Oleh :
Giovanni Reinaldo Semet
17014101041
Dokter Pembimbing :
dr. Alfa G. E. Y. Rondo, M.Kes, Sp. Rad
Refarat
Dengan Judul:
Gambaran Radiologi Lung Oedema
Dibacakan
Oleh:
Giovanni Reinaldo Semet - 17014101041
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN...................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
2.1. Anatomi dan fisiologi................................................................................4
2.2. Definisi......................................................................................................6
2.3. Patofisiologi...............................................................................................7
2.4. Mekanisme edema paru...........................................................................11
2.5. Klasifikasi................................................................................................12
2.6. Manifestasi klinik....................................................................................16
2.6.1. Edema Paru Kardiogenik.....................................................................18
2.6.2. Edema Paru non- Kardiogenik.............................................................19
2.7. Diagnosis.................................................................................................19
2.8. Penatalaksanaan.......................................................................................30
2.9. Prognosis.................................................................................................32
BAB III..................................................................................................................33
PEMBAHASAN....................................................................................................33
3.1 Kesimpulan..............................................................................................33
3.2 Saran........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Edema paru dapat di terapi, tetapi terapi yang efektif adalah untuk
menyelamatkan pasien dari gangguan yang mendasari keseimbangan cairan
paru. Penyebab gangguan sering dapat diketahui, dan dikoreksi. Karena terapi
yang efektif dan rasional bergantung pada prinsip dasar dari normal dan
tidaknya distribusi cairan di paru[2].
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
terdiri dari suatu rangkaiansaluran udara yang menghantarkan udara luar
agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli,yang merupakan
pemisah antara sistem pernapasan dengan sistem kardiovaskuler[6]
5
jalinan kolagen dan jaringan elastik, fibroblas, selfagositik, dan beberapa
sel lain. Faktor penentu yang penting dalam pembentukan
cairanekstravaskular adalah perbedaan tekanan hidrostatik dan onkotik
dalam lumen kapiler dan ruanginterstisial, serta permeabilitas sel endotel
terhadap air, solut, dan molekul besar seperti proteinplasma. Faktor-faktor
penentu ini dijabarkan dalam hukum starling [6].
2.2. Definisi
Edema paru adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya cairan
ekstravaskular yang patologis pada jaringan parenkim paru. Edema paru
disebabkan karena akumulasi cairan di paru – paru yang disebabkan
karena akumulasi cairan di paru – paru yang dapat disebabkan oleh
tekanan intravaskular yang tinggi (edema kardiak) atau karena
peningkatan permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak)
yang mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan. Pada sebagaian besar
edema paru secara klinis mempunyai kedua aspek tersebut di atas, sebab
sangat sulit terjadi gangguan permeabilitas kapiler tanpa adanya gangguan
tekanan mikrosirkulasi atau sebaliknya. Walaupu demikian penting sekali
untuk menetapkan faktor mana yang dominandari kedua mekanisme
tersebut sebagai pedoman pengobatan.
Edema paru terjadi ketika cairan yang disaring ke paru lebih cepat
dari cairan yang dipindahkan. Penumpukan cairan menjadi masalah serius
bagi fungsi paru karena efisiensi perpindahan gas di alveoli tidak bisa
terjadi. Struktur paru dapat menyesuaikan bentuk edema dan yang
mengatur perpindahan cairan dan protein di paru menjadi masalah yang
klasik [7].
6
Peningkatan tekanan edema paru disebabkan oleh meningkatnya
keseimbangan kekuatan yang mendorong filtrasi cairan di paru. Fitur
penting dari edema ini adalah keseimbangan aliran cairan dan protein ke
dalam paru utuh secara fungsional. Peningkatan tekanan edema sering
disebut kardiogenik, tekanan tinggi, hidrostatik, atau edema paru sekunder
tapi lebih efektifnya disebut keseimbangan edema paru terganggu karena
tahanan keseimbangan pergerakan antara cairan dan zat terlarut di dalam
paru [2, 8]
2.3. Patofisiologi
Edema, pada umumnya, berarti pembengkakan. Ini secara khas
terjadi ketika cairan dari bagian dalam pembuluh darah merembes kedalam
jaringan sekelilingnya, menyebabkan pembengkakan. Ini dapat terjadi
karena terlalu banyak tekanan dalam pembuluh darah atau tidak ada cukup
protein dalam aliran darah untuk menahan cairan dalam plasma (bagian
dari darah yang tidak mengandung sel-sel darah) [7, 8]
7
Gambar 1. Alveoli paru normal
8
Edema paru terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan cairan yang
merembes keluar dari pembuluh darah dalam paru sebagai ganti udara. Ini
dapat menyebabkan persoalan pertukaran gas (oksigen dan
karbondioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan oksigenasi darah
yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai “air di dalam paru”
ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien[7, 8].
Keterangan :
9
Pada individu normal tekanan kapiler pulmonal (“wedge” pressure)
adalah sekitar 7 dan 12 mm Hg. Karena tekanan onkotik plasma berkisar
antara 25 mm Hg, maka tekanan ini akan mendorong cairan kembali ke
dalam kapiler. Tekanan hidrostatik bekerja melewati jaringan konektif dan
barier seluler, yang dalam keadaan normal bersifat relatif tidak permeabel
terhadap protein plasma. Paru mempunyai sistem limfatik yang secara
ekstensif dapat meningkatkan aliran 5 atau 6 kali bila terjadi kelebihan air
di dalam jaringan interstisial paru. Edema paru akan terjadi bila
mekanisme normal untuk menjaga paru tetap kering terganggu seperti
tersebut di bawah ini : - permeabilitas membran yang berubah. - tekanan
hidrostatik mikrovaskuler yang meningkat. - tekanan peri mikrovaskuler
yang menurun. - tekanan osmotik / onkotik mikrovaskuler yang menurun. -
tekanan osmotik / onkotik peri mikrovaskuler yang meningkat. - gangguan
saluran limfe.
10
hidrostatik atau efek zatzat toksik. Meskipun filtrasi sudah
meningkat, namun belum tampak peningkatan cairan di ruang
interstitial.
2) Stadium 2 : kapasitas limfatik untuk mengalirkan kelebihan cairan
sudah melampaui batas sehingga cairan mulai terkumpul di ruang
interstisial dan mengelilingi bronkioli dan vaskuler paru. Bila cairan
terus bertambah akan menyebabkan membran alveoli menyempit.
3) Stadium 3a : pada stadium ini peningkatan filtrasi cairan dan tekanan
di ruang interstitial dan peribronchovaskular sheat semakin tinggi,
sehingga tight junction diantara sel epitel
11
Bila kapasitas dari saluran limfe terlampaui dalam hal jumlah cairan
maka akanterjadi edema. Diperkirakan pada pasien dengan berat
badan 70 kg dalam keadaan istirahat kapasitas sistem limfe kira-kira
20ml/jam. Pada percobaan didapatkan kapasitas sistem limfe bisa
mencapai 200 ml/jam pada orang dewasa dengan ukuran rata-rata.
Jika terjadi peningkatan tekanan di atrium kiri yang kronik, sistem
limfe akan mengalami hipertrofi dan mempunyai kemampuan untuk
mentransportasi filtrate kapiler dalam jumlah yang lebih besar
sehingga dapat mencegah terjadinya edema. Sehingga sebagai
konsekuensinya terjadi edema interstisial, saluran nafas yang kecil
dan pembuluh darah akan terkompresi.
2.5. Klasifikasi
12
b. Tekanan intrakranial meningkat
1) Ketidak-seimbangan Starling Forces:
a. Peningkatan tekanan kapiler paru
Edema paru akan terjadi hanya apabila tekanan kapiler
pulmonalmeningkat sampai melebihi tekanan osmotic koloid
plasma, yangbiasanya berkisar 28 mmHg pada manusia.
Sedangkan nilai normaldari tekanan vena pulmonalis adalah
antara 8-12 mmHg, yangmerupakan batas aman dari mulai
13
terjadinya edema paru tersebut.Etiologi dari keadaan ini antara
lain:
a) Peningkatan tekanan vena paru tanpa adanya
gangguan fungsiventrikel kiri (stenosis mitral).
b) Peningkatan tekanan vena paru sekunder oleh karena
gangguanfungsi ventrikel kiri.
c) Peningkatan tekanan kapiler paru sekunder oleh
karenapeningkatan tekanan arteria pulmonalis (over perf
usionpulmonary edema).
b. Penurunan tekanan onkotik plasma.
Hipoalbuminemia sekunder oleh karena penyakit ginjal, hati,
protein-losing enteropaday, penyakit dermatologi atau penyakit
nutrisi. Tetapi hipoalbuminemia saja tidak menimbulkan edema
paru, diperlukan juga peningkatan tekanan kapiler paru.
Peningkatan tekanan yang sedikit saja pada hipoalbuminemia
akan menyebabkan edema paru.
c. Peningkatan tekanan negatif intersisial
Edema paru dapat terjadi akibat perpindahan yang cepat dari
udarapleural, contoh yangs erring menjadi etiologi adalah:
a) Pengambilan terlalu cepat pneumotorak atau efusi
pleura(unilateral).
b) Tekanan pleura yang sangat negatif oleh karena obstruksi
saluran napas akut bersamaan dengan peningkatan end-
expiratory volume (asma).
d. Peningkatan tekanan onkotik intersisial
Sampai sekarang belum ada contoh secara percobaan
maupunklinik
2) Perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler (Adult
RespiratoryDistress Syndrome)
Keadaan ini merupakan akibat langsung dari kerusakan
pembatasantara kapiler dan alveolar.Cukup banyak kondisi medis
14
maupunsurgical tertentu yang berhubungan dengan edema paru
akibatkerusakan pembatas ini daripada akibat ketidakseimbangan
StarlingForce.
a. Pneumonia (bakteri, virus, parasit).
b. Bahan toksik inhalan (phosgene, ozone, chlorine, NO).
c. Bahan asing dalam sirkulasi (bisa ular, endotoksin bakteri,
alloxan,alpha-naphthyl thiourea).
d. Aspirasi asam lambung.
e. Pneumonitis radiasi akut.
f. Bahan vasoaktif endogen (histamin, kinin).
g. Disseminated Intravascular Coagulation.
h. Imunologi: pneumonitis hipersensitif, obat nitrofurantoin,leuko
agglutinin.
i. Shock Lung oleh karena trauma di luar toraks.
j. Pankreatitis Perdarahan Akut.
3) Insufisiensi Limfatik:
a. Post Lung Transplant.
b. Lymphangitic Carcinomatosis.
c. Fibrosing Lymphangitis (silicosis).
4) Tak diketahui/tak jelas
a. High Altitude Pulmonary Edema.
b. Neurogenic Pulmonary Edema.
c. Narcotic overdose.
d. Pulmonary embolism
e. Eclampsia
f. Post cardioversion
g. Post Anesthesia
h. Post Cardiopulmonary Bypass
16
3) Stadium 3
Pada stadium 3 terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat
terganggu, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita nampak
sesak sekali dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan
volume paru yang lain turun dengan nyata. Terjadi right-to-left
intrapulmonary shunt [10].
Penderita biasanya menderita hipokapnia, tetapi pada kasus
yang berat dapat terjadi hiperkapnia dan acute respiratory acidemia.
Pada keadaan ini morphin harus digunakan dengan hati-hati [10]
Efek dari sumbatan pembuluh darah dan edema pada fisiologi dan mekanis
paru [2, 10]
17
jantung oleh karena adanya hipoksia. Apabila lingkaran setan ini tidak
segera diputus penderita akan meninggal [10].
Posisi penderita biasanya lebih enak duduk dan terlihat megap-
megap. Terdapat napas yang cepat, pernapasan cuping hidung, tarikan otot
interkostal dan supraklavikula saat inspirasi yang menunjukkan tekanan
intrapleura yang sangat negatif saat inspirasi. Penderita sering
berpegangan pada samping tempat tidur atau kursi supaya dapat
menggunakan otot pernapasan sekunder dengan balk. Penderita
mengeluarkan banyak keringat dengan kulit yang dingin dan sianotik
menunjukkan isi semenit yang rendah dan peningkatan rangsang simpatik
[10].
Auskultasi pada permukaan terdengar ronki basah basal halus yang
akhimya ke seluruh paru, apabila keadaan bertambah berat: mungkin
terdengar pula wheezing. Auskultasi jantung mungkin sukar karena suara
napas yang ramai, tetapi sering terdengar suara 3 dengan suara pulmonal
yang mengeras [10]
2.6.1. Edema Paru Kardiogenik
1) Akut
Merupakan proses sekunder, dapat dilihat pada dilatasi jantung yang akut
selama perjalanan penyakit jantung yang kronis, terutama gangguan
ventrikel kiri atau pada stenosis mitral. Penderita tiba-tiba sesak, dada
tertekan dan sering sianosis. Ada ronki pada bagian basal atau menyeluruh.
2) Kronis
Sering terdapat pada kegagalan jantung kiri dan stenosis mitral, tetapi
dapat juga pada retensi cairan atau pada penderita yang lama berbaring
karena suatu penyakit. Pada tahap pertama terdapat ronki basah halus pada
basis atau pada posisi tidur di satu sisi. Pada keadaan lebih lanjut,
penderita sesak sekali, suara napas berkurang dan kadang-kadang
terdengar suara bronkovaskular. Bahkan pada keadaan bendungan yang
hebat, akan terjadi hidrotoraks.
18
2.6.2. Edema Paru non- Kardiogenik
Gejala klinis dari gagal nafas adalah nonspesifik dan mungkin minimal,
walaupun terjadi hipoksemia, hiperkarbia dan asidemia yang berat. Tanda
utama dari kecapaian pernafasan adalah penggunaan otot bantu nafas,
takipnea, takikardia, menurunnya tidal volume, pola nafas ireguler atau
terengah-engah (gasping) dan gerakan abdomen yang paradoksal[11].
2.7. Diagnosis
Untuk mengidentifikasi penyebab dari pulmonary edema, penilaian
keseluruhan dari gambar klinis pasien adalah penting. Sejarah medis dan
pemeriksaan fisik yang saksama seringkali menyediakan informasi yang
tidak ternilai mengenai penyebab.
Anamnesis
Anamnesis dapat menjadi petunjuk ke arah kausa edema paru, misalnya
adanya riwayatsakit jantung, riwayat gejala yang sesuai dengan gagal
jantung kronik. Edema paru akut kardiak,kejadiannya sangat cepat dan
terjadi hipertensi pada kapiler paru secara ekstrim. Edema paru kardiak
berbeda dari ortopnea dan paroksismal nocturnal dyspnea, karena
kejadiannya yang bisa sangat cepat dan terjadinya hipertensi pada kapiler
paru secara ekstrim. Keadaan inimerupakan pengalaman yang yang
menakutkan bagi pasien karena mereka batuk-batuk dan seperti seseorang
yang akan tenggelam.
Khas pada edema paru non kardiogenik didapatkan bahwa awitan penyakit
ini berbeda-beda, tetapi umumnya akan terjadi secara cepat. Penderita
sering sekali mengeluh tentangkesulitan bernapas atau perasaan tertekan
atau perasaan nyeri pada dada. Pasien biasnaya dalam posisi duduk agar
dapat mempergunakan otot-otot bantu nafas dengan lebih baik saat
respirasi, atau sedikit membungkuk ke depan, sesak hebat, mungkin
disertai sianosis, sering berkeringat dingin, batuk dengan sputum yang
berwarna kemerahan (frothy sputum).
19
Pemeriksaan Fisik
1) Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus berbuih, Frekuensi
nafas yang meningkat, dilatasi alae nasi, akan terlihat retraksi inspirasi
pada sela intercostal dan fossa supraklavikula yang menunjukkan
tekanan negative intrapleural yang besar dibutuhkan pada saat
inspirasi.
2) Pemeriksaan pada paru akan terdengar ronchi basah nyaring di basal
paru kemudian memenuhi hampir seluruh lapangan paru, kadang
disertai ronchi kering dan ekspirasi yang memanjang akibat
bronkospasme sehingga disebut sebagai asma kardiale.
3) Pemeriksaan jantung dapat ditemukan takikardi dengan protodiastolik
S3 gallop, bunyi jantung II pulmonal mengeras, dan tekanan darah
dapat meningkat dan murmur bila ada kelainan katup.JVP meningkat.
4) Terdapat juga edem perifer, akral dingin dengan sianosis.
Dan pada edema paru non kardiogenik didapatkan khas bahwa Pada
pemeriksaan fisik, pada perkusi terdengar keredupan dan pada
pemeriksaan auskultasi di dapat ronki basah dan bergelembung pada
bagian bawah dada(4).
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorim yang relevan diperlukan untuk mengkaji etiologi
edema paru.Pemeriksaan tersebut diantaranya pemeriksaan hematologi/
darah rutin, fungsi ginjal, elektrolit,kadar protein, urinalisa gas darah,
enzim jantung (CK-MB, troponin I) dan Brain NatriureticPeptide (BNP).
20
stadium awal cenderung rendah. Perubahan PCO2 menandakan
terjadinya penurunan ventilasi alveolar.
2) Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard.
3) Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, enzim jantung
(CK-MB, Troponin T), angiografi coroner.
4) Pengukuran dari plasma B-type natriuretic peptide (BNP) atau(brain
natriuretic peptide) plasma atau N-terminal pro-BNP. Ini adalah
penanda protein (hormon) yang akan timbul dalam darah yang
disebabkan oleh peregangan dari kamar-kamar jantung. Peningkatan
dari BNP nanogram (sepermilyar gram) per liter lebih besar dari
beberapa ratus (300 atau lebih) adalah sangat tinggi menyarankan
cardiac pulmonary edema. Pada sisi lain, nilai-nilai yang kurang dari
100 pada dasarnya menyampingkan gagal jantungsebagai
penyebabnya.
5) Metode-metode yang lebih invasif adakalanya diperlukan untuk
membedakan antara cardiac dan noncardiac pulmonary edema pada
situasi-situasi yang lebih rumit dan kritis. Pulmonary artery catheter
(Swan-Ganz) adalah tabung yang panjang dan tipis (kateter) yang
disisipkan kedalam vena-vena besar dari dada atau leher dan
dimajukan melalui kamar-kamar sisi kanan dari jantung dan
diletakkan kedalam kapiler-kapiler paru atau pulmonary capillaries
(cabang-cabang yang kecil dari pembuluh-pembuluh darah dari paru-
paru). Alat ini mempunyai kemampuan secara langsung mengukur
tekanan dalam pembuluh-pembuluh paru, disebut pulmonary artery
wedge pressure.Wedge pressure dari 18 mmHg atau lebih tinggi
adalah konsisten dengan cardiogenic pulmonary edema,sementara
wedge pressure yang kurang dari 18 mmHg biasanya menyokong non-
cardiogenic cause of pulmonary edema.Penempatan kateter Swan-
Ganz dan interpretasi data dilakukan hanya pada intensive care unit
(ICU).
21
Radiologis
Pada foto toraks menunjukkan hilus yang melebar dan densitas meningkat
disertai tanda bendungan paru, akibat edema interstisial atau alveolar.
Foto Thoraks
Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada.
Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang
menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah utamanya plus
tulang-tulang dari vertebral column, dengan bidang-bidang paru yang
menunjukan sebagai bidang-bidang yang lebih gelap pada setiap sisi, yang
dilingkungi oleh struktur-struktur tulang dari dinding dada.
Foto Thoraks yang khas dengan edema paru mungkin menunjukan lebih
banyak tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya.
Tampak gambaran noduler halus/kecil terletak 2/3 bagian medial paru,
bagian tepi tetap bersih karena drainage system lymphe. [5] Biasanya
ddisertai jantung yang melebar.Kasus-kasus yang lebih parah dari edema
paru dapat menunjukanopacification (pemutihan) yang signifikan pada
paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-bidang paru yang
normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli sebagai akibat dari
edema paru, namun ia mungkin memberikan informasi yang minimal
tentang penyebab yang mungkin mendasarinya.
22
6) Gambaran air bronchogram terlihat pada beberapa kasus edema
paru
23
Gambar 3. Gambaran. Radiologis Edema Paru
24
Gambar 5. Peningkatan tekanan Hidrostatik Menyebabkan Edema
25
Gambar 7. Kardiomegali dan Edema Paru
(1) Infiltrat di daerah basal (edema basal paru)2)
Edema“butterfly” atauBat’sWing (edema sentral)
Edema localized (terjadi pada area vaskularisasi normal, pada paru yang
mempunyai kelainan sebelumnya, contoh : emfisema)
26
Gambar 9. Edema Paru Non Kardiogenik
Tampak Infiltrat alveolar difus tidak merata dan terjadi bilateral dengan gambaran
bronkogram udara (panah), yang merupakan karakteristik dari edema paru non
kardiogenik dan cedera paru akut
27
Table 1. Gambaran Perbedaan Radiografi Edema Pulomonal Kardiogenik dan
non-Kardiogenik
CT Scan
CT-Scan resolusi tinggi dapat menunjukkan konsolidasi wilayah udara
luas, yang mungkin memiliki distribusi yang dominan di daerah paru-
paru.Sebuah pola retikuler dengan distribusi anterior mencolok sering
ditemuin pada CT-Scan pada penderita ARDS, hal ini terkait dengan
durasi tekanan-dikendalikan ventilasi, invers-rasio.[5]
28
Gambar 10. CT Scan Paru
Elektrokardiografi
Pemeriksaan EKG bisa normal atau seringkali didapatkan tanda-
tandaiskemia atau infark pada infark miokard akut dengan
edemaparutergantung penyebab gagal jantungUmumnya ditemukan
dilatasi ventrikel kiri dan atrium kiri.Pasien dengan krisis hipertensi
gambaran elektrokardiografibiasanya menunjukkan gambaran hipertrofi
ventrikel kiri. Pasiendengan edema paru kardiogenik tetapi yang non-
iskemik biasanyamenunjukkan gambaran gelombang T negatif yang lebar
dengan QTmemanjang yang khas, dimana akan membaik dalam 24 jam
setelahklinis stabil dan menghilang dalam 1 minggu. Penyebab dari
keadaannon-iskemik ini belum diketahui tetapi ada beberapa keadaan
yangdikatakan dapat menjadi penyebab, antara lain: iskemia sub-
endokardial yang berhubungan dengan peningkatan tekanan padadinding,
peningkatan akut tonus simpatis kardiak atau peningkatanelektrikal akibat
perubahan metabolik atau katekolamin
Ekokardiografi
Ekokardiografi dapat mengevaluasi fungsi miokard dan fungsi katup
sehingga dapat dipakai dalam mendiagnosis penyebab edema paru.
Pemeriksaan nii merupakan baku emas untuk mendeteksi disfungsi
ventrikel kiri.
29
Gambar 11. Algoritma dan dalam diagnosis edema paru kardiogenik dan non
kardiogenik.
Diagnosis Banding Edema Paru Kardiak dan Nonkardiak [2, 8] :
Edema paru kardiak Edema paru nonkardiak
1. Riwayat Penyakit Penyakit Jantung Akut Penyakit Dasar di luar Jantung
2. Pemeriksaan Klinik Akral dingin Akral hangat
S3 gallop/Kardiomegali Pulsasi nadi meningkat
Distensi vena jugularis Tidak terdengar gallop
Ronki basah Tidak ada distensi vena jugularis
Ronki kering
3. Tes Laboratorium:
a. EKG Iskhemia/infark Biasanya normal
b. Rontgen Distribusi edema perihiler Distribusi edema perifer
c. Enzim Jantung Enzim jantung mungkin Enzim jantung biasanya normal
meningkat
d. Tekanan > 18mmHg < 18mmHg
Kapiler Paru
e. Intrapulmonar Meningkat ringan Sangat meningkat
y shunting
4. Cairan < 0,5 > 0,7
edema/protein
30
serum
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan edema paru terlebih dahulu
kita cari penyakit yang mendasari terjadinya edema. Karena merupakan
faktor yang sangat penting dalam pengobatan, sehingga perlu diketahui
dengan segera penyebabnya.
31
O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO2, hipoventilasi,
atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat),
maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.
c. Infus emergensi. Monitor tekanan darah, monitor EKG,
oksimetri bila ada.
d. Diuretik Furosemid
Furosemide adalah obat pokok pada Edema paru, diberikan IV
0,5-1,0mg/kg. Furosemid 40 – 80 mg IV bolus dapat diulangi
atau dosis ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip
continue sampai dicapai produksi urine 1 ml/kgBB/jam.
e. Nitrogliserin sublingual atau intravena.
Ntrogliserin paling efektif mengurangi edema parukarena
mengurangipreload. Nitrogliserin peroral 0,4 – 0,6 mg tiap 5 –
10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95 mmHg bisa
diberikan Nitrogliserin intravena mulai dosis 3 – 5 ug/kgBB.
Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat diberikan
Nitroprusid IV dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak
memberi respon dengan nitrat, dosis dinaikkan sampai
didapatkan perbaikan klinis atau sampai tekanan darah sistolik
85 – 90 mmHg pada pasien yang tadinya mempunyai tekanan
darah normal atau selama dapat dipertahankan perfusi yang
adekuat ke organ-organ vital.
f. Morfin sulfat
Morfin sulfate diencerkan dengan 9cc NaCl 0,9%, berikan 2-4
mg IVdapat diulang tiap 25 menit, total dosis 15 mg (sebaiknya
dihindari) bilaTD >100mmHg. Obat ini merupakan salah satu
obat pokok pada edema paru namun dianjurkan diberikan di
rumah sakit. Efek venodilatormeningkatkan kapasitas vena,
mengurangi aliran darah balik ke venasentral dan paru,
mengurangi tekanan pengisian ventrikel kiri (preload),dan juga
mempunyai efek vasodilator ringan sehingga afterload
32
berkurang.Efek sedasi dari morfin sulfat menurunkan aktifitas
tulang-otot dan tenagapernafasan.
2.9. Prognosis
Prognosis tergantung pada penyakit dasar dan faktor
penyebab/pencetus yang dapat diobati. Walaupun banyak penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui mekanisme terjadinya edema paru
nonkardiogenik akibat peningkatan permeabilitas kapiler paru, perbaikan
pengobatan, dan teknik ventilator tetapi angka mortalitas pasien masih
cukup tinggi yaitu > 50%.
33
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
Edema paru bisa dibagimenjadikardiogenikdan non kardiogenik.
Edema paru akut adalah keadaan patologi dimana cairan intravaskuler
keluar ke ruang ekstravaskuler, jaringan interstisial dan alveoli yang terjadi
secara akutakibat aliran cairan dari darah ke ruang intersisial melebihi
aliran cairan kembali ke darah dan saluran limfe.
Edema paru secara khas didiagnosa dengan foto thorax
dimanamemperlihatkan adanya infiltrat-infiltrat bilateral yangdifus,
kadang-kadang satu paru-paru terserang lebih hebat dari paru-paru
lainnya.Tampak gambaran noduler halus/kecil terletak 2/3 bagian medial
paru, bagian tepi tetap bersih karena drainage system lymphe. Kasus-kasus
yang lebih parah dari dapat menunjukanopacification (pemutihan) yang
signifikan pada paru-paru dengan visualisasi yang minimal dari bidang-
bidang paru yang normal. Pemutihan ini mewakili pengisian dari alveoli
sebagai akibat dari edema paru, namun memberikan informasi yang
minimal tentang penyebab yang mungkin mendasarinya.
Gambar foto thorax dapat dipakai untuk membedakan edema paru
kardiogenik dan edema paru non krdiogenik. Walaupun tetap ada
keterbatasan yaitu antara lain bahwa edem tidak akantampak secara
radiologi sampai jumlah air di paru meningkat 30%. Pemeriksaananalisa
gas darah dan CT Scan toraks juga dapat membantu menegakkan diagnosis
sertamemberikan petunjuk dalam pengobatan.Termasukjikakardiogenik,
perlupemeriksaan EKGdanEkhokhardiografi.
Pengobatan edema paru ditujukan kepada penyakit primer yang
menyebabkan terjadinya edema paru tersebutoleh karena sebab
Kardiogenik atau Non-kardiogenik, karena merupakan faktor yang sangat
penting dalam pengobatandisertai pengobatan suportif terutama
34
mempertahankan oksigenasi yangadekuat (dengan pemberian oksigen
dengan teknik-teknik ventilator) dan optimalisasihemodinamik (retriksi
cairan, penggunaan diuretik dan obat vasodilator pulmonal).
3.2 Saran
Penulis mengaku di dalam referat ini masih banyak kekurangan,
karena itu penulis mengharap saran yang membangun dari dosen
pembimbing dan rekan-rekan guna perbaikan referat ini dan selanjutnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
[1] H. Nendrastuti dan M. Soetomo, “Edema Paru Akut Kardiogenik dan Non
Kardiogenik,” Majalah Kedokteran Respirasi, vol. 1, no. 3, p. 10, 2010.
[3] N. Ruggie, “Congestive Heart Failure,” North America, 1986, pp. 829 - 851.
[4] G. a. Hall, dalam Textbook of Medical Physiology 7th ed, Philadelphia, W.B.
Saunders Company, 2007, pp. 622-633.
[7] N. Staub, “Pulmonary Edema,” Physiol Rev, no. 54, pp. 678-811, 1974.
[8] Fishman, “Pulmonary Disease and Disorders,” vol. 1, United States, 2008,
pp. 593-617.
36