Pola makan merupakan suatu cara seseorang atau sekelompok orang dalam memilih makanan
tertentu dan mengonsumsinya akibat pengaruh fisiologis, psikologis, sosial, dan budaya sebagai
bentuk perubahan gaya hidup. (Suhardjo, 1989). Pola konsumsi dipengaruhi oleh faktor
demografi, ekonomi, dan budaya yang menghasilkan karakteristik gaya hidup yang berbeda-
beda (Moreira, 2010).
ASI adalah makanan lengkap yang dapat memenuhi kebutuhan zat gizi bayi yang baru
lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah yang cukup (Maclean, 1998).
ASI juga merupakan makanan terbaik dan sempurna untuk bayi, karena mengandung semua
zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Dinkes Prop SU,2005).
ASI diberikan segera setelah bayi lahir, biasanya 30 menit setelah bayi
lahir. Sampai bayi berumur enam bulan, bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan makanan
dan minuman lain (Sulistijani, 2001).
Pemberian ASI secara eksklusif berarti bayi hanya diberikan ASI tanpa
memberikan makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia enam
bulan, kecuali obat dan vitamin sesuai dengan rekomendasi WHO/UNICEF tahun 1997 yaitu
pemberian ASI Eksklusif sejak lahir sampai enam bulan. Pemberian ASI sebaiknya juga tetap
dilanjutkan hingga bayi berusia dua tahun (Dinkes Prop SU, 2005).
Bila ibu dan bayi sehat, ASI hendaknya secepatnya diberikan. ASI yang
diproduksi pada 1 sampai 5 hari pertama dinamakan kolostrum, yaitu cairan kental yang
berwarna kekuningan. Kolostrum ini sangat menguntungkan bayi, karena mengandung lebih
banyak antibodi, protein, mineral dan vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi dan dapat
diberikan setiap saat (As’ad, 2002).
Data UNICEF menunjukkan sekitar 30 ribu kematian anak balita di Indonesia setiap
tahunnya dan 10 juta kematian balita diseluruh dunia setiap tahunnya, yang sebenarnya dapat
dicegah melalui pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran. Pola asuh juga
berkaitan dengan status gizi anak. Pemberian kolostrum pada bayi di hari-hari pertama
kehidupan berdampak positif pada keadaan anak di umur-umur selanjutnya. Anak-anak dengan
keadaan gizi yang lebih baik berkaitan erat dengan perilaku pemberian ASI. Mereka yang
sudah tidak diberikan ASI lagi ternyata keadaan gizinya lebih rendah (Jahari, dkk, 2000).
Sementara, bukti ilmiah yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada tahun 2006
mengungkapkan bahwa bayi yang diberi susu formula (susu bayi) memiliki kemungkinan
untuk meninggal dunia pada bulan pertama kehidupan 25 kali lebih tinggi dibandingkan bayi
yang disusui ibunya secara eksklusif (Anonim, 2006).
2. Makanan Pengganti Air Susu Ibu (PASI) Walaupun ASI adalah makanan paling ideal bagi
bayi, namun tidak semua ibu dapat memberikan ASI pada bayinya. Menurut Sulistijani
(2001), pemberian PASI dapat dimengerti jika alasannya adalah:
- Bayi sakit seperti kekurangan cairan, radang mulut atau infeksi paru-paru
- Bayi lahir dengan berat badan rendah
- Bayi lahir sumbing (bawaan)
Pemberian PASI juga dapat disebabkan oleh masalah pada pihak ibu :
Jumlah dan mutu ASI kurang memadai sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
Ibu menderita sakit dan karena sakitnya dilarang menyusui oleh dokter baik
untuk kepentingan ibu maupun bayinya, seperti ginjal atau penyakit menular
Ibu menderita infeksi, luka puting (mastitis)
Ibu mengalami gangguan jiwa atau epilepsi
Ibu sedang menjalani terapi obat yang tidak aman bagi bayi
Dibandingkan dengan ASI, susu formula memiliki banyak kelemahan terutama dalam
hal kandungan gizinya. Selain itu penggunaan susu formula harus di kontrol dari kemungkinan
masuknya organisme-organisme patogen atau terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan
diare.
Pengaturan makanan bayi dengan PASI sama dengan pengaturan makanan dengan ASI.
Pemberian PASI dilakukan berdasarkan kebutuhan gizi bayi
terutama dalam hal kebutuhan air, energi dan protein (RSCM dan Persagi, 1992).
Untuk mencukupi kebutuhan bayi, susu diberikan sesuai dengan
takarannya. Takaran akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur bayi.
Jadwal menyusu dengan susu formula tetap seperti pada bayi yang diberi ASI
(Nadesul, 2005).
Ada dua tujuan pengaturan makanan untuk anak usia 0-24 bulan (As’ad,
2002) :
1. Untuk mendidik kebiasaan makan anak yang baik
2. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup yaitu untuk
pemeliharaan atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan,
perkembangan fisik dan psikomotor serta melakukan aktivitas fisik
Pemberian makanan padat sebaiknya diberikan pada umur yang tepat. Resiko pemberian
makanan padat sebelum umur adalah :
1. Kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas
2. Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan tersebut
3. Mendapat zat-zat tambahan seperti garam dan nitrat yang dapat merugikan
4. Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat pewarna atau
zat pengawet yang tidak diinginkan
5. Kemungkinan pencemaran dalam penyediaan atau penyimpanannya.
Sebaliknya, penundaan pemberian makanan padat menghambat pertumbuhan jika energi dan
zat-zat gizi yang dihasilkan oleh ASI tidak mencukupi lagi kebutuhannya (Pudjiadi, 1990).
Keterangan:
Usia 0 – 6 bulan : hanya diberikan ASI saja.
Usia 6 – 8 bulan : diberikan ASI dan makanan lumat
berseling.
Usia 9 – 12 bulan
Pemberian makan yang dianjurkan pada usia 9 – 12 bulan adalah
1. Pemberian ASI masih diteruskan
2. MP ASI diberikan lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim,
nasi lembek.
3. Tambahkan telur / ayam / ikan / tempe / tahu / bayam / santan / kacang
hijau / santan / minyak
4. Setiap hari diberikan:
• usia 9 bulan : 3 x 9 sdm peres
• usia 10 bulan : 3 x 10 sdm peres
• usia 11 bulan : 3 x 11 sdm peres
• Berikan makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan
seperti buah, biskuit, kue
Usia 12 – 24 bulan
Pemberian makan yang dianjurkan pada usia 12 – 24 bulan adalah:
1. Pemberian ASI masih diteruskan
2. Berikan makanan keluarga secara bertahap sesuai dengan kemampuan
anak
3. Porsi makan sebanyak 1/3 orang dewasa yang terdiri dari
nasi, lauk pauk, sayur dan buah.
4. Berikan makanan selingan yang mengandung zat gizi
sebanyak 2 kali sehari diantara waktu makan
5. Makanan sebaiknya bervariasi
Usia lebih dari 24 bulan
Pemberian makan yang dianjurkan pada usia lebih dari 24 bulan adalah
1. Berikan makanan keluarga 3 kali sehari sebanyak 1/3 – ½ porsi makan
dewasa yang terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur dan buah
2. Berikan makanan selingan yang mengandung zat gizi sebanyak 2 kali
sehari
diantara waktu makan
PERMASALAHAN DALAM PEMBERIAN MP-ASI
Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi
dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Keadaan
ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi dengan
pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan
masyarakat. Selain itu ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 6 bulan
memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah, sesuai dengan
Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air tajin, air teh,
madu, pisang, yang diberikan pada bayi yang baru lahir sebelum ASI keluar. Hal
menyusui.
2) Kolostrum dibuang
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan
melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi tinggi. Oleh karena itu
MP-ASI terlambat bayi sudah lewat usia 6 bulan dapat menyebabkan hambatan
pertumbuhan anak.
Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak tepat dan
anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak menggunakan santan atau
minyak pada makanan anak, dapat menyebabkan anak menderita kurang gizi
terutama energi dan protein serta beberapa vitamin penting yang larut dalam
lemak.
dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat yang
Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui
dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman
tentang manajemen laktasi pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan konsumsi zat gizi rendah
apalagi kalau pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan
8) Kebersihan kurang
menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu yang
keluarga yang lebih besar, seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan untuk
anak baduta dan bila makan bersama-sama anak baduta selalu kalah.
untuk anak baduta dan bila makan bersama-sama anak baduta selalu
kalah.
ASI berkurang, yang berakibat menurunnya produksi ASI . Hal ini