Anda di halaman 1dari 29

L A P O R A N K A S U S + T I N J A U A N P U S TA K A

TUBERKULOMA
Pembimbing:
Dr. Sandy Kumala, Sp. N

Disusun oleh :  
K E PA N I T R A A N S YA R A F
Mitha Rizkya Z 40212014 FA K U LTA S K E D O K T E R A N U N I V E R S I TA S TA R U M A N A G A R A
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. WF
TTL : 19 Februari 2001
Umur : 22 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Betawi
Tanggal pemeriksaan : 30 Maret 2023
ANAMNESIS Dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien pada tanggal 30 Maret 2023

Keluhan utama : kejang


Riw. Penyakit Sekarang :
• Pasien datang ke IGD Sumber Waras dengan rujukan dari RS Bhakti Mulia. Pasien kejang 3 hari SMRS dengan durasi
selama kurang lebih 5 menit, sebelum kejang pasien merasa kedutan di bibir yang menjaar ke wajah, setelah itu pasien
tidak sadarkan diri, post ictal tertidur. Keluarga mengatakan kejang kaku kelojotan dan selama sehari bisa kejang sampai
4x. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala (+) yang terasa seperti tertusuk-tusuk yang tidak disertai mual dan muntah.
Namun saat ini sakit kepala sudah sangat berkurang.

Riw. Penyakit Dahulu :


• Riwayat TB on OAT bulan ke 4
• Riw. HT (-), dislipidemia (-), DM (-)
• Riw. Penyakit Jantung/Paru/Ginjal/ Saraf disangkal Riw. Penyakit Keluarga :

• Riw. HT (-), dislipidemia (-), DM (-)


• Riw. Penyakit Jantung/Paru/Ginjal/ Saraf disangkal
ANAMNESIS Dilakukan secara autoanamnesis terhadap pasien pada tanggal 30 Maret 2023

Keluhan utama : kejang


Riw. Pengobatan :

Pasien sedang menjalani pengobatan TB dan sudah masuk ke bulan ke 4

Riw. Asupan Nutrisi :

Nafsu makan pasien baik


Pasien tidak merokok
Konsumsi minuman beralkohol disangkal dan konsumsi obat-obatan disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak lemas
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
Tanda-tanda vital :
• TD : 121/75 mmHg
• HR : 188 x/m
• RR : 20
• SpO2 : 100%
• T : 37 Data Antropometri :
• BB : 42 kg 
• TB : 157 cm 
• IMT : 18,1 kg/m2 (Underweight)
PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala : Normocephali, tidak teraba benjolan, Jantung :
distribusi rambut merata, warna hitam, kulit kepala • Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
tidak tampak kelainan • Palpasi : ictus cordis teraba pada MCL Sinistra
• Mata : CA -/- , SI /-, pupil bulat, isokor, diameter 3 ICS V
mm, edema palpebra -/- • Perkusi : batas jantung dalam atas normal
• Telinga : Bentuk normal, liang telinga lapang, • Auskultasi: BJ I dan II regular, murmur (-), gallop
membran timpani intak, sekret -/-, fistula -/- (-)
• Hidung : Bentuk normal, deviasi septum (-), sekret
(-), mukosa hiperemis -/-, konka edema -/-, gerakan Paru :
napas cuping hidung (-) • Inspeksi : tampak simetris saat statis dan dinamis,
• Mulut : Sianosis perioral (-), bibir kering (-), atrofi retraksi (-)
papil lidah (-), tonsil T1-T1, hiperemis -/-, detritus -/- • Palpasi : stem fremitus kanan kiri sama kuat
• Leher : Trakea ditengah, massa (-), pembesaran • Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
KGB (-) • Auskultasi: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing
(-)
PEMERIKSAAN FISIK
Abdomen Fungsi Luhur
• Inspeksi : Abdomen tampak datar, massa (-), jejas (-), • Orientasi : Baik
warna sama dengan kulit sekitar • Gangguan bicara dan Bahasa : Bicara normal, afasia
• Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) suprapubis, ascites (-), • Daya ingat : Baik
H/L tidak teraba membesar
• Perkusi : Timpani, nyeri ketok CVA (-/-)
• Auskultasi: Bising usus (+) normal Rangsang Meningeal
• Kaku kuduk : -
EKSTREMITAS • Brudzinsky I : -
• Akral hangat, sianosis -/-, CRT <2 detik, edema -/-, • Brudzinsky II : -
koilonikia -/- • Brudzinsky III : -
• Brudzinsky IV: -
• Laseque : >70o/>70o
• Kernig : >135o/>135o
Pemeriksaan Neurologis
N. III
Saraf Kranialis (OKULOMOTORIS)
Mata Kanan Mata Kiri

