1.1 IDENTIFIKASI
Nama : Tn. R
Umur : 24 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Bungaran IV, Lrg Swadaya 1 RT015 RW OO3
8 Ulu/Seberang Ulu 1/Kota Palembang/ Sumatra selatan.
Agama : Islam
MRS Tanggal : 29 Febuari 2020
1.2 ANAMNESA
Penderita dirawat di bagian syaraf RSUD Palembang BARI dengan
keluhan tidak bisa berjalan yang disebabkan oleh kelemahan pada tungkai
kanan dan lengan kanan yang terjadi secara tiba-tiba.
Sejak lebih kurang 24 jam yang lalu SMRS, saat penderita beristirahat,
tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada lengan dan tungkai kanan
tanpa disertai penurunan kesadaran. Saat serangan penderita merasa sakit
kepala disertai mual, tanpa disertai kejang dan tidak disertai gangguan rasa
pada sisi yang lemah dan disertai gangguan baal, dan rasa kesemutan pada
sisi yang lemah. Kelemahan lengan dan tungkai kanan dirasakan sama berat.
Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan. Penderita dapat
mengungkapkan isi pikiran secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita dapat
mengerti isi pikiran orang lain secara lisan, tulisan dan isyarat. Saat serangan
penderita tidak mengalami jantung berdebar yang disertai sesak nafas.
Penderita mengatakan memeliki riwayat sakit kepala pada pagi hari
dan hilang pada malam hari. Selama ini penderita tidak ada riwayat kencing
manis, penderita juga tidak ada riwayat penyakit jantung, dan riwayat trauma
kepala. Penderita memiliki riwayat merokok 3 batang rokok sehari kurang
lebih 8 tahun, penderita tidak minum-minuman yang beralkohol.
Penyakit ini diderita untuk pertama kalinya.
1
2
I. Status Praesens
Kesadaran : E3M6V4
Suhu Badan : 36,5 ºC
Nadi : 64 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
TD : 140/80 mmHg
Gizi : Baik
Berat Badan : belum bias dinilai
Tinggi Badan : belum bisa dinilai
Status Internus
Jantung : Bunyi Jantung I dan II normal, Murmur (-), gallop (-)
Paru-paru : Vesikuler (+/+), ronkhi (-), wheezing (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Anggota Gerak : Lihat status neurologikus
Genitalia : Tidak diperiksa
Sikap : Kooperatif
Perhatian : Ada
Ekspresi Muka : Wajar
Kontak Psikis : Ada
B. Leher
Sikap : Lurus
Torticolis : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak ada pelebaran
C. Syaraf-Syaraf Otak
1. N. Olfaktorius
Kanan Kiri
Penciuman Normal Normal
Anosmia Tidak ada Tidak ada
Hyposmia Tidak ada Tidak ada
Parosmia Tidak ada Tidak ada
2. N.Optikus
Kanan Kiri
Visus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Campus visi
Fundus Okuli
- Papil edema Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Papil atrofi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
- Perdarahan retina Tidak diperiksa Tidak diperiksa
4
4. N.Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit Normal Normal
- Trismus Normal Normal
- Refleks kornea Normal Normal
Sensorik
- Dahi Normal Normal
- Pipi Normal Normal
5
6. N. Cochlearis
Kanan Kiri
Suara bisikan Normal Normal
Detik arloji Normal Normal
Tes Weber Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Tes Rinne Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Refleks
- Muntah Tidak diperiksa
- Batuk Tidak diperiksa
- Okulokardiak Bradikardia
- Sinus karotikus Bradikardia
Sensorik
- 1/3 belakang lidah Sulit dinilai
8. N. Accessorius
Kanan Kiri
Mengangkat bahu Normal Normal
Memutar kepala Normal Normal
9. N. Hypoglossus
Kanan Kiri
Menjulurkan lidah Deviasi ke kanan
Fasikulasi tidak ada
Atrofi papil tidak ada
Disartria ada
D. Kolumna Vertebralis
Kyphosis : Tidak ada kelainan
Skoliosis : Tidak ada kelainan
Lordosis : Tidak ada kelainan
Gibbus : Tidak ada kelainan
Deformitas : Tidak ada kelainan
Tumor : Tidak ada kelainan
Menikokel : Tidak ada kelainan
Hematoma : Tidak ada kelainan
Nyeri Ketok : Tidak ada kelainan
7
Refleks patologis
- Hoffman Ttromner Normal Normal
Trofik Eutrofik Eutrofik
2. Tungkai
Kanan Kiri
Gerakan Cukup Kuat
Kekuatan 3 5
Tonus Eutoni Eutoni
Klonus
-Paha Negatif Negatif
-Kaki Negatif Negatif
Refleks fisiologis
-KPR Positif Positif
-APR Positif Positif
Refleks patologis
-Babinsky Positif Positif
-Chaddock Tidak ada Tidak ada
8
3. Sensorik
Atas : Tidak ada Kelainan
Tengah : Tidak ada Kelainan
Bawah : Tidak ada Kelainan
Gerakan: kurang
Kekuatan : 3
Refleks fisiologis
biceps (+)
Triceps (+) 9
Perioustt radius
(+)
Perioust ulna: (+)
F. Gambar
Hemiparese Dextra tipe Spastik + Parese N. VII Dextra tipe sentral +Parese N.
