November 2021
ASMA BRONKIAL
OLEH :
dr. Fathul Rachmat S. Imam
PEMBIMBING :
dr. Chintya Marisha Putri
Laporan Kasus yang berjudul “Asma Bronkial”. Sholawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman yang gelap gulita menuju zaman yang terang
semua pihak, rekan sejawat, dan terutama dr. Chintya Marisha Putri, yang telah
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan responsi ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat membuka diri terhadap kritik dan
saran yang membangun. Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat memberikan
Penulis
1
BAB 1
LAPORAN KASUS
Umur : 63 tahun
Tanggal Masuk :
1.2 Anamnesis
Keluhan utama:
Sesak napas
2
1.3 Pemeriksaan Fisik
Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis (GCS→ E4M6V5)
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 22 x/menit
Pernapasan : 98 x/menit
Suhu : 36,70C
Sp02 : 92%
Status Generalisata
Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Refleks pupil (+/+)
isokor diameter 3mm/3mm,
Leher
Pembesaran KGB dan tiroid (-)
Thorax
Paru
Jantung
3
Abdomen
Inspeksi : Dalam batas normal
Ekstremitas
Inspeksi : Deformitas (-)
1.5 Diagnosis
Asma Bronkhial
Dyspepsia (Diagnosis Sekunder)
1.6 Planning
Oksigen 3 lpm
Salbutamol 4mg
Inj. Ranitidin IV
Ambroxol
Caviplex
1.7 Prognosis
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
napas, sesak dada dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu,
udara ekspirasi.1
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
5
napas karena stimulus langsung dan tidak langsung, dan dengan
ada, walapun tidak ada gejala dan fungsi paru normal, dan akan
umur 30 tahun. Angka ini dapat berbeda antara satu kota dengan kota
1. Faktor host
a. Genetik.
b. Gender.
c. Obesitas.
2. Faktor lingkungan
6
a. Alergen didalam ruangan (tungau, debu rumah, kucing,
alternaria/jamur).
blocker).
j. Perubahan cuaca.
Menurut GINA, berikut ini adalah faktor resiko asma, antara lain:1
7
2.4 Patofisiologi Asma
aspirin.2
respons inflamasi akut yang terdiri atas reaksi asma tipe cepat dan
Alergen akan terikat pada IgE yang menempel pada sel mast
vasodilatasi.2
8
Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan
dan makrofag.2
2.4.5 Limfosit T
saluran napas dengan mengeluarkan sitokin antara lain IL-3, IL-4, IL-
9
aktivasi serta memperpanjang ketahanan hidup eosinofil. 2
2.4.6 Epitel
2.4.7 Eosinofil
sebagai efektor dan mensintesis sejumlah sitokin antara lain IL-3, IL-
5, IL-6, GM-CSF, TNF-alfa serta mediator lipid antara lain LTC4 dan
saluran napas.2
10
Cross-linking reseptor IgE dengan “factors” pada sel mast
11
Gambar 2.2 Inflamasi dan remodelling pada asma
1. Anamnesis:1
pada keluarga.
2. Pemeriksaan Fisik:
b) Pemeriksaan Thorak
12
Pemeriksaan dapat mengungkapkan bahwa pasien yang
3. Pemeriksaan Penunjang:
Spirometri :
13
Untuk mengidentifikasi komponen alergi pada asma dapat
selalu dilakukan.
Foto Toraks
adanya kelainan.4
14
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit
paru, oleh karena itu penilaian berat asma pada penderita dalam
15
Tabel 2.1 Klasifikasi derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis (sebelum
pengobatan)
Tabel 2.2 Klasifikasi derajat berat asma pada penderita dalam pengobatan 1
banding asma :
Kategori Kriteria
16
Penyakit yang menimbulkan Rhinitis, sinusitis, otitis, bronkiektasis
batuk
17
tetap melakukan olah raga sesuai kamampuannya dan bila perlu
sebelum olah raga terlebih dahulu menggunakan obat asma.
