Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH AKTIVITAS FISIK JALAN PAGI

TERHADAP TINGKAT HIPERTENSI LANSIA


DI DUSUN BIRU TRIHANGGO
GAMPING SLEMAN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
ARISTA SARI
1610201231

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
PENGARUH AKTIVITAS FISIK JALAN PAGI
TERHADAP TINGKAT HIPERTENSI LANSIA
DI DUSUN BIRU TRIHANGGO
GAMPING SLEMAN

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
ARISTA SARI
1610201231

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH AKTIVITAS FISIK JALAN PAGI


TERHADAP TINGKAT HIPERTENSI LANSIA
DI DUSUN BIRU TRIHANGGO
GAMPING SLEMAN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
ARISTA SARI
1610201231

Telah Disetujui oleh Pembimbing:


pada Tanggal:

oleh:

Pembimbing

Ns. Suratini.,M.Kep.,Sp.Kep. Kom


PENGARUH AKTIVITAS FISIK JALAN PAGI
TERHADAP TINGKAT HIPERTENSI LANSIA
DI DUSUN BIRU TRIHANGGO
GAMPING SLEMAN1
Arista Sari2, Suratini3

INTISARI
Latar Belakang: Semakin bertambah usia seseorang semakin banyak pula penyakit
yang muncul dan sering diderita khususnya pada lansia. Pada usia lanjut akan terjadi
berbagai kemunduran pada organ tubuh, oleh sebab itu, para lansia mudah sekali
terserang penyakit seperti hipertensi.
Tujuan: Tujuan penelitian mengetahui pengaruh aktivitas fisik jalan pagi terhadap
tingkat hipertensi di posyandu lansia Dusun Biru Trihanggo Gamping Sleman.
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment, dengan
non-equivalent control grup design. Pengambilan sampel dengan teknik purposive
sampling dan diperoleh 20 responden. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
tensi meter. Analisis data menggunakan Shapiro Wilk dan Paired T-test.
Hasil Penelitian: Tingkat hipertensi setelah dilakukan aktivitas fisik jalan pagi
sebanyak 5 responden dalam kategori normal, 4 orang dalam kategori pra hipertensi
dan 1 responden dalam kategori hipertensi derajat 1. Hasil analisis statistik Paired T-
test nilai P-value 0,000 (ρ<0,05) pada sistol pretest dan posttest dan 0,001 (ρ<0,05)
diastol pretest dan posttest menunjukan bahwa Ha diterima dan Ho di tolak yang
artinya ada pengaruh aktivitas fisik jalan pagi terhadap tekanan darah pada lansia.
Kesimpulan dan Saran:Ada pengaruh aktivitas fisik jalan pagi terhadap tingkat
hipertensi lansia di Posyandu Lansia Dusun Biru Trihanggo Gamping Sleman.
Sebagai bentuk sederhana intervensi untuk mengontrol tekanan darah menjadi stabil,
karena dapat dilakukan setiap hari secara teratur.

Kata Kunci : Aktivitas Fisik Jalan Pagi, Hipertensi, Lansia


Daftar Pustaka : 18 buku (2006-2015), 4 jurnal, 14 skripsi dan 3 internet
Jumlah Halaman : xi, 93 halaman, 11 tabel, 3 gambar dan 16 lampiran

1
Judul Skripsi
2
Mahasiswa PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
THE IMPACT OF MORNING WALK ACTIVITY TO
HYPERTENSION RATE OF ELDERLY AT BIRU
VILLAGE TRIHANGGO GAMPING SLEMAN1
Arista Sari2, Suratini3

ABSTRACT

Background: The older people, the more various diseases that may appear especially
on elderly. Degradation of body organ will surely occur altogether with the increase
of people’s age. Thus, several diseases like hypertension can occur easily on elderly.
Objective: The objective of the study was to determine the impact of morning walk
activity to hypertension rate of elderly at Biru Village Trihanggo Gamping Sleman.
Method: The study employed quasi experiment with non-equivalent control group
design. Sample collecting technique used purposive sampling with 20 respondents.
The instrument of the study was tensi meter. Shapiro wilk and paired T-test were
used as data analysis.
Result: Hypertension rate after intervention of morning walk activity showed that 5
respondents were in normal category; 4 respondents were in pre-hypertension; and 1
respondent was in hypertension level 1. The result of statistical analysis Paired T-test
obtained p value = 0.000 (ρ < 0.05) on systole pre-test and post-test, and 0.001 (ρ <
0.05) diastole pre-test and post-test. It means that Ha was accepted, and Ho was
rejected meaning that there was impact of morning walk activity to hypertension rate
of elderly.
Conclusion and Suggestion: There was impact of morning walk activity to
hypertension rate of elderly at Biru Village Trihanggo Gamping Sleman. As a simple
intervention to control blood pressure to become stable, morning walk activity can be
done regularly.