Ptosis - -
Gerak Mata Ke Atas + +
Nervus Olfaktorius (N.I) Hidung Dextra Hidung Sinistra
Gerak Mata Ke Bawah + +

Daya Penghidu Tidak dilakukan Tidak dilakukan Gerak Mata Ke Media + +


Ukuran Pupil 3 mm 3 mm
Nervus Opticus Bentuk Pupil Isokor Isokor
Mata dextra Mata sinistra
(N.II)
Tajam pengelihatan Normal Reflek Cahaya
+ +
Langsung
Lapang pandang Normal Reflek Cahaya Tidak
+ +
Pengenalan warna Tidaak dilakukan Langsung
Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Saraf Kranialis

Pemeriksaan Neurologis
N. IV (TROKHLEARIS) Mata Kanan Mata Kiri Nervus Facialis (N.VII) Kanan Kiri
Gerak Mata Lateral Bawah + + Mengangkat alis - +
Strabismus Konvergen - - Mengerutkan dahi
+ +
Diplopia - - (rangsang nyeri)
N. V (TRIGEMINUS) Kanan Kiri Menutup mata + +
Mengigit N N Menyeringai - +
Membuka Mulut N N Pengecapan 2/3 anterior
lidah Tidak dilakukan
Sensibilitas Muka Atas N N (sensorik)
Sensibilitas Muka Tengah N N
Sensibilitas Muka Bawah N N Nervus
Reflek Kornea Tidak dilakukan Tidak dilakukan Vestibulocochlearis Kanan Kiri
Trismus - - (N.VIII)
Tes Romberg Tidak dilakukan
N. VI (ABDUSEN) Mata Kanan Mata Kiri
Tes Pendengaran Tidak Tidak
Bebas ke segala Bebas ke segala (penala)
Gerak Mata Lateral dilakukan dilakukan
arah arah
Pemeriksaan Neurologis
N. IX
KANAN KIRI
(GLOSSOFARINGEUS)
Arkus Faring Simetris Simetris
Tidak Tidak
Daya Kecap 1/3 Belakang dilakukan dilakukan
Reflek Muntah Normal Normal Nervus Hypoglossus
(N.XII)
Sengau - -
Tersedak - - Posisi lidah Deviasi kanan
N. X (VAGUS) Kanan Kiri
Tidak Artikulasi Jelas
Arkus faring Tidak
dilakukan dilakukan
Menjulurkan lidah Dapat
Bersuara N
Fasikulasi lidah Normal
Menelan + +
N. XI (AKSESORIUS) Kanan Kiri

Memalingkan Kepala Dapat Dapat


Sikap Bahu simetris Simetris
Mengangkat Bahu Dapat Tidak
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Kesan:
Massa intraaxial dengan rim
enchancement grey matter lobus
frontoparietalis kanan disertai
pendesakan ventrikel lateralis kanan dan
mengakibatkan midline shift sejauh /- 0,8
cm Suspek Abscess Cerebri 
DD/ - Tuberculoma
- Neurocysticercosis
- Lymphoma 
- ADEM 
- CNS Disease
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Cor : besar dan bentuk normal


Pulmo : tampak fibrocavitas dan infiltrat
di hampir seluruh lapangan paru kanan
dan lapangan paru kiri tengah 
Hillus kanan kiri tampak baik
Sinus phrenicocostalis kanan kiri tumpul
Hemidiafragma kanan kiri tampak tenting
Aorta dan mediastinum superior tak
tampak melebar
Tulang dan soft tissue tampak baik
Kesimpulan :
Mengarah pada TB paru aktif
Efusi pleura bilateral
RESUME
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 22 tahun dengan keluhan kejang 3 hari SMRS dengan durasi selama
kurang lebih 5 menit, sebelum kejang pasien merasa kedutan di bibir yang menjaar ke wajah, setelah itu
pasien tidak sadarkan diri, post ictal tertidur. Keluarga mengatakan kejang kaku kelojotan dan selama sehari
bisa kejang sampai 4x. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala (+) yang terasa seperti tertusuk-tusuk yang
tidak disertai mual dan muntah. Namun saat ini sakit kepala sudah sangat berkurang.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan : underweight
• Pada pemeriksaan penunjang ditemukan : anemia, penurunan hematrokit, eosinophilia, peningkatan LED,
hipokalemia, hiperkalsemia, Pada pemeriksaan CT-scan ditemukan kesan: massa intraaxial dengan rim
enchancement grey matter lobus frontoparietalis kanan disertai pendesakan ventrikel lateralis kanan dan
mengakibatkan midline shift sejauh /- 0,8 cm
Diagnosis
Diagnosis klinis : Cephalgia, Kejang tonik-klonik
Diagnosis Topis : Cerebrum
Diagnosis Etiologis : Tuberkuloma
Diagnosis tambahan : TB paru, anemia, hipokalemia, hiperkalsemia

Tatalaksana
Terapi Non Farmakologis Terapi Farmakologis
Diet lunak / bubur  Inj. Diazepam 10mg (IV) bila kejang
Rencana Evaluasi :  Inj Ketorolac IV 10mg (IV) bila nyeri
• Cek H2TL  Fenitoin 3x100mg
• Cek kolesterol total, TGL  Asam folat 2x1
• Cek ureum, kreatinin  PCT 3x500mg

 Quo ad vitam : dubia ad bonam


Prognosis  Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
TUBERKULOMA
DEFINISI

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis
masih menjadi problem dalam dunia kesehatan di negara berkembang dan endemis TB seperti Indonesia.
Secara umum, terdapat dua manifestasi klinis dari tuberkulosis, yaitu TB paru dan TB ekstra paru.
Tuberkulosis paru merupakan bentuk infeksi yang paling sering dijumpai, sedangkan angka kejadian TB ekstra
paru, termasuk pada sistem saraf pusat, diperkirakan sekitar 15% dari total kasus infeksi TB.

Manifestasi tersering dari TB pada sistem saraf pusat adalah meningitis tuberkulosis dan tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat ditemukan berdiri sendiri atau bersamaan dengan meningitis tuberkulosis. Tuberkuloma
dapat ditemukan pada 4-39% kasus meningitis tuberkulosis.
Pada negara berkembang dan endemis TB, angka kejadian tuberkuloma
EPIDEMIOLOGI diperkirakan mencapai 33% dari tumor intrakranial. Tuberkuloma sering
dijumpai pada pasien dengan TB sistemik, populasi pediatrik, dan
kondisi immunocompromised seperti AIDS, penderita diabetes, kehamilan, usia
tua, dan dalam pengobatan kemoterapi. Tuberkuloma seringkali salah
terdiagnosa sebagai tumor otak lainnya, dan seringkali diagnosa pasti baru
dapat ditegakkan setelah pemeriksaan histopatologi dan mikrobiologi
pascaoperasi.
FAKTOR RISIKO

Pasien yang
HIV (+) atau mengonsumsi Konsumsi alkohol
Perokok
immunocompromised imunosupresan dalam tinggi
jangka waktu panjang

Memiliki kontak erat Berada di tempat


Anak usia <5 tahun
dengan orang dengan dengan resiko tinggi Petugas kesehatan
dan lansia
penyakit TB aktif terinfeksi TB

Kemenkes. Pedoman nasional pelayanan kedokteran tatalaksana


tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
PATOFISIOLOGI
Setelah basil mencapai otak, beberapa sitokin
Patogenesis tuberkuloma dalam kasus ini M. Tuberculosis mampu melampaui
(TNFα, IL-1, dan IL-6) diproduksi oleh berbagai
M. Tuberculosis pertama kali menginfeksi BBB ​sebagai organisme ekstra-seluler
sel, seperti makrofag, mikroglia, dan astrosit
paru-paru, kemudian menyebar secara atau melalui monosit/neutrofil
yang meningkatkan permeabilitas sel endotel
hematogen ke sistem saraf pusat. dengan bacilli.
untuk menembus BBB

Lesi ini dapat menyebabkan kompresi


Jika lesi ini pecah dapat pada pedunculus os temporal yang Pada awal infeksi, M.Tuberculosis membuat lesi
mengakibatkan meningitis ketika mengakibatkan hemiparesis secara kecil. Lesi ini suatu saat akan membesar, bisa
isinya mengalir ke ruang bertahap. Lesi tersebut mengandung menekan ruang otak bagian dalam yang akan
subarachnoid atau ke dalam berbagai nekrosis kaseosa sentral, sel meningkatkan tekanan intracranial yang
sistem ventrikel epiteloid, infiltrat limfositik dan Giant bermanifestasi sebagai pusing.
cells.
MANIFESTASI KLINIS

Tuberkuloma otak dapat bermanifestasi dalam penyakit subakut atau kronis, yang berlangsung dari minggu ke bulan,
dengan predominan pada pasien immunocompromised. Jika pasien mengembangkan lesi parenkim kecil yang
terisolasi atau sedikit, perjalanan klinis mungkin asimtomatik, tetapi jika lesi ini multipel atau besar, gejala umumnya
adalah:

• Demam • Kejang
• Muntah • Hidrosefalus
• Sakit kepala • Tanda iritasi meningeal
• Defisit neurologis fokal • Hipertensi intrakranial dengan papilledema

Pada pasien dengan HIV, tuberkuloma dapat berlubang dan terisi cairan, dan bisa berubah menjadi abses. Dalam
beberapa kasus, abses dapat pecah ke dalam ruang epidural dan foramen intervertebralis, yang dapat menyebabkan
paraplegia.
DIAGNOSIS

Diantara pasien TB, tuberkuloma otak adalah satu-satunya manifestasi yang terlihat pada 24% kasus.

Ketika tuberkuloma menjadi satu-satunya lesi, pemeriksaan CSF mungkin normal, namun dikarenakan adanya
peningkatan TIK bisa dikaitkan dengan peningkatan jumlah sel darah putih.

PCR pada CSF dapat berguna untuk mendiagnosis tuberkuloma otak

Pemeriksaan imaging seperti CT-scan dan MRI dengan kontras merupakan pemeriksaan dasar untuk penegakan
diagnosis tuberkuloma.

Gambaran tuberkuloma yang paling umum adalah gambaran “ring-enhancing” lession yang diakibatkan karena tidak
adanya suplai darah di pusat nekrosis di dalam tuberkuloma
PEMERIKSAAN PENUNJANG

01 CT-Scan

Gambaran pad CT-Scan menunjukkan lesi hipodens atau


isodens pada studi non-kontras, namun ketika sudah
diberikan kontras muncul bentukan seperti cincin atau
cakram homogen dengan bagian dalam yang bersifat
hipodens.

Boonkat G, Bartoletti R, Bruyere F, Cai T, Geerlings SE, Schubert S et al. EAU


Guidelines on Urological Infections. European Association of Urology. 2020.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

02 MRI

MRI sedikit lebih unggul untuk menunjukkan ukuran lesi


otak dan membantu mengidentifikasi kaseosa padat
nekrosis.
Pada gambaran MRI pasien yang memiliki tuberkuloma
non-kaseosa, gambar biasanya menunjukkan
hiperintensitas pada T2-WI dan hipo-intensitas ringan
pada T1-WI

Boonkat G, Bartoletti R, Bruyere F, Cai T, Geerlings SE, Schubert S et al. EAU


Guidelines on Urological Infections. European Association of Urology. 2020.
TATA L A K S A N A
• Obat Anti Tuberkulosis  2RHZE/4RH
TATA L A K S A N A

•Tuberkuloma umumnya diobati melalui kombinasi obat HRZE (Isoniazid, Rifampin,


Pyrazinamide, Ethambutol) diikuti dengan terapi tambahan 4 bulan H plus R atau rifabutin

•Waktu pengobatan adalah 9-12 bulan sesuai manajemen medis standar. Sementara
sebagian besar tuberkuloma sembuh dalam 12-24 bulan, pada pasien dengan lesi
multipel atau lebih besar, pengobatan jangka panjang hingga lebih dari dua tahun
mungkin diperlukan.

•Tuberkuloma yang luar biasa besar, yang menimbulkan efek massa pada otak, dan yang
gagal merespons manajemen medis memerlukan eksisi bedah. Dalam beberapa kasus,
eksisi bedah diperlukan untuk diagnosis serta pengobatan
PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

Mortalitas dan komplikasi neurologis terjadi pada 50% pasien


meningoensefalitis tuberkulosis meskipun sudah diberikan obat antituberkulosis.
Usia tua > 60 tahun, penurunan GCS saat awal masuk rumah sakit, defisit
neurologis, hidrosefalus, dan waktu pemberian obat antituberkulosis yang
terlambat merupakan faktor prognosis buruk pada pasien meningoensefalitis
tuberkulosis.
Pada kasus, pasien mengalami penurunan GCS dan defisit neurologis yang
merupakan faktor prognosis buruk
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai