STROKE HEMORAGIK
Disusun oleh:
Aulia Medicarizky
2110221030
Pembimbing:
Dr. dr. Rita, Sp.S, M. Kes.
Dipresentasikan Hari/Tanggal:
Kamis, 18 November 2021
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Autoanamnesis dan alloanamnesis dengan anak pasien pada tanggal 15 November 2021
pukul 08.00 WIB.
Kepala
Bentuk : Bentuk normochepal, teraba VP shunt pada sisi
kanan dan kiri kepala
Simetris : (+)
Pulsasi : teraba
Nyeri tekan : (-)
Leher
Sikap : normal
Gerakan : bebas
Vertebra : normal
Nyeri tekan : (-)
N II (opticus)
- Ketajaman penglihatan : normal/normal
- Pengenalan warna : normal/normal
- Lapang pandang : normal/normal
- Fundus : tidak dilakukan
N V (trigeminus)
- Menggigit : normal/normal
- Membuka mulut : simetris
- Sensibilitas
Atas : baik/baik
Tengah : baik/baik
Bawah : baik/baik
- Reflex masseter : normal/normal
- Reflex zigomatikus : normal/normal
- Reflex kornea : tidak dilakukan
- Reflex bersin : tidak dilakukan
N VII (facialis)
- Pasif
Kerutan kulit dahi : simetris
Kedipan mata : simetris
Lipatan nasolabial : menurun/(+)
Sudut mulut : datar/(+)
- Aktif
Mengerutkan dahi : simetris
Mengerutkan alis : simetris
Menutup mata : simetris
Meringis : asimetris (mulut mencong ke kiri)
Menggembungkan pipi : simetris
Gerakan bersiul : simetris
Daya pengecapan lidah 2/3 anterior : tidak dilakukan
Hiperlakrimasi : (-)
Lidah kering : (-)
N VIII (acusticus)
- Mendengar suara gesekan jari : normal/normal
- Mendengar detak arloji : tidak dilakukan
- Test Swabach : tidak dilakukan
- Tes Rinne : tidak dilakukan
- Test Weber : tidak dilakukan
N IX (glossopharyngeus)
- Arcus pharynx : simetris
- Posisi uvula : di tengah
- Daya pengecapan lidah 1/3 posterior : tidak dilakukan
- Reflex muntah : tidak dilakukan
N X (vagus)
- Denyut nadi : (+)/(+)
- Arcus pharynx : simetris
- Bersuara : normal
- Menelan : normal
N XI (accessory)
- Memalingkan kepala : normal
- Sikap bahu : simetris
- Mengangkat bahu : normal
N XII (hypoglossal)
- Menjulurkan lidah : deviasi lidah ke kanan
- Kekuatan lidah : normal
- Atrofi lidah : (-)
- Artikulasi : baik
- Tremor lidah : (-)
1.2.6 Motorik
Gerakan :
bebas bebas
bebas bebas
Kekuatan :
4444 5555
4444 5555
Tonus :
normotonus normotonus
normotonus normotonus
Trofi :
eutrofi eutrofi
eutrofi eutrofi
1.2.9 Sensibilitas
Eksteroseptif
- Nyeri : (+)
- Suhu : tidak dilakukan
- Taktil : (+)
Propioseptif
- Vibrasi : tidak dilakukan
- Posisi : baik
- Tekan dalam : (+)
9.3.3 CT Scan
Tanggal Pemeriksaan: 11 September 2021
- Terpasang kateter VP shunt dengan insersi dari os oksipital kanan dan ujung
distal kateter pada ventrikel lateralis kiri
- Tampak opasitas berdensitas metal di ventrikel lateralis kanan kornu posterior
(stent)
- Ventrikel III dan lateralis dilatasi ventrikel IV dan system sisterna baik
- Tampak hipodense periventrikel lateralis bilateral
- Falx cerebri di tengah
- Sulci dan gyri baik
- Mesencephalon, pons, cerebellum bilateral baik
Kesan :
- Ventrikulomegali III dan lateralis dengan terpasang ujung distal kateter VP
shunt pada ventrikel lateralis kiri dan tampak stent pada ventrikel lateralis
kanan kornu posterior
- Small vessel periventricular disease DD/ transependymal edema
9.3.4 MRI
Tanggal Pemeriksaan: 14 September 2021
Pada pemeriksaan MRI kepala tanpa kontras, potongan axial T1 SE, T@ TSE, T2
TIRM, DWI, potongan coronal T2 TSE, maka tampak:
Tampak lesi hipointense T1 SE T2 TSE serpiginosa yang tampak komponen flow
void didalamnya disertai gambaran nidus pada korpus kallosum bagian korpus.
