Anda di halaman 1dari 27

Laporan Kasus

Katarak Senilis Stadium Imatur Oculus Dextra et Sinistra

Oleh :
Giovanni R. Semet

19014101003

Residen Pembimbing
dr. David Christian Chandra

Supervisor Pembimbing
dr. Novanita Satolom Sp.m (K)

BAGIAN ILMU KESEHATAN

MATA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul

“Katarak Senilis Imatur”

telah dikoreksi, disetujui dan dibacakan pada Oktober 2021

di Bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUD Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

Residen Pembimbing

dr. David Christian Chandra

Supervisor Pembimbing

dr. Novanita Satolom Sp.m (K)

i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3
A. Anatomi............................................................................................................3
B. Fisiologi............................................................................................................6
C. Definisi.............................................................................................................6
D. Etiologi.............................................................................................................7
E. Patofisiologi.....................................................................................................8
F. Klasifikasi Katarak...........................................................................................8
G. Gejala Klinis.....................................................................................................12
H. Diagnosis..........................................................................................................12
I. Diagnosis Banding.............................................................................................14
J. Penatalaksanaan.................................................................................................14
K. Komplikasi.......................................................................................................16
L. Prognosis...........................................................................................................17
BAB III LAPORAN KASUS...............................................................................18
A. Identitas............................................................................................................18
B. Anamnesis........................................................................................................18
C. Pemeriksaan Fisik.............................................................................................18
D. Pemeriksaan Fisik Khusus / Status Oftalmologi..............................................19
E. Pemeriksaan Slit Lamp.....................................................................................20
F. Resume..............................................................................................................20
G. Diagnosis..........................................................................................................20
H. Usulan Pemeriksaan.........................................................................................20
I. Rencana Terapi..................................................................................................20
J. Prognosis..........................................................................................................20
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUA
N

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan


hampir transparan sempurna. Lensa memiliki ukuran tebal sekitar 4 mm
dan diameter 9 mm. Lensa terdiri dari tiga bagian, yaitu nucleus, kortek
dan kapsul. Kapsul lensa adalah membran semipermeabel yang
menyebabkan air dan elektrolit dapat masuk. Nucleus lensa lebih tebal dari
korteksnya. Semakin bertambahnya usia, laminar epitel subkapsular terus
diproduksi sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitasnya.
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina melalui
kemampuan akomodasinya. Lewat kemampuan ini, kita mampu melihat
benda yang jauh ataupun yang dekat. Namun seiring dengan bertambahnya
usia, lensa dapat mengalami berbagai gangguan seperti kekeruhan,
gangguan akomodasi, distorsi dan dislokasi.1,2
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
ataupun akibat keduanya.1 Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal, tetapi biasanya
berkaitan dengan proses degenatif.2,3
Kekeruhan lensa pada katarak dapat mengenai kedua mata maupun
hanya satu dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami
perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan
lensa tidak transparan sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu.
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam
penglihatan yang menurun secara progresif.1
Suatu studi yang dilakukan oleh Walmer Eye Institute pada tahun
2004 mencatat sekitar 20,5 juta penduduk usia lebih dari 40 tahun di
Amerika menderita katarak pada kedua matanya dan sekitar 6,1 juta
diantaranya merupakan pseudofaki atau afaki. Angka ini diperkirakan akan
meningkat menjadi 30,1 juta kasus katarak dan 9,1 juta kasus dengan
pseudofaki atau afaki pada tahun 2020.4

1
Berdasarkan usia penderitanya, katarak dapat diklasifikasikan
menjadi katarak kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun,
katarak juvenile yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang
mengenai orang-orang berusia diatas 50 tahun. Diantara ketiganya, katarak
senilis merupakan jenis katarak yang paling sering terjadi.1
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4
stadium, yaitu katarak insipien, katarak imatur, katarak matur dan katarak
hipermatur. Katarak insipient merupakan stadium katarak yang paling
awal dan belum menimbulkan gangguan visus. Pada katarak imatur,
kekeruhan belum mengenai seluruh bagian lensa sedangkan pada katarak
matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian lensa. Sementara katarak
hipermatur adalah katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat
menjadi keras atau lembek dan mencair.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Lensa

Lensa merupakan struktur kristalin, transparan, bikonveks yang

terletak diantara iris dan vitreous dan didukung oleh serat-serat zonules.

