Anda di halaman 1dari 20

1

LAPORAN KASUS

A. INDENTITAS PASIEN

Tn. S, umur 30 tahun, jenis kelamin Laki-laki, pendidikan terakhir SMP dan
saat ini sebagai petani, agama islam, suku Jawa, alamat Terusan Nunyai
Lampung Tengah, belum menikah, nomor rekam medis 031XXX, pasien
poliklinik, dilakukan pemeriksaan pada tanggal pemeriksaan 19 Juli 2017
Pukul 12.00 WIB.

B. ANAMNESIS PASIEN (Allo-Autoanamnesa)

Diperoleh dari autoanamnesis pada tanggal 06 Maret 2017 dan alloanamnesis


dari Tn. SO yang merupakan kakak pasien, laki-laki, pendidikan terakhir SD,
pekerjaan petani, alamat Terusan Nunyai Lampung Tengah.

a. Keluhan Utama
Pasien ingin bunuh diri dengan menabrakan dirinya ke mobil ± 4 jam SMRS

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang bersama orang tuanya ke Poliklinik Rumah Sakit Jiwa (RSJ)
pada tanggal 18 Juli 2017. Menurut kakak pasien, pagi sebelum pasien
berobat ke Poli, pasien terlihat ingin menabrakan dirinya ke mobil yang
2

melintas di depan rumah pasien lalu dicegah oleh warga sekitar. Lalu
langsung dibawa keluarga ke Rumah Sakit Jiwa oleh keluarga pasien.

Menurut kakak pasien selama 1 minggu belakangan ini pasien terlihat


murung dan tidak banyak berbicara. Kakak pasien mengatakan bahwa
pasien pernah mengaku menyatakan cinta kepada gadis yang dia sukai dan
mengajak gadis tersebut untuk menikah namun gadis itu tidak memberi
jawaban hingga sekarang, sehingga pasien merasakan bingung dan cemas.
Kakak pasien juga mengatakan pasien terlihat hanya diam termenung,
tatapan kosong, dan sering menangis tanpa sebab yang jelas. Jika diajak
berkomunikasi terkadang pasien menjawab dengan jawaban tidak jelas.

Selama satu minggu ini pasien sulit tidur, jika pasien tidur sering terbangun
walau hanya mendengar suara-suara pelan saja, seperti suara kucing, suara
langkah kaki berjalan dan motor. Pasien terlihat lebih waspada dan gelisah
jika didekati oleh keluarga. Nafsu makan pasien pun menurun drastis, jika
makan harus dipaksa oleh keluarga baru pasien makan dengan jumlah
sedikit.

Pasien merasakan perutnya sakit sekali seperti tertusuk-tusuk, pasien suka


merintih kesakitan dan memukul mukul perutnya. Keluarga pasien
mengatakan bahwa memang pasien memiliki penyakit maag dari remaja,
namun ketika diperiksa dokter puskemas dikatakan hanya penyakit maag
biasa. Namun pasien selalu mengatakan bahwa ia sedang kesakitan. Pasien
pernah mengatakan kepada keluarga ingin mati saja, dengan alasan ingin
membuktikan bahwa ia serius dengan gadis yang ia cintai tersebut.

Pasien tidak memiliki keluhan seperti mendengar suara-suara tanpa sumber


yang jelas, melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat orang lain merasa diikuti
atau merasa curiga terhadap orang-orang disekitarnya atau pun merasa
memiliki kelebihan dari orang-orang disekitarnya. Keluhan sedih berlebihan
atau pun senang yang berlebihan tanpa sebab yang jelas sebelumnya
3

disangkal oleh pasien. Menurut keluarga, keluhan seperti ini baru pertama
kali dirasakan pasien. Menurut pasien, sebelum dibawa ke poli RSJ, pasien
hanya pernah memeriksakan kondisi perutnya ke puskemas.

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya

1. Riwayat Penyakit Psikiatri


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit gangguan jiwa atau keluhan
seperti saat ini sebelumnya.

2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Menurut pasien dan keluarganya, pasien tidak pernah menggunakan zat
psikoaktif, narkotika, maupun zat adiktif. Pasien mengaku merokok, satu
hari pasien menghabiskan satu bungkus rokok dan tidak mengkonsumsi
minuman beralkohol.

3. Riwayat Penyakit Medis Umum


Menurut pasien dan keluarganya, Pasien tidak pernah menderita penyakit
yang memerlukan perawatan atau yang secara fisiologis berhubungan
dengan keadaan pasien saat ini.

d. Riwayat Tumbuh Kembang

1. Periode Prenatal dan Perinatal


Pasien lahir dengan kondisi normal, cukup bulan. Pada saat hamil, ibu
pasien dalam keadaan sehat, ibu tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak
merokok.

2. Periode usia (6-8 tahun)


Pasien mulai masuk sekolah dan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekolahnya yang baru. Kemampuan pasien pada periode ini
sama seperti anak-anak seusianya. Pasien cukup memiliki banyak teman.
4

Pasien dapat bersosialisasi dengan baik dengan anak-anak seusianya dan


tidak pernah memiliki masalah yang berarti dengan temannya.

3. Periode usia (8-10 tahun)


Pasien mempunyai banyak teman, sering menghabiskan waktu bermain
bersama teman-temannya, dan cukup baik dalam bergaul. pasien
termasuk anak yang jarang bercerita banyak hal pada orang tua atau pun
saudaranya.

4. Periode usia (10-12 tahun)


Pasien dapat bersosialisasi dengan baik dengan teman-temannya. Pasien
sudah mulai mempersiapkan diri untuk menempuh pendidikan SMP.

5. Periode Usia Remaja (12-18 tahun)


Pasien merupakan anak yang dapat bergaul baik dengan teman-
temannya. Pasien memiliki teman teman baik dikampung maupun diluar
kampungnya.

6. Periode Usia Dewasa


Pada periode ini, pasien sekarang ikut bekerja dengan kakak pasien
sebagai petani di kampungnya. Pasien merupakan orang yang tanggung
jawab dengan pekerjaannya dan dikenal tidak mempunyai masalah
dengan lingkungan sekitar.

e. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan sampai tamat SMP. Pasien tidak memiliki
masalah dengan guru dan teman-temannya. Pasien tidak pernah tinggal
kelas. Pasien tidak meneruskan pendidikan ke bangku SMA karena
masalah biaya.
5

f. Riwayat Pekerjaan
P asien awalnya mulai bekerja serabutan, mulai dari kuli bangunan, supir
tembak hingga sekarang ikut dengan kakak pasien sebagai petani di
kampungnya. Pasien dikenal tanggung jawab dengan pekerjaanya dan tidak
pernah mempunyai masalah dalam lingkungan pekerjaanya.

g. Riwayat Hukum
Menurut keluarga dan pasien, pasien tidak pernah terkait atau bermasalah
dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

h. Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah.

i. Riwayat Kehidupan Beragama


Pasien pemeluk agama Islam, dan tekun beribadah. Pendidikan agamanya
didapatkan dari keluarga dan lingkungan sekitar. Pasien merupakan orang
yang menjalankan nilai agamanya sesuai keyakinan yang dianut.

j. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Sejak lahir hingga
remaja, ia dirawat dan diasuh oleh kedua orang tuanya. Semenjak bekerja
petani ini pasien tinggal dengan kakak ke tiga. Selama ini ia hidup dalam
keluarga yang memiliki ekonomi yang cukup. Pasien memiliki hubungan
yang baik dengan kedua orang tua dan kakak pasien. Keluarga mengatakan
bahwa tidak pernah membeda-bedakan status kedudukan dalam keluarga.
Pada anggota keluarga pasien tidak didapatkan riwayat gangguan jiwa.
6

Gambar 1. Skema Genogram

Keterangan:

: Laki-laki
: Wanita

: Pasien

k. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga


Pasien berasal dari keluarga yang cukup harmonis. Pemukiman tempat
keluarga pasien tinggal tidak terlalu padat penduduk. Di lingkungan tempat
tinggal pasien, anggota keluarganya cukup sering mengikuti kegiatan sosial.
Keluarga pasien tidak pernah memiliki masalah dengan lingkungan sekitar.
Dari segi ekonomi, keluarga pasien termasuk memiliki tingkat ekonomi
yang cukup.

l. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien saat ini tinggal bersama kakakny karena ikut bekerja sebagai petani
di kampungnya.

m. Mimpi, fantasi dan nilai-nilai


Pasien memiliki penilaian tentang agama, sosial, budaya yang cukup baik.
7

C. STATUS MENTAL

a. Deskripsi Umum

1. Penampilan
Seorang laki-laki sesuai dengan usianya, berperawakan sedang dan badan
berisi, berambut lurus pendek, mengenakan kaos lengan pendek dan
celana panjang perawatan diri baik, kulit sawo matang, kuku bersih.

2. Sikap Terhadap Pemeriksa


Pasien bersikap kurang kooperatif

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Selama wawancara, pasien dalam keadaan gelisah. Pasien tidak betah
duduk lama, selalu memegang bagian perut dan tampak merintih. Kontak
mata dengan pemeriksa kurang. Gerakan involunter tidak ada.

b. Keadaan Afektif
Mood : depresif
Afek : sempit
Keserasian : Appropriate

c. Pembicaraan
Selama wawancara, pembicaraan pasien mengalami perlambatan, artikulasi
cukup jelas, intonasi baik, volume rendah, kualitas kurang, kuantitas sedikit.

d. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi
Tidak ditemukan halusinasi pada pasien ini
2. Ilusi
Tidak ditemukan ilusi pada pasien ini.
8

3. Derealisasi
Tidak ditemukan derealisasi pada pasien ini.
4. Depersonalisasi
Tidak ditemukan depersonalisasi pada pasien ini.

e. Proses Berpikir
1. Proses dan Bentuk Fikir
Kurang, pasien menjawab dengan ada jeda bila diajukan pertanyaan.
2. Arus Pikiran
Produktivitas : kurang
Kontinuitas : relevan
Hendaya berbahasa : tidak ditemukan

3. Isi pikiran
Gangguan isi pikir tidak ditemukan

f. Sensorium dan Kognisi


 Kesadaran: Compos mentis.
 Orientasi tempat baik, orientasi orang baik dan orientasi waktu baik
 Daya ingat: Segera, jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang baik.
 Konsentrasi dan perhatian: kurang
 Kemampuan visuospasial:baik.
 Abstraksi: Abstrak
 Intelegensi: Kesan baik sesuai dengan taraf pendidikan pasien

g. Pengendalian Impuls
Pengontrolan impuls pasien kurang baik, selama wawancara pasien kurang
kooperatif.

h. Daya Nilai
9

 Nilai sosial : baik


 Uji daya nilai : buruk
 Penilaian realitas : buruk

i. Tilikan
Tilikan derajat 4.

j. Taraf Dapat Dipercaya


Kesan dapat sulit dipercaya

D. Pemeriksaan Diagnosis Lebih Lanjut

a. Status Internus
Keadaan umum baik. Fungsi pernafasan, kardiovaskular dalam batas
normal. Fungsi Gastrointestinal pasien merasa terganggu dengan maagnya.

b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi :88x/menit, RR:18 x/menit.

c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan mata, hidung, telinga, paru, jantung, abdomen, dan ekstremitas
tidak ditemukan kelainan.

d. Pemeriksaan Laboratorium
19 Juli 2017
HB 15,8 g/dl
Eritrosit 4,8 juta/µl
Leukosit 8.200 103/ µl
Trombosit 310.000 µL
Hitung jenis leukosit
Basofil 0%
10

Eosinofil 0%
Batang 0%
Segmen 72 %
Limfosit 20 %
Monosit 8%
Hematokrit 41 %
SGOT 10 U/L
SGPT 20 U/L

e. Status Neurologis
Sistem sensorik, motorik dan fungsi luhur dalam batas normal.