Ukuran lesi sekitar 4 x 1,9 x 2,5 cm (ApxCxLL). Pada angiografi tampak feeding
artery berasal dari cabang a. cerebri anterior kanan segmen A4 dan draining vein
pada sinus inferior sagitalis.
Tampak pula lesi hiperintense T1 SE T2 TSE intraventrikel lateralis, ventrikel III,
dan ventrikel IV disertai pelebaran system ventrikel dengan evan index 0,3.
Terpasang VP shunt melalui defek pada os temporooccipital kanan dengan tip
berada pada intralumen ventrikel lateralis kiri kornu anterior.
Tampak lesi kecil berbentuk bulat berbatas tegas pada subkortikal lobus frontalis
kiri yang hipointense T1 SE, hiperintense T2 TSE hipointens dengan tepi
hiperintense (gliosis) pada T2 TIRM.
MR Carotis : A carotis interna dan eksterna kanan kiri normal
MR Cerebral : A vertebralis kanan lebih kecil dibandingkan kiri
A basilaris normal
Tampak blood staining yang berasal dari cabang a. cerebri
anterior kanan segmen A4
A comm posterior dan A comm anterior normal
Tidak tampak stenosis lumen circullus Willisi
MR Vena : Tampak dilatasi vena sinus sagitalis inferior
Tampak caliber sinus transversus kanan, sinus sigmoid kanan
normal
Perfusi : Tampak hipoperfusi pada korpus kallosum. Tampak
hipoperfusi pada lobus frontoparietooccipital bilateral
Sulci dan Gyri dalam batas normal
Diferensiasi struktur grey-white matter dalam batas normal
Tidak tampak adanya distorsi mid line
Pons dan kedua hemisphere cerebellum dalam batas normal
Tidak tampak adanya perubahan intensitas pada parenkim infratentorial
Septum nasi lurus
Tampak penebalan konka inferior sisi kanan
Sinus paranasalis dan mastoid dalam batas normal
Bulbus oculi, nn iotici dan struktur retrobulbar normal
Kesan:
- Lesi serpiginosa disertai gambaran nidus intralesi di body corpus callosum
dengan feeding artery berasal dari a. cerebri anterior kanan segmen A4 dan
draining vein menuju sinus sagittalis inferior, ukuran lesi sekitar 4 x 1,9 x 2.5
cm, DD/ AVM
- Hidrosefalus comunican dengan evan index 0,3 disertai perdarahan late
subakut pada intravemtrikel lateralis, ventrikel III, dan ventrikel IV
- VP shunt terpasang melalui defek pada os temporalis temporooccipital kanan
dengan tip berada pada intralumen ventrikel lateralis kornu anterior
- Infark lakuner kronik pada subkortikal lobus frontal kiri
- Kaliber sinus transversus dan sinus sigmoid kiri lebih kecil dibandingkan
kanan
- Kaliber a. vertebralis kanan lebih kecil dibandingkan kiri
- Hiperperfusi pada korpus kallosum
- Hipoperfusi frontoparietooccipital bilateral hipertrofi konka nasalis inferior
9.4 Resume
Pasien laki-laki 23 tahun dirujuk dari RS PON dengan keluhan kelemahan
anggota gerak kanan. Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu disertai jauh
tidak sadarkan diri secara tiba-tiba dan bertahan > 24 jam. Keluhan disertai kejang
selama 30 detik, kelojotan seluruh tubuh, disertai mulut berbusa, gangguan
penglihatan, mata lebih menonjol, gangguan ingatan, mulut mencong, dan bicara
pelo sejak 1 bulan yang lalu. Empat tahun yang lalu, pasien sering mengalami
sakit kepala dan muntah yang semakin memberat sejak 2 tahun terakhir. Satu
tahun yang lalu, pasien merasakan nyeri kepala yang sangat hebat di masa
hidupnya, muncul secara tiba- tiba sehingga pasien dibawa ke RS dan dilakukan
CT Scan dengan hasil adanya perdarahan di pembuluh darah otak. Pasien
memiliki riwayat terbentur 4 tahun yang lalu. Pasien menjalani operasi VP shunt
dan embolisasi.
