LAPORAN KASUS
A. INDENTITAS PASIEN
Tn. S, umur 30 tahun, jenis kelamin Laki-laki, pendidikan terakhir SMP dan
saat ini sebagai petani, agama islam, suku Jawa, alamat Terusan Nunyai
Lampung Tengah, belum menikah, nomor rekam medis 031XXX, pasien
poliklinik, dilakukan pemeriksaan pada tanggal pemeriksaan 19 Juli 2017
Pukul 12.00 WIB.
a. Keluhan Utama
Pasien ingin bunuh diri dengan menabrakan dirinya ke mobil ± 4 jam SMRS
melintas di depan rumah pasien lalu dicegah oleh warga sekitar. Lalu
langsung dibawa keluarga ke Rumah Sakit Jiwa oleh keluarga pasien.
Selama satu minggu ini pasien sulit tidur, jika pasien tidur sering terbangun
walau hanya mendengar suara-suara pelan saja, seperti suara kucing, suara
langkah kaki berjalan dan motor. Pasien terlihat lebih waspada dan gelisah
jika didekati oleh keluarga. Nafsu makan pasien pun menurun drastis, jika
makan harus dipaksa oleh keluarga baru pasien makan dengan jumlah
sedikit.
disangkal oleh pasien. Menurut keluarga, keluhan seperti ini baru pertama
kali dirasakan pasien. Menurut pasien, sebelum dibawa ke poli RSJ, pasien
hanya pernah memeriksakan kondisi perutnya ke puskemas.
e. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan sampai tamat SMP. Pasien tidak memiliki
masalah dengan guru dan teman-temannya. Pasien tidak pernah tinggal
kelas. Pasien tidak meneruskan pendidikan ke bangku SMA karena
masalah biaya.
5
f. Riwayat Pekerjaan
P asien awalnya mulai bekerja serabutan, mulai dari kuli bangunan, supir
tembak hingga sekarang ikut dengan kakak pasien sebagai petani di
kampungnya. Pasien dikenal tanggung jawab dengan pekerjaanya dan tidak
pernah mempunyai masalah dalam lingkungan pekerjaanya.
g. Riwayat Hukum
Menurut keluarga dan pasien, pasien tidak pernah terkait atau bermasalah
dengan hukum yang berlaku di Indonesia.
h. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.
j. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Sejak lahir hingga
remaja, ia dirawat dan diasuh oleh kedua orang tuanya. Semenjak bekerja
petani ini pasien tinggal dengan kakak ke tiga. Selama ini ia hidup dalam
keluarga yang memiliki ekonomi yang cukup. Pasien memiliki hubungan
yang baik dengan kedua orang tua dan kakak pasien. Keluarga mengatakan
bahwa tidak pernah membeda-bedakan status kedudukan dalam keluarga.
Pada anggota keluarga pasien tidak didapatkan riwayat gangguan jiwa.
6
Keterangan:
: Laki-laki
: Wanita
: Pasien
C. STATUS MENTAL
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Seorang laki-laki sesuai dengan usianya, berperawakan sedang dan badan
berisi, berambut lurus pendek, mengenakan kaos lengan pendek dan
celana panjang perawatan diri baik, kulit sawo matang, kuku bersih.
b. Keadaan Afektif
Mood : depresif
Afek : sempit
Keserasian : Appropriate
c. Pembicaraan
Selama wawancara, pembicaraan pasien mengalami perlambatan, artikulasi
cukup jelas, intonasi baik, volume rendah, kualitas kurang, kuantitas sedikit.
d. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Tidak ditemukan halusinasi pada pasien ini
2. Ilusi
Tidak ditemukan ilusi pada pasien ini.
8
3. Derealisasi
Tidak ditemukan derealisasi pada pasien ini.
4. Depersonalisasi
Tidak ditemukan depersonalisasi pada pasien ini.
e. Proses Berpikir
1. Proses dan Bentuk Fikir
Kurang, pasien menjawab dengan ada jeda bila diajukan pertanyaan.
2. Arus Pikiran
Produktivitas : kurang
Kontinuitas : relevan
Hendaya berbahasa : tidak ditemukan
3. Isi pikiran
Gangguan isi pikir tidak ditemukan
g. Pengendalian Impuls
Pengontrolan impuls pasien kurang baik, selama wawancara pasien kurang
kooperatif.
h. Daya Nilai
9
i. Tilikan
Tilikan derajat 4.
a. Status Internus
Keadaan umum baik. Fungsi pernafasan, kardiovaskular dalam batas
normal. Fungsi Gastrointestinal pasien merasa terganggu dengan maagnya.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi :88x/menit, RR:18 x/menit.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata, hidung, telinga, paru, jantung, abdomen, dan ekstremitas
tidak ditemukan kelainan.
d. Pemeriksaan Laboratorium
19 Juli 2017
HB 15,8 g/dl
Eritrosit 4,8 juta/µl
Leukosit 8.200 103/ µl
Trombosit 310.000 µL
Hitung jenis leukosit
Basofil 0%
10
Eosinofil 0%
Batang 0%
Segmen 72 %
Limfosit 20 %
Monosit 8%
Hematokrit 41 %
SGOT 10 U/L
SGPT 20 U/L
e. Status Neurologis
Sistem sensorik, motorik dan fungsi luhur dalam batas normal.
ingin melamar gadis yang dia sukai namun gadis itu belum memberikan
jawaban. Pasien semenjak itu pun merasakan sakit perut yang tidak kunjung
sembuh hingga dibawa ke puskesmas dan diberikan obat untuk maagnya,
pasien masih merasaka kesakitan luar biasa hingga memukul mukul perutnya.
Selama satu minggu ini nafsu makan pasien sedikit menurun. Menurut kakak
pasien, pasien menjadi sulit tidur dan jika sudah tertidur mudah terbangun
oleh suara pelan. Jika diajak berkomunikasi terkadang pasien menjawab
dengan jawaban tidak jelas.
F. Formulasi Diagnosis
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan afektif yang bermakna serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
pekerjaan dan kehidupan sosial,sehingga dapat disimpulkan bahwa
mengalami gangguan jiwa.
Pada pasien ini tidak didapatkan adanya suatu gangguan persepsi yaitu
halusinasi visual, audiotorik, olfaktorik, gustatorik dan taktil. Selain itu tidak
ditemukan gangguan pada isi pikir pasien perihal waham kebesaran, waham
curiga, delusion of influence dan delusion of control sehingga pasien ini
bukan termasuk penderita gangguan psikoaktif (F2).
Pada anamnesis ditemukan tanda dan gejala dari depresi sesuai dengan
pedoman PPGDJ-III yaitu:
Gejala utama :
1. Afek depresif
2. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktivitas ( sering melamun)
3. Kehilangan minat dan kegembiraan
Gejala lainnya :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri kurang
c. Gagasan rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan yang membahyakan diri sendiri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
Kriteria untuk episode depresif berat telah dipenuhi. Pada pasien juga tidak
ditemukan adanya keluhan somatik seperti jantung berdebar-debar, dada
terasa panas, kaki dan tangan gemetaran, mual dan perut terasa penuh. Pada
pasien juga tidak ditemukan adanya waham atau halusinasi sehingga pada
pasien ini kriteria depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2) dapat
ditegakkan Kriteria untuk gangguan depresi berulang di singkirkan karena
tidak memiliki riwayat depresi sebelumnya. Gangguan afektif bipolar (F31)
juga dapat disingkirkan karena pasien tidak mengeluhkan adanya
perubahan afek yang meninggi atau peningkatan aktivitas sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka pasien ini merupakan penderita
14
G. Evaluasi Multiaksial
H. Daftar Masalah
I. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
J. Rencana Terapi
1. Farmakoterapi
Sentraline 25 mg 1 x 1 tab
Risperidone 1 mg 2 x 1 tab
Triheksilpenidil 2 mg 2 x 1 tab
2. Psikoterapi
Ventilasi
CBT ( Cognitive Behaviour Therapy)
IPT (Interpersonal Therapy)
K. Diskusi
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan afektif yang bermakna serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
16
Depresi digolongkan ke dalam depresi berat, sedang dan ringan sesuai dengan
banyk dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan
seseorang. Secara umum, kriteria depresi berat memiliki pedoman diagnostik
episode depresif berat yaitu:
- Semua 3 gejala utama depresi harus ada;
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat.
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan
- Episode depresih biasanya harus berlangsung sekurang kurangnya 2
minggu, akan tetapi bila gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang
dari 2 minggu
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
17
Berdasarkan PPDGJ III, diagnosis depresi harus memenuhi tiga gejala utama
dan terdapat gejala tambahan, yaitu:
Gejala utama :
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktivitas ( sering melamun)
Gejala lainnya :
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri kurang
3. Gagasan rasa bersalah dan tidak berguna
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5. Gagasan atau perbuatan yang membahyakan diri sendiri atau bunuh diri
6. Tidur terganggu
7. Nafsu makan berkurang
Gejala tersebut diatas harus berlangsung paling sedikit dua minggu, namun
periode dapat menjadi lebih pendek apabila gejala yang ditampilkan luar biasa
18
beratnya dan berlangsung cepat. Tidak diikuti gejala mania dan hipomania
sebelum dan setelahnya. Depresi dikategorikan ringan apaliba memenuhi dua
dari tiga gejala utama, sekurang-kurangnya 2 dari 7 gejala tambahan dan masih
dapat melakukan pekerjaan. Depresi sedang harus memenuhi dua dari 3 gejala
utama, sekurang – kurangnya tiga atau 4 dari 7 gejala tambahan dan kesulitan
nyata dalam melakukan pekerjaan dan kegiatan. Depresi berat harus memenuhi
tiga dari tiga gejala utama, sekurang-kurangnya empat dari gejala tambahan
dan sudah tidak memungkinkan melakukan aktivitas seperti biasa. Hal tersebut
berbeda dengan yang tercantum di ICD 10 (International Classification of
Disease), depresi ringan memenuhi harus dua dari tiga gejala utama, sekurang-
kurangnya empat dari tujuh gejala tambahan dan masih dapat melakukan
pekerjaan. Depresi sedang memenuhi harus dua dari tiga gejala utama,
sekurang-kurangnya enam dari tujuh gejala tambahan dan kesulitan nyata
dalam melakukan pekerjaan dan kegiatan. Depresi berat memenuhi harus tiga
dari tiga gejala utama, sekurang-kurangnya tujuh dari gejala tambahan dan
sudah tidak memungkinkan melakukan aktivitas seperti biasa.
Rencana terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Risperidone tablet 1 mg
sebanyak 2 x 1 tab. Risperidone merupakan obat golongan Antipsikotik.
Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas
tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik
D2. Risperidone berikatan dengan reseptor α1-adrenergik.
Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat
memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan
berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi dibanding
neuroleptik klasik.
merupakan terapi yang memiliki fokus pada hubungan pribadi pasien terhadap
orang lain .
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Pada pasien dengan episode
depresi buruk dapat mengalami perbaikan serta penyembuhan apabila
dukungan dari keluarga sangat postif dan kemauan yang tinggi dari dalam diri
pasien.