Terapi Farmakologis
18
Kategori obat asma
Obat asma dapat digolongkan menjadi pengendali (controller)
dan pelega (reliever). Controller adalah obat yang dikonsumsi tiap
hari untuk membuat asma dalam keadaan terkontrol terutama
melalui efek anti inflamasi. Reliever adalah obat yang digunakan
bila perlu berdasar efek cepat untuk menghilangkan bronkokontriksi
dan menghilangkan gejalanya.
Controller Reliever
Kortikosteroid (inhalasi, Short acting b2 agonist
sistemik) (SABA) : inhalasi, oral
Leukotriene modifeier Kortikosteroid sistemik
Long acting b2 agonist (LABA) : Antikolinergik : Ipratropium br,
inhalasi, oral oxitropium
Chromolin: Sodium
Teofilin
cromoglycate dan Nedocromil
Teofilin lepas lambat
Anti IgE
Antikolinergik: Tiotropium
19
Berbagai obat yang mempunyai sifat sebagai pencegah, antara lain:
a) Kortikosteroid inhalasi
20
meningkatkan pembersihan mukosilier, menurunkan permeabiliti
pembuluh darah dan memodulasi penglepasan mediator dari sel mast
dan basofil.
f) Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan pemberiannya
melalui oral. Mekanisme kerja menghasilkan efek bronkodilator minimal
dan menurunkan bronkokonstriksi akibat alergen, sulfurdioksida dan
exercise. Selain bersifat bronkodilator, juga mempunyai efek
antiinflamasi. Kelebihan obat ini adalah preparatnya dalam bentuk
tablet (oral) sehingga mudah diberikan. Saat ini yang beredar di
Indonesia adalah zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien sisteinil).
g) Obat-obat anti alergi
21
Tabel 2.5. Obat asma controller4
22
Antikolinergik
Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya
memblok efek penglepasan asetilkolin dari saraf kolinergik
pada jalan napas. Menimbulkan bronkodilatasi dengan
menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik, selain itu juga
menghambat refleks bronkokostriksi yang disebabkan iritan.
Termasuk dalam golongan ini adalah ipratropium bromide
dan tiotropium bromide.
23
Tahapan pengobatan asma :
Gambar 2.5 Step penanganan asma (GINA, 2019)
24
o Step down terapi ketika asma sudah terkontrol
Ketika kontrol asma yang baik telah dicapai dan dipertahankan
selama 3 bulan dan fungsi paru – paru telah mencapai plateu
serta faktor resiko yang rendah. pengobatan biasanya telah
berhasil untuk dikurangi tanpa kehilangan kontrol asma. Tujuan
step down adalah :
- Untuk menemukan efek terapi minimal yang bermanfaat
untuk mempertahankan kontrol asma yag baik dari gejala
dan eksaserbasi serta meminimalkan biaya pengobatan dan
potensi efek samping
- Mendorong pasien untuk melanjutkan perawatan kontrol
secara teratur
25
Gambar 2.6 Step down terapi asma
Pengobatan faktor resiko modifikasi
26
o Penurunan berat badan
o Manajemen stress
o Menghindari polusi dan udara dingin
o Menghindari pencetus makanan alergen
27
Eksaserbasi Asma
28
Gambar 2.9 manajemen eksaserbasi asma
29
pada individu yang tersensitisasi. Selain mencegah paparan
tidak ada intervensi yang terbukti dan diterima luas dapat mencegah
terbentuknya asma.
2.11 Prognosis
efektivitas pengobatan.
secara agresif .
30
Fungsi paru-paru menurun lebih cepat daripada rata-rata pada
orang dengan asma, terutama pada mereka yang merokok dan pada
perlakuan buruk).
kematian asma yang paling dapat dicegah. Hal ini sangat jarang
hari.
31
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Penatalaksanaan di Indonesia.
3. WHO.2017.Asthma.(http://www.who.int/news-room/factheets/detail/
asthma).
Indonesia
2002;28:1017-1021.
34