Di Sususn Oleh :
A. LATAR BELAKANG
1. Kasus
Tn.S usia 61 tahun pensiunan, tinggal bersama istri dan anaknya. Pengkajian
wawancara dilakukan pada tanggal 29 oktober 2021 dengan menanyakan pasien
beserta anggota keluarganya. Pada saat pengkajian didapatkan data bawaha Tn.S
sudah mengidap penyakit diabetes militus pada tahun 2012, mempunyai riwayat
hipertensi juga. Istri Tn.S mengatakan bawa suaminya masih tidak memantangi
makanan atau minuman yang dilarang. Tn.S rajin memeriksakan diri ke
puskesmas dalam 1 bulan sekali, dengan pemeriksaan lengkap. Dari hasil
pemeriksaan Tn.S didapatkan bahwa kadar gula darah puasa : 247 mg/dl,
tekanan darah : 141/80 mmHg, cholesterol : 213 mg/dl, trigliserida : 152 mg/dl,
dan asam urat : 4,9 mg/dl. Tn.S mengatakan ia sering mengkonsumsi kopi walau
untuk gula nya sudah menggunakan gula diet khusus diabetes, suka makan yang
manis-manis, nyemil kue dll. Istri Tn.S mengatakan suaminya sering merasa
lemah, mudah ngantuk, banyak makan dan minum. Tn.S sangat didukung oleh
keluarga beserta anak-anaknya untuk mengingatkan kontrol rutin, mengkonsumsi
obat rutin dan melarang makan-makanan yang manis. Tetapi istrinya sendiri
mengatakan bahwa Tn.S masih ngeyel untuk mengkonsumsi makan-makanan
yang manis, sudah diingatin tapi masih dimakan. Kadang kalau dilarang suaminya
marah, makanan sebanyak ini kok tidak ada yang makan mubajir, saya juga laper
kata Tn.S.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TEORI
1. Pengertian Diabetes Militus
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan
terapi medis secara berkelanjutan. Penyakit ini semakin berkembang dalam
jumlah kasus begitu pula dalam hal diagnosis dan terapi. Dikalangan masyarakat
luas, penyakit ini lebih dikenal sebagai penyakit gula atau kencing manis. Dari
berbagai penelitian, terjadi kecenderungan peningkatan prevalensi DM baik di
dunia maupun di Indonesia.1 DM dapat mengakibatkan berbagai macam
komplikasi yang serius pada organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, dan
pembuluh darah. Untuk mencegah komplikasi yang lebih serius adalah dengan
diagnosis dini DM agar dapat diberikan intervensi lebih awal.
4. Manifestasi Klinik
a. Poliuria Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane
dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau
hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau
cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari
hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotic (poliuria).
b. Polidipsia Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi
sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi
menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).
c. Poliphagia Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya
kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan energi akan
menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih
banyak makan (poliphagia).
d. Penurunan berat badan Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel
maka sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme,
akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot
mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.
e. Malaise atau kelemahan
5. Patway
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Model Konsep Keperawatan
BAB III
LITERATUR REVIEW
Tabel 2. Fisiologis
Kriteria Hasil
kemandirian Tn.S masih memiliki kemampuan mandiri untuk
mengurus kebutuhannya sendiri
Aktivitas Tn.S sekarang sudah pensiunan dan hanya
beraktivitas di rumah dan dibelakang rumah untuk
mengurus kebun tanaman dan kos-kosan.
Olahraga Tn.S masih rutin melakukan olahraga dan aktifitas
lainya seperti berkubun, bercocok tanam
Resiko DM Tn.S sudah menderita Dm dari tahun 2012
Tabel 3. Psikologis
Kriteris Hasil
Persepsi DM Tn.S mengatakan bahwa penyakit DM ini harus
segera ditangani dan harus rutin cek kadar gula
darah, walau Tn.S Tau penyakit DM ini tidak
bisa sembuh dan terus menerus harus
mengkonsumsi obat, apalagi Tn.S menderita
Hipertensi juga
Kepuasan terhadp yankes Tn.S merasa puas dengan pelayanan kesehatan
dan menggunakan jaminan kesehatan berupa
Akses (BPJS), sehingga Tn.S cek rutin
kesehatan secara gratis.