E. Ikhtisar Penemuan Bermakna

Pasien Tn. S berumur 30 tahun , beragama islam, suku jawa , tinggal


bersama kakak kandung dan keluarganya, belum menikah, datang ke
poliklinik RSJ bersama dengan kakak dan telah dilakukan auto-alloanamnesa
pada tanggal 19 Maret 2017 pada pukul 12.00 WIB.

Pasien berperawakan sedang dan berpenampilan sesuai dengan usianya,


berpakaian cukup rapi dan perawatan diri baik. Pasien bekerja sehari-hari
sebagai petani. Pasien dibawa dengan keluhan pada ± 6 jam SMRS pasien
terlihat ingin menabrakan dirinya ke mobil didepan rumah pasien. Kakak
pasien mengatakan pasien terlihat hanya diam termenung, tatapan kosong,
dan sering menangis tanpa sebab yang jelas. Jika diajak berkomunikasi
terkadang pasien menjawab dengan jawaban tidak jelas.Keluhan ini dirasakan
satu minggu belakangan ini, pasien pernah bercerita ke kakaknya bahwa ia
11

ingin melamar gadis yang dia sukai namun gadis itu belum memberikan
jawaban. Pasien semenjak itu pun merasakan sakit perut yang tidak kunjung
sembuh hingga dibawa ke puskesmas dan diberikan obat untuk maagnya,
pasien masih merasaka kesakitan luar biasa hingga memukul mukul perutnya.

Selama satu minggu ini nafsu makan pasien sedikit menurun. Menurut kakak
pasien, pasien menjadi sulit tidur dan jika sudah tertidur mudah terbangun
oleh suara pelan. Jika diajak berkomunikasi terkadang pasien menjawab
dengan jawaban tidak jelas.

Saat wawancara, pasien duduk dengan gelisah dengan posisi membungkuk


dan terkadang sambil memegang perut dan merintih kesakitan hingga
memukul mukul perutnya, kontak mata dengan pemeriksa dinilai kurang.
Pembicaraan pasien mengalami perlambatan, artikulasi cukup jelas, intonasi
baik, kualitas kurang, kuantitas sedikit. Pasien bersikap kurang kooperatif
selama wawancara. Pasien memperlihatkan eskpresi wajah yang sedih. Pada
pasien didapatkan daya konsentrasi baik, memori segera, jangka pendek,
menengah dan panjang baik. Orientasi tempat, waktu dan orang baik.

F. Formulasi Diagnosis

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan afektif yang bermakna serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
pekerjaan dan kehidupan sosial,sehingga dapat disimpulkan bahwa
mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan data-data yang didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam
tinggi atau kejang sebelumnya ataupun kelainan organik lainnya yang dapat
menimbulkan disfungsi otak sebelum gangguan jiwa. Oleh karena itu
12

gangguan mental organik (F0) pada pasien dapat disingkirkan. Dari


anamnesis diketahui bahwa pasien tidak mengkonsumsi atau memiliki
riwayat serta riwayat mengkonsumsi alkohol. Berdasarkan hal tersebut,
pasien bukan termasuk penderita gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif atau penggunaan alkohol (F1).

Pada pasien ini tidak didapatkan adanya suatu gangguan persepsi yaitu
halusinasi visual, audiotorik, olfaktorik, gustatorik dan taktil. Selain itu tidak
ditemukan gangguan pada isi pikir pasien perihal waham kebesaran, waham
curiga, delusion of influence dan delusion of control sehingga pasien ini
bukan termasuk penderita gangguan psikoaktif (F2).