9.5 Diagnosis
Diagnosa klinik : - Hemiparesis dextra
- Parese N III, IV, VI
- Parese N VII dextra tipe UMN
- Parese N XII dextra
Diagnosa topik : - Hemisphere cerebri sinistra
- Meningen
- Intraventrikel
Diagnosa etiologi : - Stroke hemoragik
Diagnosa sekunder : - Hidrosefalus
Diagnosa banding : - Tumor intracranial
- Meningoencephalitis
9.6 Terapi
- IVFD NaCl 0,9% 30 mL/kgBB/hari
- Injeksi
Citicolin 2 x 250 mg
Omeprazole 1 x 20 mg
Fenitoin 3 x 100 mg
- PO
Lactulac 2 x C
Curcuma 3 x 1 tab
9.7 Prognosa
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : ad malam
Ad sanam : dubia ada malam
Ad cosmeticum : ad bonam
BAB II
ANALISA KASUS
ANAMNESIS
- Pada anamnesis didapatkan keluhan utama pasien berupa kelemahan
anggota gerak kanan, atau disebut dengan hemiparese dextra.
Hemiparese adalah paralisis parsial atau total pada satu sisi tubuh yang
berasal dari penyakit atau trauma pada pusat motorik di otak.1 Hemiparese
merupakan salah satu sindrom dari upper motor neuron. Sindrom upper motor
neuron dapat diklasifikasikan menjadi hemiparesis (kelemahan unilateral pada
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah), tetraparesis (kelemahan pada keempat
ekstremitas), paraparesis (kelemahan pada kedua ekstremitas bawah), dan
monoparesis (kelemahan pada satu ekstremitas). Kelemahan ekstremitas
disebabkan oleh adanya patologis gangguan motorik oleh:2
- Patologi yang terjadi dimanapun di sepanjang UMN pathway (dari korteks
motoric hingga medulla spinalis)
- Lesi pada LMN pathway (dari cornu anterior medulla spinalis hingga sara
perifer)
- Gangguan di neuromuscular junction
- Gangguan muskularis
Nyeri kepala atau sering disebut sebagai cephalgia atau headache, dapat
disebabkan oleh penyakit seperti tumor otak, meningitis, atau penyakir
serebrovaskular (seperti: giant cell arteritis, cerebral aneurysm, atau perdarahan
cerebral)4. Cephalgia diklasifikasikan menjadi cephalgia primer (disebabkan oleh
cephalgia itu sendiri dan tidak ada kerusakan organik), dan cephalgia sekunder
(disebabkan oleh proses patologis, seperti infeksi sistemik, kelainan pembuluh
darah, perdarahan subarachnoid, dan tumor otak.2 Cephalgia dengan onset yang
tiba-tiba dan berat biasanya berkaitan dengan kelainan intracranial, seperti PSA
atau meningitis. Pada pasien terjadi cephalgia sekunder yang disebabkan oleh
perdarahan subarachnoid.
Rongga cranial terdiri dari darah (±10%), jaringan otak (±80%), dan CSF
(±10%) pada tulang tengkorak yang keras dan tidak bisa ekspansi. Normal
tekanan intracranial adalah 0 – 15 mmHg saat diukur di ventrikel lateralis. Adanya
sedikit peningkatan volume dari salah satu komponen dapat dikompensasi dengan
menurunkan volume pada satu atau dua komponen lainnya. Hal ini sesuai dengan
hipotesis Monro-Kellie. Peningkatan volume jaringan otak dapat disebabkan oleh
tumor otak, edema otak, atau perdarahan. Peningkatan volume darah dapat
diakibatkan jika terjadi vasodilatasi pembuluh darah otak atau adanya obstruksi
dan aliran vena. Peningkatan CSF dapat diakibatkan oleh produksi CSF yang
berlebihan, penurunan absorpsi CSF, atau obstruksi pada sirkulasi CSF.5
Tekanan perfusi serebral (cerebral perfusion pressure/ CPP) merupakan
selisih tekanan arteri rata-rata (mean arterial pressure/ MAP) dengan tekanan
intracranial (intracranial pressure/ ICP) [CPP = MAP – ICP]. Normal CPP adalah
70 – 100 mmHg.5
- Pasien memiliki riwayat trauma pada kepalanya, merokok (+), alcohol (+)
Riwayat trauma kepala pada pasien bisa menjadi faktor risiko terjadinya
perdarahan intrakranial maupun perdarahan subarachnoid. Perdarahan
subarachnoid dapat terjadi karena trauma kepala, perluasan darah dari suatu
kompartemen ke ruang subarachnoid, atau rupturnya suatu arterial aneurysm.6
- CT Scan pertama kali pasien pada 1 tahun yang lalu, dengan hasil CT
scan menunjukkan adanya perdarahan pada pembuluh darah di otak
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Pemeriksaan nervus kranialis didapatkan:
a. Parese nervus III, IV, VI berupa exophtalmus
b. Parese nervus VII dextra tipe sentral berupa sudut mulut kanan berkurang,
lipatan ansolabial berkurang, dan mulut kanan datar saat pasien meringis
c. Parese N XII dextra tipe sentral berupa disartria dan deviasi lidah ke kanan
saat pasien menjulurkan lidah.
