Anda di halaman 1dari 37

REFERAT

OTITIS EKSTERNA, FISTULA PREAURIKULA DAN


PERIKONDRITIS

Oleh :
Syafiq Ariza A
1118011129

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA, HIDUNG,


TENGGOROK, BEDAH KEPALA DAN LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT pada akhirnya penulis dapat


menyelesaikan makalah ini dengan judul “Otitis Eksterna, Fistula
Preaurikula, Perikondritis” dalam rangka menyelesaikan tugas
kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit THT di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih


kepada konsulen spesialis THT sebagai dosen pembimbing dalam
pembuatan referat ini yang telah memberikan bantuan, saran,
serta kerjasama sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna


sehingga setiap kritik dan saran untuk pengembangan makalah
ini sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini dan
sebagai bekal penulis di masa yang akan datang. Akhir kata
penulis juga berharap kiranya referat ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi mahasiswa, dan semua pihak yang
membutuhkannya.

Bandar Lampung, 25 April 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis eksterna (OE) adalah suatu peradangan pada liang telinga luar, baik
akut maupun kronis, yang biasanya dihubungkan dengan infeksi sekunder
oleh bakteri dan atau jamur yang menyertai maserasi kulit dan jaringan
subkutan, yang dapat terlokalisir ataupun difus. Otitis eksterna dapat
dibagi menjadi otitis eksterna superfisialis dan otitis eksterna profunda
atau otitis eksterna akut (OEA). Fistula preaurikular merupakan kelainan
herediter yang dominan dan dapat terjadi ketika pembentukan daun telinga
pada masa embrio. Fistula dapat ditemukan di depan tragus, tepi
posterosuperior heliks, dan permukaan lateral crus heliks. Berbentuk bulat
atau lonjong, dengan ukuran seujung pensil. Dari muara fistula sering
keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea. Sedangkan, perikondritis
adalah infeksi perikondrium pada pinna dimana pus terkumpul diantara
kartilago telinga luar dan perikondrium. Hal ini diakibatkanperadangan,
terjadi efusi serum dan pus ke dalam lapisan perikondrium dan tulang
rawan dari telinga luar.1,2

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan laporan ini yaitu:
1. Sebagai pra syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di SMF RSUD
Abdul Moeloek.
2. Menambah ilmu dan wawasan serta membuka pikiran tentang ilmu
kesehatan telinga hidung dan tenggorok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga


Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga luar
terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani; telinga
tengah terdiri dari membrane timpani, tulang-tulang pendengaran (maleus,
inkus, dan stapes), dan tuba eustachius; sedangkan telinga dalam terdiri dari
koklea (rumah siput) dan kanalis semisirkularis.1-2

Gambar 1. Bagian telinga


Gambar 2. Anatomi telinga

2.1.1 Telinga luar


Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membrantimpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.
Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkandua pertiga bagian dalam rangkanya
terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira ±2,5 - 3cm.1-3

Kulit liang telinga


Pada sepertiga bagian luar kulit telinga terdapat banyak kelenjar serumen
danrambut. Kelenjar keringat terdapat pada seluruh liang telinga.Pada
duapertiga bagiandalam hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Kanalis auricularis externus dilapisi oleh kulit yang terikat erat pada
tulang rawan dan tulang yang mendasarinya karena tidak adanya
jaringan subkutan di area tersebut. Dengan demikian daerah ini menjadi
sangat peka.1-3

Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan


lapisan kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa.
Kulit liang telinga merupakan lanjutan kulit daun telinga dan kedalam
meluas menjadi lapisan luarmembran timpani.3

Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulang rawan
daripada bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 – 1
mm, terdiri darilapisan epidermis dengan papillanya, dermis dan
subkutan merekat denganperikondrium.Epidermis dari liang telinga
bagian tulang rawan biasanya terdiri dari 4 lapis yaitu sel basal,
skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.3,4

Lapisan liang telinga bagian tulang mempunyai kulit yang lebih tipis,
tebalnyakira-kira 0,2 mm, tidak mengandung papilla, melekat erat
dengan periosteum tanpalapisan subkutan, berlanjut menjadi lapisan luar
dari membran timpani dan menutupisutura antara tulang timpani.1-4

Otot daun telinga terdiri dari 3 buah otot ekstrinsik dan enam buah
ototintrinsik. Otot ekstrinsik terdiri dari m. aurikularis anterior,
m.aurikularis superior danm.aurikularis posterior. Otot-otot ini
menghubungkan daun telinga dengan tulang tengkorak dan kulit kepala.
Otot-otot ini bersifat rudimenter, tetapi pada beberapa orang tertentu ada
yang masih mempunyai kemampuan untuk menggerakan daun
telinganya keatas dan kebawah dengan menggerakan otot-otot ini. Otot
intrinsik terdiri dari m. helisis mayor, m. helisis minor, m. tragikus, m.
antitragus, m obliqus aurkularis, dan m.transpersus aurikularis. Otot-otot
ini berhubungan bagian-bagian daun telinga.1-4
Gambar 3. Bagian-bagian dari auricula telinga luar

Perdarahan
Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal daricabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh
cabangaurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang
dari arteri auricular posterior mendarahi permukaan posterior telinga.
Banyak dijumpai anastomosisdiantara cabang-cabang dari arteri ini.
Pendarahan kebagian lebih dalam dari liang telinga luar dan permukaan
luar membrana timpani adalah oleh cabang aurikular dalam arteri
maksilaris interna vena telinga bagian anterior, posterior dan bagian
dalam umumnya bermuara kevena jugularis eksterna dan vena mastoid.
Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir kedalam vena temporalis
superficial dan vena aurikularis posterior.1-4

Sistem limfatik
Kelenjar limfa regio tragus dan bagian anterior dari auricula mengalir ke
kelenjar parotid, sementara bagian posterior auricular mengalir ke
kelenjar retroauricular. Regio lobulus mengalir kelenjar cervicalis
superior.3-5

