Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH SENAM HIPERTENSI TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA

DI POSYANDU LANSIA DESA KRANDEGAN KABUPATEN WONOGIRI

1)
Sri Wahyuni 2)Wahyuningsih Safitri 3)Alfyana Nadya Rachmawati

Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta 2015

Abstrak

Faktor resiko yang mendorong terjadinya hipertensi adalah genetik, stress,


obesitas, konsumsi makanan yang tinggi garam, merokok, konsumsi alkohol dan
kurang olahraga. Cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh lansia agar terhindar
dari penyakit hipertensi dengan semboyan SEHAT yaitu seimbangkan gizi,
enyahkan rokok, hindari stress, awasi tekanan darah dan teratur berolahraga.
Teratur berolahraga dapat dilakukan dengan cara latihan fisik yang sesuai dengan
lansia diantaranya berjalan-jalan, bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan
rumah dan senam hipertensi. Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh senam hipertensi dengan tekanan darah lansia di Posyandu Lansia Desa
Krandegan Kabupaten Wonogiri.
Rancangan penelitian pra-eksperimen, dengan menggunakan pendekatan
“one group pretest and posttest design”. Teknik sampling purposive sampling.
Sampel penelitian sebanyak 64 lansia.
Hasil penelitian menunjukkan tekanan darah lansia sebelum dilakukan
senam hipertensi diperoleh nilai rata-rata sebesar 165/87 mmHg (hipertensi
sedang). Tekanan darah lansia setelah dilakukan senam hipertensi diperoleh nilai
rata-rata sebesar 164/87 mmHg (hipertensi sedang). Tidak ada pengaruh senam
hipertensi dengan tekanan darah lansia di Posyandu Lansia Desa Krandegan
Kabupaten Wonogiri yang ditunjukkan nilai rerata 69,27 dan postest sebesar
59,73 dengan Zhitung sebesar -1,542 (pvalue = 0,123 > 0,05).
Lansia dengan hipertensi diharapkan untuk melaksanakan senam
hipertensi sebagai alternative intervensi non farmakologis tanpa mengurangi atau
menghindari terapi farmakologik yang sudah berjalan.

Kata Kunci : Senam Hipertensi, Lansia, Tekanan Darah.

1
ABSTRACT

The risk factors that contribute to hypertension are genetic, stress, obesity,
consumption of food with high salt content, smoking, alcohol consumption, and
lack of exercise. The prevention can be done by the elderly to avoid hypertension
disease with the slogan SEHAT namely: nutritional balance, get rid of smoking,
avoid stress, keep an eye on blood pressure, and regular exercise. Regular exercise
can be done by having appropriate physical exercises for the elderly such as
walking, cycling, swimming, doing household work, and doing hypertension
exercise. The objective of this research is to investigate the effect of the
hypertension exercise on the blood pressure of the elderly at Elderly Integrated
Health Post of Krandegan Village, Wonogiri Regency.
This research used the pre-experimental method with the "one-group
pretest and posttest design". The samples of research consisted of 64 respondents
and were taken by using the purposive sampling technique.
The results shows that on average the blood pressure of the elderly prior to
the hypertension exercise was 165/87 mmHg (moderate hypertension). Following
the hypertension exercise, on average the blood pressure of the eldery became
164/87 mmHg (moderate hypertension). Thus, there was not any effect of the
hypertension exercise on the blood pressure of the elderly at Elderly Integrated
Health Post of Krandegan Village, Wonogiri Regency as indicated by the result of
pre-test of 69.27 and that of post-test of 59.73 with the value Zcount = -1.542 (pvalue
= 0.123> 0.05).
Thus, the eldery with hypertension is expected to do a hypertension
exercise as alternative non-pharmacological intervention without reducing or
avoiding the on-going pharmacologic therapy.