Diagnosis etiologis
- Stroke Perdarahan
- AVM
- Hidrosefalus
Diagnosis tersebut diambil berdasarkan anamnesis yaitu didapatkan
kelemahan anggota gerak kanan (deficit neurologis), riwayat nyeri kepala hebat,
muntah hebat, disertai penurunan kesadaran, fotofobia, dan deisit neurologis
fokal lainnya seperti riwayat gangguan memori, parese N III, IV, VI, parese N
VII dan XII dextra. Keluhan penurunan kesadaran pada pasien terjadi mendadak
dan berlangsung > 24 jam. Selain itu, menurut keluarga pasien, bicara pasien
menjadi pelo dan mulut mencong. Pada pasien juga didapatkan faktor risiko
dimana usia pasien masih pada dekade 3 dan adanya riwayat trauma pada kepala
pasien. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan deficit neurologis dan gejala
rangsang meningeal yang positif. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil
CT Scan kepala yaitu ventrikulomegali pada ventrikel III dan lateralis.
Stroke ditandai dengan gambaran klinis yang terjadi secara tiba-tiba akibat
hilangnya fungsi otak (atau medulla spinalis), yang bertahan lebih dari 24 jam
atau berakhir kematian.3 Faktor risiko stroke berupa factor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi.
Terapi
Medikamentosa
- IVFD NaCl 0.9% 20 tpm
Untuk memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit serta memasukkan
obat intravena.
- Citicolin 2 x 500 mg
Citicolin mengaktivasi biosintesis structural phospholipids pada membrane
neuronal, meningkatkan metabolism otak, dan menignkatkan senyawa
kimia di otak. Citicolin memiliki efek dalam melindungi otak,
mempertahankan fungsi otak secara normal, sereta mengurangi jaringan
otak yang rusak.
- Curcuma 3 x 1
Curcuma merupakan anti inflamatori (inhibisi COX) dan merupakan
antioksidan. Curcuma memiliki kandungan yaitu kurkumin yang
bermanfaat sebagai antimikroba, anti-karsinogenik, dan sebagai
neuroprotektor. Neuroprotektor berfungsi untuk melindungi, memulihkan,
dan meregenerasi sel saraf.
- Fenitoin 3 x 100 mg
Fenitoin diberikan sebagai antikonvulsan profilaksis pada pasien karena
sebelumnya pasien memiliki riwayat kejang. Fenitoin dapat diberikan
selama 1 bulan kemudian diturunkan, lalu dihentikan bila sudah tidak ada
kejang. Fenitoin berkerja meningkatkan efflux Na atau menurunkan influx
Na dari membrane sel neuron di neuron korteks motoric sehingga dapat
menstabilkan membrane neuronal.
Non medikamentosa
- Posisi head up 30 derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan intracranial.
Selain itu posisi tersebut juga dapat meningkatkan oksigen ke otak.
- Range of motion atau mobilisasi aktif maupun pasif: berguna untuk
memperbaiki fungsi motorik dan mencegah kontraktur sendi, atrofi otot,
DVT, dekubitus dan agar penderita dapat mandiri.
PROGNOSIS
Perdarahan subarachnoid oleh aneurysm meningkatkan tingkat mortalitas,
30-40% pasien menderita pada beberapa hari pertama. Pada 6 minggu pertama
berisiko terjadinya perdarahan ulang, dan perdarahan kedua akan lebih berat dari
pada perdarahan yang pertama. Perdarahan dari AVM memiliki mortalitas lebih
rendah dari pada aneurysm.3 Tingkat mortalitas dan morbiditas pasien dengan
perdarahan subarachnoid aneurisma cukup tinggi, hanya 1/3 pasien yang membaik
tanpa disabilitas mayor.5
DAFTAR PUSTAKA
Hammer GD, Mcphee SJ. Pathophysiology of Disease. 8th ed. Hammer GD,
Mcphee SJ, editors. McGraw-Hill; 2019.
Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical Neurology: Ninth Edition.