Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN DESEMBER 2022


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

“GLIOBLASTOMA MULTIFORME”

OLEH

Aulia Sabrina R Monoarfa

105501102321

PEMBIMBING

dr. Supardin, Sp.N

Dibawakan Dalam Rangka Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Saraf

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Aulia Sabrina R Monoarfa

NIM : 105501102321

Judul Referat : Glioblastoma Multiforme

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu

Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Desember 2022

Pembimbing,

dr. Supardin, Sp.N


LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. F
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Rappocidu
Pekerjaan : Karyawan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah menikah
Tanggal masuk RS : 08 Desember 2022
RS : RSKD Dadi

B. ANAMNESIS

Keluhan utama : Nyeri Kepala


Riwayat penyakit sekarang : Pasien dirujuk dari RS Ibu Sina dengan
keluhan nyeri kepala yang sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu hilang
timbus namun memberat sejak 1 minggu terakhir dan dirasakan terus
menerus, nyeri dirasakan pada seluruh bagian kepala menjalar ke bagian
belakang leher, nyeri kepala dirasakan seperti diikat dengan tali dan seperti
ditusuk-tusuk. Keluarga pasien mengatakan pasien sering pingsan tiba-tiba
saat bekerja, sebelum masuk rumah sakit pasien pingsan 4x dan waktu
masuk di RS pingsan selama 2x yaitu 1x saat masuk IGD dan 1x saat masuk
di ruang perawatan. Demam tidak ada. Mual tidak ada, muntah tidak ada
tetapi pernah muntah sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi 1x.
BAB dan BAK kesan normal.
Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi (-), Diabetes melitus (-), Penyakit
jantung (-)
Riwayat penyakit keluarga : Penyakit jantung pada ayah (+)
Riwayat social, ekonomi, dan pribadi : Baik
C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis
Kesadaran : Kompos mentis
Keadaan umum : Sakit sedang
Gizi : Baik
Tanda vital
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 86x/menit
- Pernafasan : 18x/menit
- Suhu : 36,7oC
- SpO2 : 99% tanpa O2
2. Status Neurologis
Kesadaran : GCS15 : E4M6V5
Sikap tubuh : Berbaring terlentang
Gerakan abnormal : Tidak ada
- Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris : Simetris
Pulsasi : dbn
Nyeri tekan : (-)
- Leher
Sikap : tegak
Gerakan : dbn
Kaku kuduk : (-)
3. Gejala Rangsang Meningeal
a. Kaku kuduk : -/-
b. Laseque : -/-
c. Kernig : -/-
d. Brudzinsky I : -/-
e. Brudzinsky II : -/-
4. Saraf Kranialis
a. Nervus I (N. Olfactorius)
• Daya penghidu : TDN
b. Nervus II (N. Opticus)
• Ketajaman penglihatan : normal
• Pengenalan warna : normal
• Lapang pandang : normal
• Funduskopi : tidak dilakukan
c. Nervus III, IV, VI (N. Occulomotorius/ Trochlearis/
Abdusens)
• Ptosis : -/-
• Strabismus : -/-
• Nistagmus : -/-
• Eksoftalmus : -/-
• Enoptalmus : -/-
• Pupil
Ukuran pupil : 2,5 mm/ 2,5 mm
Bentuk pupil : bundar/bundar
Isokor/ anisokor : isokor
Posisi : di tengah/di tengah
Refleks cahaya langsung : +/+
Refleks cahaya tidak langsung : +/+
d. Nervus V (N. Trigeminus)
• Menggigit ` : normal
• Sensibilitas wajah : normal
• Refleks masseter : normal
• Refleks zigomatikus : normal
• Refleks kornea : TDN
• Refleks bersin : TDN
e. Nervus VI (Abducens)
• Pergerakan bola mata : +
• Strabismus :-
• Diplopia :-
f. Nervus VII (N. Facialis)
• Mengerutkan dahi : Normal
• Menutup mata : Normal
• Memperlihatkan gigi : Normal
• Daya pengecapan lidah 2/3 depan : tdn
• Hiperlakrimasi : tdn
g. Nervus VIII (N. Acusticus)
• Suara berbisik : tdn
• Tes rinne : tdn
• Tes weber : tdn
• Tes swabach : tdn
h. Nervus IX (N. Glossopharyngeus)
• Daya pengecap lidah 1/3 belakang : tdn
• Refleks muntah : tdn
i. Nervus X (N. Vagus)
• Denyut nadi : teraba, regular
• Arkus faring : tdn
• Berbicara : normal
• Menelan : normal
j. Nervus XI (N. Assesorius)
• Memalingkan kepala : normal
• Mengangkat bahu : normal
k. Nervus XII (N. Hipoglosus)
• Pergerakan lidah : normal
• Tremor lidah :-
• Fasikulasi :-
5. Pemeriksaan Motorik

Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah


Kanan Kiri Kanan Kiri
Pergerakan Normal Normal Normal Normal
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Normal Normal Normal Normal

Refleks Fisiologis Dextra Sinistra


Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Patella ++ ++
Achilles ++ ++

Refleks Patologis Dextra Sinistra


Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaefer - -
Hoffman Tromner - -

Tes Provokasi Nyeri Dextra Sinistra


Lasegue - -
Patrick - -
Kontrapatrick - -
6. Sensibilitas

a. Eksteroseptif:
• Nyeri : tidak ada
• Suhu : tdn
• Taktil : tdn
b. Propioseptif:
• Posisi : tdn
• Vibrasi : tdn
• Tekanan dalam : tdn

7. Koordinasi dan Keseimbangan


a. Tes Romberg : tdn
b. Tes tandem : tdn
c. Tes fukuda : tdn
d. Disdiadokinesis : tdn
e. Rebound phenomen : tdn
f. Dismetri : tdn
g. Tes telunjuk hidung : tdn
h. Tes telunjuk telunjuk : tdn
i. Tes tumit lutut : tdn

8. Fungsi Otonom
a. Miksi
• Inkontinensia : -
• Retensi urin :-
• Anuria :-
• Hematuria :-
b. Defekasi
• Inkontinensia : -
• Retensi :-
9. Fungsi Kortikal Luhur
a. Orientasi : tempat, waktu dan situasi (Normal)
b. Daya ingat
• Baru : normal
• Lama : normal
c. Gerakan abnormal : -
d. Gangguan berbahasa :
• Afasia motorik : (-)
• Afasia sensorik : (-)
• Akalkuli : (-)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Pemeriksaan Radiologi
- CT-Scan kepala : Sugestif Butterfly Glioblastoma dengan
Hydrocephalus
b) Laboratorium
- WBC : 9.5 10^3/uL (N: 3.80-10.60)
- RBC : 6.01 10^6/uL (N: 4.4-5.9)
- PLT : 305 10^3/uL (N: 150-450)
- MCV : 90.5 fL (N: 84,0 – 97,0 fL)
- MCH : 30.3 pg (N: 28 – 34 pg)
- NEUT : 6.4% (N: 1.1 – 7.0 %)
- LYMPH : 1.8% (N: 0.7 – 5.1 %)
- MONO : 0.6% (N: 0.0 – 0.9 %)
- EO : 0.5% (N: 0.0 – 0.9 %)
- BASO : 0.2% (N: 0.0 – 0.2 %)

E. RESUME

Pasien dirujuk dari RS Ibu Sina dengan keluhan Cephalgia yang sudah
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu hilang timbul namun memberat sejak 1
minggu terakhir dan dirasakan terus menerus, nyeri dirasakan pada seluruh
bagian kepala menjalar ke bagian belakang leher, nyeri kepala dirasakan
seperti diikat dengan tali dan seperti ditusuk-tusuk. Keluarga pasien
mengatakan pasien sering pingsan tiba-tiba saat bekerja, sebelum masuk
rumah sakit pasien pingsan 4x dan waktu masuk di RS pingsan selama 2x
yaitu 1x saat masuk IGD dan 1x saat masuk di ruang perawatan. Demam
tidak ada, Nausea tidak ada, Vomitus (-) riwayat vomitus 1x sebelum masuk
RS. BAB dan BAK kesan normal. Riwayat penyakit dahulu Hipertensi (-),
DM (-), Penyakit jantung koroner(-), Riwayat Stroke (-), Riwayat merokok
(-) Riwayat keluarga ayah pasien memiliki penyakit jantung koroner. Pada
pemeriksaan tanda-tanda vital : TD 130/80 mmHg, nadi 86x/menit, suhu
36,7’C, dan pernapasan 18x/menit.
• Pemeriksaan neurologis didapatkan GCS: E4M6V5 (Kompos
Mentis)
• FKL : Dalam batas normal
• Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-), Kernig Sign (-)
• Nervus Cranial : Pupil bundar isokor Ø 2,5 mm ODS, Reflex Cahaya
Langsung (+/+), Reflex Cahaya Tidak Langsung (+/+). Ptosis (-),
Pemeriksaan Gerakan Bola Mata Pasien tidak ada parese dan
nystagmus.
• Pemeriksaan Motorik

P N N T N N

N N N N

K 5 5
5 5

Refleks fisiologis
Biceps +2 +2
Triceps +2 +2

Reflex patologis
HT - -

B - -

Tes Provokasi Nyeri :


- Lasegue (-/-)
- Patrick (-/-)
- Kontrapatrick (-/-)
Sensoris : Normal
Otonom : BAB normal, BAK normal
• Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
2) Radiologi : CT-Scan kepala dengan kesan Sugestif Butterfly

Glioblastoma dengan Hydrocephalus

F. DIAGNOSIS KERJA

1. Diagnosis klinis : Cephalgia


2. Diagnosis topis : Space Occupying Lession susp. Tumor
Intracranial
3. Diagnosis etiologis : Glioblastoma + Hydrocephalus
4. Diagnosis Banding : - Stroke Hemoragic
- Abses Cerebri
- Tumor Cerebri
G. TATALAKSANA

Farmakologi :
1. IVFD RL 20 tpm
2. Ketorolac 25 mg/12 jam/IV
3. Ranitidine 1 amp /12 jam/IV
4. Dexamethasone 1 gr/12 jam/IV
5. PDA Capsul 3x1
6. Konsul Bedah Saraf

H. PROGNOSIS

Qua Ad vitam : dubia ad malam


Qua Ad sanationem : dubia ad malam
Qua Ad Fuctionam : dubia ad malam
PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Glioblastoma multiforme terdiri dari 2 suku kata yaitu glioblastoma


berasal dari bahasa Yunani terdiri dari kata glia yang artinya perekat, blasto
artinya bertunas, dan oma berarti tumor. Sementara multiforme berasal dari
bahasa Latin yang berarti polimorfik.1
Tumor otak adalah suatu massa jaringan yang tidak wajar di mana
sel-sel berkembang serta tumbuh secara tidak terkontrol. Lebih dari 150
jenis tumor otak yang berbeda sudah didokumentasikan, namun ada 2
kelompok utama tumor otak yaitu primer dan metastasis.2
Tumor otak primer tergolong tumor yang berasal dari jaringan otak
ataupun area dekat otak. Tumor primer dikategorikan bagaikan glial (terdiri
dari sel glial) ataupun nonglial (tumbuh pada ataupun dalam struktur otak,
saraf, pembuluh darah serta kelenjar) serta jinak ataupun ganas. Tumor otak
metastatik juga bisa dijumpai di tempat lain di badan (misalnya payudara
maupun paru-paru) serta berpindah ke otak, umumnya lewat aliran darah.
Tumor metastasis disebut sebagai kanker (tumor ganas). 3

B. ETIOLOGI
Penyebab tumor otak hingga saat ini masih belum diketahui secara
pasti. Banyak penelitian yang telah dilakukan dan didapatakan beberapa
faktor yang dapat menjadi penyebab tumor otak :
1) Genetik
Genetik yang dikaitkan dengan sindrom keturunan tertentu seperti
sklerosis tuberous, neurofibromatosis tipe 1 dan 2, sindrom karsi- noma
nevoid basal cell, dan sindrom yang melibatkan polip adenomatosa.
2) Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi.
3) Em-Bryonic Cell Rest
Sisa-sisa Sel Embrional (Em- bryonic Cell Rest), ada kalanya sebagian
dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan
merusak bangunan di sekitarnya.
4) Virus
Inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya
neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat. EBV,
adenovirus tipe 12, papovavirus, dan retrovirus.
5) Substansi-substansi karsinogenik seperti methylcholan- throne, nitroso-
ethyl-urea. 4

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi tumor otak sebagian besar didasarkan pada konsep
histogenesis bahwa tumor dapat diklasifikasikan menurut kesamaan
mikroskopis dengan sel putatif asalnya dan tingkat diferensiasinya.
Astrocytoma merupakan neoplasma yang berasal dari sel-sel astrosit dan
merupakan tipe tumor otak yang paling banyak ditemukan pada anak-anak.
Word Health Organization (WHO) mengklasifikasikan astrocytoma
menjadi 4 tingkat berdasarkan gambaran patoligi klinisnya, yaitu:
- Pilocytic astrocytoma (WHO Grade I)
- Diffuse Astroctyoma (WHO grade II)
- Anaplastic Astrocytoma (WHO grade III)
- Glioblastoma multiforme (WHO grade IV)
Astrocytoma grade I dan II merupakan tipe low-grade, sedangkan
astrocytoma grade III dan IV merupakan tipe high-grade. Astrositoma
Difusa (Grade II) juga tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan
sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke tahap berikutnya. Kebanyakan
terjadi pada dewasa muda. Tipe dari astrositoma difusa: Fibrillary,
Gemistocytic, dan Protoplasmic Astrocytoma. Astrositoma Anaplastik
(Grade III) atau sering disebut sebagai astrositoma maligna mempunyai ciri
tumbuh dengan cepat dan menyebar ke jaringan sekitarnya. Sel-sel
tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang normal. Rata-rata
pasien yang men- derita tumor jenis ini berumur 41 tahun. Tipe keempat
adalah Gliobastoma multiforme (Grade IV). Tipe ini tumbuh dan menyebar
secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal. Menyerang pada
orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun.5

D. GAMBARAN KLINIS
1) Nyeri Kepala (30-50%)
Nyeri kepala bisa muncul unilateral pada sisi lesi tumor,
akan tetapi dapat dengan cepat diikuti dengan nyeri kepala
menyeluruh yang menunjukkan peningkatan tekanan intrakranial
akibat massa, edema dan hidrosefalus.
2) Seizure (30-60%)
Seizure bergantung pada lokasi tumor dan dapat berupa
simpel parsial, parsial kompleks atau umum.
3) Defisit neurologis fokal (40-60%)
Dapat berupa hemiparesis, gangguan sensorik, gangguan
penglihatan afasia dan lain-lain.
4) Perubahan status mental (20-40%)
Perubahan kepribadian, perubahan mood, gangguan mental
sulit berkonsentrasi merupakan tanda awal atau mungkin satu-
satunya abnormalitas yang muncul.6,7,8
Gejala umum meliputi sakit kepala, mual dan muntah, perubahan
kepribadian, dan memperlambat fungsi kognitif, adapun tanda fokal
tergantunga letak dari GBM tersebut yaitu hemiparesis, kehilangan sensori,
kehilangan penglihatan, afasia.9

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada studi laboratorium khusus yang membantu dalam
mendiagnosis GBM. Genetika tumor berguna untuk memprediksi respon
terhadap terapi adjuvan. Studi pencitraan otak yang penting untuk membuat
diagnosis, termasuk yang berikut.
1) Computed tomography
Pada CT scan, glioblastomas biasanya muncul sebagai lesi
hipodens berbentuk tidak teratur dengan zona ringlike dengan
peningkatan kontras dan penumbra edema serebral. CT scan
menawarkan tingkat kepercayaan yang relatif tinggi untuk diagnosis
glioblastoma (GBM, glioma ganas). Namun, beberapa lesi mungkin
meniru glioblastoma (GBM, glioma ganas), space-occupying
lesions termasuk abses otak, infark dengan transformasi hemoragik,
dan neoplasma dari kelas yang lebih rendah dibandingkan dengan
glioblastoma (GBM, glioma ganas). Selain itu, beberapa jenis
demielinasi lesi (misalnya, giant multiple sclerosis plaques)
mungkin meniru glioblastoma dan bentuk multifocal GBM dapat
dibedakan dari difus multiple sclerosis.

Gambar 1. CT scan dengan pemberian kontras adalah multidensitas


dengan gambaran central nekrotik

2) Magnetic resonance imaging, dengan dan tanpa kontras


Magnetic resonance imaging (MRI) secara signifikan lebih
sensitif terhadap kehadiran tumor, dalam pencantuman edema
peritumoral, dan merupakan modalitas pilihan utama untuk
pemeriksaan pasien yang diduga atau dikonfirmasi glioblastoma.
Gambaran yang diberikan hampir sama dengan CT- Scan yaitu
Multiintensitas namun MRI lebih sensitive dalam mendignosis
glioblastoma, karena MRI memperkuat keterlibatan jaringan
lunak sekitar.

Gambar 2. MRI menunjukkan tumor dari lobus frontal


kanan.

3) Positron Emission Tomography (PET)


Setelah operasi, membedakan antara tumor berulang dan
jaringan parut atas dasar temuan MRI saja mungkin sulit. Positron
emission tomography (PET) scan berguna dalam hal ini. Positron
emission tomography (PET) scan merupakan salah satu yang
paling sering digunakan prosedur pencitraan molekular.
Pencitraan molekular adalah jenis pencitraan medis yang
memberikan gambar rinci tentang apa yang terjadi di dalam tubuh
pada tingkat molekuler dan seluler. Dimana prosedur seperti
pencitraan diagnostik lainnya seperti x-ray, computed
tomography (CT), dan USG-terutama menawarkan gambar
anatomi, pencitraan molekuler memungkinkan dokter untuk
melihat bagaimana tubuh berfungsi dan untuk mengukur kimia
dan proses biologi. Pencitraan molekuler menawarkan wawasan
yang unik ke dalam tubuh manusia yang memungkinkan dokter
untuk personalisasi perawatan pasien.
Pencitraan molekuler dalam hal diagnosis dapat memberikan
informasi yang tidak mungkin tercapai dengan teknologi
pencitraan lain atau yang akan membutuhkan lebih banyak
prosedur invasif seperti biopsi atau pembedahan mengidentifikasi
penyakit pada tahap awal dan menentukan lokasi yang tepat dari
tumor, sering sebelum gejala terjadi atau kelainan dapat dideteksi
dengan tes diagnostik lainnya.
Tindakan diagnostik lainnya yang dapat dipertimbangkan
adalah sebagai berikut: (a) Electroencephalography: Dapat
menunjukkan temuan sugestif, tapi temuan spesifik untuk GBM
tidak akan diamati. (b) Pungsi lumbal (umumnya kontraindikasi
tapi kadang-kadang diperlukan untuk mengesampingkan
limfoma). (c) Studi cairan serebrospinal tidak signifikan
memfasilitasi diagnosis spesifik GBM.
Dalam kebanyakan kasus, pementasan lengkap tidak praktis
dan tidak mungkin. Tumor ini tidak memiliki margin yang jelas,
mereka cenderung menyerang secara lokal dan menyebar di
sepanjang substansia grisea, menciptakan penampilan beberapa
GBMs atau glioma multisenter pada studi pencitraan.10

F. TATALAKSANA
Penatalaksanaan GBM masih sulit. Pilihan terapi masih berupa
terapi paliatif, dan meliputi tindakan bedah, radioterapi dan kemoterapi.
1) Medikasi
Pemberian deksametason 4 mg/6jam untuk mengurangi edema
disekitar tumor.
2) Pembedahan
Pembedahan merupakan terapi primer untuk LGA.
Tergantung pada penampilan tumor pada saat pembedahan,
dimungkinkan adanya reseksi total, reseksi subtotal, atau hanya
biopsi. Walaupun demikian, reseksi akan memberikan
perbaikan gejala pada pasien. Selanjutnya, pada LGA, remisi
panjang lebih dari 10 tahun dan kadang terobati pada anak-anak
dan dewasa.
3) Kemoterapi
Kemoterapi memiliki efek signifikan memperpanjang survival
pada GBM jika diberikan bersama dengan radioterapi setelah
tindakan pembedahan. Rekomendasi terkini menganjurkan
reseksi semaksimal mungkin diikuti radiasi dan kemoterapi
dengan temozolamide. 11

G. PROGNOSIS
Glioblastoma adalah salah satu neoplasma manusia yang paling
ganas, dengan kelangsungan hidup rata-rata meskipun pengobatan optimal,
kurang dari 1 tahun. Dalam serangkaian 279 pasien yang menerima radiasi
dan kemoterapi agresif, hanya 5 dari 279 pasien (1,8%) bertahan lebih lama
dari 3 tahun. Kelangsungan hidup pasien tergantung pada berbagai
parameter klinis. Usia yang lebih muda, kinerja Karnofsky (ukuran standar
kemampuan pasien kanker untuk melakukan tugas sehari-hari), radioterapi,
dan kemoterapi semua berkorelasi dengan peningkatan hasil. Bukti klinis
juga menunjukkan bahwa pada reseksi kelangsungan hidup pasien akan
lebih lama.
Pendekatan baru untuk pengelolaan glioblastomas diperlukan.
Pendaftaran pasien dalam uji klinis akan menghasilkan informasi baru
mengenai terapi yang diteliti. Pendekatan baru, seperti penggunaan terapi
gen dan imunoterapi, serta metode ditingkatkan untuk pengiriman
antiproliferatif, antiangiogenic, dan non-invasif terapi, memberikan harapan
untuk masa depan. 12
DAFTAR PUSTAKA

1. De Angelis LM, Leibel SA, Gutin PH, Posner JB. Intracranial Tumor
Diagnosis and Treatment. London : Martin Dunitz : 2002).
2. Acho-Díaz, B., García-Botello, D. R., Wegman-Ostrosky, T., Reyes-Soto, G.,
OrtizSánchez, E., & Herrera-Montalvo, L. A.(2020). Tumor
microenvironment differences between primary tumor and brain metastases.
Journal of Translational Medicine, 18(1), 1–12.
3. Schroeder, J., Schoen, G., & Gellißen, S. (2020). Mapping distribution of
brain metastases: does the primary tumor matter. Journal of Neuro-Oncology,
147(1), Page: 229– 235.
4. Packer RJ, Friedman HS, Kun LE, Fuller GN. Tumors of the brain stem,
cerebellum and fourth ventricle BT - Cancer in the nervous system. Cancer in
the nervous system,. 2010;6:171–192
5. American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2018.
6. Bruce J, Anderson RC. Glioblastoma Multiforme. 2009. Available from :
http:/www.emedicine.com/neuro/topic2692.htm
7. Gilroy J. Basic Neurology, 3rd ed. New York : McGraw-Hill ; 2000.
8. Uddin S ABM, Hariharan S. Glioblastoma Multiforme. 2007. Available from
: http://www.emedicine.com/neuro/topic147.ht
9. Sanai N, Berger MS. 2008. Glioma extent of resection and its impact on
patient outcome. Neurosurgery.;62(4):753-64; discussion 264-6. [Medline].
10. Shepard R, 2012. Glioblastoma Multiform. American Association of
Neurological Surgeons. http://www.aans.org.
11. National Cancer Institute, 2014. Adult Brain Tumors Treatment (PDQ):
Treatment Option Overview. United States of America: National Cancer.
12. Ropper AH, Samuels MA. Adams & Victor’s Principles of Neurology:
Chapter 31 Intracranial Neoplasm and Paraneoplastic Disorder.9th edition.
McGraw-Hill. USA, 2009

Anda mungkin juga menyukai