PROGRAM
PROGRAM PENDIDIKAN
PENDIDIKAN DOKTER
DOKTER SPESIALIS
SPESIALIS II
ILMU
ILMU PENYAKIT
PENYAKIT DALAM
DALAM FK
FK UNSRI/RSMH
UNSRI/RSMH
PALEMBANG
PALEMBANG
2021
2021
DEFINISI
DEFINISI
• Penyebab SH
sebagian besar
penyakit hati alkoholik
dan non alkoholik (di
Amerika)
PATOGENESIS
PATOGENESIS
1. Cidera kronik-reversible dari parenkim hati nekrosis
hepatosit, kolapsnya jaringan penunjang retikulin, deposit
jaringan, aktivasi sel stellate hati fibrotik, pembentukan nodul
degeneratif
2. Sel stellate hati penghasil utama matrix ektraseluler (ECM)
3. ECM mengendap di space of disse perubahan bentuk dan
memacu kapilarisasi pembuluh darah, kapilarisasi sinusid
kemudian mengubah pertukaran normal alira vena porta dan
hepatosit
4. Sehingga material yang seharusnya dimetabolisme oleh
hepatosit akan langsung masuk ke aliran darah sistemik dan
menghambat material yang diproduksi hati masuk ke darah
5. Hal ini menimbulkan hipertensi portal dan penurunan fungsi
hepatoseluler
GEJALA
GEJALAKLINIS-PEMERIKSAAN
KLINIS-PEMERIKSAANFISIK
FISIK
• Peningkatan AST
dan ALT
• Penurunan albumin
(inverse alb-glb)
• Penurunan faktor
pembekuan darah
• Serologi marker
hepatitis
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI
• HIPERTENSI PORTAL
– Peningkatan hepatic venous pressure gradient lebih dari 5 mmHg
– Terjadi akibat peningkatan resistensi intra hepatik terhadap aliran darah
porta akibat adanya nodul degeneratif dan peningkatan aliran darah
splanchnic sekunder akibat vasodilatasi pada splanchnic vascular bed
• ASCITES
– Penanganan ascites, yaitu tirah baring, diet rendah garam, yaitu 2 gram
per hari, pembatasan intake cairan 1 l/hari
– Bila tidak berhasil dikombinasikan dengan spironolakton dengan dosis
100- 400 mg
– Bila pemberisan spironolakton tidak adekuat, bisa dikombinasi dengan
furosemid dosis 20-40 mg/hari, dengan dosis maksimal 160 mg/hari
– Respons diuretik bisa dimonitor dengan adanya penurunan BB 0,5
kg/hari tanpa edema dan 1 kg/hari jika ada edema
– Parasintesis bila asites sangat besar, pengeluaran asites 4-6 liteer
disertai dengan pemberian albumin 6-8 gram/ liter untuk
mempertahankan volume intravaskular dan mencegah disfungsi sirkulasi
pascaparasintesis
– Untuk membedakan penyebab ascites dapat dilakukan SAAG (serum
ascites albumin gradient), bila nilai > 1,1 gram % penyakit non
peritpneal (hipertensi portal, hipoalbuminemia, tumor ovarium)
– SAAG < 1,1 gram% penyakit peritoneum atau eksudat (keganasan,
peritonitis, seperti TBC, jamur, amuba, atau benda asing dalam
peritoneum)
• VARISES ESOFAGUS
– Pemberian obat golongan B blocker (propanolol) pencegahan
• PERITONITIS BAKTERIAL SPONTAN
– Merupakan komplikasi berat dan sering terjadi pada asites yang ditandai
dengan infeksi spontan cairan asites tanpa adanya fokus infeksi
intraabdominal
– Frekuensi PBS 30% dan angka mortalitas 25%
– Escheria coli merupakan bakteri usus yang sering menyebabkan PBS
– Diagnosa PBS ditegakan bila pada cairan asites ditemukan angka sel
netrofil >250/mm3
– Pengobatan sefalosporin generasi kedua atau cefotaxim
• ENSEFALOPATI HEPATIKUM
– 28% penderita SH mengalami komplikasi EH
akibat hiperammonia, terjadi penurunan hepatic uptake sebagai
akibat dari intrahepatic portal-systemic shunts dan/atau penurunan
sintesis urea dan glutamik
– Pencetus infeksi, perdarahan, ketidakseimbangan elektrolit,
pemberian obat-obat sedatif dan protein tingi
– Pemberian laktulosa cukup efektif untuk mencegah EH
• SINDROM HEPATORENAL
– Merupakan gangguan ginjal tanpa kelainan organik ginjal
– Sindrom ini sering dijumpai pada penderita SH dengan asites refrakter
– SH tipe 1 gangguan progresif fungsi ginjal dan penurunan klirens
kreatinin secara bermakna dalam 1-2 minggu
– SH tipe 2 penurunan filtrasi glomerulus dengan peningkatan serum
kreatinin. Prognosis tipe 2 lebih baik
PROGNOSIS