Oleh:
Sindo Pratama
2110221094
Pembimbing:
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
No. Rekam medik : 359611
Nama : Tn. H
Umur : 85 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pensiunan
Agama : Kristen
Status pernikahan : Menikah
Suku bangsa : WNI
Dirawat yang ke :1
Tanggal pasien datang : 23 Juli 2021
Tanggal pemeriksaan : 30 Juni 2021
II. Anamnesa
Allo Anamnese
Keluhan utama : Penurunan kesadaran tiba tiba
Keluhan tambahan :-
Pasien mengalami penurunan kesadaran kurang lebih 3 hari yang lalu SMRS
dan terjadi pada saat pasien istirahat. Pada saat 16 hari yang lalu pasien sempat
mengalami adanya demam dan sudah diberikan paracetamol, setelahnya demam
pasien mengalami perbaikan.
14 hari SMRS, pasien mengeluhkan adanya kelemahan pada tungkai kiri
pasien sehingga pasien berjalan dengan cara menyeret tungkai kirinya. Kelemahan
pada tungkai kiri pasien ini menyebabkan pasien lebih sering duduk dan berbaring
sampai akhirnya pasien cenderung mengantuk. Pasien juga merasakan adanya
kesusahan dalam makan dan minum, adanya kesulitan dalam BAB dan sudah pernah
diberikan dulcolax suppositoria tetapi pasien masih mengalami kesulitan dalam BAB.
Pasien menyangkal adanya keluhan nyeri kepala, mual dan muntah. BAK pasien
normal dan pasien tidak memiliki adanya riwayat trauma pada bagian kepala pasien.
Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi terkontrol dengan meminum obat berupa
amlodipine dan HCT secara teratur. Pasien tidak memiliki adanya riwayat penyakit
gula.
20 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan berupa adanya wajah
yang tidak simetris dan adanya penurunan pada wajah sebelah kiri. Pasien juga
mengeluhkan adanya kesulitan dalam makan dan minum, juga berkumur kumur.
Pasien lalu berobat ke dokter dan setelahnya didiagnosis stroke ringan lalu sembuh
total.
Status psikiatris :
• Tingkah laku : gelisah
• Perasaan hati : sulit dinilai
• Orientasi : sulit dinilai
• Jalan pikiran : sulit dinilai
• Daya ingat : sulit dinilai
Status neurologis
• Kesadaran : E2M4V2, GCS 8
• Sikap tubuh : berbaring
• Cara berjalan : tidak dapat dinilai
• Gerakan abnormal : tidak ada
Kepala
• Bentuk : normocephal
• Simetris : simetris
• Pulsasi : teraba
• Nyeri tekan : tidak ada
Leher
• Sikap : normal
• Gerakan : normal
• Vertebra : normal
• Nyeri tekan : tidak dapat dinilai
Kanan Kiri
Kaku kuduk - -
Laseuque - -
Kernig - -
Brudzinsky I - -
Brudzinsky II - -
Nervus kranialis
N.1 - olfactorius
Kanan Kiri
N. II – Opticus
Kanan Kiri
Ketajaman penglihatan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Pengenalan warna Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Lapang pandang Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kanan Kiri
Pupil
Ukuran pupil 2mm 2mm
Bentuk pupil Bulat Bulat
Isokor/anisokor Isokor Isokor
Posisi Sentral Sentral
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak
- -
langsung
Refleks akomodasi +
N. V - Trigeminus
Kanan Kiri
N. VII - Facialis
N. VIII - Vestibulococchlearis
Kanan Kiri
Mendengarkan suara
Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
gesekan jari tangan
Mendengar detik arloji Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Tes swabach Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Tes rinne Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