Keywords : Hypertension exercise, elderly, blood pressure

2
1. PENDAHULUAN seumur hidup (Wolff, 2008).
Saat ini masyarakat lebih Berdasarkan data dari Simpus (2014),
menyukai makanan siap saji, dimana hipertensi merupakan yang sepuluh
makanan tersebut banyak mengandung besar penyakit yang terjadi di
lemak, protein, tinggi garam dan rendah Puskesmas Bulukerto.
serat (Muhammadun, 2010). Hal Cara pencegahan yang dapat
tersebut menyebabkan berbagai masalah dilakukan oleh lansia agar terhindar dari
kesehatan antara lain adalah hipertensi. penyakit hipertensi dengan semboyan
Hipertensi esensial (primer) merupakan SEHAT yaitu seimbangkan gizi,
penyakit urutan kedua setelah infeksi enyahkan rokok, hindari stress, awasi
saluran nafas bagian atas akut dari tekanan darah dan teratur berolahraga.
sepuluh besar penyakit rawat jalan di Teratur berolahraga dapat dilakukan
Rumah Sakit tahun 2010 (Kemenkes RI, dengan cara latihan fisik yang sesuai
2012). Hasil Riskesdas (2013) dengan lansia diantaranya berjalan-jalan,
kecenderungan prevalensi hipertensi bersepeda, berenang, melakukan
mengalami kenaikan dari 7,6% tahun pekerjaan rumah dan senam hipertensi
2007 menjadi 9,5% pada tahun 2013. (Maryam dkk, 2008). Hasil penelitian
Faktor resiko yang mendorong Victor Moniaga, dkk (2013)
terjadinya hipertensi adalah genetik, menunjukkan adanya perbedaan yang
stress, obesitas, konsumsi makanan yang bermakna pengukuran tekanan darah
tinggi garam, merokok, konsumsi sistolik subjek sebelum perlakuan
alkohol dan kurang olahraga dengan minggu ketiga setelah perlakuan
(Muhammadun, 2010). Menurut Dirjen senam bugar lansia.
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Latihan fisik seperti senam yang
Lingkungan yaitu, menyatakan bahwa teratur membantu mencegah kronis
31,7% prevalensi hipertensi di seperti hipertensi (Once, 2011). Senam
Indonesia, 60% penderita hipertensi hipertensi adalah bagian dari usaha
mengalami stroke, sedangkan sisanya untuk mengurangi berat badan dan
mengalami penyakit jantung, gagal mengelola stress yang merupakan dua
ginjal dan kebutaan (Aditama, 2009). faktor yang mempertinggi resiko
Seseorang yang mengalami hipertensi (Vitahealth,2004).
hipertensi harus menggunakan obat Dari laporan sepuluh besar
untuk mengendalikan tekanan darahnya, penyakit di wilayah Puskesmas
maka pengobatan tersebut bersifat Bulukerto Wonogiri jumlah penderita

2
hipertensi pada bulan Oktober sampai pretest and posttest design”. Teknik
bulan Desember 2014 sejumlah 234 sampling dalam penelitian ini adalah
kasus atau 16% dari jumlah kunjungan purposive sampling. Sample yang
pasien rawat jalan (Simpus Wonogiri, digunakan sebanyak 64 orang yang
2014). Posyandu Lansia Desa sebelumnya telah memenuhi kriteria
Krandegan Kec. Bulukerto Kab. inklusi untuk bisa diberikan perlakuan
Wonogiri pada bulan Desember 2014 senam hipertensi.
penderita hipertensi sejumlah 76 Analisa data dalam penelitian
penderita (Catatan PTM Desa ini melalui prosedur bertahap yaitu
Krandegan, 2014). analisis univariat dan analisis bivariat.
Berdasarkan data di Posyandu Analisis univariat dilakukan
Lansia Desa Krandegan terdapat 18 secara deskriptif, yaitu menampilkan
orang hipertensi ringan, 32 orang proporsi prosentase untuk variabel
hipertensi sedang dan 26 orang senam hipertensi, tekanan darah lansia
hipertensi berat (Catatan PTM Desa sebelum dan sesudah melaksanakan
Krandegan, 2014). Berdasarkan senam hipertensi dan jenis kelamin.
wawancara terhadap 20 lansia yang Varian data dilakukan pada variabel
berkunjung 11 orang menyatakan senam hipertensi dan tekanan darah.
tekanan darah meningkat karena jarang Analisis bivariat yang dilakukan
makan sayur, tidak pernah kontrol dan terhadap dua variabel yang diduga
tidak olahraga, 4 orang menyatakan berhubungan atau berkorelasi
karena merokok dan 5 orang kontrol dan (Notoatmodjo, 2007). Pada penelitian ini
minum obat tidak teratur. digunakan uji statistik Wilcoxon, karena
Berdasarkan latar belakang di data berdistribusi tidak normal.
atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh senam 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
hipertensi terhadap tekanan darah di a. Karakteristik Responden
Posyandu Lansia Desa Krandegan Tabel 1
Kabupaten Wonogiri. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur di Posyandu
Lansia Desa Krandegan Kabupaten
Wonogiri Bulan Maret 2015 (n=64)
2. METODE
Umur Lansia f %
Penelitian ini merupakan jenis Usia lanjut 2 3,1%
penelitian pra-eksperimen, dengan resiko tinggi
(>70 thn)
menggunakan pendekatan “one group

3
Senium (65 tahun 23 35,9% Hasilnya adalah gelombang denyut
ke atas)
yang tidak terputus dengan puncak
Prasenium (55- 27 42,2%
64 thn) yang tinggi (sistolik) dan lembah
Virilitas (45-54 12 18,8%
yang dalam (diastolik) (Wolff,
thn)
Jumlah 64 100,0% 2008). Adanya peningkatan umur,
akan menyebabkan peningkatan
Berdasarkan tabel 1 umur responden resistensi perifer dan aktivitas
terbanyak yaitu pada kelompok usia simpatik serta penurunan sensitivitas
lanjut dini prasenium (55-64 thn) pengaturan tekanan darah (refleks
yaitu sebanyak 27 responden atau baroreseptor) pada usia lanjut
42,2%, sedangkan pertengahan sehingga tekanan darah cenderung
umur usia lanjut virilitas (45-54 meningkat (Anggaraini, 2009).
tahun) sebanyak 2 responden atau Tabel 2
3,1%, senium (65 tahun ke atas) Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Jenis Kelamin
sebanyak 23 responden atau 35,9% di Posyandu Lansia Desa Krandegan
dan usia lanjut resiko tinggi (>70 Kabupaten Wonogiri
Bulan Maret 2015 (n=64)
tahun) sebanyak 2 responden atau Jenis Kelamin f %
3,1%. Laki-laki 11 17,2%
Perempuan 53 82,8%
Secara teoritis, lansia memang
Jumlah 64 100,0%
cenderung mengalami peningkatan
tekanan darah seiring dengan Berdasarkan tabel 2 jenis kelamin
bertambahnya usia. Kondisi yang responden terbanyak adalah
berkaitan dengan usia ini adalah perempuan yaitu sebanyak 53
produk samping dari keausan responden atau 82,8% sedangkan
arteriosklerosis dari arteri-arteri laki-laki sebanyak 11 responden
utama, terutama aorta, dan akibat atau 17,2%.
dari berkurangnya kelenturan. Menurut Cortas prevalensi
Dengan mengerasnya arteri-arteri ini terjadinya hipertensi antara pria dan
dan menjadi semakin kaku, arteri wanita sama, namun wanita
dan aorta itu kehilangan daya terlindung dari penyakit
penyesuaian diri. Dinding, yang kini kardiovaskular sebelum menopause,
tidak elastis, tidak dapat lagi karena dilindungi oleh hormon
mengubah darah yang keluar dari estrogen yang berperan dalam
jantung menjadi aliran yang lancar. meningkatkan HDL, dimana HDL

4
berperan penting dalam pencegahan
Berdasarkan tabel 3 tekanan darah
aterosklerosis (Sylvia & Price,
lansia sebelum dilakukan senam
2007). Bagi wanita (terutama usia
hipertensi diperoleh nilai minimum
45-55 tahun) merupakan masa pre-
sebesar 130/80 mmHg, maksimum
menopause sehingga tekanan darah
210/105 mmHg dan nilai rata-rata
menjadi meningkat. Hal tersebut
sebesar 165/87 mmHg (hipertensi
disebabkan oleh mulai hilangnya
sedang), sedangkan tekanan darah
sedikit demi sedikit hormon
lansia setelah dilakukan senam
estrogen pada wanita yang berfungsi
hipertensi diperoleh nilai minimum
sebagai pelindung pembuluh darah
sebesar 130/80 mmHg, maksimum
dari kerusakan. Hormon estrogen
210/100 mmHg dan nilai rata-rata
tersebut berperan dalam
sebesar 164/87 mmHg (hipertensi
meningkatkan kadar kolesterol baik
sedang). Hal ini mengindikasikan
atau High Density Lipoprotein
bahwa nilai rata-rata tekanan darah
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang
lansia tidak ada penurunan tekanan
tinggi bermanfaat untuk melindungi
darah lansia sebelum dan sesudah
dan mencegah terjadinya proses
dilakukan senam hipertensi.
aterosklerosis pada pembuluh darah.
Pada latihan ringan tidak ada
Efek dari perlindungan hormon
perubahan kadar aktivitas rennin
estrogen ini merupakan imunitas
dalam plasma, perubahan
bagi wanita usia pre-menopause
konsentrasi aldosteron serum,
(Anggaraini, 2009).
maupun perubahan aktivitas
angiotensin converting enzyme yang
b. Gambaran Tekanan Darah
bermakna, sehingga melalui latihan
Sebelum dan Sesudah Senam
ringan tekanan darah dapat
Hipertensi
menurun. Dengan kata lain, efek
Tabel 3
Tekanan Darah Lansia Sebelum dan stimulasi sistem rennin angiotensin
Sesudah Dilakukan
bisa diatasi dengan latihan yang
Senam Hipertensi di Posyandu
Lansia Desa Krandegan ringan. Kegagalan latihan untuk
Kabupaten Wonogiri
menurunkan tekanan darah pada
Bulan Maret 2015 (n=64)
Nilai Sebelum Sesudah beberapa individu mungkin karena
Mean 165/87 mmHg 164/87 mmHg
Maksimum 210/105 mmHg 210/100 mmHg perbedaan fungsi hemodinamik dan
Minimum 130/80 mmHg 130/80 mmHg
neuroendokrin (Kusmana, 2009).
Jumlah 64 64

5
Hasil analisa data menggunakan fisik berlangsung secara teratur dalam
Wilcoxon, adapun hasil pretest dan waktu cukup lama 20 menit sampai satu
posttest disajikan pada tabel berikut: jam, serta dilakukan secara teratur
Tabel 4 (Kusmana, 2009).
Hasil Uji Beda Wilcoxon
Hasil penelitian yang berjudul
Kelompok Rerata
Observasi Pre Post Zhitung pvalue Pelatihan Senam Lansia Menurunkan
test test
Tekanan Darah Lansia di Banjar Tuka
Tekanan 69,27 59,73 -1,542 0,123
Darah Dalung menunjukkan bahwa perbedaan
Lansia
rata-rata tekanan darah sistolik, diastolik
dan tekanan arteri rata-rata antar
Berdasarkan tabel 4 diketahuai
kelompok sebelum perlakuan tidak
bahwa nilai rerata kelompok pretest
menunjukkan perbedaan bermakna
sebesar 69,27 dan postest sebesar 59,73
setelah 3 minggu perlakuan, Sedangkan
dengan Zhitung sebesar -1,542 (pvalue =
setelah 6 minggu, dimana pada
0,123 > 0,05) sehingga H0 diterima,
kelompok perlakuan diberikan latihan
artinya, tidak ada pengaruh senam
senam lansia sebanyak 3 kali seminggu,
hipertensi dengan tekanan darah lansia
menunjukkan adanya perbedaan yang
di Posyandu Lansia Desa Krandegan
bermakna pada tekanan darah sitolik,
Kabupaten Wonogiri.
diastolik dan tekanan arteri rata-rata
Hasil analisis perbedaan tekanan
antar kelompok (Mayuni, 2013).
darah diastolik pre test dan post test
Peningkatan atau penurunan
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh
tekanan darah diastolik dipengaruhi oleh
senam hipertensi dengan tekanan darah
lamanya waktu beristirahat sebelum
lansia di Posyandu Lansia Desa
dilakukan pengukuran tekanan darah
Krandegan Kabupaten Wonogiri,
setelah senam, besarnya peningkatan
meskipun dalam rekapitulasi
dalam penggunaan oksigen maksimum
pengukuran tekanan darah lansia dapat
dan lamanya (dalam satuan minggu)
dilihat adanya penurunan tekanan darah
senam dilakukan (Kelley dan Tran
setelah perlakuan senam hipertensi.
2001). Sehubungan dengan hal tersebut
Lansia yang diberikan perlakuan
maka tidak adanya perbedaan yang
sebelumnya belum pernah melakukan
bermakna antara tekanan darah sebelum
senam hiertensi sedangkan manfaat
dan sesudah perlakuan senam hipertensi
latihan fisik baru bisa didapat jika
pada penelitian ini kemungkinan
peningkatan aliran darah lewat aktivitas
disebabkan karena waktu penelitian

6
singkat yang memakan waktu 3 minggu hipertensi yang meliputi resiko yang
Sehingga diperlukan waktu yang lebih tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti
panjang. keturunan, jenis kelamin, ras dan usia
Beberapa studi menunjukkan dan faktor risiko yang dapat
bahwa olahraga membantu menurunkan dikendalikan (minor). yaitu obesitas,
tekanan darah sistolik pada individu kurang olah raga atau aktivitas,
yang hipertensi, tetapi tidak semua studi merokok, minum kopi, sensitivitas
setuju dengan hal ini. Tidak semua natrium, kadar kalium rendah,
individu akan mengalami penurunan alkohollisme, stres, pekerjaan,
tekanan darah dengan melakukan pendidikan dan pola makan (Suhadak,
program olahraga. Hal ini terjadi karena 2010), maka pengendalian hipertensi
ada beberapa orang yang tidak sensitif tidak cukup hanya dengan satu
olahraga (exercise-insensitive), tidak penatalaksanan saja tetapi pengendalian
mengikuti aturan pengobatan, dan juga tekanan darah memerlukan terapi obat -
terjadi pada individu yang sensitif obatan yang sesuai, disertai perubahan
terhadap garam (salt-sensitive) pola hidup dan pelaksanaan terapi anti
(Williams, 2005). hipertensi dengan penetapan jadwal
Variabel perancu dalam rutin harian minum obat (Stoskslager,
penelitian ini seperti pola makan, stres, 2008).
aktivitas fisik, genetik serta pengobatan
farmakologis dalam penelitian ini tidak 4. SIMPULAN DAN SARAN
dapat dikendalikan sepenuhnya, a. Simpulan
sehingga masih banyak faktor yang 1) Tekanan darah lansia
dapat mempengaruhi tekanan darah pada sebelum dilakukan senam
lansia di desa Krandegan. Berdasarkan hipertensi diperoleh nilai
wawancara dan observasi, para lansia di rata-rata sebesar 165/87
desa Krandegan hanya tinggal sendiri mmHg (hipertensi sedang).
atau tinggal bersama anggota keluarga 2) Tekanan darah lansia
yang juga lansia sehingga tidak ada yang setelah dilakukan senam
mengontrol pola konsumsi, aktifitas hipertensi diperoleh nilai
fisik dan olah raga maupun pengobatan rata-rata sebesar 164/87
para lansia penderita hipertensi. mmHg (hipertensi sedang).
Mengingat banyaknya faktor 3) Tidak ada pengaruh senam
yang berperan untuk terjadinya hipertensi dengan tekanan

7
darah lansia di Posyandu b) Membandingkan efektifitas
Lansia Desa Krandegan pengaruh senam hipertensi
Kabupaten Wonogiri yang terhadap penurunan tekanan
ditunjukkan nilai rerata darah pada hipertensi ringan
69,27 dan postest sebesar sedang dan berat.
59,73 dengan Zhitung sebesar c) Membandingkan pengaruh
-1,542 (pvalue = 0,123 > senam dalam menurunkan
0,05). tekanan darah dengan terapi
b. Saran nonfarmakologi lainnya,
1) Bagi puskesmas dan masyarakat seperti diet rendah garam
Program Senam Hipertensi agar dan tinggi serat.
tetap dilaksanakan dengan d) Mempertimbangkan sarana
tujuan sebagai alternative komunikasi yang efektif
intervensi yang dapat agar pesan bisa
dimanfaatkan oleh tenaga tersampaikan dengan
kesehatan, khususnya perawat kepada para lansia.
komunitas untuk digunakan 4) Bagi peneliti
sebagai penatalaksanaan non Dapat menambah wawasan
farmakologi untuk menurunkan mengenai pengaruh senam
tekanan darah pada penderita hipertensi terhadap tekanan
hipertensi tanpa mengurangi darah lansia.
atau menghindari terapi
farmakologik yang sudah DAFTAR PUSTAKA
berjalan.
Aditama, T. A. (2009). Profil
2) Bagi institusi pendidikan
Pengendalian Penyakit &
Sebagai referensi khususnya Penyehatan Lingkungan tahun
2008, Diakses 15 Januari 2015:
bahan ajar Perawatan Kesehatan
http://www.pppl.depkes.go.id/i
Komunitas mengenai pengaruh mages_data/PROFIL%20%20P
P&PL%202008.pdf.
senam hipertensi terhadap
tekanan darah lansia Astari, dkk. (2012). Pengaruh Senam
Lansia terhadap Tekanan
3) Bagi peneliti lain
Darah Lansia dengan
a) Diharapkan ada penelitian Hipertensi pada Kelompok
Senam Lansia di Banjar Kaja
yang sama dengan rentang
Sesetan Denpasar Selatan.
waktu yang lebih lama. Skripsi. Program Studi Ilmu

8
Keperawatan. Fakultas System Informasi Puskesmas (Simpus).
Kedokteran. Universitas (2014). Data Pasien Penderita
Udayana Denpasar. Penyakit Rawat Jalan:
Hipertensi. Kab Wonogiri.
Catatan PTM Desa Krandegan. (2014). Jateng.

Victor Moniaga, dkk. (2013). Pengaruh


Kusmana, D. (2009). Hipertensi: Senam Bugar Lansia terhadap
Definisi, Prevalensi, Tekanan Darah Penderita
Farmakoterapi dan Latihan Hipertensi di BPLU Senja Cerah
Fisik. Cermin Dunia Paniki Bawah. Jurnal e-
Kedokteran. Biomedik (eBM), Volume 1,
Nomor 2, Juli 2013, hlm. 785-
Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia 789.
Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta: Salemba Medika. Vitahealth. (2004). Hipertensi
(Informasi Lengkap untuk
Muhammadun. (2010). Hidup Bersama Keluarga dan Penderitanya).
Hipertensi. Yogjakarta: In Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Books. Utama.

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Williams MS. (2005). Nutrition for


Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Health, Fitness and Sport. New
Cipta. York: The Megraw-Hill
Companies.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Wolff, Hanns Peter. (2008). Hipertensi
Sumatera Cara Mendeteksi dan Mencegah
Utara.(http://repository.usu.ac.id Tekanan Darah Tinggi Sejak
/bitstream/123456789/3595/1/ke Dini. Jakarta Ilmu Populer.
perawatan-ismayadi.pdf, diakses
31 Agustus 2013).

Stockslager, J.L. (2010). Buku Saku


Asuhan Keperawatan Geriatrik.
Diterjemahkan oleh Nike B S.
Jakarta: EGC.

Suhadak. (2010). Pengaruh Pemberian


Teh Rosella Terhadap
Penurunan Tekanan Darah
Tinggi Pada Lansia Di Desa
Windu Kecamatan
Karangbinangun Kabupaten
Lamongan. Lamongan. BPPM
STIKes Muhammadiyah
Lamongan.

Anda mungkin juga menyukai