Disusun Oleh :
14711051
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
2018
BAB I
1
UNIVERSITAS DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
ISLAM
INDONESIA STATUS PASIEN UNTUK UJIAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN Untuk Dokter Muda
Nama Dokter Muda Winda Pramestining Tiyas Tanda Tangan
NIM 14711051
Tanggal Ujian 10 Desember 2018
Rumah sakit RSUD dr. Soedirman
Gelombang Periode 07 Januari 2019
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama :Tn. P
Agama :Islam
Pekerjaan :Pensiunan
Nomer CM :280670
ANAMNESIS TANGGAL:
2
Pasien mengeluhkan kesulitan berbicara sejak ± 1 hari SMRS, Kesulitan
berbicara dirasakan muncul secara tiba-tiba setelah bangun tidur,
Bicara pasien menjadi pelo dan sulit dimengerti oleh keluarga pasien,
Pasien sebenarnya paham mengenai pertanyaan yang diajukan namun
untuk menjawabnya pasien kesulitan dalam berbicara, sehingga pasien
mengisyaratkan dengan anggukan kepala, ketika pasien diinstruksikan
untuk mengangkat tangan, pasien dapat mengikuti perintah dengan
baik. Pasien merupakan pasien stroke dengan kelemahan anggota
gerak sebelah kiri, keluhan kelemahan anggota gerak kiri sudah
dirasakan sejak ± 2 tahun ini.
RIWAYAT GIZI :
3
PEMERIKSAAN
I. STATUS PRESENS
Status Gizi :-
Orientasi :baik
Kecerdasan :normal
4
Daya ingat kejadian
Baru :normal
Lama :normal
Kepala :
Bentuk : normal
Simetri : simetris
Ukuran : normal
Pulsasi : tidak dilakukan
Nyeri tekan : (-)
Bising : tidak dilakukan
Leher : Sikap : bebas
Gerakan: bebas
5
Saraf Otak :
Ukuran pupil :3 mm 3 mm
Kanan kiri
6
Diplopia : (-) (-)
7
Kedipan mata :kecepatan sama kecepatan sama
Kanan kiri
8
Tes Weber :tidak dilakukan tidak
dilakukan
9
Artikulasi : (+) (+)
BADAN
Gerakan :bebas
Kanan kiri
10
ANGGOTA GERAK ATAS kanan kiri
Kekuatan :5 2 5 2 5 2
Reflek Fisiologik :Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
11
Palpasi; udema :tidak ada tidak ada
Kekuatan: 5 3 5 3 5 3
Patela Akhiles
Reflek Fisiologik : + + + +
Perluasan reflek : - -
Reflek silang : - -
Reflek patologik : -/ -
Kanan kiri
12
Babinski : - -
Chaddock : - -
Gonda : - -
Bing : - -
Rossolimo : - -
Mendel bechterew : - -
Oppenheim : - -
Gordon : - -
Schaeffer : - -
Klonus
Paha : - -
Kaki : - -
13
Fungsi Vegetatip
Miksi :
Anuria : (-)
Poliuria : (-)
Defekasi :
RINGKASAN ANAMNESIS :
14
GAMBAR :
Kesulitan berbicara
15
Pemeriksaan tambahan yang dikerjakan :
Skor siriraj
ASGM
= ya
Terapi :
O2 4 lpm
16
Inj piracetam 3x1gr
Irbesartan 1x150 mg
Simvastatin 1x1
Miniaspi 1x1
17
TINJAUAN PUSTAKA
gangguan fungsional otak fokal maupun global secara akut, lebih dari 24 jam
(kecuali ada intervensi bedah atau meninggal), berasal dari gangguan aliran darah
Stroke non hemoragik atau stroke iskemik merupakan 88% dari seluruh
kasus stroke. Pada stroke iskemik terjadi iskemia akibat sumbatan atau
dikelompokkan menjadi :
A. TIA (Transient Ischemic Attack) Pada TIA gejala neurologis timbul dan
C. Stroke in Evolution Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari
waktu ke waktu.
berkembang lagi.
18
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian
otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik.
Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk
sel yang diikuti dengan kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang
Pada tipe ini embolik tidak terjadi pada pembuluh darah otak, melainkan di
pada katup mitralis, fibrilasi atrium, infark kordis akut dan embolus yang
berasal dari vena pulmonalis. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah
dibagi menjadi stroke pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis)
merupakan 70% kasus stroke non hemoragik trombus dan stroke pembuluh
pembuluh darah kecil terjadi ketika aliran darah terhalang, biasanya ini terkait
19
dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit atherosklerosis
(Hassmann, 2013).
didasari oleh berbagai macam faktor risiko. Ada faktor yang tidak dapat
- Usia
- Jenis kelamin
- Ras
- Genetik
2. Dapat dirubah :
- Diabetes - Nutrisi
- Hiperlipidemia
- Sindroma metabolik
20
- Penyalahgunaan zat
- Kontrasepsi oral
- Migrain
- Hiper-homosisteinemia
- Hiperkoagulabilitas
- Inflamasi
21
Sirkulasi Darah pada Sistem Saraf Pusat
Sirkulasi darah pada sistem saraf terbagi atas sirkulasi pada otak dan
cc/menit untuk seluruh jaringan otak yang berat normalnya 2% dari berat badan
sirkulasi yang didukung oleh pembuluh darah besar, perhatikan gambar 1.1 dan
(Duus, 2007)
22
Bagian ke frontal disebelah atas nervus opticus diantara belahan otak kiri
untuk selanjutnya menuju daerah insula reili. Daerah yang disuplai darah oleh
arteri ini adalah Facies convexa lobus frontalis coretx cerebri mulai dari fissura
parielatis cortex cerebri mulai dari fissura lateralis sampai kira-kira sulcus
temporalis media dan facies lobus temporalis cortex cerebri pada ujung frontal.
cavum cranii. Arteri ini kemudian berjalan ventral dari medula oblongata dorsal
23
dari olivus, caudal dari tepi caudal pons varolii. Arteri vertabralis kanan dan kiri
akan bersatu menjadi arteri basilaris yang kemudian berjalan frontal untuk
akhirnya bercabang menjadi dua yaitu arteri cerebri posterior kanan dan kiri.
Daerah yang diperdarahi oleh arteri cerbri posterior ini adalah facies convexa
lobus temporalis cortex cerebri mulai dari tepi bawah sampai setinggi sulcus
(Snell, 2007)
darah ke jaringan otak tetap terjaga secara continue. Sistem carotis yang berasal
24
dari arteri carotis interna dengan sistem vertebrobasilaris yang berasal dari arteri
willis yang terdapat pada bagian dasar otak. Selain itu terdapat anastomosis lain
yaitu antara arteri cerebri media dengan arteri cerebri anterior, arteri cerebri
Lesi parenkim di otak disebabkan oleh gangguan suplai darah otak yang
persisten, biasanya baik oleh blockade pembuluh darah yang memberikan suplai
(arterial) atau yang lebih jarang, oleh hambatan aliran vena yang menyebabkan
stasis di otak. Sistem saraf pusat memiliki kebutuhan energy yang sangat tinggi
yang hanya dapat dipenuhi oleh suplai substrat metabolic yang terus menerus dan
tidak terputus yang semata-mata berasal dari metabolism aerob glukosa dalam
keadaan normal. Otak tidak memiliki persediaan energy untuk digunakan saat
dalam beberapa detik apabila tidak mendapatkan oksigen dan glukosa dalam
Otak membutuhkan sejumlah energi yang berbeda agar jaringan otak tetap
hidup (intak secara struktural) dan untuk membuatnya tetap berfungsi. Kebutuhan
minimal untuk memelihara strukturnya adalah 5-8 ml per 100g per menit (pada
berlanjutnya fungsi adalah 20 ml per 100g per menit. Karena itu, dapat terlihat
aliran darah yang terancam kembali pulih dengan cepat, seperti oleh trombolisis
25
spontan atau secara terapeutik, jaringan otak tidak rusak dan berfungsi kembali
ischemic attack (TIA), yang secara klinis didefinisikan sebagai defisit neurologi
yangsementara dengan durasi tidak lebih dari 24 jam . Defisit neurologis akibat
dari 24 jam. Keadan seperti ini disebut sebagai Prolonged reversible ischemic
penimbunan Na+¿¿ dan Ca 2+¿ ¿ di dalam sel, serta meningkatkan konsentrasi K +¿¿
penimbunan Cl−¿¿ di dalam sel, pembengkakan sel, dan kematian sel (Silbernagl
dan Lang, 2014). Kematian sel akan terjadi apabila hipoperfusi menetap lebih
lama daripada yang dapat ditoleransi oleh jaringan otak. Stroke iskemik tidak
cairan kedalam jaringan otak yang infark (disertai edema serebri). Dengan
demikian infark dapat mulai membengkak dalam beberapa jam setelah kejadian
26
(Silbernagl dan Lang, 2014)
Perjalanan dan luasnya edema perenkim otak pada suatu saat tidak hanya
bergantung pada patensi pembuluh darah yang normalnya menyuplai region otak
yang beresiko, tetapi juga ketersediaan sirkulasi kolateral melalui jalur lain.
Secara umum, arteri – arteri otak adalah end artery fungsional: jalur kolateral
normalnya tidak dapat menyediakan darah dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan jaringan otak di distal arteri yang tiba – tiba teroklusi. Kolateral
sering dapat “dibuat” oleh hipoksia jaringan ringan yang kronik hingga dapat
dapat mencukupi kebutuhan energy yang dibutuhkan jaringan bahkan jika suplai
arteri utama terhambat untuk periode yang relative lama. Akibatnya, infark dapat
terlihat lebih kecil, dan lebih sedikit neuron yang hilang, daripada yang terlhat jika
arteri yang sama tiba-tiba teroklusi dari keadaan patensi normal. Pada umumnya,
27
sel (infark), tetapi karena adanya sirkulasi kolateral, belum mengalami kerusakan
bentuk terapi stroke akut, termasuk terapi trombolitik adalah menyelamatkan area
Infark Embolik
darah, atau serpihan debris yang lepas dari plak ateromatosa di dinding
pembuluh darah besar ekstrakranial, terbawa oleh aliran darah ke otak, dan
proksimal pada trunkus utama arteri serebri menyebabkan infark luas ada
emboli berasal dari lesi ateromatosa bifurkasio karotidis atau dari jantung.
fibrinolitik darah. Jika proses ini terjadi secara cepat, defisit neurologis pasien
dapat berkurang, dengan pemulihan sempurna dan tidak ada gejala sisa.
Namun, jika thrombus tidak larut dalam beberapa jam atau hari, terjadi
Frotscher, 2014).
Infark Hemodinamik
kritis pada segmen arteri distas sebagai akibat stenosis arteri yang lebih
proksimal. Keadaan semacam ini biasanya terjadi pada teritori arteri perforans
profunda longus di dalam substansia alba serebri. Infark yang terjadi seperti
28
rantai di substansia alba sentrum semiovale. Infark hemodinamik jauh lebih
jarang dibandingkan dengan infark emboli. Hal ini karena area otak yang
kolateral arteri karotis interna dan arteri vertebralis, serta, selain itu hubungan
dengan stenosis yang lebih hebat memiliki risiko stroke yang lebih besar
adalah pada pasien tersebut, embolus memiliki kemungkinan yang lebih besar
untuk terbentuk atau lepas dari plak ateromatosus di dinding karotis(Baehr dan
Frotscher, 2014).
Sebaliknya, pada infark emboli, aliran darah regional tiba – tiba terhenti
akibat iskemia hemodinamik sering reversible untuk periode yang lebih lama
29
dibandingkan dengan defisit neurologis akibat stroke emboli(Baehr dan
Frotscher, 2014).
Infark Lakunar
perforantes yang tipis dan panjang adalah arteri yang paling sering terkena
Manifestasi klinis
secara mendadak, terjadi setelah bangun tidur dengan stroke komplit. Sebagian
stroke in evolution) satu sampai dengan dua hari setelah serangan stroke, dengan
kesadaran tetap baik. Penurunan kesadaran dapat dijumpai pada beberapa pasien
dengan infark hemisfer yang sangat luas, oklusi arteria basilaris, dan infark
serebelar dengan edema yang mengakibatkan kompresi batang otak. Gejala klinis
stroke tergantung dari arteri apa yang mengalami oklusi/sumbatan, sistem anterior
atau sistem posterior. Dua pertiga dari stroke lakunar adalah asimtomatik.
Hemiparesis berat terjadi 60% kasus, menengah 20% kasus, dan minimal 20%
kasus. Afasia broka lebih sering terjadi dibandingkan afasia wernik, tetapi bila
30
arteri serebri media terserang stroke akan menyebabkan afasia
global(Bahrudin,2013).
gangguan bicara motorik dan sensorik ( area bicara broca dan wernicke dari
apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum anterior dan hubungan dari
arteri serebri anterior menyebabkan apatis karena kerusakan dari sistem limbic
bilateral. Selain itu, akan terjadi kehilangan memori (lobus temporalis bagian
daerah yang disuplai oleh arteri serebri media dan anterior sehingga ganglia
31
optikus(hemianopsia) akan terkena. Penyumbatan pada arteri komunikans
Lang, 2014).
ekstremitas (tetraplegia) dan otot-otot mata serta koma. Penyumbatan pada cabang
dan medulla oblongata. Efek yang ditimbulkan tergantung dari lokasi kerusakan
saraf vestibular)
32
- Paralisis pseudobulbar dengan paralisis otot secara menyeluruh
benar stroke ataukah penyakit lain, setelah itu kita pastikan stroke tersebut adalah
stroke iskemik atau pendarahan. Dalam penegakkan diagnosis stroke iskemik atau
1. Anamnesis
meliputi :
33
a) Menanyakan tentang permulaan serangan, akut atau mendadak,
semakin berat.
34
Dari anamnesis tersebut dapat disederhanakan kedalam tabel perbandingan
muncul serangan)
Pendarahan retina ++ -
Papiledema + -
Meningeal sign ++ -
Ptosis ++ -
Lokasi Subkortikal Kortikal/subkortikal
pendarahan.
a) Siriraj Skor
Keterangan :
1 = somnolen
2 = stupor/koma
35
1 = ada
1 = ada
Arteri Perifer)
Interpretasi :
Penurunan kesadaran YA
(+)
STROKE PENDARAHAN
Nyeri kepala (+)
(+)
STROKE PENDARAHAN
Nyeri kepala (-)
(-)
STROKE PENDARAHAN
Nyeri kepala (+)
36
(-)
(-)
STROKE ISKEMIK
Nyeri kepala (-)
2. Pemeriksaan Fisik
a) Status mental
- Orientasi - Abstraksi
- Kosakata - Berhitung
b) Nervus kranialis
37
diletakkan di lubang hidung, kemudian diperintahkan untuk
membedakan bau.
akomodasi.
wajah.
38
Nervus asesorius (N. XI) : dengan memeriksa kekuatan
c) Fungsi motorik
d) Fungsi sensorik
Sensasi raba
Sensasi nyeri
Sensasi getar
Sensasi posisi
Lokalisasi taktil
39
e) Refleks
f) Fungsi serebelum
tremor
keseimbangan.
menyeret kakinya
40
3. Pemeriksaan Penunjang
41
Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan ultrasonografi
d) EKG (Elektrokardiografi)
e) Gula darah
(Bahrudin, 2013).
g) Darah lengkap
h) Faal hemostasis
42
Berkaitan dengan pemberian terapi berupa obat antikoagulan
Diagnosis Banding
a) Stroke pendarahan
b) Tumor otak
c) Abses otak
f) Migrain hemiplegik
Penatalaksanaan
setelah terhentinya aliran darah kesuatu bagian otak. Dengan demikian, untuk
Salah satu tugas terpenting dokter sewaktu menghadapi devisit neurologik akut,
fokal, dan non konvulsif adalah menentukan apakah kausanya perdarahan atau
Terapi darurat untuk kedua tipe stroke tersebut berbeda, karena terapi
Pendekatan pada terapi darurat memiliki tiga tujuan: 1) Mencegah cedera otak
cedera saraf sedapat mungkin; dan 3) Mencegah cedera neurologik lebih lanjut
43
dengan melindungi sel dari daerah penumbra iskemik dari kerusakan lebih lanjut
Stadium Hiperakut
kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2
jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat
Setyopranoto, 2011).
Stadium Akut
penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis
serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi
kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan
keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga
44
1. Letakkan kepala pasien pada posisi 300, kepala dan dada pada satu bidang.
4. Bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan hasil
analisis gas darah jika SpO2 < 95%. Jika perlu, dilakukan intubasi.
penyebabnya.
intermiten).
8. Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik. Jika
slang nasogastrik.
9. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaktu 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari
pertama. Hipoglikemia (kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan
gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai kembali normal dan
10. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan
sesuai gejala.
45
11. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelanpelan selama 3 menit
intravena 0,25 sampai 1 g/ kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena
sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180
mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130 mmHg, dan volume hematoma
bertambah.
13. Bila terdapat gagal jantung, tekanan darah harus segera diturunkan dengan
intrakranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada
46
15. Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada
Setyopranoto, 2011).
1. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik
serta gagal ginjal. Penurunan tekanan darah maksimal adalah 20%, dan
selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam atau sampai hipotensi dapat
diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah sistolik masih < 90
47
mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai tekanan darah
2) Terapi trombolitik
menyumbat aliran darah. Akan tetapi, tidak semua penderita stroke infark
Inklusi Ekslusi
Onset <3 jam Penggunaan obat antikoagulan
dengan ct-scan
Persetujuan keluarga Stroke atau trauma kapitis 3 bulan
belakangan
Operasi besar dalam 14 hari
TDS >185 mmHg atau TDD >110
mmHg
GDS <50 mg/dl atau >400 mg/dl
3) Terapi antikoagulan
Prevensi ditunjukan pada penderita pasca TIA atau pasca stroke iskemik .ang
memiliki resiko tinggi untuk emboli otak berulang yang terbukti bersumber
dari jantung maupun pembuluh darah besar. Obat yang dapat digunakan
48
Obat anti agregasi platelet berfungsi untuk mencegah terjadinya agregasi
5) Neuroprotektan
Stadium Subakut
2. Penatalaksanaan komplikasi
4. Prevensi sekunder
Setyopranoto, 2011).
Pencegahan
49
Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia dalam
Feigin (2011), upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu:
Pencegahan Primer
stroke bagi individu yang belum maupun yang sudah mempunyai faktor risiko.
Pencegahan primer bagi yang belum beresiko dapat dilakukan dengan cara
terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik
perhatian masyarakat. Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan
risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain:
junk food dan beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan
50
gula, serealia dan susu rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara
teratur.
Pencegahan Sekunder
stroke. Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke
agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:
trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra
Pencegahan Tertier
stroke agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi
51
ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari. Pencegahan tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental
dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter,
perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional,
Rehabilitasi Fisik
membantu proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu
dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan,
seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah
terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam
Rehabilitasi Mental
52
terapi mental dengan melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahki
psikologi klinis.
Rehabilitasi Sosial
Prognosis
Prognosis stroke secara umum adalah ad vitam. Tergantung berat stroke dan
komplikasi yang timbul. Sepertiga penderita dengan infark otak akan mengalami
pasien dengan stroke iskemik akan membaik dengan fungsi normal. Prognosis
lebih buruk pada pasien dengan kegagalan jantung kongestif dan penyakit jantung
53
PENUTUP
Kesimpulan
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi
sistem saraf pusat fokal atau global yang berkembang cepat ( dalam detik atau menit).
Gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, berasal dari
gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi.
dikelompokkan menjadi :
3. Stroke in Evolution
Prinsip terapi pada pasien dengan SNH adalah pembukaan pada sumbatan
arteri. Terapi umum yang dapat diberikan adalah head up position, pemberian
54
DAFTAR PUSTAKA
Gilroy J, 2000, Cerebrovascular Disease. In: Gilroy J Basic Neurology, 3rd edition.
New York: McGraw Hill.
55
Hassmann KA, Stroke Ischemic, Available from
st
<http://emedicine.medscape.com/article/793904->, 1 December 2013. Kanyal N,
The science of ischemic stroke: Pathophysiology & Pharmacological Treatment,
Int J Pharm Res Rev. 2015, Vol 4(10): Pp 65-84.
Koton S, Schneider ALC, Rosamond WD, Shahar E, Sang Y, Gottesman RF, et al. Stroke
incidence and mortality trends in US communities, 1987 to 2011. JAMA. 2014;
312(3) : Pp 259-68.
Kulshreshtha A, Anderson LM, Goyal A, Keenan NL. Stroke in South Asia: A Systematic
Review of Epidemiologic Literature From 1980 to 2010. Neuroepidemiology,
2012; 38(3):123-9.
Ramadany AF, Pujarini LA, Candrasari A, Hubungan diabetes melitus dengan kejadian
stroke iskemik Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2010. Biomedika, 2013;
5(2):11-6.
Sudoyo AW, 2006, Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
56