Persarafan
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-
saraf kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian
ketiga saraf trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral
permukaan telinga, dindinganterior dan superior liang telinga dan
segmen depan membrana timpani.Permukaan posteromedial daun telinga
dan lobulus dipersarafin oleh pleksus servikal nervus aurikularis mayor.
Cabang aurikularis dari nervus fasialis (N.VII), nervus glossofaringeus
(N.IX) dan nervus vagus (N.X) menyebar kedaerah konka dan cabang-
cabang saraf inimenyarafi dinding posterior dan inferior liang telinga
dan segmen posterior daninferior membrana timpani.1-5

2.1.2 Telinga Tengah2,3,4


Telinga tengah merupakan bangunan berbentuk kubus yang terdiri dari:
a. Membran timpani; yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna
kelabu mutiara. Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga.Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas
disebut pars flaccida (membrane Sharpnell) dimana lapisan luarnya
merupakan lanjutan epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan
dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan pars tensa merupakan
bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.
b. Tulang pendengaran; yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes.
Tulang pendengaran ini dalam telinga tengah saling berhubungan.
c. Tuba eustachius; yang menghubungkan rongga telinga tengah
dengan nasofaring.
Gambar 3. Bagian-bagian dari telinga tengah

2.1.3 Telinga Dalam

Gambar 4. Anatomi telinga dalam

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengahlingkaran dan
vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung
atau puncak koklea disebut helikotrema, yang berfungsi menghubungkan
perilimfa skala timpani denganskala vestibule. 1,2,5
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap
danmembentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea tampak skalavestibule sebelah atas, skala timpani sebelah bawah
dan skala media (ductuskoklearis) diantaranya. Skala vestibule dan skala
timpani berisi perilimfa sedangkanskala media berisi endolimfa. Dasar
skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli (ReissnerMembrane)
sedangkan skala media adalah membran basalis. Pada membran
initerletak organ corti yang mengandung organel-organel penting untuk
mekanismesaraf perifer pendengaran. Pada skala media terdapat bagian
yang berbentuk lidah yang disebut membrane tektoria, dan pada
membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambutdalam, sel
rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.3-5

2.2 Fisiologi
Proses pendengaran diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplikasikan
melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas
membran timpani dan daya tingkap lonjong. Energi getar yang diamplikasi ini
akan diteruskan ke stapes yang akan menggetarkan tingkap lonjong sehigga
perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran ini diteruskan melalui
membrane Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan
gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini proses
ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan terjadinya defleksi
stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion
bermuatan lisrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi
sel rambut, sehingga neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus
auditoris sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.2,4,5

2.3 Otitis Eksterna


2.3. 1 Definisi
Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Penyakit ini sering
dijumpai pada daerah – daerah yang panas dan lembab. Faktor yang
mempermudah radang telinga luar ialah perubahan pH di liang telinga,
yang biasanya normal atau asam. Bila pH menjadi basa, proteksi
terhadap infeksi menurun. Pada keadaan udara yang hangat dan
lembab, kuman dan jamur mudah tumbuh. Predisposisi otitis eksterna
yang lain adalah trauma ringan ketika mengorek telinga2.

Gambar 5. Otitis eksterna

2.3. 2 Etiologi
Otitis eksterna sirkumskripta biasanya disebabkan oleh kuman
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Sedangkan pada
otitis eksterna difus biasanya disebabkan oleh kuman golongan
Pseudomonas. Kuman lainnya seperti Staphylococcus albus,
Escherichia colli, dan sebagainya juga dapat menjadi penyebab otitis
eksterna difus. Otitis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada
otitis media supuratif kronis.2

Otomikosis paling sering disebabkan oleh Pityrosporum,Aspergillus,


kadang – kadang ditemukan juga Candida albicans atau jamur lain.
Pityrosporum menyebabkan terbentuknya sisik yang menyerupai
ketombe dan merupakan predisposisi otitis eksterna bakterialis. Pada
herpes zoster otikus penyebabnya adalah virus varicella zoster. Virus
ini menyerang satu atau lebih dermatom saraf kranial, dapat mengenai
saraf trigeminus, ganglion genikulatum, dan radiks servikalis bagian
atas, yang disebut juga sindroma Ramsay Hunt.5

Swimmer’s ear (otitis eksterna) sering dijumpai, didapati 4dari 1000


orang,kebanyakan pada usia remaja dan dewasa muda. Dijumpai
riwayat paparan terhadap air, trama mekanik, dan benda asing dalam
liang telinga. Bentuk yang paling umum adalah bentuk boil
(furunkulosis) salah satu darisatu kelenjar sebasea 1/3liang telinga
luar. Pada otitis eksterna difusa, prosespatologis membatasi kulit
sebagian kartilago dari otitis liang telinga luar,konka dauntelinga
penyebabnya idiopatik, trauma, iritan, bakteri atau fungal, alergi
danlingkungan.Kebanyakan disebabkan alergi pemakaian topikal obat
tetestelinga.Alergenyang paling sering adalah antibiotik, seperti
neomycin,framycetyn, gentamicin, polimixin, anti bakteri (clioquinol)
dananti histamin.Sensitifitas poten lainnya adalah metal dan
khususnya nikel yangsering muncul pada kertas dan klip rambut yang
mungkin digunakan untukmengorek telinga. Infeksi merupakan
penyakit yang paling umum dari liang telinga luar sepertiotitis
eksterna difusa akut pada lingkungan yang lembab.1,2,5,6

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna,


yaitu:1,2,4
a. Derajat keasaman (pH)
pH pada liang telinga biasanya normal atau asam, pH asam
berfungsi sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH
menjadi basa (di atas 6.0) akan mempermudah terjadinyaotitis
eksterna yang disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi
menurun.
b. Udara
Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan
jamur mudah tumbuh.
c. Trauma
Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda
tumpul seperti cotton bud merupakan faktor predisposisi
terjadinya otitis eksterna.
d. Berenang
Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang
menyebabkan maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi
yang sering dari bakteri

Otitis eksterna kronik dapat disebabkan :


 Pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak adekuat.
 Trauma berulang.
 Benda asing, alat bantu dengar (hearing aid), penggunaan cetakan
(mould) pada hearing aid.4

2.3. 3 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan dibersihkan
dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga. Cotton bud
(pembersih kapas telinga) dapat mengganggu mekanisme pembersihan
tersebut sehingga sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar
gendang telinga. Masalah ini juga diperberat oleh adanya susunan
anatomis berupa lekukan pada liang telinga. Keadaan diatas dapat
menimbulkan timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika
mandi atau berenang. Kulit yang basah, lembab, hangat, dan gelap pada
liang telinga merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan bakteri dan
jamur.1,7,8

Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan


berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan bakteri masuk
melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa gatal memicu
terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi pembengkakan dan
akhirnya menimbulkan rasa nyeri.Proses infeksi menyebabkan
peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa nyaman dalam
telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan cairan/nanah yang
bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus akustikus eksterna) sehingga
hantaran suara akan terhalang dan terjadilah penurunan pendengaran.
Infeksi pada liang telinga luar dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan
tulang temporal.4

Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:


a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium bukan
bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera atau trauma.
Selain itu, edema dermis akan menekan serabut saraf yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar bersambung
dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga gerakan sedikit
saja pada daun telinga akan dihantarkan ke kulit dan tulang rawan
liang telinga luar sehingga mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada
penderita otitis eksterna.1

2.3. 4 Klasifikasi otitis eksterna


Otitis eksterna diklasifikasikan atas :1,2
1) Otitis eksterna akut :
a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)
b. Otitis eksterna difus
2) Otitis eksterna kronik/maligna

Otitis Eksterna Sirkumskripta (furunkel/bisul)

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di


liang telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan
furunkel di liang telinga di 1/3 luar. Bakteri penyebab biasanya
Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. 1,2,7,8
Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit/nyeri yang
hebat tetapi tidak sesuai dengan besar bisul (biasanya dari ringan sampai
berat, dapat sangat mengganggu karena kulit liang telinga tidak
mengandung jaringan ikat longgar di bawahnya, sehingga rasa nyeri
timbul pada penekanan perikondrium dan rasa nyeri dapat timbul spontan
saat membuka mulut). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel
menutup liang telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan.
Terdapat tanda infiltrat atau abses pada 1/3 luar liang telinga.2,7,8

Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta bergantung pada keadaan


furunkel. Bila sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk
mengeluarkan pusnya. Local diberikan antibiotic dalam bentuk salep
seperti polymixin B atau bacitracin atau antiseptic (asam asetat 2-5%
dalam alcohol) kalau dinding furunkel tebal, dilakukan insisi, kemudian
dipasang salir (drain) untuk mengalirkan pusnya. Biasanya tidak perlu
antibiotic sistemik, hanya diberikan obat simtomatik seperti analgetik dan
obat penenang.2,7

Otitis Eksterna Difus


Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang)
atautelingacuaca panas(hot weather ear)adalah infeksi pada 2/3 dalam
liang telinga akibat infeksi bakteri yangmenyebabkan pembengkakan
stratum korneum kulit sehingga menyumbat saluran folikel. 1,2,4,5Umumnya
bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab lainnya yaitu
Staphylococcus albus, Escheria coli dan sebagainya. Kulit liang telinga
terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat
furunkel (bisul).Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat
sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan,
terdapat secret yang berbau. Kadang–kadang kita temukan sekret yang
berbau namun tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang
berasal dari kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media.1,2,8
Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan membersihkan liang telinga,
memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya
terdapat kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang.
Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.1,2,6,7

Otitis Eksterna Kronik/Malignan


Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan
ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks
menyebabkan liang telinga menyempit.5 Otitis eksterna malignan adalah
infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain disekitarnya. Biasanya
terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes mellitus. Pada penderita
diabetes mellitus PH serumennya lebih tinggi dibandingkan PH serumen
non diabetes. Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih mudah
mengalami otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan
mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna malignan.1

Pada otitis eksterna malignan peradangan meluas secara progresif


kelapisan subkutis, tulang rawan dan tulang disekitarnya. Sehingga dapat
timbul kondroitis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang
temporal.1

Gejalanya adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh
nyeri, secret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian
rasa nyeri tersebut semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan
granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf facial dapat terkena, sehingga
menimbulkan paresis atau paralisis fasial.1,2

Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang


disebabkan kuman Pseudomonas aeroginosa. Penebalan endotel yang
mengiringi diabetes mellitus berat, kadar gula darah yang tinggi yang
diakibatkan oleh infeksi yang sedang aktif, menimbulkan kesulitan
pengobatan yang adekuat. Penatalaksanaan ini harus cepat sesuai dengan
hasil kultur dan resistensi karena kuman penyebab tersering adalah
Pseudomonas aeroginosa, diberikan antibiotic dosis tinggi sesuai
Pseudomonas.1,2

2.3. 5 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis dari otitis eksterna dapat diperoleh dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada Anamnesis pasien mungkin
melaporkan gejala seperti otalgia, rasa penuh ditelinga, gatal, sekret,
awalnya debit mungkin tidak jelas dan tidak berbau tetapi dengan cepat
menjadi bernanah dan berbau busuk, penurunan pendengaran, tinnitus,
demam namun jarang, gejala bilateral namun jarang. Rasa sakit di dalam
telinga atau otalgia bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga
rasa sakit yang hebat serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering
merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala
mengelirukan. 3,4

Otitis eksterna akut didiagnosis secara klinis berdasarkan tanda-tanda dan


gejala radang liang telinga. Gambaran bervariasi mulai dari rasa nyeri
yang ringan, gatal-gatal, dan edema minimal sampai rasa nyeri yang hebat,
obstruksi lengkap liang telinga, serta deformitaspinna dan kulit liang
telinga. Nyeri merupakan gejala utama yang berhubungan dengan tingkat
keparahan penyakit.13 Demam mungkin ada, tetapi jika suhu melebihi
101°F (38,3°C) menunjukkan adanya perluasan radang hingga ke luar
liang telinga.

Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada telinga, terutama bila daun
telinga disentuh dan waktu mengunyah. Namun pada pasien dengan
otomikosis biasanya datang dengan keluhan rasa gatal yang hebat dan rasa
penuh pada liang telinga. Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari
yang hanya berupa rasa tidak enak sedikit, perasaan penuh di dalam
telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat, serta
berdenyut. Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada
tahap awal dari otitis eksterna difus dan sering mendahului terjadinya rasa
sakit dan nyeri tekan daun telinga. Kurang pendengaran mungkin terjadi
pada otitis eksterna disebabkan edema kulit liang telinga, sekret yang
serous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna
yang lama sehingga sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan
timbulnya tuli konduktif.7

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada tragus, nyeri tarik
daun telinga, kelenjar getah bening regional dapat membesar dan nyeri.
Pada pemeriksaan liang telinga dapat terlihat furunkel atau bisul serta
liang telinga sempit pada otitis eksterna sirkumskripta, sedangkan pada
otitis eksterna difus liang telinga sempit, kulit liang telinga terlihat
hiperemis dan edema yang batasnya tidak jelas serta sekret yang sedikit.
Pada otomikosis dapat terlihat jamur seperti serabut kapas dengan warna
yang bervariasi (putih kekuningan). Pada herpes zoster otikus akan tampak
lesi kulit vesikuler di sekitar liang telinga. Pada pemeriksaan penala
kadang didapatkan tuli konduktif.8
Tabel. Diagnosis Otitis Eksterna

Gejala muncul 48 jam dalam 3 minggu terakhir

dan

Gejala peradangan liang telinga:

nyeri telinga, gatal, rasa penuh

dengan atau tanpa hilangnya pendengaran atau nyeri rahang

dan

Tanda peradangan liang telinga: nyeri tekan tragus/pinna atau edema/hiperemis liang
telinga

dengan atau tanpa otorea, membran timpani hiperemis, selulitis pada pinna,

atau limfadenitis lokal


Sumber: Schaefer P. Acute Otitis Externa:An Update. American Family Phsycian.
Vol.86, No 11. 2012

Pemeriksaan fisik juga perlu dilakukan. Biasanya temuan pemeriksaan


fisik dapat mencakup sebagai berikut: Nyeri tekan tragus, eritematosa dan
edema saluran auditori eksternal, discharge purulen, eczema dari daun
telinga, adenopati periauricular dan servikal, demam namun jarang. Pada
kasus yang berat, infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak sekitarnya,
termasuk kelenjar parotis.6,7,8

2.3. 6 Penatalaksanaan
Penanganan atau terapi utama dari otitis eksterna melibatkan manajemen
rasa sakit, pembuangan debris dari kanalis auditorius eksternal,
penggunaan obat topikal untuk mengontrol edema dan infeksi, dan
menghindari faktor pencetus. Penatalaksanaan komprehensif dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan hati –
hati.
2. Selama pengobatan sebaiknya pasien tidak berenang dan tidak
mengorek telinga.
3. Farmakologi:5
a. Topikal
Otitis eksterna sirkumskripta pada stadium infiltrat diberikan
salep ikhtiol atau antibiotik dalam bentuk salep seperti
polymixin B atau basitrasin.
Pada otitis eksterna difus, pengobatannya ialah dengan
memasukkan tampon yang mengandung antibiotika ke liang
telinga supaya terdapat kontak yang baik antara obat dengan
kulit yang meradang. Pilihan antibiotika yang dipakai adalah
campuran polimiksin B, neomisin, hidrokortison, dan anestesi
topikal.
Pada otomikosis dilakukan pembersihkan liang telinga dari
plak jamur dilanjutkan dengan mencuci liang telinga dengan
larutan asam asetat 2 – 5% dalam alkohol 70% setiap hari
selama 2 minggu. Irigasi ringan ini harus diikuti dengan
pengeringan. Tetes telinga siap beli dapat digunakan seperti
asetat-nonakueous 2% dan m-kresilasetat.
b. Oral sistemik
Antibiotik sistemik diberikan dengan pertimbangan infeksi
yang cukup berat. Analgetik paracetamol atau ibuprofen dapat
diberikan. Pengobatan herpes zoster otikus sesuai dengan
tatalaksana herpes zoster.
c. Bila otitis eksterna sudah menjadi abses, diaspirasi secara steril
untuk mengeluarkan nanahnya.
Pada infeksi kronis liang telinga, diperlukan operasi rekontruksi
liang telinga..5

Pada otitis eksterna maligna pengobatan harus cepat diberikan.


Sesuai dengan hasil kultur dan resistensi. Mengingat kuman
penyebab tersering Pseudomonas aerugenosa, diberikan antibiotika
dosis tinggi yang sesuai dengan Pseudomonas aeruginosa.
Sementara menunggu hasil kultur dan resistensi, diberikan
golongan fluoroquinolon (ciprofloxacin) dosis tinggi per oral. Pada
keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral
kombinasi dengan antibiotika golongan aminoglikosida yang
diberikan selama 6 – 8 minggu. Antibiotika yang sering digunakan
adalah ciprofloxacin, ticarcillin – clavulanat, piperacillin
(dikombinasi dengan aminoglikosida), ceftriaxone, ceftazidine,
cefepime (maxipime), tobramicin (kombinasi dengan
aminoglikosida), gentamicin (kombinasi dengan golongan
penicilin). Disamping obat – obatan, seringkali diperlukan juga
tindakan membersihkan luka (debrideman) secara radikal.
Tindakan debrideman yang kurang bersih akan dapat menyebabkan
makin cepatnya penjalaran penyakit.5