Keywords : Morning walk activity, Hypertension, Elderly


References : 18 books (2006-2015), 4 journals, 14 theses, 3 internets
Page numbers : xi, 93 pages, 11 tables, 3 figures, 16 appendices

1
Thesis title
2
Student of Nursing School, Health Sciences Faculty, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
3
Lecturer of Health Sciences Faculty, ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
mencegahnya dengan berbagai upaya
PENDAHULUAN yaitu menerapkan pola hidup sehat
dengan melakukan aktivitas fisik
Semakin bertambah umur secara teratur, kebutuhan tidur yang
seseorang semakin banyak pula cukup, pikiran rileks dan santai,
penyakit yang muncul dan sering menghindari kafein, rokok, alkohol
diderita khususnya pada lansia atau dan stres kemudian menerapkan pola
lanjut usia. Pada usia lanjut akan makan yang sehat dengan menghindari
terjadi berbagai kemunduran pada mengurangi makanan yang
organ tubuh, oleh sebab itu para lansia mengandung lemak tinggi, tinggi
mudah sekali terkena penyakit seperti kalori, berminyak, kolesterol, santan
hipertensi. Hipertensi merupakan garam berlebihan (Tilong dalam Fajar,
kondisi ketika seseorang mengalami 2013).
kenaikan tekanan darah baik secara
lambat atau mendadak. Diagnosis Upaya yang dapat dilakukan
hipertensi ditegakkan jika tekanan penderita hipertensi untuk
darah sistol seseorang menetap pada menurunkan tekanan darah dapat
140 mmHg atau lebih. Nilai tekanan dilakukan dengan dua jenis yaitu
darah yang paling ideal adalah 115/75 secara farmakologis dan non
mmHg (Agoes dalam Aji, 2011). farmakologis. Terapi farmakologis
dapat dilakukan dengan menggunakan
Hipertensi jika dibiarkan dapat obat anti hipertensi yang secara
berkembang menjadi gagal jantung khusus diharapkan mampu
kronik, stroke, serta pengecilan mempunyai biovailabilitas yang tinggi
volume otak, sehingga kemampuan dan konsisten sehingga diharapkan
fungsi kognitif dan intelektual seorang diperkirakan mempunyai waktu paruh
penderita hipertensi akan berkurang. yang panjang pula, smooth onset of
Dampak dari hipertensi dalam jangka action dengan kadar puncak plasma
panjang juga dapat mengakibatkan setelah 6-12 jam untuk mengurangi
kematian mendadak (Sustrani dkk kemungkinan efek mendadak seperti
dalam Khomarun, 2014). Hipertensi takikardi, meningkatkan survival
membuka peluang 12 kali lebih besar dengan menurunkan risiko gagal
bagi penderitanya untuk menderita jantung dan mengurangi recurent
stroke dan 6 kali lebih besar untuk infark miokard sedangkan terapi non
mengalami serangan jantung dan farmakologis dapat dilakukan dengan
berisiko besar mengalami gagal ginjal, berbagai upaya yaitu mengatasi
serta 5 kali lebih besar kemungkinan obesitas dengan menurunkan berat
mengalami gagal jantung. Sekitar 69% badan berlebih, pemberian kalium
pasien serangan jantung, 77% pasien dalam bentuk makanan dengan
stroke, dan 74% Congestive Heart konsumsi buah dan sayur, mengurangi
Failure (CHF) menderita hipertensi asupan garam dan lemak jenuh,
dengan tekanan darah >140/90 mmHg berhenti merokok, mengurangi
(Go dkk dalam Aji 2014). Hipertensi konsumsi alkohol, keadaan rileks dan
menyebabkan kematian pada 45% latihan fisik secara teratur (Karyadi,
penderita penyakit jantung dan 51% 2006).
kematian pada penderita stroke
(WHO, 2013). Olahraga teratur selain dapat
mengurangi stres, juga dapat
Hipertensi dapat dihindari menurunkan berat badan, membakar
