Anda di halaman 1dari 23

Giovanni R Semet

17014101041
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kehamilan

2.1.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan saat yang sangat menakjubkan dalam kehidupan

seorang wanita. Hal itu juga merupakan saat yang menegangkan ketika sebuah

kehidupan baru yang mesterius bertubuh dan berkembang di dalam rahim. Sekali

kehamilan terjadi, berbagai macam efek terjadi dalam tubuh wanita, baik efek karena

perubahan hormon, bentuk tubuh, maupun emosional wanita yang mengalami

kehamilan (Dewi,2011).

2.1.2 Perubahan Fisik Ibu

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

kehamilan yang normal adalah 280 hari atau 40 minggu, dihitung dari hari pertama

haid yang terakhir (Fadlun, 2011).

Kehamilan 0 – 8 minggu dengan berat janin 1.000 gr, bila berakhir disebut

dengan keguguran. Kehamilan 29 minggu sampai 36 minggu, bila terjadi persalinan

disebut prematuritas, kehamilan berumur 37 minggu sampai 42 minggu disebut

aterm. Sementara itu kehamilan 42 minggu disebut kehamilan lewat waktu atau

serotinus (Dewi, 2011).

2.1.2.1 Trisemester I

Tanda fisik pertama yang dapat dilihat pada beberapa ibu adalah perdarahan

8
edikit atau spoting sekitar 11 hari setelah konsepsi pada saat embrio melekat pada

lapisan uterus. Perdarahan implantasi ini biasanya kurang dari lamanya menstruasi

yang normal. Setelah terlambat periode menstruasi, perubahan fisik berikutnya

biasanya adalah nyeri dan pembesaran payudara diikuti oleh rasa kelelahan yang

kronis/ menetap dan sering BAK. Ibu akan mengalami dua gejala yang terakhir

selama tiga bulan berikutnya. Morning sickness atau mual dan muntah biasanya

dimulai sekitar 8 minggu dan mungkin berakhir 12 minggu. Pada usia kehamilan 12

minggu, pertumbuhan uterus di atas simfisis pubis dapat dirasakan. Ibu biasanya

mengalami kenaikan berat badan sekitar 1 – 2 kg selama trisemester pertama

(Dewi,2011)

Menurut (Dewi, 2011) Adapun perubahan dari bulan ke bulan sebagai berikut:

1. Minggu ke 4/ bulan ke – 1

Ibu terlambat menstruasi, payudara menjadi nyeri dan membesar. Kelelahan

yang kronis (menetap) dan sering BAK mulai terjadi. Keadaan ini berlangsung

selama tiga bulan berikutnya. HCG di dalam urin dan serum 9 hari setelah konsepsi

2. Minggu ke – 8/ bulan ke – 2

Mual dan muntah (morning sickness) mungkin terjadi sampai usia kehamilan

12 minggu. Uterus berubah dari bentuk pir menjadi globular. Tanda – tanda hegar

muncul. Penambahan berat badan belum terlihat nyata.

3. Minggu ke – 12 / bulan ke – 3

Tanda cadwick muncul dan uterus naik di atas simpisis. Kontraksi braxton

hicks mulai dan mungkin terus berlangsung selama kehamilan. Potensial untuk
menderita infeksi saluran kemih meningkat dan ada selama kehamilan. Kenaikan

berat badan sekitar 1- 2 kg selama trisemester pertama. Plasenta sekarang berfungsi

penuh dan memproduksi hormon.

2.1.2.2 Trisemester II

Menurut Yulaikh (2008) uterus akan terus tumbuh. Pada usia kehamilan 16,

uterus biasanya berada pada pertengahan antara simfisis pubis dan pusat.

Penambahan berat badan sekitar 0,4 – 0,5 kg/mg. ibu mungkin akan merasa banyak

energy. Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus berada dekat dengan pusat. Payudara

mulai mengeluarkan kolestrum.

Adapun perubahan dari bulan ke bulan adalah sebagai berikut :

1. Minggu ke - 16 / bulan ke – 4

Fundus berada di tengah antara simfisis dan pusat. Berat ibu bertambah 0,4 –

0,5 kg/ mg selama kehamilan dan mempunyai banyak energy. Sekresi vagina

meningkat ( tetapi normal jika gatal, iritasi, atau tidak berbau busuk). Tekanan pada

kandung kemih berkurang sehingga frekuensi sering BAK berkurang.

2. Minggu ke – 20/ bulan ke -5

Fundus mencapai pusat, payudara memulai sekresi kolostrum, kantong

ketuban menampung 400 ml cairan. Rasa akan pingsan dan pusing mungkin terjadi,

terutama jika posisi berubah secara mendadak. Varises pembuluh darah mungkin

terjadi. Ibu merasa gerakan janin. Areola bertambah gelap. hidung tersumbat, kaki

menjadi keram dan konstipasi mungkin dialami.


3. Minggu ke – 24/ bulan ke – 6

Fundus di atas pusat. Sakit punggung dan keram pada kaki mungkin terjadi.

Perubahan kulit bisa berupa stiae gravidarum, cholosma, linea nigra, dan jerawat.

Mimisan dapat terjadi dan mungkin mengalami gatal –gatal pada abdomen uterus

membesar dan kulit meregang.

2.1.2.3. Trisemester III

Menurut (Pujiningsih, 2010) Pada usia kehamilan 28 minggu, fundus berada

pada pertengahan antara pusat dan sifoideus, pada usia kehamilan 32 – 36 minggu,

fundus mencapai prosesus sifoideus. Payudara penuh dan nyeri seperti ditekan.

Sering BAK kembali terjadi. Sekitar usia 38 minggu bayi masuk/ turun kedalam

panggul.

Adapun perubahan dari bulan ke bulan sebagai berikut :

1. Minggu ke – 28/ bulan ke – 7

Fundus berada di pertengahan antara pusat dan sifoideus. Garis bentuk janin dapat

dipalpasi.

2. Minggu ke – 32/ bulan ke -8

Fundus mencapai prosesus sifoideus, payudara penuh. Sering BAK

3. Minggu ke – 38/ bulan ke – 9

Penurunan bayi ke dalam pelvis/ panggul ibu (lightening). Plasenta setebal 4 kali

waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5 – 0,6 kg. Braxton hicks

meningkat karena servik dan segmen bawah Rahim disiapkan untuk persalinan.
2.1.3 Perubahan Psikologis

Menurut (Dewi, 2011) Kehamilan merupakan krisis maternitis yang dapat

menimbulkan stress, tetapi berharga karena menyiapkan wanita tersebut untuk

memberi perawatan dan mengemban tugas yang lebih berat. Apabila wanita saat

hamil perubahan perannya menjadi lebih cepat naik darah atau yang rajin menjadi

malas, hal tersebut merupakan hal yang wajar karena tersebut mengalami perubahan

emosi.

Respon emosional yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :

1. Faktor internal yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :

Wanita yang mempunyai emosi yang labil dan hubungan personal yang tidak

adekuat.

2. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah sebagai berikut :

Trauma psikologis, kekecawaan yang tidak terselesaikan dan rasa mual dan

konstipasi.

2.2 Tekanan Darah

Menurut Carlson Wade (2016) tekanan darah adalah jumlah tekanan yang

digunakan dalam saluran darah saat melewati arteri. Ketika berkontraksi, ventrikel

kiri pada jantung mendorong darah keluar dari arteri. Arteri utama kemudian

mengembang untuk menerima darah yang datang. Lapisan otot arteri melawan

tekanan, darah didorong keluar menuju pembuluh yang lebih kecil. Tekanan darah

adalah tekanan gabungan dari pemompaan oleh jantung.


Setiap orang memerlukan tekanan darah untuk menggerakkan darah melewati

sistem sirkulasi. Tekanan akan naik dan turun dengan rentang sempit. Namun, ketika

tekanan naik dan tidak kembali turun, kondisi tersebut dikenal sebagai tekanan darah

tinggi. Pembacaan tekanan sistolik 150 dan tekanan diastolik 95 (atau 150/90)

umumnya menandakan tekanan darah tinggi (Wade Carlson, 2016).

Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan

salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (A Statement by the American

Society of Hypertension and the International Society of Hypertension 2013

Tabel 2.1 Klasifikasi Pembagian Derajat Keparahan Hipertensi

Klasifikasi Sistolik Diastolik


Optimal < 120 dan < 80
Normal 120 – 129 dan/ atau 80 – 84
Normal tinggi 130 – 139 dan/ atau 84 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 dan/ atau 90 – 99
Hipertensi derajat 2 160 – 179 dan/ atau 100 - 109
Hipertensi derajat 3 ≥ 180 dan/ atau ≥ 110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 Dan < 90
A Statement by the American Society of Hypertension and the International Society
of Hypertension 2013

2.3 Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg

dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan

selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/ tenang (Infodatinhipertensi,

2014).

Hipertensi karena kehamilan adalah hipertensi yang terjadi karena atau pada

saat kehamilan, dapat mempengaruhi kehamilan itu sendiri biasanya terjadi pada usia
kehamilan memasuki usia 20 minggu (Rukiyah, 2010). Hipertensi dalam kehamilan

berarti tekanan darah meninggi saat hamil. Keadaan ini biasanya mualai pada

semester ketiga atau tiga bulan terakhir kehamilan. Perempuan hamil penderita

hipertensi yang dimulai sebelum hamil kemungkinan komplikasi pada kehamilannya

besar dibandingkan dengan perempuan hamil yang menderita hipertensi ketika sudah

hamil (Susilo, 2011).

Menurut Dewi ( 2011) terdapat tiga besar kelainan hipertensi yang disebabkan

oleh kehamilan. Klasifikasi umum kelainan hipertensi sebagai komplikasi kehamilan

adalah sebagi berikut :

a. Hanya hipertensi tanpa disertai proteinuria atau edema patologik (beberapa

keputusan menyebutkan sebagi transiest hypertensi, peningkatan tekanan darah

selama kehamilan atau dalam 24 jam pertama pasca persalinan tanpa adanya

komplikasi lainnya).

b. Pre –eklamsi – hipertensi disertai proteinuria dan edema patologik, biasanya

terjadi pada minggu ke 20. Terbagi atas preeklamsi ringan dan berat.

c. Eklamsi – hipertensi desertai proteinuria dan edema patologik dan konvulsi/

kejang/ koma

2.4. Tanda dan Gejala / Manifestasi Klinis Hypertensi

2.4.1 Hipertensi Kronis

a. Menderita hipertensi sebelum hamil atau usia kehamilan sebelum 20 minggu

b. Tekanan darah lebih melebihi 140/90 mmHg


c. Tidak ada proteinuria

d. Kadar asam urat serum normal

e. Menetap sampai masa nifas hari ke – 24

2.4.2 Per-eklamsia dan eklamsia

a. Pre-eklamsia

Tanda gejala adalah Usia kehamilan lebih dari 20 minggu, Proteinuria lebih

dari 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam, Proteinuria melebihi 1g/l dalam 2x

pengambilan urin dengan kateter dalam waktu 6 jam dan Kenaikan BB yang melebihi

500gr/ minggu, 2000gr/ bulan.

b. Eklamsia

Gejala sama dengan pre-eklamsia ditambah dengan adanya kejang atau

konvulsi. Konvulsi dapat muncul didahului gangguan neurologis konfulsi terjadi

akibat efek serebral berat pre-eklamsia.

2.4.3. Preeklamsi pada hipertensi kronik

a. Peningkatan sistolik 30 mmhg

b. Peningkatan diastolic 20 mmhg

c. Udem

d. Proteinuria

2.4.4. Hipertensi Transian

a. Terjadi pada masa kehamilan dalam waktu 24 jam pertama sesudah melahirkan

b. Tanpa disertai gejala preeklamsia dan hipertensi kronis

c. Hilang setelah 10 hari pasca persalinan (Rukiyah, 2010)


2.5 Etiologi

Plasenta biasanya dianggap sebagai penyebab utama gangguan hipertensi

pada kehamilan karena setelah kelahiran, penyakit ini berkurang. Pada plasenta

normal, plasenta melibatkan invasi desidua oleh sintio trofoblas. Selama awal

kehamilan, dinding otot dan endoteliu marterial terkikis dan digantikan oleh trofoblas

untuk memberikan lingkungan yang optimal bagi perkembangan blastotis. Fase kedua

proses ini terja diantara gestasi minggu ke – 16 dan ke -20 saat trofoblas mengikis

myometrium arteri spiral. Pada pre-eklamsi invasi trofoblas ikarteri spiral mengalami

hambataan sehingga mengakibatkan penurunan perfusi plasenta, yang akhirnya dapat

menyebabkan hipoksia plasenta (Fraser & cooper,2009).

Plasenta abnormal dan penurunan perfusi plasenta juga dapat terjadi pada

kondisi yang berhubungan dengan penyakit mikrovaskuler, misalnya diabetes,

hipertensi,dan trombofilia. Hal ini dapat terjadi jika terdapat massa plasenta yang

besar seperti pada kehamilan kembar atau penyakit trofoblastik gestasional. Ibu yang

menderita penyakit ini berisiko tinggi mengalami pre-eklamsi (Fraser & Cooper,

2009).

2.6 Patofisiologi

Proses terjadinya hipertensi ialah melalui terbentuknya angiotensin II dari

angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung

angiotensinogen yang diproduksi di hati. Kemudian oleh hormon, renin (diproduksi


oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat dalam paru-

paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II itulah yang

mempunyai peranan penting dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi yang pertama ini adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan

rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal

untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, jadi

sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga

menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan

ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler

dan akibatnya volume darah meningkat yang akhirnya akan

meningkatkan tekanan darah.

Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks

adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting

pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan

mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus

ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara

meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan

volume dan tekanan darah


Gambar 2.1 Mekanisme Patofisiologi dari Hipertensi
Sumber : Fraser & Cooper, 2009

2.6.1 Komplikasi Hipertensi

Komplikasi yang terjadi pada ibu yang hipertensi (Pujiningsih, 2010) :

a. Solusio Plasenta

b. Hemolisis

c. Perdarahan Otak

d. Kelainan Mata

e. Kelainan Ginjal

f. Prematurita

g. Kematian Janin Intrauterine

2.7 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi dalam Kehamilan

Ada beberapa penyebab terjadinya hipertensi pada kehamilan, antara lain :

2.7.1 Usia

Insiden tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua.


pada wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insiden > 3 kali lipat. Pada wanita

hamil berusia dari 35 tahun dapat terjadi hipertensi laten.

2.7.2 Paritas

a. Angka kejadian tinggi pada primigravida mudah dan tua

b. Primigravida tua risiko lebih tinggi untuk peeklamsia berat

2.7.3 Faktor Keturunan

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua

yang salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih

besar untuk terkena hipertensi dari pada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak

menderita hipertensi). Namun demikian, bukan berarti bahwa semua yang

mempunyai keturunan hipertensi pasti akan menderita penyakit hipertensi.

Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar terhadap munculnya

hipertensi. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi

lebih banyak terjadi pada kembar monozigot (berasal dari satu sel telur) dibanding

heterozigot (berasal dari sel telur yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang yang

mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak melakukan

penanganan atau pengobatan maka ada kemungkinan lingkungannya akan

menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam waktu sekitar dua puluh-an tahun

akan mulai muncul tanda – tanda dan gejala hipertensi dengan komplikasinya

(Sutanto, 2010).

2.7.4 Pekerjaan

Stress pada pekerjaan cenderung menyebabkan terjadinya hipertensi berat.


Stress yang terlalu besar dapat memicu terjadinya berbagai penyakit misalnya sakit

kepala, sulit tidur, tukak lambung (Muhammadun, 2010).

2.7.5 Gaya Hidup

Kebiasaan merokok insiden pada ibu perokok lebih rendah, namum merokok

selama hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat yang

jauh lebih tinggi. Aktifitas fisik selama kehamilan istirahat baring yang cukup selama

kehamilan mengurangi kemungkinan/ inseden hipertensi dalam kehamilan.

2.7.6 Obesitas

Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh.

Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan gula dan garam yang kelak bisa

merupakan faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degenerative, seperti

diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung coroner, reumatik dan berbagai jenis

keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain. Hubungan anatara berat badan ibu

dengan risiko hipertensi bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan

indek masa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3% untuk

mereka yang indeksnya ≥ 35 kg/m2 (Cunningham, 2005).

Obesitas merupakan ciri dari populasi penderita hipertensi. Pada penderita

hipertensi ditemukan sekitar 20 -33 % memiliki BB lebih (overweight). Keadaan ini

disebabkan karena pola konsumsi yang berlebihan, banyak mengandung (lemak,

protein dan karbohidrat) yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Proses metabolisme

yang menurun pada usia lanjut, tidak diimbangi dengan peningkataan aktifitas fisik

atau penurunan jumlah makanan, sehingga kalori yang berlebihan akan diubah
menjadi lemak, mengakibatkan kegemukan. Berat badan yang berlebih akan

meningkatkan beban jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya

tekanan darah cenderung lebih tinggi. Disamping itu pembuluh darah pada usia lanjut

lebih tebal dan kaku (aterosklerosis) sehingga tekanan darah akan meningkat

(Depkes, 2006).

2.7.7 Kurang Olahraga atau Aktifitas Fisik

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), aktivitas fisik didefinisikan sebagai

gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran

energi. Bergerak/aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan

pengeluaran tenaga dan energi (pembakaran kalori). Sehingga dapat diambil

kesimpulan bahwa aktivitas fisik adalah segala macam gerak yang membutuhkan

energi.

Umumnya kegiatan aktivitas fisik identik dengan olahraga, tentunya kegiatan

tersebut akan menggunakan energi hingga membakar kalori. Namun tidak semua

aktifitas fisik disebut dengan olahraga, karena aktifitas rutin yang biasa kita lakukan

saat bekerja, juga melibatkan anggota tubuh, dengan demikian bekerja juga termasuk

aktifitas fisik. Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian

banyak hal yang dikategorikan dalam pengobatan farmakologis bagi penderita

hipertensi. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Aktivitas

fisik yang dianjurkan adalah aktivitas sedang yang dilakukan selama 30-60 menit

setiap hari. Kalori yang terbakar sedikitnya 150 kalori per hari. Salah satu yang bisa

dilirik adalah aerobic. Suatu aktivitas baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga,
dikatakan aerobic jika dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru dan

otot-otot. Salah satu contohnya, jalan kaki cepat. Frekuensi latihannya 3 - 5 kali

seminggu, dengan lama latihan 20 - 60 menit sekali latihan.

Latihan olahraga bisa menurunkan tekanan darah karena latihan itu dapat

merilekskan pembuluh-pembuluh darah. Lama-kelamaan, latihan olahraga dapat

melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama

halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Latihan olahraga

juga dapat menyebabkan aktivitas saraf, reseptor hormon, dan produksi hormon-

hormon tertentu menurun.

Kebiasaan olahraga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap tekanan

darah seseorang. Olahraga adalah kegitan fisik yang bersifat permainan dan

perjuangan pada diri sendiri atau orang lain terhadap kekuatan-kekuatan alam

tertentu. Olahraga dapat mengurangi tekanan darah melalui pengurangan berat badan

sehingga jantung akan bekerja lebih ringan dan tekanan darah berkurang (Wade

Carlson, 2016).

2.7.8 Konsumsi Garam Berlebih

Hipertensi adalah keadaan dimana darah yang mengalir dalam pembuluh

darah lebih cepat dan keras dari yang seharusnya. Tekanan keras pada pembuluh yang

sebenarnya tidak diperlukan akan membuat pembuluh darah melemah. Garam dalam

jumlah yang normal memang diperlukan tubuh untuk menahan cairan agar ketika

dalam cuaca panas atau selepas berolahraga, tubuh dapat mengeluarkan keringat.

Namun, dalam kasus lain jika garam yang dikonsumsi berlebihan, ginjal yang
bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih banyak dari pada yang

seharusnya di dalam tubuh. Banyaknya cairan yang tertahan menyebabkan

peningkatan pada volume darah seseorang atau dengan kata lain pembuluh darah

membawa lebih banyak cairan. Beban ekstra yang dibawa oleh pembuluh darah inilah

yang menyebabkan pembuluh darah bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan

darah di dalam dinding pembuluh darah.

Menurut Riskesdas tahun 2013, sebanyak 26,2% penduduk Indonesia

mengkonsumsi garam berlebih, naik dari tahun 2009 yakni 24,5%. Konsumsi garam

berlebih membuat pembuluh darah pada ginjal menyempit dan menahan aliran darah.

Untuk itulah, ginjal memproduksi hormon Renin dan Angiostenin agar pembuluh

darah utama mengeluarkan tekanan darah yang besar sehingga pembuluh darah pada

ginjal bisa mengalirkan darah seperti biasanya. Tekanan darah yang besar dan kuat ini

menyebabkan seseorang menderita hipertensi tipe sekunder, yakni hipertensi yang

disebabkan oleh masalah di bagian tubuh lainnya, dalam hal ini ginjal. Konsumsi

garam per hari yang dianjurkan adalah sebesar 1500-2000 mg atau setara dengan satu

sendok teh. Perlu diingat bahwa sebagian orang sensitif terhadap garam sehingga

mengonsumsi garam sedikit saja akan menaikkan tekanan darah. Membatasi

konsumsi garam sejak dini akan membebaskan Anda dari hipertensi, penyakit ginjal,

dan tentu saja penyakit jantung koroner (Kemenkes RI, 2013).

Selain garam dapur (natrium klorida), dalam makanan yang diawetkan

seringkali mengandung zat adiktif makanan berbasis natrium. Sebagaimana dikutip

dari American Heart Association (sodium and blood pressure, 1996) senyawa –
senyawa natrium yang lazim ditambahkan pada saat pemprosesan dan memasak yaitu

monosodium glutamat (MSG) pada makanan kaleng, soda kue (natrium bikarbonat)

pada cake dan roti, dinatrium fosfat pada sereal cepat saji dan keju, natrium alginat

pada susu coklat dan es krim, natrium sitrat pada sosis (Wade Carlson, 2016).

2.7.9 Asupan Gizi

Faktor makanan modern sebagai penyambung utama terjadinya hipertensi.

Makanan yang diawetkan dan garam dapur serta bumbu penyedap dalam jumlah yang

tinggi dapat meningkatkan tekanan darah karena mengandung natrium dalam jumlah

yang tinggi (Muhammadun,2010).

Terdapat beberapa kriteria makanan yaitu makanan yang harus dihindari dan

makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi. Bagi penderita hipertensi dianjurkan

untuk mengkonsumsi beberapa makanan seperti buah, sayur, serat, vitamin, mineral,

the dan karbohidrat jenis kompleks. Karena makanan ini bayak mengandung vitamin

yang dibutuhkan tubuh dan dapat menstabilkan tekanan darah. Selain makanan –

makanan yang dianjurkan di atas ada juga beberapa makanan yang harus dihindari

antara lain : Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (minyak kelapa, paru –paru),

Makanan yang diolah menggunakaan garam natrium (keripik,makanan kering asin),

Makaanan yang diawetkan, Penyedap makanan, Alkohol, Narkoba, semua makanan

ini dapat meningkatkan tekanan darah.

Mengkonsumsi narkoba jelas tidak sehat. Komponen –komponen satadiptif

dalam narkoba juga akan memicu peningkatan tekanan darah. Sangatlah penting

untuk menjalani pola hidup sehat agar terhindar dari hipertensi. Penyakit kecanduan
narkoba kelihatannya sepele tetapi sangat mematikan. Efek buruk yang ditimbulkan

sangat besar (Susilo, 2011).

2.8 Pencegahan Hipertensi pada Ibu Hamil

a. Pencegahan Primer

Pencegahan kejadian hipertensi secara umum agar menghindari tekanan darah

tinggi adalah dengan mengubah gaya hidup kearah yang tidak sehat menjadi sehat,

tidak terlalu banyak pikiran, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak

mengkonsumsi alcohol dan rokok (Rukiyah, 2010). Sementara itu asuhan kebidanan

pada ibu hamil dengan hipertensi adalah menganjurkan untuk cukup istirahat,

menghindari mengkonsumsi garam yang berlebih, menghindari kafein, diet makan

(gizi) yang seimbang dan pembatasan aktifitas fisik (Pujiningsih, 2010).

b. Pencegahan Sekunder

Puskesmas juga perlu melakukan pencegahan sekunder yang lebih ditunjukan

pada kegiatan deteksi dini untuk menemukan penyakit. Bila ditemukan kasus, maka

dapat dilakukan pengobatan secara dini.

c. Pencegahan Tertier

Sementara pencegahan tertier difokuskan pada upaya mempertahankan

kualitas hidup penderita. Pencegahan tertier dilaksanakan melalui tindak lanjut dini

dan pengelolaan hipertensi yang tepat serta minum obat teratur agar tekanan darah

dapat terkontrol dan tidak memberikan komplikasi seperti penyakit ginjal kronik,

stroke dan jantung. Penanganan respon cepat juga menjadi hal yang utama agar
kecacatan dan kematian dini akibat penyakit hipertensi dapat terkendali dengan baik.

Pencegahan tertier dilaksanakan agar penderita hipertensi terhindar dari komplikasi

yang lebih lanjut serta untuk meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang lama

ketahanan hidup. Untuk mendeteksi atau menegakkan diagnosis penyakit hipertensi,

sangat sederhana yaitu dengan mengukur tekanan darah menggunakan tensimeter.

Hipertensi ditegakkan bila tekanan darah≥ 140/90 mmHg. Pengobatan atau

penatalaksanaan hipertensi membutuhkan waktu lama, seumur hidup dan harus terus

menerus. Jika modifikasi gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke tingkat yang

diinginkan, maka harus diberikan obat.

2.9 Landasan Teori

Menurut teori Mac mohan dan Plugh (1970) suatu penyakit terjadi dari hasil

interaksi berbagai faktor (multi factorial). Dengan kata lain suatu penyakit tidak

bergantung pada suatu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari

serangkaian proses sebab dan akibat. Ada faktor yang berperan sebagai promotor, ada

pula sebagai inhibitor. Semua faktor tersebut secara kolektif dapat membentuk “web

of causation” dimana setiap penyebab saling terkait satu sama lain. Perubahan pada

satu faktor dapat berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit. Kejadian penyakit

pada suatu popolasi mungkin disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype),

mikroorganisme, abnormalistas genetic, struktur sosial, perilaku, lingkungan, tempat

kerja dan faktor lainnya yang berhubungan. Dengan demikian timbulnya penyakit

dapat dicegah atau dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai titik. Model ini
cocok untuk mencari penyakit yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup individu

seperti penyakit hipertensi (Hikmawati,


2011). U s ia
H
G
k ene I
ti
Pe
n n di
di P
ka
Fa E
da kto
pa r y
t d an
iko g R
nt
ro T
l
Obesita
s E
Gaya
Aktifita hidup
s Faktor yang N
Fisik tidak dapat
dikontrolS
Asupa
n
Garam Lingkunga I
n

Gambar 2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Hipertensi


Sumber : Hikmawati, 2011

Dari faktor – faktor yang dijelaskan oleh Mac Mohan dan Plugh (1970) tidak

semuanya akan diteliti pada penelitian ini. Dengan berbagai pertimbangan dan

melihat situasi di lapangan bahwa variabel - variabel yang di teliti sesuai dengan

kepustakaan yang ada menurut peneliti. Variabel yang diambil adalah variabel

karakteristik ibu hamil pertama yaitu : umur, riwayat keturunan, pendidikan,

pekerjaan,asupan garam, aktifitas fisik, dan obesitas.


2.10 Kerangka Konsep

Variabel Independen variabel Dependen

Karakteristik ibu hamil


a. Umur
b. Pendidikan
c. Pekerjaan

Hipertensi ibu hamil


pertama

Faktor Risiko Hipertensi:


a. Riwayat keturunan
b. Asupan garam
c. Aktifitas fisik
d. Obesitas

Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian

2.11 Hipotesis

a. Ada pengaruh umur terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di Puskesmas

Aek Songsongan Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan Tahun 2017.

b. Ada pengaruh riwayat keturunan terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di

Puskesmas Aek Songsongan Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan

Tahun 2017.

c. Ada pengaruh pendidikan terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di

Puskesmas Aek Songsongan Kecamatan Bandar Pulau Kabupaten Asahan Tahun

2017.
d. Ada pengaruh asupan garam terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di

Puskesmas Aek Songsongan Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan

Tahun 2017.

e. Ada pengaruh aktifitas fisik terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di

Puskesmas Aek Songsongan Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan

Tahun 2017.

f. Ada pengaruh obesitas terhadap kejadian hipertensi pada ibu hamil di Puskesmas

Aek Songsongan Kecamatan Aek Songsongan Kabupaten Asahan Tahun 2017


DAFTAR
PUSTAKA

AM Sirait. 2012. Prevalensi Hipertensi pada Kehamilan di Indonesia dan


Berbagai Faktor Yang Berhubungan. Riset Kesehatan Dasar 2007.

Agnesia , 2012. Faktor Risiko Hipertensi Pada Kehamilan di Desa Kabongan


Kidul, Kabupaten Rembang.Riset Kesehatan Dasar 2007.

American Society of Hypertension, 2013. Clinice Practice Guidenlines for the


Management of Hypertension in The Community A Statemant by the
Management of Hypetension and international Society Hypertension.
http://www.ash.us.org/.../JCHHTN Guadlines 2013. Pdf

Bothamley, Judy dan Maureen Boyle, 2012. Patofisiologi dalam kebidanan.


Jakarta: EGC.

Cunningham , F Gary.et all, 2005. Obstetric Williams Edisi 17, EGC, Jakarta.

Christina, Dilla. 2013. Hubungan Kualitas Pelayanan Antenatal dengan

Komplikasi
Persalinan Wilayah Perdesaan di Indonesia (Analisis Data Sekunder Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007). Tesis Universitas
Indonesia
; Depok

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.2011. Profil Kesehatan Profinsi


Sumatera Utara Medan.

Depkes (2010). Riset Kesehtan Dasar 2007. http://www.Riskedas-litbang


Depkes.go.id/download/table Riskesdas-2010.pdf. Diakses tanggal 31
maret 2017

Dewi, Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan untuk Kehamilan. Jakarta :


Salembah Medika.

Depkes RI, 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi, Jakarta,


diakses 25 April 2017: http://binfar.kemkes.go.id.

Dian, 2010. Hubungan Asupan Kalium, Kalsium, Mgnesium dan natrium,


Indeks Massa Tubuh, Serta Aktifitas Fisik dengan Kejadian Hipertensi
pada Ibu Hamil. Universitas di Ponegoro.

Anda mungkin juga menyukai