IDENTITAS
- Agama : Islam
- Pendidikan : SMK
- No RM : 01.83.xx.xx
ANAMNESIS
Autoanamnesis
KELUHAN UTAMA
- 3 tahun yll : mengeluhkan nyeri di paha kanan terasa kemeng, sudah beberapa kali pijat
tidak membaik, lalu periksa ke RS RC lalu dirujuk ke RS Panti Rapih lalu dirujuk ke RSUP Dr.
Sardjito dan didiagnosis MS, lalu dirawat inap dan pulang dalam kondisi stabil dan dapat
beraktivitas kembali seperti biasa.
- 7 bulan yll : badan mulai muncul nyeri lagi mulai dari pergelangan kaki kanan lalu ke seluruh
tubuh.
- 3 bulan yll : saat berobat rutin disarankan untuk rawat inap bila gejala tidak berkurang
setelah minum obat.
- 3 minggu yll : pandangan kabur pada kedua mata, kelemahan untuk memegang gelas, sulit
konsentrasi, sering lupa, serta tidak kuat jalan jauh.
- HMRS : nyeri di seluruh tubuh, pegal-pegal, terasa kemeng dan nyut-nyutan, dirasakan
terutama di punggung dan di beberapa tempat kadang terasa seperti kesetrum, serta betis
kanan terasa tebal-tebal. Nyeri muncul setelah bangun tidur dan memberat untuk aktivitas,
Disangkal : sesak napas, kesulitan menelan, gangguan BAK dan BAB, mual, muntah,
demam, pusing.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
ANAMNESIS SISTEM
RESUME ANAMNESIS
Pasien laki-laki usia 22 tahun dengan riwayat Multiple Sclerosis (2017), mengeluhkan badan
nyeri sejak 7 bulan SMRS. 3 bulan kemudian pasien kontrol dan diberi obat tetapi gejala tidak
berkurang. Nyeri terutama di tulang belakang dan betis kanan. Pasien juga mengeluh lemah saat
memegang gelas, pandangan kabur, susah konsentrasi, mudah lupa, serta tidak kuat untuk jalan.
DIAGNOSIS SEMENTARA
- Diagnosis Klinis : Blurred vision cum tanda lesi UMN bilateral cum Myalgia
PEMERIKSAAN
1. Status Generalis
- Tanda Vital
o Suhu : 36.7 ̊C
o SpO2 : 98%
- Leher : Kaku leher (-), peningkatan JVP (-), Lnn tidak teraba
membesar.
- Dada
Pulmo
I : Simetris
Per : Sonor
Jantung
I : Ictus Cordis
A : S1S2 Reguler
- Abdomen
I : Simetris
A : BU (+)
- Kewaspadaan : baik
- Observasi perilaku
- Sensorium
- Orientasi : baik
3. Status Neurologis
- GCS : E4V5M6
- Kepala : Normocephal, pupil isokor 3mm/3mm, refleks kornea (+/+),
refleks cahaya (+/+)
- Meningeal sign :-
- Reflek Primitif :-
- Saraf Kranialis
N. I (OLFAKTORIUS)
N. II (OPTICUS)
-Gerak mata:
a. medial N N
b. atas N N
c. bawah N N
-Refleks Pupil:
N. IV (TROCHELARIS)
-Motorik:
1. Menggigit N N
2. Membuka mulut
N N
-Sensibilitas:
a. ophtalmikus
N N dalam batas
b. maxillaris normal
N N
c. mandibularis
N N
-Refleks Kornea
(+) (+)
-Trismus
(+) (+)
-Refleks zigomatikus
(+) (+)
-Refleks masseter
(+) (+)
N. VI (ABDUCENS)
-Motorik:
a. mengernyitkan dahi N N
b. kedipan mata N N
c. lipatan naso-labial N N
d. mengerutkan alis N N
e. menutup mata N N
f. meringis N N
-Sensorik:
a. manis N N
b. pahit N N
c. asin N N
d. asam N N
-Weber N N
-Schwabach N N
N. IX (GLOSSOPHARYNGEUS)
N. X (VAGUS)
-Denyut Nadi 81 81
-Motorik:
N. XII (HYPOGLOSSUS)
-Artikulasi N N
-Fasikulasi N N
- Meningeal Sign
Kaku Kuduk :-
Brudzinski I :-
Brudzinski II :-
Brudzinski III :-
Brudzinski IV :-
Kernig :-
Lasegue :-
- Pemeriksaan Motorik
Ekstremitas Atas :
Inspeksi : drop hand (-), pitcher hand (-), claw hand (-), kulit sawo matang
Ekstrimitas Bawah :
Inspeksi : Drop foot (-), Kontraktur(-), Edema (-), kulit sawo matang
Gerakan Kekuatan
Tonus Trofi
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Klonus (-/-)
Sistem Sensorik
Raba + + Normal
Nyeri + + Normal
Suhu + + Normal
Proprioseptif + + Normal
Fungsi Koordinasi dan Keseimbangan
Pemeriksaan KETERANGAN
Nystagmus -
Romberg Normal
Disdiadokhokinesis Normal
4. Pemeriksaan Penunjang
- Status neurologis :
Kesadaran : CM E4V5M6
Sensibilitas : Normal
Vegetatif : Normal
6. Diagnosis Akhir
- Diagnosis Klinis : Blurred vision cum tanda lesi UMN Bilateral cum Myalgia
cum PN N.XII (D) UMN
7. Tatalaksana
Inj Ketorolac IV 30 mg
Inj MP 2x62,5mg po
Cek DR, BUN, Cr, GDS, Elektrolit, Rapid Sars Cov, SGOT, SGPT
Ro Thorax PA
9. Prognosis
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
2. EPIDEMIOLOGI
Umumnya, penyakit ini menyerang perempuan usia mudah dengan rasio
dibandingkan dengan laki-laki sebesar 2:1 sampai 4:1. Berdasarkan atlas MS 2013 yang
dikeluarkan oleh Multiple Sclerosis International Federation, jumlah penyandang MS di
dunia tahun 2008, sekitar 2,1 juta orang dan bertambah menjadi 2,3 juta orang di tahun
2013. MS ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Di Amerika Utara
dan Eropa, prevalensi MS merupakan yang tertinggi di dunia, pada angka 140/100.000 dan
108/100.000. Sedangkan, prevalensi terendah untuk kasus MS didapatkan di Afrika dan
Asia Timur, yaitu 2,1/100.000 dan 2,2/100.000. Untuk epidemiologi MS di Indonesia,
berkisar sekitar antara 0-5/100.000.
