MIOMA UTERI
Pembimbing :
KOLONEL Ckm dr. Tri Joko Sp.OG
Disusun Oleh :
Murdono Pambudi 1310.221.056
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
PERSENTASI KASUS
MIOMA UTERI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
program pendidikan profesi dokter
Bagian ilmu penyakit bedah Rumah Sakit Tingkat II dr. Soedjono Magelang
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, dan tidak lupa sholawat dan salam yang senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW dan kelurganya serta sahabat-sahabatnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul MIOMA UTERI".
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik Ilmu
Bedah Rumah Sakit Tk. II Dr. Soedjono. Secara umum makalah ini memaparkan
mengenai sebuah laporan kasus tentang Struma.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak.
Sebagai penghargaan, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Kolonel CKM dr. Tri Joko. Sp.OG selaku pembimbing
dalam penyusunan makalah ini, paramedik serta seluruh staf di SMF kandungan dan
semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini, serta kepada
teman teman yang selalu ada untuk berbagi dalam berbagai hal.
Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya berbagai kekurangan yang masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bertujuan untuk
membangun dan mengembangkan makalah ini kami terima dengan lapang dada dan
senang hati.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
LAPORAN KASUS
A.
B.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. J
Usia
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Wanita
Alamat
: Salaman, Mangelang
Agama
: Islam
Pekerjaan
Tgl Masuk RS
: 16 Desember 2014
Tgl Anamnesis
: 16 Desember 2014
No. CM
: 21-03-19
ANAMNESIS
a.
Keluhan Utama
P2A0 perut bagian bawah terasa ada benjolan
b.
Keluhan Tambahan
Kadang-kadang disertai rasa nyeri
c.
d.
g.
Riwayat Haid
1.
Pola Haid
: Tidak teratur
2.
Menarche
: 12 tahun
Riwayat Obstetri
1.
2.
Anak kedua, usia 19 tahun, aterm, lahir normal, laki-laki, dibidan, BBL
3200 gram
h.
Riwayat KB
j.
k.
1.
: disangkal
2.
: disangkal
3.
: disangkal
4.
: disangkal
5.
: disangkal
6.
: disangkal
: disangkal
2.
: disangkal
3.
: disangkal
4.
: disangkal
C.
PEMERIKSAAN FISIK
a.
Keadaan umum
: Baik
b.
Kesadaran
: Compos mentis
c.
Vital Sign
d.
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 36,3 0C
Status Generalis
1.
Kepala
2.
Mata
3.
Hidung
4.
Telinga
5.
Mulut
6.
Leher
7.
Thorax
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
8.
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
: BU (+)
Palpasi
tekan (-), ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa, batas bejolan atas 1
jari biawah tali pusat, bawag setengah simfisis.
Perkusi
9.
: Timpani
Ekstremitas
Superior
Inferior
e. Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan inspekulo
o Porsio ukuran normal,
o Tampak licin,
o Erosi (-),
o Livide (-),
o Fluor albus (-),
o Perdarahan aktif (-),
Pemeriksaan Bimanual/VT
o Dinding vagina normal, massa (-)
o Porsio licin
o Nyeri goyang (-)
o Uterus lebih besar dari biasa
o Corpus uteri antefleksi ukuran lebih besar
o Adneksa kiri tidak teraba massa, adneksa kanan tidak teraba
massa, parametrium kanan lemas, parametrium kiri lemas, tidak
teraba massa
Hasil
8.0 103/mm3
4.51 103/mm3
13.4 g/dl
40.9 %
306 103/mm3
203 %
91 um3
29.8 pg
32.8 g/dl
14.9 %
7,9 um3
13,7 %
18,8 %
7,7%
55,5 %
24.4 %
6.2 %
69.4 %
WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
PCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
% LYM
%MON
%GRA
# LYM
#MON
#GRA
Nilai Rujukan
3,5-10
3,80-5,80
11.0-16.5
35,0-50,0
150-390
100-500
80-97
26,5-33,5
31,5-35,0
10,0-15,0
6,5-11,0
10,0-18,0
17,0-48,0
4,0-10,0
43,0-76,0
17.0 48.0
4.0 10.0
43.0 76.0
Analisis
Metode
Result
Range
Glucose
GPO-PAP
90 mg/dL
70.00 115.0
Urea
Uv, kinetic
19 mg/dL
17.00 43.00
Creatinin
Jaffe
0,8 mg/dL
0.670 1.300
SGOT
Mod, IFCC
20 U/L
0.000 37.00
SGPT
Mod, IFCC
16 U/L
0.000 41.00
f. USG Abdomen :
Mioma Uteri
h. Rencana Tindakan
ditutupdengan verban.
9. KU ibu post TAH + BSO stabil
Tindakan : Total abdominal histerektomi + BSO
Penemuan intra operasi
1. Uterus ukuran 8 x 8 x 9 cm
2. Perdarahan kurang lebih 200 cc
Instruksi post OP:
1. Pemeriksaan laboratorium post-operatif
2. IVFD RL 20 gtt/i
3. Injeksi Cefotaxime 1 g/12 jam
4. Injeksi Ketorolac 30 mg/12 jam
5. Injeksi As. Traneksamat/12 jam
6. Injeksi Metronidazol/12 jam
7. Observasi tanda vital dan keluhan pasien
Nadi
: 86 x/menit reguler
Suhu
: 36,0 oC
Respirasi
: 22 x/menit
Planning
: 80 x/menit reguler
Suhu
: 36,5 oC
Respirasi
: 20 x/menit
Planning
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah
fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.(Hanifa dkk, 2008)
II.2 Epidemiologi
Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak
lagi. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah
menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma
uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua penderita genekologi yang dirawat .(Hanifa
dkk, 2008)
II.3
Etiopatogenesis
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya
adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah
pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%) (Anonim, 2008).
1. Mioma submukosa
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil
sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan
adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa
yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,
dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan
mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan
tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang
mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas,
sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa
Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam
mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam
satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak
karena pertumbuhan.
II.5 Perubahan Sekunder (Hanifa, 2008)
a) Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
b) Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
c) Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak
teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
ovarium
sehingga
terjadilah
hiperplasia
endometrium
sampai
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh
mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus
urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin
hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis (Lacey.C.G., 2007)..
Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri
yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada venavena di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai (Muzakir, 2008)
II.7 Diagnosis
1.
Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak
teratur, gerakan bebas, tidak sakit.
3.
Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah darah lengkap (DL) terutama
Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada
abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian
bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri;
mioma
intramural
harus
dibedakan
dengan
suatu
adenomiosis,
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas :
A. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
-
Monitor keadaan Hb
Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Muzakir cit Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di
lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Suatu studi mendukung
miomektomi dapat dilakukan pada wanita yang masih ingin be reproduksi
tetapi belum ada analisa pasti tentang teori ini tetapi penatalaksanaan ini
Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya
(total) berikut serviks uteri (Muzakir cit Prawirohardjo, 2001).
. Histerektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan
pendekatan perabdominal (laparotomi), pervaginam, dan pada beberapa
kasus secara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar
30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma
uteri
merupakan
indikasi
bila
didapatkan
keluhan
menorrhagia,
TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber
timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini
tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH (Hadibroto, 2005).
Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan
vagina, dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen.
Histerektomi pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil
dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Secara umum,
histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur operasi
ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga
trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Selain itu,
kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga lebih minimal.
Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi vaginal lebih
cepat dibandingkan dengan yang menjalani histerektomi abdominal
(Hadibroto, 2005).
.
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
-
Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan
akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Biomolekuler mioma uteri. Available from: http://digilib.unsri.ac.idf.
Di akses: 31 Juli 2012.
Darmasetiawan SM dkk, Penggunaan Padanan Hormon Pelepas Gonadotropin
Agonis (GNRH-A). Pada Kasus Fibroma Uterus dalam Majalah Kedokteran
Indonesia, vol. 45, No. 8, IDI, Jakarta.
Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3
September 2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, RSUD H. Adam Malik Medan. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005%20(9).pdf (Accessed on July 20, 2012)
Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
d/a Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI. Jakarta.
Lacey, C.G., Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and
Gynecologic Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk
Connectient, California, Los Atlas, 2007, p : 657-62.
Marjono
B.
A.
et
all.,
2008.
Tumor
Ginekologi.
Available
from
Moeloek, F.A., Hudono, S.Tj., Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan, Ilmu
Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004, p : 401-27.
Muzakir. 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Periode 1 Januari-31 Desember 2006.
Santon, R., Duenhoelter, J.H., Massa pelvis, Gynecology, EGC, Jakarta, p : 146-7.