Kondisi psikologis lansia Kondisi psikologis Tn.S positif tidak ada yang
terganggu
Tabel 4. Sosial-Kultural
Kriteria Hasil
Hubungan sosialisasi Tn.S memiliki hubungan yang harmonis dengan
keluarga anak istri dan tetangga. Sangat aktif
dalam kegiatan gotong royong, pengajian, dan
kegiatan lainnya.
Budaya Tn.S memiliki budaya yang sesuai dengan
kesehatan, tidak ada yang melanggar terkaitan
budaya dengan kesehatan Tn.S
Pengobatan tradisional Tn.S masih sedikit percaya tentang
pengobatan tradisional dan masih
mengkonsumsi obat tradisional seperti minum-
minuam rempah-rempah, tau daun-daun yang
katanya dipervayai menurunkan gula darah dan
hipertensi
Tabel 5. Spiritual
Kriteria Hasil
Agama Tn.S dan keluarga beragama islam
Pelaksanaan ibadah Tn.S sangat rajin dalam beribadah dan
rutin, selalu menyempatkan diri untuk sholat
berjamaah di masjid
Aktif kegiatan keagamaan Tn.S sangat rajin dan antusias dalam mengikuti
kegiatan-kegiatan k eagamaan.
B. Pembahasan Teori Betty Neuman
sangat memungkinkan digunakan dalam pengkajian praktik keperawatan di
komunitas dengan agregat lansia dengan DM. pengkajian lansia hendaknya dilakukan
secara holistik meliputi bio- psiko-sosial-kultural dan spiritual. Dalam penerapan teori
Betty Newman aspek pengkajiannya sudah secara holistik yang meliputi : aspek
perkembangan, aspek fisiologis, aspek psikologis, aspek social- kulturas, serta aspek
spiritual. Dalam pengelolaannya pun Teori Betty Newman sudah membuat tingkatan
intervensi dengan melihat garis pertahanan klien (komunitas) yang terganggu,
fleksibel (intervensi primer), normal (intervensi sekunder), dan resisten (intervensi
tertier). Aspek perkembangan lansia.
Di Indonesia batasan usia Lansia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu : 1) Usia 45-
55 tahun disebut sebagai pralansia, 2) Usia 56- 66 tahun disebut sebagai lansia madya,
dan 3) Usia > 60 tahun disebut sebagai lansia akhir. Secara teoritis setelah seseorang
berusia 30 tahun maka fungsi tubuh akan mengalami kemunduran sebanyak 1% tiap
tahunnya. Berdasarkan usianya lansia akan mengalami proses degeneratif yang
menyebabkan perubahan dan penurunan fungsi tubuhnya, sehingga berdampak pada
kesehatan fisik, mental, sosial, ekonomi dan kemampuan produktivitasnya. Dalam
menghadapi proses penuaan dan perawatan terhadap masalah kesehatannya, lansia
memerlukan bantuan dan dukungan dari keluarga (family care giver). Dari hasil
pengkajian Tn.S yang dirawat oleh keluarganya dan masih bisa mengurus diri sendiri.
Kemunduran fungsi tubuh yang lainnya yaitu dalam hal penurunan fungsi
kognitif. Kemunduran fungsi ini nantinya akan berdampak pada pengetahuan, sikap
dan perilaku tentang penyakit DM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tn.S sudah
pernah mendapatkan informasi kesehatan tentang DM. Aspek Fisiologis, proses
degeneratif pada lansia tidak bisa dihindari dan pasti akan terjadi, namun yang bisa
dilakukan adalah mencegah supaya proses degeneratif tersebut berjalan lambat.
