Anda di halaman 1dari 27

PERSENTASI KASUS

MIOMA UTERI

Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan


RST Tingkat II Dr. Soedjono Magelang

Pembimbing :
KOLONEL Ckm dr. Tri Joko Sp.OG

Disusun Oleh :
Murdono Pambudi 1310.221.056

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2015

HALAMAN PENGESAHAN

PERSENTASI KASUS
MIOMA UTERI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
program pendidikan profesi dokter

Bagian ilmu penyakit bedah Rumah Sakit Tingkat II dr. Soedjono Magelang

Fakultas Kedokteran Universitas UPN Veteran Jakarta


Magelang, .... Januari 2015

Mengetahui dan menyetujui,


Dosen Pembimbing

KOLONEL Ckm dr. Tri Joko, Sp.OG

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, dan tidak lupa sholawat dan salam yang senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW dan kelurganya serta sahabat-sahabatnya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul MIOMA UTERI".
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam kepaniteraan klinik Ilmu
Bedah Rumah Sakit Tk. II Dr. Soedjono. Secara umum makalah ini memaparkan
mengenai sebuah laporan kasus tentang Struma.
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak.
Sebagai penghargaan, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Kolonel CKM dr. Tri Joko. Sp.OG selaku pembimbing
dalam penyusunan makalah ini, paramedik serta seluruh staf di SMF kandungan dan
semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini, serta kepada
teman teman yang selalu ada untuk berbagi dalam berbagai hal.
Kami sebagai penulis menyadari sepenuhnya berbagai kekurangan yang masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bertujuan untuk
membangun dan mengembangkan makalah ini kami terima dengan lapang dada dan
senang hati.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Magelang, Januari 2015

Penulis

LAPORAN KASUS

A.

B.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. J

Usia

: 48 tahun

Jenis Kelamin

: Wanita

Alamat

: Salaman, Mangelang

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Tgl Masuk RS

: 16 Desember 2014

Tgl Anamnesis

: 16 Desember 2014

No. CM

: 21-03-19

ANAMNESIS
a.

Keluhan Utama
P2A0 perut bagian bawah terasa ada benjolan

b.

Keluhan Tambahan
Kadang-kadang disertai rasa nyeri

c.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien merupakan pasien kiriman dari puskesmas salaman dengan
diagnosa mioma uteri. Pasien mengeluhkan terasa ada benjolan diperut bagian
bawah yang tidak nyeri sejak 2 3 bulan ini. Pasien juga mengeluhkan
keluar darah pervaginam yang banyak saat menstruasi sejak 1 bulan terakhir
dan nyeri selama menstruasi. Darah yang keluar bergumpal dan haid yang
dialami lama, lebih dari 10 hari. Pasien juga mengaku haidnya tidak teratur.
Keputihan (-) , BAB dan BAK normal.

d.

g.

Riwayat Haid
1.

Pola Haid

: Tidak teratur

2.

Menarche

: 12 tahun

Riwayat Obstetri
1.

Anak pertama, usia 25 tahun, aterm, lahir normal, perempuan, dibidan,


BBL 3000 gram

2.

Anak kedua, usia 19 tahun, aterm, lahir normal, laki-laki, dibidan, BBL
3200 gram

h.

Riwayat KB

j.

Riwayat Penyakit Dahulu

k.

: Pil KB selama 2 tahun

1.

Riwayat trauma di daerah perut

: disangkal

2.

Riwayat kencing manis

: disangkal

3.

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

4.

Riwayat penyakit Hipertensi

: disangkal

5.

Riwayat penyakit Ginjal

: disangkal

6.

Riwayat alergi obat

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


1.

Riwayat kencing manis

: disangkal

2.

Riwayat penyakit hipertensi

: disangkal

3.

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

4.

Riwayat penyakit kandungan

: disangkal

l. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien berkerja sebagai ibu rumah tangga dengan suami berkerja sebagai
pegawai swasta. Kesan ekonomi keluarga cukup. Pasien berobat dengan BPJS.

C.

PEMERIKSAAN FISIK
a.

Keadaan umum

: Baik

b.

Kesadaran

: Compos mentis

c.

Vital Sign

d.

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 82 x/menit

Respirasi

: 22 x/menit

Suhu

: 36,3 0C

Status Generalis
1.

Kepala

: mesochepal, rambut hitam, distribusi rambut merata,


rambut tidak mudah dicabut.

2.

Mata

: konjungtiva tidak anemis, sklera anikterik, pupil bulat


isokor 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+) normal.

3.

Hidung

: deviasi septum (-), discharge (-), nafas cping hidung (-)

4.

Telinga

: simetris, discharge (-)

5.

Mulut

: bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor dan hiperemis

6.

Leher

: JVP tidak meningkat, kelenjar limfe tidak membesar

7.

Thorax
Pulmo
Inspeksi

: simetris, jejas (-) ketinggalan gerak (-), retraksi (-)

Palpasi

: vokal fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi

: sonor seluruh lapang paru

Auskultasi

: SD vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)

Cor
Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi

: kiri atas SIC II LPSS, kiri bawah SIC IV LMCS


: kanan atas SIC II LPSD, kanan bawah SIC IV
LPSD

Auskultasi
8.

: S1>S2, regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi

: Tidak ada tanda-tanda perdangan dan bekas operasi

Auskultasi

: BU (+)

Palpasi

: Teraba massa padat, immobile, permukaan solid, nyeri

tekan (-), ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa, batas bejolan atas 1
jari biawah tali pusat, bawag setengah simfisis.
Perkusi
9.

: Timpani

Ekstremitas
Superior

: akral hangat, edema -/-, sianosis -/-, R. Fisiologis N/N

Inferior

: akral hangat, edema -/-, sianosis -/-, R. Fisiologis N/N

e. Pemeriksaan Genitalia

Pemeriksaan inspekulo
o Porsio ukuran normal,
o Tampak licin,
o Erosi (-),
o Livide (-),
o Fluor albus (-),
o Perdarahan aktif (-),

Pemeriksaan Bimanual/VT
o Dinding vagina normal, massa (-)
o Porsio licin
o Nyeri goyang (-)
o Uterus lebih besar dari biasa
o Corpus uteri antefleksi ukuran lebih besar
o Adneksa kiri tidak teraba massa, adneksa kanan tidak teraba
massa, parametrium kanan lemas, parametrium kiri lemas, tidak
teraba massa

Hasil laboratorium darah


Pemeriksaan

Hasil
8.0 103/mm3
4.51 103/mm3
13.4 g/dl
40.9 %
306 103/mm3
203 %
91 um3
29.8 pg
32.8 g/dl
14.9 %
7,9 um3
13,7 %
18,8 %
7,7%
55,5 %
24.4 %
6.2 %
69.4 %

WBC
RBC
HGB
HCT
PLT
PCT
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
PDW
% LYM
%MON
%GRA
# LYM
#MON
#GRA

Nilai Rujukan
3,5-10
3,80-5,80
11.0-16.5
35,0-50,0
150-390
100-500
80-97
26,5-33,5
31,5-35,0
10,0-15,0
6,5-11,0
10,0-18,0
17,0-48,0
4,0-10,0
43,0-76,0
17.0 48.0
4.0 10.0
43.0 76.0

Analisis

Metode

Result

Range

Glucose

GPO-PAP

90 mg/dL

70.00 115.0

Urea

Uv, kinetic

19 mg/dL

17.00 43.00

Creatinin

Jaffe

0,8 mg/dL

0.670 1.300

SGOT

Mod, IFCC

20 U/L

0.000 37.00

SGPT

Mod, IFCC

16 U/L

0.000 41.00

f. USG Abdomen :