3. ETIOLOGI
Etiologi MS hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Namun, banyak studi yang
menunjukan interaksi antara kerentanan genetik (epigenetik, variasi alel) dan faktor
lingkungan menjadi pemicu proses imunologis yang mengakibatkan demielinisasi. Faktor
lingkungan yang banyak diteliti adalah letak lintang, paparan sinar matahari dan vitamin D,
riwayat infeksi virus Epstein-Barr (EBV) dan respons imun adaptif terhadap infeksi EBV,
merokok, dan higiene.
4. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko pada MS adalah pada rentang usia 20-40 tahun, pada perempuan
tingkat insidensi terjadinya MS juga lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki, riwayat
genetik (keluarga) yang mempunyai penderita MS atau penyakit autoimun juga
meningkatkan risiko terjadinya MS. Selain itu, pasien dengan riwayat infeksi EBV juga
meningkatkan insidensi terjadinya MS.
5. PATOFISIOLOGI
Pada kasus multipel sklerosis pemicu terjadinya kerusakan myelin belum diketahui
secara pasti. Namun suatu teori menyatakan bahwa adanya serangan reaksi autoimun yang
disebabkan oleh infeksi virus dan toksin lingkungan serta dipengaruhi oleh faktor genetik
individu. Respon imun memicu kerusakan selaput myelin yang menyelimuti saraf pusat.
Proses yang disebut demyelinasi ini disertai dengan edema dan inflamasi. Adanya inflamasi
kronis dan terbentuknya jaringan parut menyebabkan konduksi impuls saraf menjadi
terganggu atau menjadi lambat.
6. MANIFESTASI KLINIS
Sindrom klinis pada multipel sklerosis secara klasik ditemukan adanya gangguan
yang bersifat relaps dan remisi dengan gejala yang sangat beragam sehingga penyakit ini
tidak terdiagnosis ketika gejala pertamanya muncul.
Secara umum, dapat dicurigai bila ada suatu kasus multipel sklerosis bila ditemukan gejala :
a. Pasien mendapat 2 serangan dari gangguan neurologi (tiap serangan lebih dari 24
jam dan berlangsung lebih dari 1 bulan)
b. Perkembangan gejala yang progresif secara perlahan selama periode paling sedikit
6 bulan.
Gangguan sensorik, motorik, kemampuan berbicara, berkemih dan BAB, seksual, kognitif
dan emosi, nervus kranialis.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
● MRI → lesi multiple, hiperintense, ovoid
9. KRITERIA DIAGNOSIS
b. ≥ 2 serangan; terdapat bukti klinis 1 lesi. Data tambahan yang diperlukan adalah DIS
(Dissemination in Space), yaitu pada gambaran MRI didapatkan ≥ 1 lesi pada minimal 2 dari 4
area tipikal MS, yaitu Periventrikuler, Jukstakortikal, Infratentorial, dan Medula Spinalis.
c. 1 serangan, terdapat bukti klinis ≥ 2 lesi. Data tambahan yang diperlukan adalah DIT
(Dissemination in Time), yaitu terdapatnya lesi lain yang asimptomatik yang menyangat atau
tidak menyangat kontras.
Atau
Adanya lesi baru pada T2 atau yang menyangat yang dilakukan pada saat follow up, tanpa
melihat waktu pelaksanaan MRI sebelumnya.
d. 1 serangan, terdapat bukti klinis untuk 1 lesi (CIS). Data tambahan yang dibutuhkan adalah
DIS dan DIT.
f. Tetapi apabila pada pemeriksaan MRI kepala tidak ditemukan kelainan yang sesuai MS,
maka diagnosis MS perlu dipertimbangkan kembali.
Diagnosis Banding :
• Trauma
10. TATALAKSANA
-Terapi Relaps
11. KOMPLIKASI
• Depresi
• Epilepsi
• Spastisitas ekstremitas
• Ulkus dekubitus
• Pneumonia
• Disfungsi seksual
• Kekakuan otot
• Perubahan suasana hati yang cukup drastis
• Sering lupa
12. PROGNOSIS