Demikian juga dengan kejadian DM, secara teoritis kejadian DM akan meningkat
sejalan dengan usia, hal ini dikarenakan banyak faktor beberapa diantaranya adalah
karena penurunan fungsi pankreas dalam memproduksi hormon insulin, faktor
kegemukan, diit yang tinggi glukosa dan lain sebagainya. Salah satu cara untuk
menurunkan faktor resiko DM pada lansia adalah dengan beraktivitas, bisa dengan
tetap bekerja maupun dengan berolah raga.
Hasil pengkajian menunjukkan aktivitas Tn.S masih bekerja sehari-hari, dalam
hal olah raga Tn.S melakukan oleh raga secara rutin. Setelah dilakukan pengkajian
tentang resiko DM pada Tn.S dari hasil pengkajian didapatkan Tn.S menderita DM
sejak tahun 2021. Aspek psikologis, persepsi lansia tentang kebutuhan dan kepuasan
terhadap fasilitas pelayanan kesehatan berbeda-beda pada lansia. Persepsi ini
mendasari apakah dengan kondisi DM lansia akan pergi ke Pelayanan kesehatan atau
tidak, dan membaiknya kondisi fisiknya setelah pergi ke Pelayanan kesehatan
mendasari tingkat kepuasan terhadap pelayanan kesehatan. hasil pengkajian
menunjukkan persepsi Tn.S tentang DM mengatakan DM merupakan penyakit berat
yang harus segera ditangani dan diobati.
Dalam hal kondisi psikologis kondisi psikologis lansia positif. Dalam hal
kepuasan terhadap pelayanan kesehatan puas dengan pelayanan kesehatan yang.
Aspek sosial-kultural. budaya merupakan kekayaan disuatu daerah yang diwariskan
secara turun temurun, lahir dari adanya hubungan sosialisasi dengan masyarakat.
Budaya mempengaruhi derajat kesehatan lansia dalam hal keyakinan terhadap praktik
kesehatan dan pemilihan pelayanan kesehatan.
Dari hasil pengkajian didapatkan Tn.S memiliki budaya sesuai dengan kesehatan.
dalam hal pemilihan pelayanan kesehatan Tn.S masih sedikit mempercaya tentang
pengobatan tradisional. Dalam menghadapi masalah kesehatan dan kematian, tiap
orang akan menunjukkan respon yang berbeda- beda. Agama merupakan aspek
penting yang dimiliki seseorang, karena agama mampu memberikan ketenangan batin
dalam menghadapi permasalahan yang ada.
Aspek spiritual yang ada pada lansia harusnya mengalami peningkatan sebanding
dengan peningkatan usia, karena sejalan dengan teori perkembangan manusia usia
lansia merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia, dimana manusia mengalami
pertumbuhan, perkembangan dan akhirnya mati. Semakin tua seseorang maka
masalah kesehatan akan semakin kompleks dan lebih dekat dengan kematian. Hal ini
sejalan dengan temuan pada hasil pengkajian yang menunjukkan bahwa Tn.S beserts
keluarga besr beragama islam, rajin melaksanakan ibadah secara rutin, dan masih aktif
dalam kegiatan keagamaan yang ada dilingkungannya.
A. Aspek Psiko-Sosial-Spiritual
1) Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
Pasien mengatakan apabila sakit pasien dan keluarga berobat di puskesmas terdekat.
Pasien sudah mengerti tentang pengobatan rutin tentang penyakitnya dan sudah
selalu cek rutin setiap bulannya di puskesmas terdekat.
2) Pola hubungan
Pasien menikah satu kali, dan tinggal bersama istri dan anaknya, hubungan keluarga
Tn.S sangat baik, hubungan antara tetangga lainnya juga berjalan dengan baik.
3) Koping atau toleransi stres
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan oleh pihak keluarga,
terutama Tn.S nya sendiri
4) Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya
a) Keadaan mental : Pasien dalam keadaan compos mentis (sadar penuh)
b) Berbicara : Pasien dapat berbicara dengan lancar
c) Bahasa yang dipakai : Bahasa Jawa dan Indonesia
d) Kemampuan bicara : Tidak ada gangguan
e) Pengetahuan pasien terhadap penyakit: Pasien mengatakan paham mengenai
penyakit yang dideritanya.
f) Persepsi tentang penyakit : Pasien menurut pada apa yang disarankan oleh
keluarganya dan mau mengkonsumsi obat rutinnya.
5) Konsep diri
a) Gambaran diri
Pasien mengatakan lemas. Pasien sedikit terganggu dalam menjalankan aktivitas
karena merasa lemas, mudah ngantuk.
b) Harga diri
Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai harapan terhadap hidupnya
c) Peran diri
Pasien mengakui perannya sebagai kepala keluarga, pasien mengatakan bahwa ingin
segera sembuh dan tidak tinggi kadar gula darah, dan tekanan darahnya.
d) Ideal diri
Pasien lebih menurut pada keluarganya
e) Identitas diri
Pasien mengenali siapa dirinya
6) Seksual
Dalam batasan normal
7) Nilai
Pasien memahami nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, pasien
memahami hal-hal yang baik dan yang benar
c. Aspek Lingkungan Fisik
Rumah pasien berada di pedesaan
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
TB = 168 cm
BB = 60 kg
2) Tanda Vital
TD = 141/80 mmHg Nadi = 88 x/menitSuhu = 36,2oC RR = 22 x/menit
3) Skala Nyeri
Pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada tubuhnya.
2. Analisa Data
Tabel 4.7 Analisa Data
Data Masalah Penyebab
DS : Risiko gangguan Kurang kepatuhan pada
ketidakseimbangan manajemen diabetik
- Pasien mengatakan lemas
kadar glukosa darah
dan pusing
- Pasien mengatakan nafsu
makan meningkat dan
mudah ngantuk
- Pasien mengatakan
mempunyai riwayat
penyakit DM sejak tahun
2012 yang lalu
- Istri pasien mengatakan
pasien kontrol rutin di
puskesmas, namun pasien
terkadang lupa untuk
meminum obat rutinnya,
yang sebelum makan
DO :
- GDS 247 mg/dL
- Pasien tampak lemas
- Terjadi penurunan BB
sebanyak 3 Kg
belakangan ini
DS: Ketidakefektifan Penurunan sirkulasi darah
- Pasien mengatakan perfusi jaringan perifer
kepalanya sering pusing perifer
- Pasien mengatakan
mudah lemes
DO:
- Pasien tampak lemas
- TTV :
TD= 141/80 mmHg
Nadi = 88 x/menit
Suhu = 36,2oC
RR = 22 x/menit
GDS=247 mg/dl
3. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko gangguan ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan
dengan kurang kepatuhan pada manajemen diabetik
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah perifer.
4. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.8
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Risiko gangguan Setelah dilakukan asuhan keperawatan a. Monitor tingkat kepatuhan pasien
ketidakseimbangan selama 1 x 24 jam, risiko ketidakstabilan dalam pengobatan
kadar glukosa darah kadar glukosa darah teratasi dengan
b. Pendidikan Kesehatan tentang
berhubungan dengan kriteria :
pengobatan DM
kurang kepatuhan a. Pasien mengatakan bersedia patuh
pada manajemen dalam pengobatan c. Ajarkan pasien dan keluarga cara
diabetik b. kadar gula darah dalam batas normal penggunaan injeksi novorapid selama
GDS <200 dirumah jika dibutuhkan
c. Pasien dapat merubah pola hidup DM
d. Pasien dan keluarga dapat mengelola d.Ajarkan pasien dan keluarga dalam
terapi pengobatan DM selama dirumah menerapkan 5 pilar diabetes
e. dapat menerapkan 5 pilar yaitu : e. Monitor TTD vital
edukasi, perencanaan makan/diet (3J:
jadwal, jumlah, jenis), aktivitas f. Monitor kadar gula darah
fisik/olahraga, pengobatan, dan
pemantauan/ cek gula darah
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor tekanan darah, pernafasan,
perfusi jaringan selama 1 x 24 jam diharapkan pasien nadi dan suhu dengan tepat
perifer berhubungan tidak menunjukkan gangguan perfusi - Monitor pemeriksaan gula darah
dengan penurunan jaringan perifer, dengan kerikteria hasil: rutin
sirkulasi darah perifer. - Obeservasi tanda-tanda vital dalam - Monitor warna kulit, suhu,
rentang normal : kelembaban
l
TD: 90/60-140/90 mmHg - Kolaborasi pemberian insulin jika
Nadi: 60-100 x/menit diperluka
RR: 16-24 x/menit - Kolaborasi pemberian terapi
- Observasi gula darah dalam rentang farmakologi dan non farmakologi
normal : 80-145 ml/dl - Kelola diit yang tepat
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
- Motivasi dan dukung pasien untuk
- menghilangkan stres
- Berikan terapi farmakologi, dan non
farmakologi
5. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
Tabel.4.9
Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
No Hari / Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Jum’at, Risiko gangguan a. Memonitor tingkat S:
29/10/2021 ketidakseimbangan kadar kepatuhan pasien dalam -Pasien mengatakan akan
glukosa darah pengobatan mematuhui dalam pengobatan
berhubungan dengan -pasien sangat antusias dalam
b. Melakukan pendidikan
kurang kepatuhan pada mendengarkan penjelasan
Kesehatan tentang
manajemen diabetik terkait dengan DM
pengobatan DM
-pasien dan keluarga bisa
c. Mengajarkan pasien dan menyebutkan makanan
keluarga cara penggunaan minuman yang dilarang
injeksi novorapid selama penderita DM
dirumah jika dibutuhkan -Pasien dan keluarga dapat
menerapkan 5 pilar DM dan
d.Mengajarkan pasien dan siap melaksanakannya
keluarga dalam menerapkan 5 O:
pilar diabetes -Hasil pengkajian TTD vital
e. Memonitor TTD vital didapatkan hasil :
TD; 149/96 mmHg
f. Memonitor kadar gula N: 65 x/menit
darah RR: 22 x/menit
S: 36,8 oC
- Hasil pemeriksaan yang
dilakukan pasien seminggu
yang lalu kadar gula darah :
268 mg/dl
A: Resiko gangguan
ketidakseimbangan kadar gula
darah belum teratasi
P:
-Pantau TTV
-Pantau gadar gula darah
-Monitor obat rutin
-Monitor diit
-Menjaga pola makan,aktivitas,
olahraga dan BB
LAMPIRAN
A. Terapi Relaksasi
1. Definisi Relaksasi
Teknik relaksasi adalah suatu pengelolaan diri yang didasarkan pada cara kerja
sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Relaksasi berguna untuk
mengelola emosi dan fisik individu dari kecemaan dan ketegangan stres (Kazdin,
2001). Teknik relaksasi dapat memberikan respon relaks dan dapat menurunkan
tekanan darah, detak jantung dan dapat meningkatkan resisten kulit (Henrik, 1980).
b. Macam-macam teknik relaksasi Harsono (1988) mengatakan ada beberapa teknik
untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan pada individu yang memperlihatkan
kekuatan dalam menghadapi situasi:
1) Teknik Jacobson dan Schultz.
2) Teknik Cratty (1973).
3) Teknik Progressive Muscle Relaxation (Jacobson).
4) Teknik Autogenic Relaxation (psychotonic Training).
5) Teknik Respon Bebas-Anxiety. 6) Latihan Pernafasan Dalam (deep breathing).
7) Meditasi.