Uterus antefleksi dengan ukuran membesar

Adneksa kiri dan kanan normal

Kesan : mioma uteri

g. Diagnosa Kerja/pre operasi

Mioma Uteri

h. Rencana Tindakan

Observasi kedaan umum dan vital sign

Cek DL, fungsi ginjal, fungsi hepar, gula darah

Persiapan operasi histerektomi

KIE pasien dan keluarganya


Dilakukan operasi dr Heriyono SpOG :
1. Ibu dibaringkan di meja operasi dengan kateter dan infus
yang terpasang baik.
2. Dilakukan spinal anestesi
3. Incisi dilakukan mulai kutis, sub kutis, fascia, peritoneum,
4.
5.
6.
7.
8.

sampai uterus beserta myoma terlihat.


Kemudian diputuskan untuk dilakukan TAH.
Evaluasi uterus
Kemudian dilakukan BSO
Evaluasi perdarahan,kesan tidak aktif.
Peritoneum dijahit, otot dijahit secara simple suture,
kemudian fascia dijahit secara kontinous, sub kutis dijahit
secara simple, kutis dijahit secara sub kutikuler. Kemudian

ditutupdengan verban.
9. KU ibu post TAH + BSO stabil
Tindakan : Total abdominal histerektomi + BSO
Penemuan intra operasi
1. Uterus ukuran 8 x 8 x 9 cm
2. Perdarahan kurang lebih 200 cc
Instruksi post OP:
1. Pemeriksaan laboratorium post-operatif
2. IVFD RL 20 gtt/i
3. Injeksi Cefotaxime 1 g/12 jam
4. Injeksi Ketorolac 30 mg/12 jam
5. Injeksi As. Traneksamat/12 jam
6. Injeksi Metronidazol/12 jam
7. Observasi tanda vital dan keluhan pasien

RIWAYAT RAWAT INAP


Follow up post OP H+1
Subjektif : Nyeri beka operasi.

Objektif : Ku/Kes : Baik/CM


Vital sign:

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi

: 86 x/menit reguler

Suhu

: 36,0 oC

Respirasi

: 22 x/menit

Planning

Observasi tanda-tanda vital


Inj Cefotaxime 1 g/12 jam
Inj Metro/ 12 jam
Inj Ketorolac/ 12 jam
Inj As. Tranexamat/12 jam

Follow up post-operatif H+2


Subjektif : Nyeri post op, demam (-), mengigil (-), pusing (-)
Objektif : Ku/Kes : Baik/CM
Vital sign:
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi

: 80 x/menit reguler

Suhu

: 36,5 oC

Respirasi

: 20 x/menit

Planning

observasi tanda-tanda vital


Inj Cefotaxime 1 g/12 jam
Inj Metro/ 12 jam
Inj Ketorolac/ 12 jam
Inj As. Tranexamat/12 jam Follow up post-operatif (12-12-2014)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari lapisan otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan juga dikenal istilah
fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.(Hanifa dkk, 2008)
II.2 Epidemiologi
Berdasarkan otopsi Novak menemukan 27 % wanita berumur 25 tahun
mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak
lagi. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarki. Setelah
menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia mioma
uteri ditemukan 2,39-11,7 % dari semua penderita genekologi yang dirawat .(Hanifa
dkk, 2008)

II.3

Etiopatogenesis
Etiologi pasti belum diketahui, tetapi terdapat korelasi antara pertumbuhan

tumor dengan peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri,


serta adanya faktor predisposisi yang bersifat herediter. Pada ilmuwan telah
mengidentifikasi kromosom yang membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh
pada pertumbuhan fibroid. Beberapa ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan
dari gen sisi paternal. Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil
setelah menopause, sehingga diperkirakan dipengaruhi juga oleh hormon-hormon
reproduksi seperti estrogen dan progesteron. Selain itu, sangat jarang ditemukan
sebelum menarke, dapat tumbuh dengan cepat selama kehamilan dan kadang
mengecil setelah menopause (Hakim, 2009).
Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell nest atau teori genitoblast.
Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata
menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain
dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat
progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor
estrogen pada mioma lebih banyak didapati dari pada miometrium normal. Menurut
Meyer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur (Hanifa,
2008).