Pada anamnesis ditemukan tanda dan gejala dari depresi sesuai dengan
pedoman PPGDJ-III yaitu:
Gejala utama :
1. Afek depresif
2. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktivitas ( sering melamun)
3. Kehilangan minat dan kegembiraan

Gejala lainnya :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri kurang
c. Gagasan rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan yang membahyakan diri sendiri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang

Gejala diatas sudah berlangsung sekitar 1 minggu, dikatakan pada PPDGJ-III


bahwa untuk dikatakan sebagai episode depresi diperlukan masa sekurang –
13

kurangnya 2 minggu, namun periode dapat menjadi lebih pendek apabila


gejala yang ditampilkan luar biasa beratnya dan berlangsung cepat. Pada
pasien ini pasien memenuhi kriteria umum depresi (F32) secara umum dan
memenuhi kriteria depresi berat (F32.2), dimana pedoman diagnostik
episode depresif berat yaitu:
- Semua 3 gejala utama depresi harus ada;
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat.
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan
- Episode depresih biasanya harus berlangsung sekurang kurangnya 2
minggu, akan tetapi bila gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang
dari 2 minggu
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.

Kriteria untuk episode depresif berat telah dipenuhi. Pada pasien juga tidak
ditemukan adanya keluhan somatik seperti jantung berdebar-debar, dada
terasa panas, kaki dan tangan gemetaran, mual dan perut terasa penuh. Pada
pasien juga tidak ditemukan adanya waham atau halusinasi sehingga pada
pasien ini kriteria depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2) dapat
ditegakkan Kriteria untuk gangguan depresi berulang di singkirkan karena
tidak memiliki riwayat depresi sebelumnya. Gangguan afektif bipolar (F31)
juga dapat disingkirkan karena pasien tidak mengeluhkan adanya
perubahan afek yang meninggi atau peningkatan aktivitas sebelumnya.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka pasien ini merupakan penderita
14

gangguan suasana perasaan episode depresif berat (F32.2) sebagai


diagnosis aksis I

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental didapatkan fungsi


kognitif baik, pengetahuan baik, dan pada pasien tidak ditemukan tanda-tanda
gangguan kepribadian sehingga sampai saat ini tidak ada diagnosis aksis II.

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan fisik tidak ditemukan tanda-tanda


kelainan ataupun kondisi medis yang bermakna sehingga tidak ada
diagnosis aksis III.

Berdasarkan anamnesis didapatkan informasi bahwa pasien tidak pernah


mendapatkan tekanan dari keluarga. Keluhan yang dikatakan pasien
didapatkan setelah perempuan yang dikenal oleh pasien tidak memberikan
jawaban atas cintanya. Oleh karena itu, pada aksis IV didapatkan stressor
berupa masalah psikososial.

Penilaian kemampuan penyesuain diri pasien menggunakan GAF. Penilaian


GAF ini didasarkan pada keluhan yang dimiliki pada saat ini, ia tidak
memiliki semangat dalam melakukan sesuatu, bersedih dalam menjalani
aktivitas sehari-hari. Pada aksis V didapatkan current GAF scale 60-51 dan
HLPY (Highest Level Past Year) GAF adalah 90-81.

G. Evaluasi Multiaksial

Aksis I : Episode Depresif Berat(F.32.2)


Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah psikososial
Aksis V : GAF 60 – 51 (saat ini)
HLPY GAF scale 90-81
15

H. Daftar Masalah

 Organobiologik: Tidak ditemukan kelainan


 Psikologik: Pada pasien tidak ditemukan hendaya dalam menilai
realita seperti halusinasi, ilusi dan delusi pada pasien. Pada pasien
didapatkan suasana perasaan sedih disertai rasa putus asa, tidak
bersemangat, dan sulit berkonsentrasi serta sulit tidur.
 Sosiologik: Pada pasien ditemukan adanya hendaya dalam bidang
sosial sehingga pasien membutuhkan psikoedukasi.

I. Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad functionam : Dubia
Quo ad sanationam : Dubia ad malam

J. Rencana Terapi

1. Farmakoterapi
 Sentraline 25 mg 1 x 1 tab
 Risperidone 1 mg 2 x 1 tab
 Triheksilpenidil 2 mg 2 x 1 tab

2. Psikoterapi
 Ventilasi
 CBT ( Cognitive Behaviour Therapy)
 IPT (Interpersonal Therapy)

K. Diskusi

Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan afektif yang bermakna serta
menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
16

pekerjaan dan kehidupan sosial,sehingga dapat disimpulkan bahwa mengalami


gangguan jiwa.

Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien ingin menabrakkan diri ke


mobil, sering melamun, kekurangan minat dalam beraktivtas harian, sulit
berkonsentrasi, menarik diri dari lingkungan, nafsu makan berkurang, mudah
putus asa. Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood depresif, afek
sempit, dan tidak ditemukan gangguan isi pikir serta halusinasi. Semua gejala
tersebut sudah dialami selama kurang lebih 1 minggu. Dari hasil anamnesis dan
pemeriksaan status mental dapat ditegakkan bahwa pasien mengalami
gangguan suasana perasaan episode depresi berat (F32.2).

Depresi digolongkan ke dalam depresi berat, sedang dan ringan sesuai dengan
banyk dan beratnya gejala serta dampaknya terhadap fungsi kehidupan
seseorang. Secara umum, kriteria depresi berat memiliki pedoman diagnostik
episode depresif berat yaitu:
- Semua 3 gejala utama depresi harus ada;
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa
diantaranya harus berintensitas berat.
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk
melaporkan banyak gejalanya secara rinci
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode
depresif berat masih dapat dibenarkan
- Episode depresih biasanya harus berlangsung sekurang kurangnya 2
minggu, akan tetapi bila gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang
dari 2 minggu
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.
17

Depresi ialah suasana perasaan tertekan (depressed mood) yang dapat


merupakan suatu diagnosis penyakit atau sebagai sebuah gejala atau respons
dari kondisi penyakit lain dan stres terhadap lingkungan. Gangguan depresif
merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dengan gejala penyerta termasuk perubahan pola
tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus
asa, tak berdaya dan gagasan bunuh diri. Menurut DSM-V kriteria gejala
gangguan depresi harus terlihat setiap hari agar dapat dipertimbangkan, kecuali
penurunan berat badan dan ide bunuh diri. Sepanjang hari mood depresi dapat
terlihat, dan terlihat hampir setiap hari. Biasanya pasien datang berobat dengan
keluhan utama karena insomnia dan mudah lelah dan kegagalan dalam
penyelidikan lanjutan terhadap gejala depresi sering menjadi kendala dalam
mendiagnosis.

Berdasarkan PPDGJ III, diagnosis depresi harus memenuhi tiga gejala utama
dan terdapat gejala tambahan, yaitu:
Gejala utama :
1. Afek depresif
2. Kehilangan minat dan kegembiraan
3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
dan menurunnya aktivitas ( sering melamun)
Gejala lainnya :
1. Konsentrasi dan perhatian berkurang
2. Harga diri dan kepercayaan diri kurang
3. Gagasan rasa bersalah dan tidak berguna
4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5. Gagasan atau perbuatan yang membahyakan diri sendiri atau bunuh diri
6. Tidur terganggu
7. Nafsu makan berkurang

Gejala tersebut diatas harus berlangsung paling sedikit dua minggu, namun
periode dapat menjadi lebih pendek apabila gejala yang ditampilkan luar biasa
18

beratnya dan berlangsung cepat. Tidak diikuti gejala mania dan hipomania
sebelum dan setelahnya. Depresi dikategorikan ringan apaliba memenuhi dua
dari tiga gejala utama, sekurang-kurangnya 2 dari 7 gejala tambahan dan masih
dapat melakukan pekerjaan. Depresi sedang harus memenuhi dua dari 3 gejala
utama, sekurang – kurangnya tiga atau 4 dari 7 gejala tambahan dan kesulitan
nyata dalam melakukan pekerjaan dan kegiatan. Depresi berat harus memenuhi
tiga dari tiga gejala utama, sekurang-kurangnya empat dari gejala tambahan
dan sudah tidak memungkinkan melakukan aktivitas seperti biasa. Hal tersebut
berbeda dengan yang tercantum di ICD 10 (International Classification of
Disease), depresi ringan memenuhi harus dua dari tiga gejala utama, sekurang-
kurangnya empat dari tujuh gejala tambahan dan masih dapat melakukan
pekerjaan. Depresi sedang memenuhi harus dua dari tiga gejala utama,
sekurang-kurangnya enam dari tujuh gejala tambahan dan kesulitan nyata
dalam melakukan pekerjaan dan kegiatan. Depresi berat memenuhi harus tiga
dari tiga gejala utama, sekurang-kurangnya tujuh dari gejala tambahan dan
sudah tidak memungkinkan melakukan aktivitas seperti biasa.

Seiring dengan memburuknya perkembangan depresi akan membuat individu


kehilangan minat terhadap berbagai hal. Selain itu, terkait dengan aspek
kognitif depresi, individu depresif akan memusatkan perhatian secara selektif
pada kemungkinan-kemungkinan dan aspek-aspek buruk dalam lingkungan
kehidupannya. Hal tersebut akan mendorong individu yang depresif
mengembangkan cara berpikir yang depresif, seperti memandang diri secara
inferior, pesimis terhadap masa depan, merasa bersalah berlebihan dan pola-
pola perilaku yang menghukum. Dalam episode depresi yang berat, distorsi
kognitif ini mengarah pada membayangkan (ideasi) bunuh diri dan bahkan
kadang sampai pada tahap percobaan bunuh diri. Pada penelitian diketahui
bahwa populasi usia 10 sampai 24 tahun rentan untuk melakukan bunuh diri
akibat depresi.

Pada pasien ini faktor yang menyebabkan depresinya kemungkinan adalah


adanya stressor yang didapatkan dari perempuan yang pasien kenal,
19

dikarenakan perempuan tersebut tidak memberikan jawaban atas cintanya.


Stresor tersebut mempengaruhi kehidupan pasien sehari-hari dan menjadikan
pasien mengalami gejala-gejala terkait depresi. Peristiwa kehidupan dan stress
lingkungan, suatu pengamatan klinis yang telah lama bahwa peristiwa
kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama
ganggguan mood daripada episode selanjutnya, hubungan tersebut telah
dilaporkan untuk pasien dengan gangguan depresi berat.

Rencana terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Risperidone tablet 1 mg
sebanyak 2 x 1 tab. Risperidone merupakan obat golongan Antipsikotik.
Risperidone merupakan antagonis monoaminergik selektif dengan afinitas
tinggi terhadap reseptor serotonergik 5-HT2 dan dopaminergik
D2. Risperidone berikatan dengan reseptor α1-adrenergik.
Meskipun risperidone merupakan antagonis D2 kuat, dimana dapat
memperbaiki gejala positif skizofrenia, hal tersebut menyebabkan
berkurangnya depresi aktivitas motorik dan induksi katalepsi dibanding
neuroleptik klasik.

Pemberian obat Lorazepam 2 mg sebanyak 1 x ½ tab pada malam hari. Obat


tersebut merupakan golongan benzodiazepin yang merupakan obat untuk
antianxietas. Obat ini memiliki efek samping sedasi atau rasa mengantuk.
Menurut penelitian, pemberian benzodiazepin yang dikombinasikan dengan
antidepresan dapat membantu perbaikan khususnya bagi penderita yang
mengalami kecemasan dan sulit tidur, namun dalam pemberiannya perlu
diperhatikan mengenai penyalahgunaan obat.

Selain farmakoterapi, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan untuk


meningkatkan perbaikan selama pengobatan gangguan depresi. Cognitive
Behaviour Therapy (CBT) merupakan suatu terapi yang berfungsi untuk
membantu merubah pola pikiran negatif dan kebiasaan pasien yang
berhubungan dengan gangguan depresinya. Interpersonal Therapy (IPT)
20

merupakan terapi yang memiliki fokus pada hubungan pribadi pasien terhadap
orang lain .

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam. Pada pasien dengan episode
depresi buruk dapat mengalami perbaikan serta penyembuhan apabila
dukungan dari keluarga sangat postif dan kemauan yang tinggi dari dalam diri
pasien.

Anda mungkin juga menyukai