Otitis Eksterna Akut


a. Membersihkan saluran telinga
Otitis eksterna akut dapat dikaitkan dengan kelebihan kotoran dalam saluran
telinga. Pedoman konsensus yang diterbitkan oleh American Academy of
Otolaryngology merekomendasikan benda asing dalam kanaldapat
dibersihkan dan untuk mencapai hasil optimal dibantu dengan antibiotic
topikal Namun setelah diteliti, tidak ada uji coba terkontrol secara acak
yang dapat membuktikan efektifitasnya pada kebersihan telinga, ini tidak
biasanya dilakukan pada kebanyakan pengaturan perawatan primer.
Pengobatan topical mengandalkan kontak langsung dengan dengan kulit
yang terinfeksi pada saluran telinga maka menjaga kebersihan telinga
sangatlah penting apalagi ketika volume atau ketebalan kotoran di liang
telinga sangat banyak. Pedoman merekomendasikan menjaga kebersihan
telinga dengan bilas sedot (lavage suction ) atau dengan cara membersihkan
dengan cara mengeringkan dibawah otoskop atau visualisasi mikroskopis
untuk menghilangkan materi yang menghalangi dan untuk memverifikasi
keutuhan membran timpani . bilas telinga sebauknyadigunakan hanya jika
membran timpani diketahui utuh, dan tidak boleh dilakukan pada pasien
dengan diabetes karena memiliki resiko yang berpotensi menyebabkan
otitis ganas externa.8
b. Obat topikal
Antibiotika topikal dengan atau tanpa kortikosteroid merupakan pengobatan
andalan untuk otitis eksterna akut tanpa komplikasi. Antibiotika topikal
sangat efektif apabila dikombinasikan dengan plasebo, hal ini ditunjukkan
dari peningkatan tingkat angka kesembuhan klinis sekitar 46% Antibiotika
topikal terdapat dalam berbagai sediaan dan kombinasi; tinjauan sistematis
terkini termasuk 26 intervensi topikal yang berbeda.Pada beberapa studi,
sediaan untuk mata juga digunakan dalam pengobatan otitis eksterna.
Sediaan untuk mata lebih bisa ditolerasi daripada sediaan untuk telinga,
mungkin karena perbedaan kadar pH di antara dua sediaan tersebut, juga
dapat membantu memfasilitasi pemenuhan rekomendasi pengobatan.
Antibiotika yang umum dipelajari meliputi golongan aminoglikosida,
Polymyxin B, kuinolon dan asam asetat. Tidak ada bukti yang menunjukkan
bahwa sediaan satu lebih efektif daripada yang lainnya. Terdapat bukti yang
mengatakan bahwa dengan menggunakan asam asetat tunggal diperlukan
waktu tambahan selama dua hari untuk mengurangi gejala dan digabung
dengan golongan yang lainnya, namun pengobatan menjadi tidak efektif jika
digunakan dalam waktu lebih dari tujuh hari.15 Pedoman yang digunakan
saat ini memaparkan tentang risiko efek samping, tingkat kepatuhan, biaya,
pilihan pasien, dan pengalaman ahli medis.Beberapa komponen yang
ditemukan pada preparat mata dapat mengakibatkan dermatitis.
Hipersensitifitas terhadap aminoglikosida, neomisin, dapat terjadi dalam
15% populasi dan sudah teridentifikasi sebanyak 30% pada pasien yang
mengalami otitis eksterna kronis atau otitis eksterna
eksematous.Penambahan terapi topikal kortikosteroid lebih cepat dalam
menangani gejala seperti nyeri, edema liang telinga dan hiperemis.8

c. Antibiotik oral
Antibiotik sistemik meningkatkan risiko efek samping, generasi organisme
yang resisten, dan kekambuhan. Antibiotik juga dapat meningkatkan waktu
penyembuhan secara klinis dan hasilnya tidak mempengaruhi hasil
dibandingkan dengan pemberian obat topical tanpa antibiotic pada otitis
eksterna tanpa komplikasi. Antibitotik sitemik sebaiknya digunakan hanya
ketika infeksi telah menyebar di luar saluran telinga atau ketika ada diabetes
yang tidak terkontrol, gangguan imun, riwayat radioterapi lokal, atau
ketidakmampuan untuk berespon terhadap antibiotik topical.8

Persiapan pengobatan antibiotik topikal tanpa kultur adalah pendekatan


pengobatan yang cukup beralasan untuk pasien yang memiliki gejala ringan
dari otitis eksterna. Jika membran timpani masih utuh dan tidak ada
kekhawatiran dari hipersensitivitas terhadap aminoglikosida, sebuah
neomycin / polimiksin B / hidrokortison persiapan antibiotic akan menjadi
terapi lini pertama karena efektivitasnya dan biaya rendah. Ofloxacin dan
ciprofloxacin / deksametason (Ciprodex) telah disetujui untuk digunakan
pada telinga tengah dan sebaiknya digunakan bila membran timpani tidak
utuh atau statusnya tidak dapat ditentukan secara visual. Ini juga dapat
berguna jika pasien hipersensitif terhadap neomisin, atau jika pasien tidak
patuh terhadap pengobatan karena frekuensi dosis adalah sebuah
permasalahan. Ketika gejala mulai muncul penggunaan pengobatan yang
mengandung kortikosteroid dianjurkan untuk mempercepat penyembuhan.
Pasien harus diajarkan dengan benar menjalankan pengobatan dengan
antibiotik. Pasien sebaiknya berbaring dan dibantu oleh seseorang dengan
sisi yang akan diobati menghadap ke atas, dengan seiring berjalannya
persiapan sisi saluran telinga terasa penuh dan pinna bergerak lembut untuk
menghilangkan kantong udara. Pasien harus tetap dalam posisi ini selama
tiga sampai lima menit, setelah sal uran tidak terasa tersumbat, lagi
melainkan sebelah kiri dibiarkan terbuka untuk pengeringan. Akan lebih
baik apabila pasien dibantu oleh seseorang yang membantu memberikan
tetes telinga karena 40 persen dari pasien yang meneteskan tanpa dibantu
hasilnya kurang akurat. Pasien harus diinstruksikan untuk meminimlaisir
trauma pada telinga dan menghindari paparan air, termasuk menghindari
diri dari olahraga air selama seminggu atau, minimal, menghindari aktifitas
menyelam.8