dengan menghindari faktor risiko dan lebih banyak lemak dalam darah, dan
memperkuat otot jantung. Untuk dapat tekanan darah arteri meningkat
melakukan olahraga ringan tidak perlu sedang, setelah tekanan darah arteri
datang ke tempat latihan khusus, meningkat akan terjadi fase istirahat
karena program terbaik adalah latihan terlebih dahulu, akibat dari fase ini
yang disenangi dan dapat berlangsung mampu menurunkan aktivitas
secara teratur. Seperti yang sudah pernafasan dan otot rangka dapat
dijalani sebagai kegiatan sehari-hari menyebabkan aktivitas saraf simpatis
misalnya lebih banyak melakukan dan epinefrin menurun, namun
aktivitas seperti berjalan, olahraga aktivitas saraf simpatis meningkat,
ringan, bersepeda (Lanny Dkk dalam setelah itu akan menyebabkan
Rahadiyanti, 2013). kecepatan denyut jantung menurun,
volume sekuncup menurun,
Aktivitas fisik adalah setiap vasodilatasi vena, karena penurunan
gerakan tubuh yang membutuhkan ini mengakibatkan penurunan curah
energi untuk mengerjakannya seperti jantung dan penurunan resistensi
berjalan, menari, dan lain sebagainya. perifer total, sehingga terjadinya
Sedangkan olah raga merupakan penurunan takanan darah. (Sherwood
aktivitas fisik yang terencana dan dalam Aji 2015).
terstruktur serta melibatkan gerakan
tubuh berulang ulang dan bertujuan Dalam rangka mengupayakan
untuk meningkatkan kebugaran menurunkan tekanan darah secara non
jasmani (Farizati dalam Fajar, 2013). farmakologis peneliti akan
Tujuan dari aktivitas fisik antara lain menggunakan sarana dan prasarana
untuk meningkatkan daya tahan, posyandu di daerah dusun Biru.
kekuatan, koordinasi tubuh, Posyandu lansia adalah pos pelayanan
memelihara kesehatan, selain itu terpadu untuk masyarakat usia lanjut
aktivitas fisik juga dapat menunda disuatu daerah tertentu yang sudah
perubahan fisiologis yang biasanya disepakati, yang digerakan oleh
terjadi pada proses penuaan masyarakat dimana masyarakat bisa
muskuloskeletal, penurunan kekuatan mendapatkan pelayanan kesehatan.
dan fleksibilitas, peningkatan Tujuan posyandu lansia yaitu
kerentanan terhadap cidera, penurunan meningkatkan jangkauan pelayanan
kelenturan struktur sendi, serta kesehatan lansia di masyarakat,
melindungi lansia dari jatuh (Stanley sehingga terbentuk pelayanan yang
& Beare Dalam Rahadiyanti, 2013). sesuai dengan kebutuhan lansia dan
mendekatkan pelayanan serta
Melakukan aktifitas fisik mampu komunikasi antara masyarakat lansia
mendorong jantung bekerja secara (Nugroho dalam Aji, 2015).
optimal, dimana olahraga untuk
jantung mampu meningkatkan
kebutuhan energi oleh sel, jaringan Tujuan penelitian ini adalah
dan organ tubuh, dimana akibat Untuk mengetahui pengaruh aktivitas
peningkatan tersebut akan fisik jalan pagi terhadap tingkat
meningkatkan aktivitas pernafasan dan hipertensi pada lansia diposyandu
otot rangka, dari peningkatan aktivitas lansia Dusun Biru Trihanggo
pernafasan akan meningkatkan aliran Gamping Sleman.
balik vena sehingga menyebabkan
peningkatan volume sekuncup yang
akan langsung meningkatkan curah
jantung sehingga menyebabkan
METODE PENELITIAN
Berdasarkan tabel 1
Penelitian ini menggunakan menunjukkan bahwa responden pada
metode quasi eksperimen atau kelompok intervensi sebagian besar
rancangan eksperimen semu dengan berjenis kelamin perempuan yaitu
bentuk rancangan non equivalent sebanyak 8 orang (80%), pada jenis
control group yaitu penelitian yang kelamin laki-laki berjumlah 2 orang
dilakukan dengan membandingkan (20%). Usia responden mayoritas
antara kelompok kontrol dan berusia 64-67 tahun sebanyak 4 orang
kelompok intervensi (Sugiyono, 2016) (40%), pada usia 60-63 tahun
berjumlah 3 orang (30%), usia 68-71
Variabel penelitian ini terdiri % berjumlah 2 orang (20%), dan usia
dari variabel bebas adalah aktivitas 72-75 berjumlah 1 orang (10%). Pada
fisik jalan pagi, sedangkan variabel karakteristik pekerjaan mayoritas yaitu
terikat adalah tingkat tekanan darah. ibu rumah tangga yaitu 6 orang (60%),
Populasi dalam penelitian ini adalah petani sebanyak 2 orang (20%), dan
lansia yang berusia 60-74 tahun yang pedagang sebanyak 2 orang (20%).
tercatat warga Dusun Biru dan aktif di
kegiatan Posyandu lansia. Populasi Tabel 2 Karakteristik Responden
dalam penelitian ini adalah 75 lansia. Pada Kelompok Kontrol
Jumlah sampel yang digunakan
sebanyak 20 orang. Responden Kelompok Kontrol
Karakteristik
tersebut dibagi menjadi dua kelompok Jumlah %
yaitu sebanyak 10 lansia kelompok Jenis Kelamin
intervensi dan 10 lansia kelompok Laki-laki 3 30
kontrol dengan metode purposive Perempuan 7 80
sampling. Jumlah 10 100
Usia
HASIL DAN PEMBAHASAN 60-63 1 10
64-67 4 40
Karakteristik Responden Penelitian 68-71 4 40
Tabel 1 Karakteristik Responden 72-75 1 10
Pada Kelompok Intervensi Jumlah 10 100
Kelompok Intervensi Pekerjaan
Karakteristik
Jumlah % Petani 3 30
Jenis Kelamin Pedagang 1 10
Laki-laki 2 20 IRT 6 60
Perempuan 8 80 Jumlah 10 100
Jumlah 10 100
Usia Berdasarkan tabel 2
60-63 3 30 menujukkan bahwa responden pada
64-67 4 40 kelompok kontrol sebagian besar
68-71 2 20 berjenis kelamin perempuan sebanyak
72-75 1 10 7 orang (70%), pada jenis kelamin
Jumlah 10 100 laki-laki sebanyak 3 orang (30%).
Pekerjaan Usia responden berusia 64-67 tahun
Petani 2 20 sebanyak 4 orang (40%), 68-71 tahun
Pedagang 2 20 berjumlah 4 orang (40%), usia 68-71
IRT 6 60 berjumlah 4 orang (40%), usia 60-63
Jumlah 10 100 tahun berjumlah 1 orang (10%), dan
usia 72-75 berjumlah 1 orang (10%). pada kategori hipertensi derajat 1
Pada karakteristik pekerjaan mayoritas sebanyak 6 orang (60%), sedangkan
adalah ibu rumah tangga 6 orang kategori paling rendah yaitu pra
(60%), petani sebanyak 3 orang hipertensi dan hipertensi derajat 2
(30%), dan pedagang sebanyak 1 sebanyak 2 orang (20%). Pada
orang (10%). kelompok intervensi postest frekuensi
terbanyak pada kategori hipertensi
Tabel 3 Distribusi Frekuensi derajat 1 sebanyak 6 orang (60%),
Tingkat Tekanan Darah Usia sedangkan kategori paling rendah
Lanjut Pada Kelompok Intervensi yaitu hipertensi derajat dan normal
sebanyak 1 orang (10%).
Pre Post
Kategori F % F %
Tabel 5 Hasil Uji Paired t-Test Pre
Normal 0 0 5 50
dan Post Intervensi Pada Kelompok
Pra Hipertensi 2 20 4 40
Intervensi dan Kontrol Di Dusun
Hipertensi 5 50 1 10
Biru Trihanggo Gamping Sleman.
Derajat 1
Hipertensi 3 30 0 0
Variabel Kelompok N P-Value
Derajat 2
15 100 15 100
Tekanan darah
Total
diastol 10 0,000
pretest-posttest
Berdasarkan tabel 3 Intervensi
Tekanan darah
menunjukkan bahwa pada kelompok
sistol 10
intervensi pretest frekuensi terbanyak
pretest-posttest
pada kategori hipertensi derajat 1
sebanyak 5 orang (50%), sedangkan Tekanan darah
kategori paling rendah yaitu pra diastole 10
hipertensi sebanyak 2 orang (20%). pretest- posttest
Kontrol
Pada kelompok intervensi postest Tekanan darah
frekuensi terbanyak pada kategori sistol 10 0,001
normal sebanyak 5 orang (50%), pretest-postest
sedangkan kategori paling rendah
yaitu hipertensi derajat 1 sebanyak 1
orang (10%). Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat
bahwa nilai P-value pada sistol
Tabel 4 Distribusi Frekuensi kelompok kontrol pre dan post yang
Tingkat Tekanan Darah Usia dihasilkan nilai P-value <0,05
Lanjut Pada Kelompok Kontrol (0,000<0,05 untuk sistol) (0,001<0,05
untuk diastol) menunjukan bahwa Ha
Pre Post diterima dan Ho ditolak yang artinya
Kategori
F % F % ada pengaruh aktivitas fisik jalan pagi
Normal 0 0 1 10 terhadap tekanan darah pada lansia di
Pra Hipertensi 2 20 2 20 Posyandu Dusun Biru Gamping
Hipertensi 6 60 6 60 Sleman.
Derajat 1
Hipertensi 2 20 1 10
Derajat 2
Total 10 100 10 100 Berdasarkan hasil penelitian
bahwa aktivitas fisik jalan pagi
Berdasarkan tabel 4 memiliki pengaruh terhadap
menunjukkan bahwa pada kelompok perubahan tekanan darah pada lansia
kontrol pretest frekuensi terbanyak
dengan hipertensi. Hasil analisis kesehatan lansia sehingga derajat
Paired T-test tekanan darah sitolik dan kesehatan lansia dapat meningkat.
distolik pada kelompok intervensi Sirkulasi darah yang lancar akan
diperoleh p=0,000 dan tekanan darah memperlancar tekanan darah dan
sitolik distolik pada kelompok kontrol memperbaiki tekanan darah yang
diperoleh p=0,001 (p<0,05) yang tinggi, sehingga lansia agar tetap
berarti ada pengaruh aktivitas fisik melakukan olahraga ringan seperti
jalan pagi antara kelompok intervensi jalan kaki di pagi hari secara rutin.
dan kelompok kontrol. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Khomarun,
Nugroho, dan Wahyuni (2014) dengan KESIMPULAN DAN SARAN
hasil ada pengaruh aktivitas fisik jalan
pagi terhadap penurunan tekanan A. Kesimpulan
darah pada lansia dengan hipertensi Berdasarkan hasil penelitian
stadium 1 di Posyandu lansia Desa yang di lakukan di Dusun Biru
Makamhaji Kertasura. Trihanggo Gamping Sleman,
terhadap 20 responden dapat
Melakukan aktivitas fisik jalan diambil kesimpulan bahwa:
pagi secara teratur akan menurunkan 1. Tingkat hipertensi lansia pada
tekanan darah. Menurut Sharkley kelompok kontrol pretest
(2011) bahwa aktivitas yang teratur menunjukan 6 orang (60%)
dapat mengurangi tekanan darah pada dalam kategori hipertensi derajat
usia tua. Penelitian terbaru 1, 2 orang (20%) dalam kategori
menunjukan bahwa aktivitas yang hipertensi derajat 2, dan 2 orang
teratur dapat membantu (20%) dalam kategori pra
mempertahankan elastisitas pembuluh hipertensi.
darah. Selain itu, aktivitas fisik yang 2. Tingkat tekanan darah pada
teratur mengajarkan tubuh untuk kelompok kontrol postest
mendistribusikan darah dengan baik menunjukan 6 orang (60%)
ke otot pada saat berjalan. Sehingga dalam kategori hipertensi derajat
lebih mengurangi beban kerja jantung. 1, 2 orang (20%) dalam kategori
Perubahan ini berfungsi menurunkan pra hipertensi, 1 orang (10%)
denyut jantung dan tekanan darah dalam kategori hipertensi derajat
pada saat aktivitas fisik. Karena 2, dan 1 orang(10%) dalam
kebutuhan otot jantung akan oksigen kategori normal.
berkaitan dengan denyut jantung dan 3. Tingkat hipertensi lansia pada
tekanan darah. kelompok intervensi pretest
menunjukan 5 orang (50%)
Menurut Kowalski dalam Astuti dalam kategori hipertensi derajat
(2016) aktivitas fisik juga 1, 3 orang (30%) dalam kategori
melambatkan arterosklerosis dan hipertensi derajat 2, dan 2 orang
menurunkan resiko serangan jantung (20%) dalam kategori pra
dan stroke dimana aktivitas fisik dapat hipertensi.
meningkatkan aliran darah ke jantung, 4. Tingkat hipertensi lansia pada
menjaga elestisitas arteri, dan fungsi kelompok intervensi postest
arteri. menunjukan 5 orang (50%)
dalam kategori normal, 4 orang
Olahraga yang sesuai dan efektif
(40%) dalam kategori pra
dapat meningkatkan angka harapan
hipertensi, dan 1 orang (10%)
hidup lansia sehingga derajat
dalam kategori hipertensi derajat DAFTAR PUSTAKA
1.
5. Perbedaan tingkat hipertensi Aji. (2015). Pengaruh Senam Aerobik
lansia pretest dan postest Terhadap Penurunan Tekanan
intervensi pada kelompok Darah Di Posyandu Gunung
intervensi sebesar 0,001 Kidul Yogyakarta. Skripsi Tidak
(ρ<0,05) ini menunjukan bahwa Di Publikasikan: Keperawatan
Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
ada perbedaan antara kelompok
kontrol dan kelompok Agustiana (2017). Pengaruh Mandi Air
intervensi. Hangat Terhadap Insomnia Di
6. Ada pengaruh antivitas fisik BPSTW Unit Budi Luhur
jalan pagi terhadap tingkat Bantul Yogyakarta.Yogyakarta:
hipertensi lansia di Dusun Biru Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Trihanggo Gamping Sleman. PSIK Universitas Aisyiyah
Yogyakarta.
B. Saran Azizah, Lilik. (2011). Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
1. Bagi lanjut usia
Hasil penelitian ini sebagai Hidayat A. (2011). Pengantar Konsep
bentuk sederhana sebagai Keperawatan. Jakarta: Salemba
intervensi untuk mengontrol medika.
tekanan darah menjadi stabil,
BPS, DIY (2015). Profil Kesehatan Kota
karena dapat di lakukan setiap Yogyakarta. Yogyakarta:
hari dan secara teratur minimal http://bpsdiy.net. Diakses 15
30 menit sehari. Februari 2017.
2. Bagi Perawat
Dapat memberikan motivasi BPS. (2014). Gambaran Kesehatan
bagi perawat komunitas untuk Lanjut Usia Di Indonesia.
mengembangkan intervensi http:www//buletinlansia.neet.cgi.
keparawatan pada lansia untuk Dwi, (2014). Hubungan Dukungan
dapat melakukan aktivitas fisik Keluarga Dengan Kejadian
jalan pagi secara mandiri dan Stres Pada Lansia Di Desa
kontinyu. Pasrepan Kecamatan
3. Bagi Masyarakat Dusun Biru Pasrepan Kabupaten
Trihanggo Gamping Sleman Pasuruan: Skripsi Tidak
Diharapkan masyarakat Dusun Dipublikasikan: STIKES
Biru Trihanggo Gamping
Majapahit Mojokerto.
Sleman dapat meningkatkan
aktivitas fisik jalan pagi Erikson, S. d. (2000). Proses Menua.
sebagai aktivitas rutin, Jakarta: Salemba medika.
sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup sehat. Fajar, (2015). Hubungan Aktivitas Fisik
Dan Penyakit Jantung Koroner
4. Peneliti Selanjutnya
Di Indonesia:Analisis Data
Diharapkan bagi peneliti Riskesdas Tahun 2013: Skripsi
selanjutnya dapat Tidak Di Publikasikan: FKIK
mengembangkan ragam Universitas Islam Negeri Syarif
aktivitas fisik, selain aktivitas Hidayatullah Jakarta.
berjalan pada lansia dengan
hipertensi.
Gray, Tarresa, Simonson (2012).
Lecture Note Kardiologi. Edisi Ke
Empat. Jakarta: Erlangga.

Puspitasari, Hannan, Chindy (2017).


Pengaruh Jalan Pagi
Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lanjut
Usia Dengan Hipertensi Di
Desa Kalianget Timur
Kecamatan Kalianget
Kabupaten Sumenep. Jurnal
Tidak Dipublikasikan: Jurnal
Universitas Wirajaja
Sumenep. Diakses 13
Desember 2017.
Rahadiyanti, L.S (2013). Hubungan
Kebiasaan Berolahraga
Jalan Kaki Dengan Kontrol
Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi: Skripsi Tidak
Dipublikasikan: FKIK
Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai