serumen, ada serumen,
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
normal normal normal normal
Mulut Bersih, mukosa Bersih, mukosa Bersih, mukosa Bersih, mukosa
bibir lembab, bibir lembab, bibir lembab, bibir lembab,
tidak tidak tidak tidak
menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
gigi palsu gigi palsu gigi palsu gigi palsu
Leher dan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tenggorokan pembesaran vena pembesaran vena pembesaran vena pembesaran vena
jugularis, tidak jugularis, tidak jugularis, tidak jugularis, tidak
ada pembesaran ada pembesaran ada pembesaran ada pembesaran
kelenjar, tidak kelenjar, tidak kelenjar, tidak kelenjar, tidak
ada deviasi ada deviasi ada deviasi ada deviasi
trakea trakea trakea trakea
Dada Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak
ada retraksi ada retraksi ada retraksi ada retraksi
dinding dada dinding dada dinding dada dinding dada
Abdomen Perut datar, tidak Perut datar, tidak Perut datar, tidak Perut datar, tidak
teraba massa teraba massa teraba massa teraba massa
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
masalah pada masalah pada masalah pada masalah pada
ekstremitas atas ekstremitas atas ekstremitas atas ekstremitas atas
atau bawah atau bawah atau bawah atau bawah
Kulit dan Elastisitas kulit Elastisitas kulit Kulit elastis, Kulit elastis,
kuku berkurang, berkurang, lembab lembab
kering, tampak kering, tampak Kuku pendek Kuku pendek
keriput keriput dan bersih dan bersih
Kuku pendek Kuku pendek
dan bersih dan bersih
BB, TB 40 kg, 158 cm, 50 kg, 153 cm 43 kg, 155 cm 40 kg, 160 cm
Tanda Vital TD: 100/60 TD: 125/80 TD: 100/70 TD: 100/70
T : 37,1o C T : 36,9o C T : 36,1o C T : 37,0o C
HR : 59x/menit HR : 76x/menit HR : 76x/menit HR : 78x/menit
RR : 22x/menit RR : 22x/ menit RR : 24x/menit RR : 20x/menit
SpO2: 95% SpO2: 97% SpO2: 98% SpO2: 98%

Pemeriksaan - - - -
Lab
Keadaan Kesadaran Kesadaran Kesadaran Kesadaran
Umum compos mentis compos mentis compos mentis compos mentis
Obat-obatan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
yang
dikonsumsi
B. Diagnosis Keperawatan Keluarga
1. Analisa Data
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS: Risiko
- Klien mengatakan sudah Ketidakefektifan
mempunyai penyakit Perfusi Jaringan
hipetensi sejak ± 7 tahun Perifer pada Ny. S
yang lalu dengan faktor risiko
- Klien mengatakan jika ia hipertensi (00228)
banyak pikiran dan
kurang tidur kepalanya
sakit
- Klien mengatakan
minum obat hipertensi
kadang-kadang, kalau
ingat saja dan kalau
diketahui tekanan
darahnya sedang naik
- Klien mengatakan ibu
klien juga mempunyai
penyakit hipertensi
DO:
- TD:
DS: Kesiapan
- Klien mengatakan tau Meningkatkan
makanan yang harus Manajemen
dihindari untuk Kesehatan pada Ny. S
mencegah tekanan darah dan Keluarga (00262)
naik
- Klien mengatakan sudah
mengurangi konsumsi
garam dan makanan
berlemak
- Klien mengatakan ingin
mengetahui cara
mengontrol tekanan
darahnya agar tetap
stabil dan cara lain untuk
menurunkan tekanan
darah selain minum obat.

2. Diagnosis Keperawatan
a. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer pada Ny. S dengan
Faktor Risiko Hipertensi (00228)
b. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan pada Ny. S dan
Keluarga (00262)
3. Skoring Diagnosis Keperawatan
a. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer pada Ny. S
dengan Faktor Risiko Hipertensi (00228)

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat masalah 1 2 / 3 x 1 = 0,66 Ny. S memiliki penyakit
Wellness (3) kronis yaitu hipertensi yang
Aktual (3) diderita sejak 7 tahun yang lalu
Risiko (2) dan penyakit ini berisiko
menyebabkan gangguan fungsi
Potensial (1)
kardiovaskuler Ny. S

2. Kemungkinan masalah 2 2 / 2 x 2 = 0,5 Latar belakang pendidikan Ny.


dapat diubah S adalah SMP dan Ny. S juga
Mudah (2) sudah sedikit mengetahui
Sebagian(1) tentang penyakitnya dan
pencegahannya meskipun tidak
Tidak dapat(0)
terlalu rinci sehingga akan
memudahkan dalam
penerimaan informasi
kesehatan. Ny. S juga pergi ke
pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan kesehatannya

3. Potensi untuk 1 2 / 3 x 1 = 0,66 Masalah cukup berpotensi


mencegah masalah untuk dicegah karena tekanan
Tinggi (3) darah Ny. S terpantau tidak
Cukup(2) terlalu tinggi dan Ny. S juga
sudah mengatur pola makan
Rendah(1)
yang lebih sehat dari
sebelumnya
4. Menonjolnya masalah 1 2 / 2 x 1 = 1,00 Ny. S berharap tekanan
Segera (2) darahnya dapat terkontrol
Tidak perlu (1) dengan baik
Tidak dirasakan (0)
Total Skor 2,82

b. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan pada Ny. S dan


Keluarga (00262)

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran


1. Sifat masalah 1 3 / 3 x 1 = 1,00 Ny. S mengatakan ingin
Wellness (3) mengetahui cara mengontrol
Aktual (3) tekanan darahnya dan cara lain
Risiko (2) untuk mengontrol tekanan
darah selain minum obat
Potensial (1)

2. Kemungkinan masalah 2 2 / 2 x 2 = 0,5 Latar belakang pendidikan Ny.


dapat diubah S adalah SMP dan Ny. S juga
Mudah (2) sudah sedikit mengetahui
Sebagian(1) tentang penyakitnya dan
pencegahannya meskipun tidak
Tidak dapat(0)
terlalu rinci sehingga akan
memudahkan dalam
penerimaan informasi
kesehatan. Ny. S juga pergi ke
pelayanan kesehatan untuk
memeriksakan kesehatannya.

3. Potensi untuk 1 3 / 3 x 1 = 1,00 Masalah berpotensi tinggi


mencegah masalah untuk dicegah karena Ny. S
Tinggi (3) sendiri ada keinginan untuk
Cukup(2) meningkatkan dan
memperbaiki kesehatannya
Rendah(1)
4. Menonjolnya masalah 1 2 / 2 x 1 = 1,00 Ny. S berharap tekanan
Segera (2) darahnya dapat terkontrol
Tidak perlu (1) dengan baik dan ingin
mengetahu cara mengontrol
Tidak dirasakan (0)
tekanan darahnya
Total Skor 3,5

4. Prioritas Diagnosis Keperawatan


a. Kesiapan Meningkatkan Manajemen Kesehatan pada Ny. S dan
Keluarga (00262): 3,5
b. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer pada Ny. S
denganFaktor Risiko Hipertensi (00228): 2,82
5. Rencana Keperawatan
No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. a. Kesiapan Meningkatkan NOC: NIC:
Manajemen Kesehatan Kontrol Gejala (1608) Bantuan Modifikasi Diri (4470)
pada Ny. S dan Keluarga Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
(00262) selama 2x pertemuan diharapkan keluarga perilaku-perilaku sasaran yang perlu
Ny. S mampu mengerti dan memahami diuabh/ dipelajari untuk mencapai tujuan
manajemen kesehatan keluarga dengan yang diinginkan
kriteria hasil: 2. Puji tingkat pengetahuan dan keterampilan
a. Melakukan tindakan untuk mengurangi pasien saat ini
gejala secara mandiri ditingkatkan dari 3. Dorong pasien untuk mengidentifikasi
jarang menunjukkan (2) menjadi sering langkah-langkah yang bisa diatur dan
menunjukkan (4) dicapai dalam waktu tertentu seperti minum
b. Mengunakan sumber-sumber yang obat hipertensi secara teratur serta
tersedia untuk mengontrol tekanan manajemen non farmakologi yang bisa
darah ditingkatkan dari jarang dimanfaatkan untuk menurunkan tekanan
menunjukkan (2) menjadi sering darah seperti minum air rebusan daun salam
menunjukkan (4) 4.
2. Risiko Ketidakefektifan
Pengetahuan: Manajemen Hipertensi (1837)Pengajaran: Proses Penyakit (5602)
Perfusi Jaringan Perifer
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan 1 kali 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien terkait
pada Ny. S denganFaktor pertemuan diharapkan tingkat pemahaman dengan proses penyakit yang spesifik
Risiko Hipertensi (00228) tentang manajemen hipertensi meningkat 2. Jelaskan proses penyakit, sesuai kebutuhan
dari pengetahuan terbatas menjadi 3. Jelaskan tanda dan gejala yang umum dari
pengetahuan banyak dengan kriteria hasil: penyakit, sesuai kebutuhan

1. Kisaran normal untuk tekanan darah 4. Identifikasi kemungkinan penyebab, sesuai


kebutuhan
sistolik dari pengetahuan terbatas (2)
5. Diskusikan pilihan terapi/penanganan baik
menjadi skala pengetahuan banyak (4)
secara farmakologis maupun non
2. Kisaran normal untuk tekanan darah
farmakologis (terapi herbal dari rebusan
diastolic dari pengetahuan terbatas (2)
daun salam)
menjadi skala pengetahuan banyak (4)
3. Target tekanan darah dari pengetahuan 6. Jelaskan alasan dibalik
manajemen/terapi/penanganan yang
terbatas (2) menjadi skala pengetahuan
direkomendasikan
banyak (4)
4. Komplikasi potensial hipertensi dari 7. Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah
pengetahuan terbatas (2) menjadi skala
komplikasi di masa yang akan datang dan/
pengetahuan banyak (4)
untuk mengontrol proses penyakit seperti
5. Pilihan pengobatan yang tersedia dari pengelolaan stress dan terapi diet
pengetahuan terbatas (2) menjadi skala
pengetahuan banyak (4)
6. Penggunaan yang benar dari obat yang
diresepkan dari pengetahuan terbatas (2)
menjadi skala pengetahuan banyak (4)
7. Diet yang dianjurkan dari pengetahuan
terbatas (2) menjadi skala pengetahuan
banyak (4)
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2018.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2018. 1–100 p.
Friedman, Marilyn M. 1998. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik, edisi 3.
Jakarta : EGC.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktek.
Jakarta: EGC.
I Made Sutarga. 2017. Hipertensi dan Penatalaksanannya. Universitas Udayana.
Khalifah N.S & Widagdo W. 2016. Keperawatan Keluarga dan Komunitas.
Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Kemenkes. 2019. Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat.
Available from:
https://www.kemkes.go.id/article/view/19051700002/hipertensi-penyakit-
paling-banyak-diidap-masyarakat.html
Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kemenkes RI. 2014. Available from:
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
infodatin-hipertensi.pdf
Suprajitno. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
World Health Organization. Global Health Estimates 2016: Disease burden by
Cause, Age, Sex, by Country and by Region, 2000-2016 [Internet]. Geneva:
World Health Organization; 2018. Available from:
http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/en/
ANALISIS ARTIKEL
STASE KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Program


Pendidikan Profesi Ners pada Stase
Keperawatan Keluarga

Tanggal 1 – 7 November 2021

Oleh:
Hidayati Fitri, S.Kep
NIM. 2130913320012

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS ARTIKEL
STASE KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Program


Pendidikan Profesi Ners pada Stase
Keperawatan Keluarga

Tanggal 1 - 7 November 2021

Oleh:
Hidayati Fitri, S.Kep
NIM. 2130913320012

Banjarbaru, November 2021

Mengetahui,

Koordinator Stase Kep. Keluarga Clinical Teacher

Kurnia Rachmawati, Ns., MNSc Kurnia Rachmawati, Ns.,


MNSc NIP. 19841112201 701209 001 NIP. 19841112201
701209 001

Anda mungkin juga menyukai