d. Analgesia
Nyeri adalah gejala umum dari otitis eksterna akut, dan dapat dilemahkan. 12
Analgesik oral adalah pengobatan pilihan utama. Lini pertama steroid
melingkupi obat non steroid anti inflamasi (NSAID). Ketika pengobatan
dalam dosis biasadigunakan dalam mengurangi nyeri, pengobatan sebaiknya
diberikan sesuai dengan jadwal daripadi berdasarkan kebutuhan. Kombinasi
pill opioid mungkin digunakan apabila gejala berat mulai timbul. Persiapan
otic benzocaine mungkin dapat menurunkan keefektifan dari otic antibiotic
tetes oleh karena pembatasan kontak antara tetesan dan salura telinga.
Kekurangan pada yang di publikasi didukung oleh kefektifan persiapan
topical benzocaine untuk otitis eksterna sebagai pembatasan peran
pengobatan tersebut.8
Otitis eksterna kronis

Pengobatan otitis eksterna kronis tergantung pada penyebab pokok penyakit


ini. Karena sebagian besar kasus disebabkan oleh alergi atau kondisi
dermatologi inflamasi, pengobatannya meliputi penghapusan yang
menggunakan alat dan penggunaan kortikosteroid topikal atau sistemik.
Otorrhea kronis atau intermiten lebih dari beberapa minggu hingga bulan,
terutama dengan membran timpani yang terbuka, menunjukkan adanya otitis
media supuratif kronis. Upaya pengobatan awal adalah sama dengan yang
untuk otitis media akut. Dengan kontrol dari gejala otitis eksterna, perhatian
bisa beralih ke pihak manajemen pengobatan otitis media supuratif kronis.8

2.4 Fistula Preaurikula


2.4.1 Definisi
Fistula preaurikular merupakan kelainan herediter yang dominan.
Fistula dapat ditemukan di depan tragus. Berbentuk bulat atau lonjong,
dengan ukuran seujung pensil. Dari muara fistula sering keluar sekret
yang berasal dari kelenjar sebasea.1,2,9

2.4.2 Etiologi
Fistula preaurikular merupakan kelainan anomali telinga luar yang
penyebabnya tidak diketahui. Hipotesa yang paling bisa diterima adalah
autosomal dominan yang diturunkan atau bawaan. Fistula preaurikular
ini terbentuk akibat gangguan penyatuan dan penutupan arkus brakialis
pertama dan kedua dari hillocks of His. Pada usia janin 4 minggu arkus
brakialis tampak di permukaan janin. Setelah minggu ke enam hyoid
dan arkus mandibular menyatu dan melintas di bawah kedudukan
kanalis aurikularis eksterna, lalu kemudian menutup. Daerah penyatuan
terletak di leher pada region sub mandibular. Gangguan penutupan
celah tersebut menyebabkan fistula preaurikular kongenital, sehingga
pada umumnya muara fistula terletak pada crus helicis, sebagian yang
lain meluas dari pinggir bawah heliks ke sudut mulut. Fistula ini juga
bisa terbuka ke atas pada lantai meatus akustikus eksternus dan di
bagian pinggir depan bawah dari otot sternokleidomastoideus pada
daerah belakang sudut rahang bawah.1,2,9

Fistula ini sering menjadi infeksi dan bakteri yang menyebabkan infeksi
ini adalah Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus
(31%), Streptococcus viridians (15%), Peptococcus species (15%), dan
Proteus species (8%).9

2.4.3 Epidemiologi
Dalam sebuah studi, insidensi fistula preaurikular di Amerika Serikat
sekitar 0-0.9% dan insidensinya di kota New York sekitar 0.23%. Di
Taiwan, insidensinya sekitar1.6-2.5%; di Skotlandia sekitar 0.06% dan
di Hungaria sekitar 0.47%. Di beberapabagian Asia dan Afrika,
insidensinya sekitar 4-10%.Insidensi fistula preaurikular pada orang
kulit putih adalah 0.0-0.6% andinsidensinya pada ras Amerika, Afrika
dan Asia adalah 1-10%. Baik laki-laki maupunperempuan memiliki
kemungkinan yang sama untuk menderita kelainan ini.
Fistulapreaurikular muncul pada masa antenatal dan terlihat pada saat
lahir.1,9

2.4.4 Patofisiologi
Selama embriogenesis, daun teliga (aurikula) muncul dari arkus brakial
1dan 2 pada minggu keenam kehamilan. Arkus brakial adalah struktur
mesoderm yangdibungkus oleh ektoderm dan mengelilingi endoderm.
Arkus-arkus ini terpisah satudengan lainnya oleh celah brakial
ektoderm kearah luar dan oleh kantong faringealendoderm kearah
dalam. Arkus brakial 1 dan 2 brakial masing-masing membetuk
3tonjolan (hillocks); struktur ini disebuthillocks of His. Tiga hillocks
muncul dari tepibawah arkus brakial 1 dan 3 lagi dari batas atas arkus
brakial kedua.Hillocks iniseharusnya bergabung selama beberapa
minggu kemudian pada masa embriogenesis.Fistula preaurikular terjadi
sebagai akibat dari kegagalan penggabungan tonjolan-tonjolan ini.1,2,9
Gambar 6.Perubahan dalam perkembangan telinga pada masa
embriogenik

Fistula preaurikular biasanya sempit, panjangnya bervariasi


(biasanyapendek) dan salurannya biasanya kecil. Fistula preaurikular
biasanya ditemukan padalateral, superior dan posterior dari nervus
fasialis dan kelenjar parotis. Pada hampirsemua kasus, salurannya
terhubung ke perikondrium dari kartilago daun telinga. Salurannya
dapat mengarah ke kelenjar parotis.9

2.4.4 Manifestasi Klinik


Fistula preaurikula ini berupa lubang kecil yang berdekatan dengan telinga
luar, biasanya terletak pada margin anterior dari limb heliks asenden.
Kelainan ini biasanya asimptomatik. Penderita dengan fistula preaurikular
kongenital pada umumnya datang ke dokter setelah terjadi obstruksi dan
infeksi fistel ini baik infeksi yang pertama ataupun infeksi yang berulang
dengan keluhan-keluhan rasa sakit dan bengkak di depan telinga serta
demam. Penyebab infeksi tersering adalah manipulasi penderita terhadap
muara fistula karena timbulnya rasa gatal atau keluarnya sekret. Sekret
yang tidak dapat dikeluarkan juga merupakan media yang baik untuk
perkembangan bakteri sehingga akan timbul suatu infeksi dan selanjutnya
menjadi abses. Dapat pula terjadi pioderma atau selulitis fasial.1,2,9

Gambar 7.Fistula Preaurikular9


2.4.5 Diagnosis
Anamnesis
Kebanyakan orang dengan kelainan ini biasanya asimptomatik. Hanya
sepertiga orang menyadari adanya kelainan ini. Biasanya pasien datang
karena terdapat obstruksi atau infeksi fistula, sehingga terjadi pioderma
atau selulitis fasial infeksi akut diatasi dengan pemberian antibiotik dan
bila sudah terbentuk abses dilakukan insisi untuk drainase abses.1,2,9
Pemeriksaan Fisik
Fistula preaurikular biasanya muncul sebagai sebuah celah kecil dekat tepi
anterior heliks bagian ascending. Jika fistula ini mengalami infeksi yang
aktif dapat ditemukan adanya tanda-tanda radang yang biasanya disertai
pengeluaran sekret, dan dapat meninggalkan gejala sisa berupa jaringan
parut (scarring). Pada pemeriksaan fisik dapat pula ditemukan fistula
branchiogenik dan atau penurunan pendengaran.Choi et al, pada tahun
2007, mencatat bahwa apa yang dikenal sebagai fistula preaurikular dapat
terjadi di area postaurikula. Fistula terjadi pada area postaurikula
memperlihatkan angka kekambuhan yang rendah setelah operasi (0%)
daripada area preaurikular (2.2%).2,9

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah kultur pus yang
berasal dari fistula. Pemeriksaan kultur ini digunakan mengetahui jenis
mikroorganisme penyebab infeksi pada saluran fistula, sehingga dapat
diberikan terapi antibiotik yang sesuai.9

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi dapat digunakan untuk mengetahui bentuk dari
saluran fistula. Fistulografi digunakan untuk melihat bentuk dan sejauh
mana saluran fistula ini. Sedangkan ultrasonograpi dapat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara saluran fistula dengan arteri temporal
superfsial, krus anterior heliks, dan tragus.9
Gambaran Histologis
Pada pemeriksaan makroskopis, fistula preaurikular terdiri dari struktur
tubular yang sederhana atau gambaran melingkar memiliki dinding yang
tipis dan berkilau, atau putih dan menebal. Saluran fistula dapat melingkar
atau dapat berliku-liku, dan lumennya berisi debris. Fistula preaurikular
sering penuh dengan keratin dan dikelilingi oleh jaringan ikat longgar.
Secara mikroskopis, duktus dari fistula dikelilingi oleh epitel squamous
berlapis dan mengandung banyak kista sepanjang salurannya. Jaringan ikat
yang mengelilingi duktus dapat mengandung folikel rambut; kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat; dan jaringan inflamasi, diantaranya limfosit,
sel plasma dan leukosit polimorfonuklear.9

2.4.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fistula preaurikular kongenital ini tidak diperlukan
kecuali pencegahan terjadinya infeksi yaitu menghindari manipulasi dan
membersihkan muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik
lainnya secara rutin. Pada kasus dengan infeksi biasanya dapat diberikan
antibiotik dan kompres hangat.1,9

Pembedahan fistula adalah dengan diseksi dan eksisi komplit dari fistula
dan salurannya, hanya dilakukan pada infeksi yang berulang oleh karena
sulitnya mengeluarkan fistula secara lengkap. Kesukaran pembedahan
disebabkan oleh adanya percabangan fistula sehingga sulit untuk
menentukan luas keseluruhan saluran tersebut. Selama eksisi pembedahan,
harus diingat bahwa salurannya dapat berkelok-kelok dengan cabang-
cabangnya di subkutaneus. Diseksi sampai ke periosteum dari tulang
temporal biasanya dibutuhkan, dan semua cabang-cabang dari salurannya
harus diangkat untuk mencegah infeksi yang berulang. Pengangkatan yang
tidak lengkap menimbulkan sinus yang mengeluarkan cairan sehingga
membutuhkan pengangkatan yang lebih sulit dan lebih radikal. Untuk
membantu pembedahan dapat disuntikkan larutan methylen blue ke dalam
saluran sebelum operasi sehingga jaringan yang berwarna bisa digunakan
sebagai petunjuk panjang dan luasnya fistula. Harus diketahui bahwa zat
warna tersebut mungkin tidak memasuki seluruh cabang-cabang yang
lebih kecil sehingga diperlukan ketelitian selama diseksi untuk mencari
saluran-saluran kecil yang tidak berwarna.9
Gambar 8.Eksisi Fistula Preaurikular

Cara lain adalah dengan fistulografi, yaitu dengan cara memasukkan zat
kontras ke dalam muara fistula, lalu dilakukan pemeriksaan radiologik.
Pada pemeriksaan fistulografi tidak dapat menggambarkan jalur traktus
yang sebenarnya karena infeksi yang berulang menimbulkan tersumbatnya
traktus oleh jaringan fibrosis. Pembedahan dilakukan apabila inflamasi
sudah sembuh. 1,9

Sewaktu pembedahan eksisi komplit harus diingat bahwa bahaya


terkenanya kelenjar parotis atau saraf fasialis. Keduanya harus benar-benar
diidentifikasi. Pada beberapa penderita kelainan ini, salurannya dapat
berjalan di medial atau lateral dari saraf fasialis, oleh karena itu saraf
fasialis harus dikenali pada waktu diseksi. Atau juga salurannya sering
berjalan di antara cabang saraf fasialis dan harus di eksplorasi dengan
sangat hati-hati sewaktu pembedahan. Sebelum melakukan pembedahan,
sangat penting untuk mengetahui letak anatomi perjalanan saraf fasialis,
terutama setelah keluar dari foramen stilomastoideus. 1,9

2.5 Perikondritis
2.5.1 Definisi
Perikondritis adalah infeksi perikondrium pada pinna dimana pus
terkumpul diantara kartilago telinga luar dan perikondrium. Biasanya
terjadi karena trauma akibat kecelakaan, operasi daun telinga yang
terinfeksi dan sebagai komplikasi pseudokista daun telinga. Hal ini
diakibatkan peradangan, terjadi efusi serum dan pus ke dalam lapisan
perikondrium dan tulang rawan dari telinga luar.1,2.

2.5.2 Etiologi
Perikondritis atau kondritis dapat disebabkan oleh trauma berupa laserasi
atau kerusakan yang tidak disengaja pada pembedahan telinga. Dapat juga
terjadi setelah suatu memar tanpa ada hematoma. Agen penyebab suatu
furunkel yang inadekuat pengobatannya, seperti Stafilokokus,
Streptokokus.1

Gambar 9.Perikondritis
2.5.3 Patofisiologi
Infeksi superfisial dari liang telinga luar atau dari daun telinga menyebar
lebih ke dalam ke perikondrium. Pada keadaan ini disebut stadium dini,
daun telinga (pinna) merah dan nyeri kemudian mulai terbentuk abses
subperikondrial. Hal ini menyebabkan tulang rawan kekurangan blood
supply, lama – kelamaan terjadi nekrose tulang rawan sehingga dapat
terjadi deformitas pada daun telinga yang disebut dengan cauliflower ear.
Gambar 10.Cauliflower ear

2.5.5 Gambaran Klinis


Penderita dengan perikondrititis pada umumnya datang ke dokter dengan
keluhan daun telinga terasa sakit, warna merah, dan tegang. Selain itu
akan terlihat adanya pinna yang bengkak dan timbul abses pada daun
telinga. 1

2.5.6Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium


Pada keadaan perikondritis dapat ditemukan pinna merah dan tender,
kemudian bengkak (generalized swelling of the pinna), serta terdapat
abses pada daun telinga.1

Tampak daun telinga membengkak, merah, panas, dirasakan nyeri, dan


nyeri tekan. Pembengkakan ini dapat menjalar ke bagian belakang daun
telinga, sehingga sangat menonjol. Terdapat demam, pembesaran kelenjar
limfe regional, dan leukositosis. Serum yang terkumpul di lapisan
subperikondrial menjadi purulen, sehingga terdapat fluktuasi difus atau
terlokalisasi.1

Pada pemeriksaan laboratorium, dapat diambil sampel dari abses daun


telinga untuk dikultur, mengetahui jenis bakteri penyebab sehingga dapat
diberikan terapi yang tepat.1
2.5.7 Penatalaksanaan
Antibiotik parenteral dan pengobatan topikal untuk infeksi kanalis
penyerta. Pilihan obat sesuai dengan hasil biakan. Jika ada abses, lakukan
insisi.1
BAB III
KESIMPULAN

1. Otitis eksterna adalah radang liang telinga akut maupun kronis yang
disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus.Otitis eksterna dapat dibagi
menjadi otitis eksterna superfisialis dan otitis eksterna profunda atau otitis
eksterna akut. Tanda – tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga,
deskuamasi, sekret di liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan.
2. Fistula preaurikular merupakan kelainan herediter yang dominan. Fistula
dapat ditemukan di depan tragus. Berbentuk bulat atau lonjong, dengan
ukuran seujung pensil. Dari muara fistula sering keluar sekret yang berasal
dari kelenjar sebasea.
3. Perikondritis adalah infeksi perikondrium pada pinna dimana pus terkumpul
diantara kartilago telinga luar dan perikondrium. Hal ini
diakibatkanperadangan, terjadi efusi serum dan pus ke dalam lapisan
perikondrium dan tulang rawan dari telinga luar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Adam GL, Boies LR, Higler PA; Wijaya C: alih bahasa; Effendi H, Santoso
K: editor. Penyakit telinga luar dalam Buku Ajar Ilmu Panyakit THT. Edisi
6. Jakarta: EGC. 2012.
2. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, restuti RD, edisi: Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-7. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI; 2012.
3. Bull. Tony R. Color Atlas Of ENT Diagnosis. Thieme Stuttgart. New York.
2003. Hal 25-30.
4. Ballenger, JJ. Otitis Eksterna Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala
dan Leher. Jilid 2. Edisi 16. Bina Rupa Aksara. Jakarta. Hal 236-238.
5. Dhirngra PC. Diseases Of Ear, Nose and Throat. Elsevier. 2001.
6. Roland, N.J. Key Topics in Otolaryngology. Second Edition. Mc Combe
7. McKeason. Otitis Eksterna. Clinical reference system. Available from
http://mdconsult.com.2004.
8. Schaefer P. Acute Otitis Externa:An Update. American Family Phsycian.
Vol.86, No 11. 2012
9. Mardhiah A. Fistula Preaurikular Kongenital. Majalah kedokteran
nusantara (serial online).2005. Desember.(cited 2016 July 16th): volume
38/hal.328-332.

10. Probst R, Grevers G,Iro H. Basic Othorhinolaryngology. Thieme. Germany.


2006. Hal : 207 – 209. 218 – 219.
11. Ludman, Harold. Pain in the ear on theABC of ENT. Fifth Edition. Blacwel
publishing. Page : 1-5
12. Kumar S. Fundamentals of Ear, Nose and Throat Diseases and Head –
NeckSurgery, 6th ed, Calcutta, Medical Book Company, 1996 : 77 – 81

Anda mungkin juga menyukai