Diameter dari lensa yaitu 9-10 mm dengan ketebalan bervariasi sesuai usia

dari 3,5 mm saat lahir sampai 5 mm pada usia tua. Berat dari lensa juga

bervariasi mulai dari 135 mg pada usia 0-9 tahun sampai 255 mg pada usia

40-80 tahun. Permukaan posterior lensa lebih konveks dibanding

permukaan anterior. Kedua permukaan ini bertemu di ekuator. Indeks

refraksi dari lensa yaitu 1,39 dan kekuatan dioptric total sekitar 18 D.

Kekuatan akomodasi dari lensa tergantung dari usia yaitu sekitar 14-16 D

saat lahir, 7-8 D pada usia 25 tahun dan 1-2 D pada usia 50 tahun.5,6

Gambar 1. Anatomi lensa

3
Lensa tersusun atas :5

1. Kapsul lensa

Kapsul lensa merupakan membran hialin tipis dan transparan yang

membungkus lensa dimana lebih tebal pada permukaan anterior daripada

posterior. Kapsul lensa paling tebal pada regio pre-ekuator dan paling tipis

pada daerah posterior. Kapsul lensa merupakan membran semi-permeabel

(sedikit lebih permeabel dibandingkan dinding kapiler).

2. Epitelium anterior

Epitelium anterior merupakan lapisan tunggal yang terdiri dari sel kuboid

yang berada di bagian dalam kapsul anterior. Pada regio ekuator sel-sel ini

menjadi kolumnar yang secara aktif membelah dan memanjang untuk

membentuk serat lensa.

3. Serat Lensa

Sel-sel epitel akan memanjang dan membentuk serat-serat lensa yang

memiliki struktur yang rumit. Serat lensa yang matur merupakan sel-sel

yang telah kehilangan nukleus. Serat-serat lensa terbentuk sepanjang

kehidupan seseorang dan dibentuk secara padat sebagai nukleus dan

korteks dari lensa.

a. Nukleus : Nukleus merupakan bagian sentral yang terdiri dari serat-

serat paling tua. Berdasarkan periode perkembangannya, zona-zona dari

nukleus lensa terdiri dari

- Nukleus embrionik : Bagian paling dalam dari nukleus yang

berhubungan dengan lensa sampai 3 bulan pertama gestasi. Zona ini

4
terdiri dari serat lensa primer yang terbentuk dari elongasi sel-sel

dinding posterior dari vesikel lensa.

- Nukleus fetal : Terletak sekitar nukleus embrionik dan

berhubungan dengan lensa dari 3 bulan gestasi sampai lahir. Seratnya

membentuk suture berbentuk Y pada anterior dan berbentuk Y

terbalik pada posterior.

- Nukleus infantil : berhubungan dengan lensa dari lahir sampai

pubertas.

- Nukleus dewasa : berhubungan dengan serat lensa yang dibentuk

setelah pubertas sampai sisa hidup seseorang.

b. Korteks : bagian perifer yang terdiri dari serat-serat lensa yang lebih

muda.

Gambar 2. Bagian – bagian lensa dan Y suture

Ligamentum suspensorium dari lensa disebut juga Zonules of Zinn atau

disebut juga zonul siliar terdiri dari beberapa serat yang melintas dari

badan siliar ke lensa. Zonules of Zinn berguna untuk menahan lensa tetap

dalam posisi dan memungkinkan otot siliar untuk bekerja.

5
Gambar 3. Zonules of Zinn

B. Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina.


Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris
relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter
anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa
diperkecil sehingga berkas cahaya parallel atau terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga
tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastic kemudian
mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh peningkatan daya
biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris, zonula, dan
lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai
akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa
perlahan-lahan berkurang. Selain itu juga terdapat fungsi refraksi, yang
mana sebagian bagian optik bola mata untuk memfokuskan sinar ke bintik
kuning, lensa menyumbang +18,0 Dioptri.2

C. Definisi
Katarak senilis (age-related cataract) merupakan jenis katarak
didapat (akuisita) yang paling sering ditemukan pada laki-laki maupun
perempuan, biasanya berusia di atas 50 tahun. Pada usia sekitar 70

6
tahun, hampir 90% individu menderita katarak. Kondisi kekeruhan
biasanya bilateral akan tetapi hampir selalu kondisi salah satu mata
lebih berat dari mata lainnya. Secara morfologis katarak senilis dapat
dibagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak kortikal dan katarak nuklear.
Kedua jenis katarak ini sering terjadi secara bersamaan.1,2

Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium katarak


senilis, dimana pada stadium ini kekeruhan lensa belum terjadi
disemua bagian lensa. Kekeruhan pada stadium ini utamanya terjadi di
bagian posterior dan belakang nukleus lensa. Pada katarak imatur,
volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik
bahan degeneratif lensa. Pada keadaan ini, lensa akan mencembung
dan dapat menimbulkan hambatan pupil sehingga terjadi glaukoma
sekunder.1,2

D. Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini masih belum diketahui
secara pasti dan diduga multifaktorial. Beberapa penyebab katarak
diantaranya adalah:7
- Keturunan : mempengaruhi peran genetic dalam mulainya awitan
seorang individu terkena katarak dan maturasi dari katarak tersebut
- Radiasi Ultraviolet : paparan UV yang tinggi mempercepat
maturasi dan usia munculnya katarak.
- Faktor diet : Defisiensi dari beberapa jenis protein, asam amino
dan vitamin C, E serta riboflavin dihubungkan dengan kecepatan
maturasi dan usia munculnya katarak.
- Merokok : merokok mempercepat muculnya katarak. Merokok
menyebabkan penumpukan molekul berpigmen -3
hydroxykhynurine dan chromophores, yang menyebabkan
terjadinya penguningan warna lensa, yang menyebabkan
kekuningan. Sianat dalam rokok juga menyebabkan terjadinya
karbamilasi dan denaturasi protein.

7
E. Patofisiologi
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein
lensa. Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan
meningkat sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan
terbentuknya lapisan konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan
mengalami penekanan dan pengerasan. Proses ini dikenal sebagai
sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula proses kristalisasi pada lensa
yang terjadi akibat modifikasi kimia dan agregasi protein menjadi
highmolecular-weight-protein. Hasil dari agregasi protein secara tiba
tiba ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa sehingga
menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan pandangan. Modifikasi
kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi
progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh.
Perubaha lain pada katarak terkait usia juga menggambarkan
penurunan konsentrasi glutatin dan potassium serta meningkatnya
konsentrasi sodium dan calcium.2
Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya
transparasi lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses
degeneratif sehingga densitasnya akan berkurang dan terjadi
penyimpangan diferensiasi dari sel-sel fiber. Akumulasi dari sel-sel
epitel yang hilang akan meningkatkan pembentukan serat-serat lensa
yang akan menyebabkan penurunan transparasi lensa. Selain itu, proses
degeneratif pada epithelium lensa akan menurunkan permeabilitas
lensa terhadap air dan molekulmolekul larut air sehingga transportasi
air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang.
Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan seperti
vitamin dan enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada
proses pembentukan katarak.8

F. Klasifikasi Katarak
Secara garis besar, katarak yang berhubungan dengan proses
penuaan dibagi menjadi 3, yaitu:

8
1. Katarak nuklear
Katarak nuklear, terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan
nukleus lensa berwarna kuning dan opak. Nukleus cenderung menjadi
gelap dan keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai
coklat. Progresivitas lambat. Bentuk yang paling banyak terjadi.
Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat.

Gambar 1. Katarak nuclear

2. Katarak kortikal
Katarak kortikal, katarak menyerang lapisan yang melindungi nukleus atau
korteks. Timbul sekitar usia 40-60 tahun dan progresivitas lambat tetapi
lebih cepat dari katarak nuklear. Terdapat wedge-shape opacities/cortical
spokes atau gambara seperti ruji. Penglihatan jauh dan dekat tergangggu,
penglihatan merasa silau.

Gambar 2. Katarak kortikal (3)

9
3. Katarak subkapsular posterior
Katarak subkapsular posterior, peningkatan opasitas pada bagian lensa
belakang secara perlahan. Biasanya pasien akan mengeluhkan silau dan
penglihatannya kabur saat melihat cahaya terang. Ketajaman penglihatan
dekat biasanya berkurang.

Gambar 3. Katarak subkapsular posterior.

Katarak senilis secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu


insipien, imatur, matur, dan hipermatur.

1. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-
bercak yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih
di antaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan
posterior.

2. Katarak Imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik>>bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik>mata dangkal

10
sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris
atau shadow test, akan terlihat bayangan iris pada lensa, sehingga hasil uji
shadow test (+)

3. Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Tidak
terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris
negatif.

4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa. Bila
proses katarak berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka dapat
mengakibatkan nukleus yang terbenam di korteks lensa. Keadaan ini
disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris memberikan
gambaran pseudo positif. Cairan / protein lensa yang keluar dari lensa
tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena di anggap
sebagai>benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis dan
glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat
terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang
menghalangi aliran cairan bola mata.

Tabel Perbedaan Stadium Katarak Senilis

11
G. Gejala Klinis
Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan
riwayat kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan.
Penyimpangan penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari
katarak ketika pasien datang.2
- Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering
dikeluhkan pasien dengan katarak senilis.
- Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan
sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau
silau pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu
pada malam hari.
- Perubahan miopia, Progesifitas katarak sering meningkatkan
kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan miopia derajat
sedang hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiopi
melaporkan peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang
membutuhkan kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan
second sight. Secara khas, perubahan miopik dan second sight
tidak terlihat pada katarak subkortikal posterior atau anterior.
- Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang
terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan
area refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering
memberikan gambaran terbaik pada reflek merah dengan
retinoskopi atau ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini
menimbulkan diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi
dengan kacamata, prisma, atau lensa kontak.
- Noda, berkabut pada lapangan pandang.
- Ukuran kaca mata sering berubah

H. Diagnosis
Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala
klinis yang dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak
senilis imatur biasanya datang dengan keluhan mata kabur serta silau.

12
Sementara pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan
menggunakan senter, slit lamp dan funduskopi. Berikut merupakan
hasil temuan pemeriksaan oftalmologi pada katarak senilis dan katarak
stadium lainnya.

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Komplit Masif
lensa
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air+masa lensa
keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Visus (+) < << <<<
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma

Pada katarak senilis imatur, terdapat kekeruhan pada sebagaian


lensa yang dapat menimbulkan gangguan visus. Dengan koreksi, visus
masih dapat mencapai 1/60-6/6. Pada stadium ini, kekeruhan belum
mengenai seluruh lapisan lensa. Pada lensa normal yang tidak terdapat
kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada yang
dipantulkan. Oleh karena kekeruhan dibagian posterior lensa, maka
sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan
lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang
terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh
dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang
keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).

13
I. Diagnosis Banding
Diagnosis Banding Katarak Senillis Imatur :
• Retinoblastoma
• Ulkus Kornea

J. Penatalaksanaan
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi
jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak
diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata sehingga
didapatkan penglihatan maksimal. Sejauh ini tidak ada obat-obatan
yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun, aldose reductase
inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi
sorbitol dan sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam
pencegahan katarak gula pada hewan. Obat anti katarak lainnya sedang
diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar sorbitol,
aspirin, agen glutathione-raising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi
lensa. Terdapat 2 tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract
ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE).
ECCE sendiri terdiri dari dua teknik yaitu Small Incision Cataract
Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.8
- Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)
Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa
bersama kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam
kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata
melalui incisi korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini
hanya dilakukan hanya pada keadaan lensa subluksatio dan
dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer.
ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada

14
pembedahan ini astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis,
dan perdarahan.
- Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul
lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat
keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama
keratoplasti, implantasi lensa intra ocular posterior,
perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular,
kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca, mata
sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya
mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular
edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat
melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca.
Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat
terjadinya katarak sekunder.
- Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa
dengan memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik
ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di
kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk
menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako akan
menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan
melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak
diperlukan jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya
sehingga memungkinkan pasien dapat dengan cepat kembali
melakukan aktivitas sehari-hari. Tehnik ini bermanfaat pada
katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.
Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat.

15
- Small Incision Cataract Surgery SICS
Teknik SICS merupakan suatu teknik operasi dengan irisan
sangat kecil (7-8 mm) dan hampir tidak memelurkan jahitan.
Oleh karena irisan yang sangat kecil, penyembuhan relatif
lebih cepat dan risiko astigmatisma lebih kecil disbandingkan
ECCE konvesional. SICS dapat mengeluarkan nukleus lensa
secara utuh atau dihancurkan. Teknik ini dipandang lebih
menguntungkan karena lebih murah dan juga dilakukan
dengan anestesi lokal.

K. Komplikasi
- Komplikasi Intra Operatif
Edema kornea, COA dangkal, ruptur kapsul posterior, pendarahan
atau efusi suprakoroid, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi
vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.1,7,8

- Komplikasi dini pasca operatif


• COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya
antara cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid,
block pupil dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-
McLean syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral
yang bersih paling sering)
• Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus
• Prolaps iris, umumnya disebabkan karena penjahitan luka insisi
yang tidak adekuat yang dapat menimbulkan komplikasi seperti
penyembuhan luka yang tidak sempurna, astigmatismus, uveitis
anterior kronik dan endoftalmitis.
• Pendarahan, yang biasa terjadi bila iris robek saat melakukan
insisi

- Komplikasi lambat pasca operatif


• Ablasio retina

16
• Endoftalmitis kronik yang timbul karena organissme dengan
virulensi rendah yang terperangkap dalam kantong kapsuler
• Post kapsul kapacity, yang terjadi karena kapsul posterior lemah
Malformasi lensa intraokuler, jarang terjadi.

L. Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit
menjadi sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai
95%. Pada bedah katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi.
Keberhasilan tanpa komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau
fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat
meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan menggunakan
snellen chart.

17
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Amirudin Mokodompit
Umur : 64 tahun
Alamat : Tombolikat
Jenis Kelamin : Laki - laki
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia

B. Anamnesa
- Keluhan Utama : Kedua mata kabur
- Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang dengan keluhan
kedua mata kabur sejak 1 tahun yang lalu. Mata kiri pasien
dirasa lebih kabur dibandingkan dengan mata kanannya. Kabur
dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin memberat
hingga mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa lebih sulit
melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan
sebelumnya. Pasien juga mengeluh silau dan pada mata seperti
melihat awan.
- Riwayat Penyakit Terdahulu : Pasien tidak pernah
mengalami hal ini sebelumnya. Riwayat alergi, trauma,
penggunaan kaca mata dan penyakit sistemik seperti hipertensi
dan diabetes mellitus disangkal oleh pasien. Keluarga pasien
tidak ada yang mengalami keluhan serupa.
- Riwayat Sosial : Pasien sehari-harinya merupakan seorang
petani.

C. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: Compos mentis

18
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu Tubuh : 36,5°C

D. Pemeriksaan Fisik Khusus / Status Oftalmologi

OD OS

4/60 PH 6/12 Visus 6/12 PH 6/7,5

17,3 TIO 14,6

Edema (-) Palpebra Edema (-)

Dalam batas normal Konjungtiva Dalam batas normal

Ikterus (-) Sklera Ikterus (-)

Edema (-) Kornea Edema (-)

Cukup dalam COA Cukup dalam

Bulat, reguler, bayangan Bulat, reguler, bayangan


Iris
iris positif iris positif

Rp (+) Pupil Rp (+)

Keruh sebagian Lensa Keruh sebagian

Non uniform (+) Reflek fundus Non uniform (+)

19
E. Pemeriksaan Slit Lamp

F. Resume
Pasien datang dengan keluhan kedua mata kabur sejak 1 tahun yang
lalu. Mata kiri pasien dirasa lebih kabur dibandingkan dengan mata
kanannya. Kabur dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin
memberat hingga mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa lebih
sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan
sebelumnya. Pasien juga mengeluh silau dan pada mata seperti melihat
awan. Riwayat alergi, trauma dan penyakit sistemik disangkal oleh
pasien. Keluarga pasien tidak ada yang mengalami hal yang serupa.

G. Diagnosis Kerja
ODS Katarak Senilis Stadium Imatur

H. Usulan Pemeriksaan
- Pemeriksaan darah lengkap
- Foto Thorax
- EKG

I. Rencana Terapi
Phacoemulsification + IOL OS

J. Prognosis
Dubia ad bonam

20
BAB IV
PEMBAHASA
N

Pasien datang dengan keluhan kedua mata kabur sejak 1 tahun


yang lalu. Mata kiri pasien dirasa lebih kabur dibandingkan dengan mata
kanannya. Kabur dirasa perlahan-lahan dan semakin lama semakin
memberat hingga mengganggu aktivitas pasien. Pasien merasa lebih sulit
melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan dengan sebelumnya.
Pasien juga mengeluh silau dan pada mata seperti melihat awan. Gejala-
gejala yang dialami pasien ini sesuai dengan kepustakaan yang menuju
kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan pada lensa sehingga
mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Tingkat kekaburan yang
dialami pasien bervariasi tergantung dari tingkat kekeruhan lensa. Lensa
pasien katarak akan semakin cembung akibat proses sklerosis nucleus
yang meningkatkan ketebalan lensa. Hal ini menyebabkan kekuatan
dioptri lensa pasien menjadi semakin kuat sehingga pasien menjadi lebih
jelas melihat dekat dibandingkan melihat jauh. Berbeda dengan pasien
pasien usia tua yang umumnya mengalami presbiopi sehingga lebih jelas
ketika melihat jauh dibandingkan dengan melihat dekat. Usia pasien yang
lebih dari 50 tahun merupakan salah satu penentu jenis katarak. Jenis
katarak yang sesuai adalah katarak senilis.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6,
terdapat kekeruhan pada kedua lensa yang jika disinari dengan
menggunakan senter pada kemiringan 45o menimbulkan bayangan iris. Hal
ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada lensa normal
yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat masuk kedalam mata tanpa ada
yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya sebagian saja, maka sinar
obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi,
sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang terang
sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan
daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh.
Keadaan ini disebut bayangan iris (+). Pada pemeriksaan opthalmologi,
21
tidak ditemukan adanya hiperemi pada konjungtiva serta rasa nyeri pada
mata (-). Pada funduskopi, didapatkan reflex fundus yang (+). Adanya
bayangan iris dan reflek fundus yang (+) mengarah kepada katarak senilis
imatur. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis
yang sesuai adalah katarak senilis stadium imatur.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah
pemeriksaan darah lengkap, foto thorax, EKG.
Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kaca mata
sehingga pasien mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini
masih dirasa mengganggu oleh pasien, dapat dilakukan ekstraksi lensa.
Ekstraksi lensa dapat dilakukan dengan metode SICS + IOL atau
Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana pemilihan teknik operasi ini juga
diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita harus memberikan
edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari masing-masing
teknik tersebut. Pada SICS + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar
dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses
penyembuhan akan berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya
astigmatisma juga lebih besar. Sementara teknik fakoemulsifikasi
memiliki komplikasi astigmatisma yang lebih kecil hanya saja biayanya
lebih mahal dibandingkan dengan SICS.
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak
merupakan suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga
tajam penglihatan pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan
dengan sebelum dioperasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada
Katarak Senilis.
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000.
Oftalmologi Umum. 14th ed. Jakarta : Widya Medika.
4. Victor, Vicente. 2012. Senile Cataract. Available from :
www.medscape.com.
5. Khurana A. Comprehensive Ophthalmology Edisi 6. India: Jaypee
Brothers Medical Publishers; 2015.
6. R. Lens. In: Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology 19th
Ed. McGraw-Hill Education; 2018. p. 179–83.
7. Astari P. Katarak : Klasifikasi, Tatalaksna dan Komplikasi
Operasi. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. CDK-
269. 2018:45(10).
8. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asbury’s General
Ophthalmology, Sixteenth edition, Mc Graw Hill Companies, Inc,
Boston, Singapore, International Edition 2004.
9. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section
11. San Fransisco: MD Association, 2005-2006
10. Riordan P, Witcher J. In: Vaughan & Asbury’s General
Ophtalmology 16 th Edition. London: Lange; 2007.

23

Anda mungkin juga menyukai