XII Dextra tipe Sentral
10
J. Fungsi Vegetatif
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
K. Fungsi Luhur
Afasia motorik : Tidak ada
Afasia sensorik : Tidak ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
Afasia nominal : Tidak ada
1.4 Laboratorium :
29 febuari 2020 (16.32 WIB)
DARAH:
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Hb 15,4 g/dL 12 – 14
Eritrosit 5.27 Juta/uL 4.5-5.5
Leukosit 9.8 Ribu/uL 5-10
Trombosit 383 Ribu/mm 150-400
Hematokrit 45 % 38 – 54
Trombosit 383.000 /uL 150.000-400.000
Hitung Jenis 0/2/0/58/32/8 % 0-1/1-3/2-6/50-70/20-40/2-8
Kolestrol total 178 mg/dL < 200
Kolestrol HDL 44 mg/dL >50
Kolestrol LDL 115 mg/dL <130
Trigliserid 93 mg/dL <200
Ureum 31 mg/dL 20-40 mg/dl
13
2 Liquor Cerebrospinalis
Warna : Tidak diperiksa
Kejernihan : Tidak diperiksa
Tekanan : Tidak diperiksa
Jumlah sel : Tidak diperiksa
Nonne : Tidak diperiksa
Protein : Tidak diperiksa
Glukosa : Tidak diperiksa
Queckensted : Tidak diperiksa
Kultur : Tidak diperiksa
Pandy : Tidak diperiksa
b. CT Scan Kepala
15
Pemeriksaan Motorik
Motorik
Lengan
Kanan Kiri
Gerakan Cukup Kurang
Kekuatan 3 5
Tonus Hipertonus Hipotonus
Refleks fisiologis
- Biceps Hiperrefleks Normal
- Triceps Hiperrefleks Normal
- Radius Hiperrefleks Normal
- Ulna Hiperrefleks Normal
- Refleks patologis
- Hoffman Ttromner Normal Normal
Trofik Eutrofi Eutrofi
Tungkai
Kanan Kiri
Gerakan Cukup Kuat
Kekuatan 3 5
Tonus Eutoni Eutoni
Klonus
-Paha Negatif Negatif
-Kaki Negatif Negatif
Refleks fisiologis
-KPR Positif Positif
-APR Positif Positif
Refleks patologis
-Babinsky Positif Positif
-Chaddock Tidak ada Tidak ada
18
I.6.3 DIAGNOSA
- Diagnosa Klinik :Hemiparese dextra tipe Spastik+ Parese
Nervus VII dextra tipe Sentral +Parese Nervus XII dextra tipe
sentral
- Diagnosis Topik : Lesi di kapsula interna hemisferium serebri
- Diagnosis Etiologi : CVD non hemoragik (Thrombosis serebri)
I.6.4 Penatalaksanaan
Perawatan :
CT Scan kepala
Cek BSN
Tatalaksana:
IVFD RL gtt 20x/m
Inj. Citicoline 2x500 mg (IV)
Inj. Ranitidin 2x1 amp (IV)
Aspilet 2x2 tab : stop
Neurodex 1x1 tab
Inj. Kalnex 3x500
Bedrest Total
1.6.5 Prognosa
Quo ad Vitam : Bonam
19
DISKUSI KASUS
DIAGNOSA BANDING
I. Diagnosis Banding Topik
3) Hemoragik Serebri
Pada penderita ditemukan gejala
- Penurunan kesadaran
- Terjadi saat aktivitas - Tidak terjadi penurunan kesadaran
dan atau muntah - Ada sakit kepala, tidak mual atau muntah
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
1-Maret Keluhan: Kelemahan pada tungkai dan Farmakoterapi
-2020 lengan kanan
-IVFD RL gtt
6:30
Status Generalis 15x/m
- Kesadaran : E3M6V4 -Inj. Ranitidin 2x1
- TD : 140/80 mmHg
amp (IV)
- HR : 64x/menit, reguler
- RR : 24 x/menit -Inj.Citicoline
- Temp : 36,5oC 2x500 mg (IV)
-Aspilet 2x2 mg
Nervi Cranialis
- N.I: penciuman normal -Neurodex 1x1 tab
- N.II: Tidak diperiksa - -inj kalnex 3x500
- N.III, IV, VI: Pupil bulat, refleks pupil (+/+),
- -bedrest total
isokor, refleks cahaya langsung (+/+).
- N.V: Trimus (-) -
- N.VII: Mengerutkan dahi tidak semetris.
- N. VIII: Tidak ada kelainan
- N.IX, X: Refleks menelan ada
- N.XI : memutar kepala belum dapat dinilai,
mengangkat bahu (+)
- N.XII: deviasi ke kanan
- Atrofi lidah (-), fasikulasi (-), dysartia (-)
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Cukup kuat
Kekuatan : 3 5
Tonus : Hipertonus Hipotoni
Refleks fisiologis
Biceps: Hiperrefleks Normal
Triceps: Hiperrefleks Normal
P. Radius: Hiperrefleks Normal
P. Ulna: Hiperrefleks Normal
Refleks patologis
Hoffman T : Normal Normal
- Refleks patologis
- Babinsky : Positif Positif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Cukup Kuat
Kekuatan : 3 5
Tonus : Hipertoni Hipotoni
Refleks fisiologis
Biceps: Hiperrefleks Normal
Triceps: Hiperrefleks Normal
P. Radius: Hiperrefleks Normal
P. Ulna: Hiperrefleks Normal
Refleks patologis
Hoffman Trommer : Normal Normal
- Refleks patologis
- Babinsky : Positif Positif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
(+)
- N.XII: deviasi ke kanan
Atrofi lidah (-), fasikulasi (-), dysartia (-)
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Cukup Kuat
Kekuatan : 0 5
Tonus : hipertonus eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: Hiperefleks Normal
Triceps: Hiperefleks Normal
P. Radius: Hiperefleks Normal
P. Ulna: Hiperefleks Normal
Refleks patologis
Hoffman Trommer : Normal Normal
Fungsi vegetatif:
Miksi: Normal
Defekasi: Normal
Diagnosis Klinik : Hemiparese
Dextra tipe Spastik + Parese N. VII
Dextra tipe sentral + parese N. XII
Dextra tipe sentral
Diagnosis Topik : Lesi di Capsula
Interna hemiferium serebri
- Diagnosis Etiologi : CVD non hemoragik
(Trombosis serebri)
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
4-Maret Keluhan: Kelemahan pada tungkai dan Farmakoterapi
-2020 lengan kanan
-IVFD RL gtt
6:30
Status Generalis 15x/m
- Kesadaran : E3M6V4 -Inj. Ranitidin 2x1
- TD : 110/80 mmHg
amp (IV)
- HR : 64x/menit, reguler
- RR : 23 x/menit -Inj.Citicoline
- Temp : 36,2oC 2x500 mg (IV)
-asam tranexamat
Nervi Cranialis
- N.I: penciuman normal 120
- N.II: Tidak diperiksa - manitol 24 = o6
- N.III, IV, VI: Pupil bulat, refleks pupil (+/+),
isokor, refleks cahaya langsung (+/+).
- N.V: Trimus (-)
- N.VII: Mengerutkan dahi tidak semetris.
- N. VIII: Tidak ada kelainan
- N.IX, X: Refleks menelan ada
- N.XI : memutar kepala belum dapat dinilai,
mengangkat bahu (+)
- N.XII: deviasi ke kanan
Atrofi lidah (-), fasikulasi (-), dysartia (-)
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
28
- Refleks patologis
- Babinsky : Positif Positif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Positif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Cukup Kuat
Kekuatan : 1 5
Tonus : Hipertoni Hipotoni
Refleks fisiologis
Biceps: Hiperefleks Normal
30
- Refleks patologis
- Babinsky : Positif Negatif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Cukup Kuat
Kekuatan : 1 5
Tonus : hipertonus eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: Hiperrefleks Normal
Triceps: Hiperrefleks Normal
P. Radius: Hiperrefleks Normal
P. Ulna: Hiperrefleks Normal
Refleks patologis
Hoffman Trommer : Normal Normal
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI
/ PUKUL
7-Maret Keluhan: Kelemahan pada tungkai dan Farmakoterapi
-2020 lengan kanan mulai membaik
-IVFD RL gtt
6:30
Status Generalis 15x/m
- Kesadaran : E3M6V4 -Inj. Ranitidin 2x1
- TD : 140/80 mmHg
amp (IV)
- HR : 64x/menit, reguler
- RR : 24 x/menit -Inj.Citicoline
- Temp : 36,5oC 2x500 mg (IV)
-Aspilet 2x2 mg
Nervi Cranialis
- N.I: penciuman normal -Neurodex 1x1 tab
- N.II: Tidak diperiksa - -inj kalnex 3x500
- N.III, IV, VI: Pupil bulat, refleks pupil (+/+),
- -bedrest total
33
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Cukup kuat
Kekuatan : 1 5
Tonus : Eutoni Eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: Hiperrefleks Normal
Triceps: Hiperrefleks Normal
P. Radius: Hiperrefleks Normal
P. Ulna : Hiperrefleks Normal
Refleks patologis
Hoffman T : Normal Normal
- Refleks patologis
- Babinsky : Negatif Negatif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
34
Columna Vertebralis:
tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Cukup Kuat
Kekuatan : 3 5
Tonus : Hipertoni Hipotoni
Refleks fisiologis
Biceps: Hiperrefleks Normal
Triceps: Normal Normal
P. Radius: Hiperrefleks Normal
P. Ulna: Hiperrefleks Normal
Refleks patologis
Hoffman Trommer : Normal Normal
- Refleks patologis
- Babinsky : Negatif Negatif
- Chaddock : Negatif Negatif
- Oppenhaim : Negatif Negatif
- Gordon : Negatif Negatif
- Schaeffer : Negatif Negatif
- Rossolimo : Negatif Negatif
- Mendel B : Negatif Negatif
Defekasi: Normal
Diagnosis Klinik : Hemiparese
Dextra tipe Spastik +Parese N. VII
Dextra tipe sentral + parese N.XII
Dextra tipe sentral
Diagnosis Topik : Lesi di Capsula
Interna hemiferium serebri
- Diagnosis Etiologi : CVD non hemoragik
(Trombosis serebri)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
intelektual kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron. Otak
merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-neuron di
otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas
pada otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih
fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak sepertinya belajar kemampuan
baru. Ini merupakan mekanisme paling penting yang berperan dalam
pemulihan stroke.1
Otak merupakan bagian sistem saraf pusat dimana dalam
pembagiannya digolongkan menjadi korteks serebri, ganglia basalis, thalamus
dan hypothalamus, mesenchepalon, batang otak, dan serebelum. Bagian ini
dilindungi oleh tiga selaput pelindung (meningens) yaitu duramater,
arachnoidea, piamater dan dilindungi oleh tulang tengkorak .1
Otak terdiri dari neuron – neuron, sel glia, cairan serebrospinalis, dan
pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama yaitu
sekitar 100 miliar tetapi jumlah koneksi diantara berbagai neuron tersebut
berbeda – beda. Orang dewasa yang mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan
50% glukosa di dalam darah arterinya hanya membentuk sekitar 2% atau 1,4
kg koneksi neuron dari berat tubuh total.1
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu
sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar
berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah
arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang
menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri
serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah
ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior.
Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri
serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi.1
38
b) Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang
berjalan ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura
parieto-oksipitalis. Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat
verbal, visual, pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan
perkembangan emosi.2
c) Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran.2
d) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan
dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan
informasi saraf lain & memori.2
e) Lobus Limbik
40
2) Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan.2
3) Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya
dan medulla spinalis dibawahnya.2
41
2.3 Stroke
2.3.1 Definisi
Definisi stroke menurut WHO adalah tanda-tanda klinis
gangguan fungsi otak fokal atau global yang berkembang dengan
tiba-tiba, berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan
kematin, tanpa penyebab lain yang jelas selain dari vaskular.
Definisi lain stroke menurut American Heart Association (AHA)
istilah stroke harus digunakan secara luas untuk mencakup semua
hal berikut:3,4
1. Infark sistem saraf pusat adalah kematian otak, medula spinalis,
atau sel retina akibat iskemia, berdasarkan pada patologi,
imaging (pencitraan), atau bukti objektif lainnya dari cedera
iskemik fokal otak, medula spinalis, atau retina dalam distribusi
vaskular yang jelas, atau bukti klinis dari cedera iskemik fokal
dari otak, medula spinalis, atau retina berdasarkan gejala yang
bertahan ≥ 24 jam atau sampai kematian, dan etiologi lainnya
disingkirkan.
45
2.3.2 Epidemiologi
Di seluruh dunia, stroke merupakan penyebab kedua
kematian dan urutan ketiga penyebab disabilitas. Sekitar 10% dari
55 kematian di dunia yang terjadi setiap tahun di dunia disebabkan
oleh stroke. Selama dekade ini, kejadian stroke telah menurun
sebanyak 42% di negara-negara berpenghasilan tinggi, sedangkan
selama empat dekade terakhir, insiden stroke di negara
berpenghasilan rendah dan menengah menjadi meningkat lebih
dari dua kali lipat.4
Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis pada penduduk
umur ≥ 15 tahun di Indonesia pada tahun 2018 berdasarkan
diagnosis dokter sebanyak 10,9 per mil, jumlah ini meningkat
dibandingkan tahun 2013 berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebanyak 7 per mil. Prevalensi stroke pada tahun 2013 berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi Utara (10,8 per
mil), diikuti oleh D.I Yogyakarta (10,3 per mil). Prevalensi stroke
berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan gejala tertinggi
terdapat di Sulawesi Selatan (17,9 per mil), D.I Yogyakarta (16,9
per mil), Sulawesi Tengah (16,6 per mil), kemudian diikuti oleh
Jawa Timur (16 per mil). Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi
pada masyarakat dengan pendidikan rendah baik yang terdiagnosis
tenaga kesehatan (16,5 per mil) maupun diagnosis tenaga
kesehatan atau gejala (32,8 per mil). Prevalensi stroke di perkotaan
lebih tinggi daripada pedesaan, Prevalensi juga lebih tinggi pada
masyarakat yang tidak bekerja dibandingkan yang bekerja. Stroke
juga meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada
umur ≥ 75 tahun. Prevalensi stroke menurut Riskesdas terjadi sama
tinggi pada laki-laki dan perempuan.5
2.3.3 Klasifikasi
Menurut Perdossi stroke dapat diklasifikasikan berdasarkan
gambaran klinik, patologi anatomi, sistem pembuluh darah, dan
47
2) Stroke hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral paling sering terjadi akibat
cedera vaskular yang dipicu oleh hipertensi dan ruptur
salah satu dari banyak arteri kecil yang menembus jauh
ke dalam jaringan otak. Apabila perdarahan terjadi pada
individu yang tidak mengidap hipertensi, maka
diperlukan pemeriksaan untuk mengetahui kausa lain
dari perdarahan tersebut seperti gangguan perdarahan,
malformasi arteriovena, dan tumor yang menyebabkan
erosi. Stroke yang disebabkan oleh perdarahan
intraserebrum paling sering terjadi pada saat pasien
terjaga dan aktif, sehingga kejadian sering disaksikan
orang lain.7
Karena lokasinya berdekatan dengan arteri-arteri
dalam, basal ganglia dan kapsula interna sering
menerima beban terbesar tekanan dan iskemia yang
disebabkan stroke tipe ini. Dengan mengingat bahwa
basal ganglia memodulasi fungsi motorik volunter dan
bahwa semua serat saraf aferen dan eferen di separuh
korteks mengalami pemadatan untuk masuk dan keluar
48
b. Perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarachnoid memiliki dua kausa utama
yaitu ruptur suatu aneurisma vaskular dan trauma kepala.
Karena perdarahan dapat masif dan ekstravasasi darah ke
dalam ruang subarachnoid lapisan meningen dapat
berlangsung cepat, maka angka kematian sangat tinggi
sekitar 50% pada bulan pertama setelah perdarahan.
Penyebab tingginya angka kematian ini adalah bahwa
empat penyulit utama dapat menyebabkan iskemia otak
serta morbiditas dan mortalitas tipe lambat yang dapat
terjadi lama setelah perdarahan terkendali. Penyulit-
penyulit tersebut adalah vasospasme reaktif disertai
infark, ruptur ulang, hiponatremia, dan hidrosefalus.
Bagi pasien yang bertahan hidup setelah perdarahan
awal, ruptur ulang atau perdarahan ulang adalah penyulit
paling berbahaya pada masa pascaperdarahan dini.
Vasospasme adalah penyulit yang terjadi 3 sampai 12
hari setelah perdarahan awal. Seberapa luas spasme
arteru menyebabkan iskemia dan infark bergantung pada
keparahan dan distribusi pembuluh-pembuluh yang
terlibat.7
1) TIA
2) Stroke-in-evolution
3) Completed stroke
f. Kegemukan
g. Polisitemia
h. Kelainan anatomi pembuluh darah
Tabel 2.2 Gejala-gejala neurologi yang timbul biasanya bergantung pada arteri yang
tersumbat:12
58
2. Gambaran Laboratorium
59
b) MR angiografi (MRA)
MRA juga terbukti dapat mengidentifikasi lesi vaskuler dan
oklusi lebih awal pada stroke akut. Sayangnya, pemerikasaan
ini dan pemeriksaan MRI lainnya memerlukan biaya yang
tidak sedikit serta waktu pemeriksaan yang agak panjang.
Protokol MRI memiliki banyak kegunaan untuk pada stroke
akut.13
61
Mengantuk/stupor = 2
Koma/semikoma = 2
Nyeri kepala:
Tidak ada nyeri kepala = 0
Nyeri kepala= 1
Tanda ateroma:
Tidak ada tanda ateroma = 0
Tanda ateroma (diabetes, angina, penyakit arteri perifer) =1
2.3.7 Tatalaksana
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca
fase akut:14
1. Fase Akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan pada fase ini adalah menyelamatkan neuron
yang menderita jangan sampai mati dan agar proses patologik
lainnya yang menyertai tidak mengganggu/mengancam fungsi
otak. tindakan dan obat yang diberikan haruslah menjamin
perfusi darah ke otak tetap cukup, tidak justru berkurang. Karena
itu dipelihara fungsi optimal:
Respirasi
Jalan napas harus bersih dan longgar
Jantung
Harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG
Tekanan darah
Dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau jangan sampai
menurunkan perfusi otak
Gula darah
Kadar gula yang tinggi pada fase akut tidak boleh diturunkan
secara drastis, terutama bila pasien memiliki diabetes mellitus
kronis
Balans cairan
63
- Pengobatan hipertensi
- Mengobati diabetes mellitus
- Menghindari rokok, obesitas, stress, dll
- Berolahraga teratur
DAFTAR PUSTAKA