Tes weber Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan
N. IX - Glossopharyngeus
Kanan Kiri
N. X - Vagus
Kanan Kiri
N. XI - Accesorius
Kanan Kiri
N. XII - Hipoglossus
Kanan Kiri
Bebas Bebas
Bebas Bebas
Kekuatan
5 5 5 5
5 5 5 5
5 5 5 5
5 5 5 5
Tonus
Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
Trofi
Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
Refleks fisiologis
Refleks tendon
Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Tricpes ++ ++
Patella ++ ++
Archilles ++ ++
Refleks periosteum : tidak dilakukan
Refleks permukaan
Dinding perut : Normal
Cremaster : tidak dilakukan
Sfingter ani : tidak dilakukan
Refleks patologis
Kanan Kiri
Hoffman trommer - -
Babinski + -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaefer - -
Rossolimo - -
Mendel bechterew - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -
Sensibilitas
Eksteroseptif
Kanan Kiri
Nyeri + +
Suhu + +
Taktil + +
Propioseptif
Kanan Kiri
Vibrasi + +
Posisi + +
Taktil + +
Kanan Kiri
Fungsi luhur
Fungsi bahasa : baik
Fungsi orientasi : baik
Fungsi memori : baik
Fungsi emosi : baik
Fungsi kognisi : baik
Laboratorium
Pada pemeriksaan MSCT scan kepala, tanpa pemberian kontras, dibuat potongan axial
dengan hasil sebagai berikut:
⮚ Lesi hiperdens berdensitas perdarahan (HU : 46-70) yang mengsisi sulci
parietooccipital kanan kiri dan fissura interhemisfer posterior.
⮚ Sulci perifer, fissure Sylvii melebar.
⮚ Sisterna system normal.
⮚ Ventrikel lateralis kanan kiri, ventrikel III melebar
⮚ Ventrikel IV normal.
⮚ Tak tampak distribusi midline maupun tanda desak ruang
⮚ Sinus paranasalis cerah.
⮚ Mastoid air cells kanan kiri cerah.
⮚ Septum nasi deviasi ke kanan.
⮚ Bulbus oculi simetris kanan kiri.
⮚ Tulang-tulang intak.
Kesan:
● Perdarahan subaraknoid yang mengisi sulci parietooccipital kanan kiri dan fissura
interhemisfer posterior.
● Atrofi cerebri.
● Tidak tampak fraktur os calvaria.
Resume
Pasien laki-laki 48 tahun datang ke IGD RSPAD Gatot Soebroto setelah di rujuk dari RS
Premier Bintaro dengan diagnosa awal meningitis. Pasien mengeluh sakit kepala berat seperti
tertekan. Pasien mengeluh adanya nyeri bagian leher menjalar sampai ke panggul dan paha
bagian belakang, pasien juga merasa tegang/kaku pada leher seperti tidak bisa ditekuk. Pasien
mengatakan ada rasa mual. Pasien memiliki riwayat hipertensi tidak terkontrol dan makan
yang tidak terkontrol. Keluhan ini baru pertama kali dirasakan.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
dengan E4M6V5 GCS 15, tekanan darah 190/115 mmHg, nadi 91x/menit, pernapasan
24x/menit, suhu 36,5oc, SatO2 96%. Status generalis lainnya dalam batas normal. Pada
pemeriksaan neurologis, terdapat kaku kuduk positif, laseque positif pada kaki kanan dan
kiri, kernig positif pada kaki kanan dan kiri, brudzinsky I positif pada kaki kanan dan kiri,
terdapat parese nervus VII dextra tipe sentral dan nervus XII dextra tipe sentral.
Pada pemeriksaan laboratorium, leukosit 16770/uL, eosinofil 0%, neutrofil 87%, limfosit 7%,
ureum 55 mg/dL, natrium 132 mmol/L, klorida 93 mmol/L dan CRP kuantitatif 2.13 mg/dL
Kesan pada CT scan kepala tanpa kontras terdapat kesan perdarahan subaraknoid yang
mengisi sulci parietooccipital kanan kiri dan fissura interhemisfer posterior dan atrofi cerebri.
Diagnosis
Diagnosis klinis
● Cephalgia
● Parese N. VII dextra sentral
● Parese N. XII dextra sentral
Diagnosis topik
● Hemisfer cerebri sinistra
Diagnosis etiologi
● Stroke subarachnoid hemoragik
Diagnosis sekunder
● Hipertensi grade 2
Terapi
Saat di IGD
● IVFD RL 20 tpm
INJ :
● Paracetamol 3 x 1gr IV
● Omeprazole 1 x 40gr IV
● Ceftriaxone 3 x 2gr IV
PO :
● Amlodipin 1 x 10mg
● Captopril 3 x 25gr
PO :
● Amlodipin 1 x 10mg
● Captopril 3 x 25mg
● Nimodipine 3 x 60mg
● Citicolin 2 x 500mg
● Trampara tab
Pulv 3 x 1
● Diazepam mg
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad cosmeticum : bonam
BAB II
ANALISA KASUS
Diagnosis pada pasien ini diambil berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, keluhan utama pada pasien ini adalah sakit kepala
berat seperti tertekan, atau yang dikenal dengan cephalgia.
Cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala atau merupakan suatu sensasi tidak
nyaman yang dirasakan pada daerah kepala (Goadsby, 2002). Menurut International
Headache Society, nyeri kepala diklasifikan mejadi nyeri kepala primer dan sekunder (Price
2006):
A, Nyeri kepala primer
⮚ Nyeri kepala migrain: terdapat dua jenis yaitu migrain tanpa aura dan migrain dengan
aura
⮚ Nyeri kepala cluster: merupakan suatu sindroma nyeri kepala neurovaskuler yang
khas dan dapat disembuhkan. Nyeri kepala cluster berlangsung dari beberapa menit
sampai jam berkaitan dengan injeksi konjungtiva, lakrimasi, hidung tersumbat dan
kemerahan pipi.
⮚ Tension headache: nyeri kepala kontraksi otot kepala, dahi, dan leher yang disertai
dengan vasokonstriksi ekstrakranium.
B. Nyeri kepala sekunder
Nyeri kepala sekunder terjadi karena gangguan organ lain, seperti perdarahan subarachnoid,
neuralgia trigeminus, penyakit sistemik (anemia, hipertensi, polisetemia), tumor otak, abses,
hematoma subdural dan infeksi intrakranial.
Pada pasien cephalgia yang dirasakan adalah nyeri kepala sekunder akibat perdarahan
subarachnoid.
Pasien mengeluh adanya nyeri bagian leher menjalar sampai ke panggul dan paha
bagian belakang
Hal tersebut disebabkan karena perdarahan subarachnoid tersebut berada pada selaput
otak atau meningen, Ruang ini berisi cairan serebrospinal yang berperan dalam
melindungi otak dan saraf tulang belakang, serta mengandung banyak pembuluh
darah. Sehingga apabila terdapat perdarahan pada daerah meningen akan
menimbulkan gejala prodormal beruapa peningkatan tekanan intrakranial yaitu nyeri
dan kaku pada leher, dapat menjalar sampai panggul dan paha, mual, muntah,
bingung, penurunan kesadaran, disertai hemiplegia atau hemiparese dan dapat disertai
kejang fokal atau umum.
Diagnosis klinis
Pemeriksaan nervus kranialis didapatkan:
a. Parese nervus VII dekstra tipe sentral dengan gejala sudut mulut kanan tertinggal
dan saat pasien meringis jatuh ke kanan. Jaras kelumpuhan wajah bersifat satu sisi
dan sifatnya kontralateral, tidak ada gangguan dalam menutup mata dan
mengerutkan dahi. Inti motorik nervus facialis terletak pada bagian ventolateral
tegmentum pons bagian bawah, lalu berjalan kebelakang dan mengelilingi inti
nervus VI dan membentuk genu internal nervus facialis, kemudian berjalan ke
bagian-lateral batas kaudal pons pada sudut ponto serebelar. Pada kerusakan di
jaras kortikobulbar ata bagian bawah korteks motorik primer, otot wajah muka sisi
kontralateral akan memperlihatkan kelumpuhan jenis UMN. Otot wajah bagian
bawah lebih jelas lumpuh dari pada bagian atasnya, sudut mulut sisi yang lumpuh
tampak lebih rendah.
b. Parese nervus XII dekstra tipe sentral dengan gejala saat pasien menjulurkan lidah
terlihat adanya deviasi ke kanan. Terdapat adanya kelemahan pada saraf motorik
otot pada lidah dimana nervus XII merupakan jaras yang keluar dari canalis
hypoglossi dan bergabung dengan serabut ramus anterior dari C1. Setelah
menembus akan menyilang dengan a. lingualis menuju lidah untuk mempersarafi
motorik otot intrinsik dan ekstrinsik lidah.
Pada pasien juga terdapat refleks Babinsky yang positif menunjukkan adanya lesi
upper motor neuron (UMN) yang berarti kerusakan berada pada saraf pusat.
Kerusakan pada seluruh korteks piramidalis sesisi menimbulkan kelumpuhan UMN
pada belahan tubuh sisi kontralateral.
Kemungkinan penyebab stroke pada pasien ini adalah karena pecahnya pembuluh
darah di otak (stroke hemoragik). Pecahnya pembuluh darah otak pada umumnya
terjadi saat pasien sedang beraktivitas, adanya nyeri kepala yang hebat, timbulnya
defisit neurologis dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam yang diikuti,
disertai keluhan mual karena tekanan intrakranial yang meningkat.
Dari pemeriksaan fisik dapat dilakukan skoring untuk mendiagnosa stroke hemoragik
sebagai berikut:
a. Algoritma Stroke Gajah Mada
Nyeri kepala (+)
Penurunan kesadaran (-)
Refleks babinsky (+)
Dalam kasus ini didapatkan pasien mengeluh nyeri kepala dan terdapat refleks
babinsky yang positif sehingga dapat diartikan stroke yang terjadi adalah stroke
hemoragik.
b. Sirriraj Stroke Score (SSS)
Kesadaran : compos mentis, 0 x 2,5 = 0
Muntah : tidak, 0 x 2 = 0
Nyeri kepala : ya, 1 x 2 = 2
Tekanan darah diastolik : 115 x 10% = 11,5
Ateroma : 0 x (-3) = 0
Konstanta : - 12
Hasil : 1,5
Hasil skor SSS ≥ 1 : stroke hemoragik
Pemeriksaan penunjang
Dilakukan CT scan kepala tanpa kontras. Ct scan kepala merupakan suatu gold standar
untuk stroke hemoragik karena dapat melihat gambaran perdarahan. Pada pasien ini
terdapat perdarahan subaraknoid yang mengisi sulci parietooccipital kanan kiri dan
fissura interhemisfer posterior dan adanya atrofi cerebri.
Perdarahan subarachnoid dapat terjadi akibat trauma atau cedera kepala ataupun tanpa
diakibatkan trauma (terjadi secara spontan). Perdarahan subarachnoid yang terjadi bukan
akibat trauma kepala bisa disebabkan oleh aneurisma otak atau kelainan pembuluh darah
arteri dan vena pada selaput meningens.
Pemeriksaan laboratorium
Peningkatan leukosit ke jaringan otak pada pasien stroke merupakan salah satu hasil dari
reaksi saraf pusat, dimana leukosit masuk ke bagian otak yang mengalami injury dimulai
dengan adhesi ke endotel dan selanjutnya migrasi ke dalam parenkim otak. Awalnya,
leukosit muncul seteleah terjadi pelepasan sitokin pada daerah injury akan merangsang
leukosit yang berada di marginal pool dan leukosit matur di sumsum tulang untuk
memasuki sirkulasi. Jenis leukosit yang dikerahkan pada peradangan akut ini adalah
neutrofil.
Otak merupakan salah satu organ yang paling terpengaruh oleh gangguan kadar natrium.
Disfungsi neurologik merupakan manifestasi utama dari gangguan elektrolit, terutama
hiponatremia. Aktivitas elektrik neuron terganggu karena natrium klorida dan air masuk
ke dalam sel saraf dan kalium meninggalkan sel saraf. Terjadinya stroke itu sendiri akan
menjadi suatu stresor yang menyebabkan perpindahan K ke intrasel. Stres akan
menyebabkan stimulus simpatis yang berlebihan terhadap medulla kelenjar adrenal,
menghasilkan epineferin yang akan berikatan dengan reseptor β2 yang berhubungan
dengan pompa Na-K/ATP-ase di membran sehingga Kalium masuk ke sel otot.
Terapi
Medikamentosa
Saat di IGD
● IVFD RL 20 tpm : untuk memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit,
memasukan obat melalui vena.
INJ :
● Paracetamol 3 x 1gr IV : untuk mengatasi sakit kepala dan demam.
● Omeprazole 1 x 40gr IV : untuk menurunkan efektivitas obat dalam membantu
mencegah/meringakan stroke
● Ondansetron 3 x 8mg IV : untuk mengatasi mual
● Ceftriaxone 3 x 2gr IV : antibiotik dengan fungsi untuk mengobati berbagai
macam infeksi bakteri.
PO :
● Amlodipin 1 x 10mg : merupakan obat antihipertensi golongan calcium
channel blockers, untuk mengatasi hipertensi.
● Captopril 3 x 25gr : merupakan obat antihipertensi golongan ACE
inhibitor. Obat ini bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin 1 menjadi
angiotensin 2 sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron.
Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah sedangkan
berkurangnya aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan natrium dan retensi
kalium.
Saat di Unit Stroke
● IVFD RL 20 tpm : untuk memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit,
memasukan obat melalui vena.
IV :
● Ca gluconas 3 x 1gr : untuk mencegah atau mengobati kadar kalsium darah
yang rendah.
● Ketorolac 3 x 30mg : obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
untuk meredakan nyeri dan peradangan.
PO :
● Amlodipin 1 x 10mg : merupakan obat antihipertensi golongan calcium
channel blockers, untuk mengatasi hipertensi.
● Captopril 3 x 25mg : merupakan obat antihipertensi golongan ACE
inhibitor. Obat ini bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin 1 menjadi
angiotensin 2 sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron.
Vasodilatasi secara langsung akan menurunkan tekanan darah sedangkan
berkurangnya aldosteron akan menyebabkan ekskresi air dan natrium dan retensi
kalium.
● Nimodipine 3 x 60mg : obat golongan calcium channel blocker yang
digunakan untuk mengurangi masalah yang disebabkan oleh perdarahan di otak
(subarachnoid hemorrhage).
● Citicolin 2 x 500mg : obat yang bekerja dengan cara meningkatkan senyawa
kimia di otak (phospholipid phosphatidylcholine). Memiliki efek untuk melindungi
otak, mempertahankan fungsi otak secara normal, sereta mengurangi jaringan otak
yang rusak.
● Trampara tab : obat analgesik yang mengandung zat aktif paracetamol
(325mg) dan tramadol (37,5mg), digunakan untuk mengobati nyeri ringan hingga
sedang.
Pulv 3 x 1
● Diazepam 2mg : obat penenang yang digunakan untuk mengatasi
gangguan kecemasan atau kejang.
Non-medikamentosa:
● Posisi head up 30 derajat bertujuan untuk menurunkan tekanan
intrakranial pada pasien cedera kepala. Selain itu posisi tersebut juga dapat
meningkatkan oksigen ke otak.
● Range of motion aktif maupun pasif: berguna untuk memperbaiki fungsi motorik dan
mencegah kontraktur sendi, atrofi otot dan agar penderita dapat mandiri.
DAFTAR PUSTAKA