II.4 Klasifikasi Mioma Uteri

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan selebihnya
adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah
pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain:
1. Mioma submukosa
2. Mioma intramural
3. Mioma subserosa
4. Mioma intraligamenter

Gambar 1. Gambar Jenis-jenis mioma uterus

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%) (Anonim, 2008).
1. Mioma submukosa

Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini
dijumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil
sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan
adanya benjolan waktu kuret, dikenal sebagai currete bump dan dengan
pemeriksaan histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor.
Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa
pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa
yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina,
dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang dilahirkan, yang mudah
mengalami infeksi, ulserasi dan infark. Pada beberapa kasus, penderita akan
mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
2. Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus di antara serabut miometrium. Karena pertumbuhan
tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuk simpai yang
mengelilingi tumor. Bila di dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam
pertumbuhannya akan menekan dan mendorong kandung kemih ke atas,
sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.
3. Mioma subserosa

Apabila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh di antara kedua
lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4. Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wondering parasitis fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam
mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada servik dapat menonjol ke dalam
satu saluran servik sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit.
Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari bekas otot
polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorie like pattern)
dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak
karena pertumbuhan.
II.5 Perubahan Sekunder (Hanifa, 2008)
a) Atrofi: sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi
kecil.
b) Degenerasi hialin: perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya, seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
c) Degenerasi kistik: dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak
teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan

bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang


lunak ini tumor sukar dibedakan dari kistoma ovarium atau suatu kehamilan.
d) Degenerasi membatu (calcireous degeneration): terutama terjadi pada wanita
berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya
pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras
dan memberikan bayangan pada foto Rontgen.
e) Degenerasi merah (carneous degeneration): perubahan ini biasanya terjadi
pada kehamilan dan nifas. Patogenesis: diperkirakan karena suatu nekrosis
subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat
sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor
pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti
pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.
f) Degenerasi lemak: jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
II.6 Gejala Klinis
Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini
berada (servik, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yang terjadi. Keluhan yang dirasakan penderita Mioma Uteri sebagai
keluhan utama pada umumnya adalah :
Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoraghi


dan dapat juga terjadi metroragia . Hal ini sering menyebabkan penderita juga
mengalami anemia dari perdarahan yang terus-menerus (Lacey.C.G., 2007).
Mekanisme terjadinya perdarahan abnormal ini sampai saat ini masih menjadi
perdebatan. Beberapa pendapat menjelaskan bahwa terjadinya perdarahan abnormal
ini disebabkan oleh abnormalitas dari endometrium (Lacey.C.G., 2007). Tetapi saat
ini pendapat yang dianut adalah bahwa perdarahan abnormal ini disebabkan karena
pengaruh

ovarium

sehingga

terjadilah

hiperplasia

endometrium

sampai

adenokarsinoma, permukaan endometrium yang lebih luas, atrofi endometrium di atas


mioma submukosum, dan miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena
adanya sarang mioma diantara serabut miometrium . Pada Mioma Uteri submukosum
diduga terjadinya perdarahan karena kongesti, nekrosis, dan ulserasi pada permukaan
endometrium (Muzakir, 2008)
Nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan
dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat
menyebabkan juga dismenore. Selain hal diatas, penyebab timbulnya nyeri pada
kasus mioma uteri adalah karena proses degenerasi. Selain itu penekanan pada visera
oleh ukuran mioma uteri yang membesar juga bisa menimbulkan keluhan nyeri.
Dengan bertambahnya ukuran dan proses inflamasi juga menimbulkan rasa yang
tidak nyaman pada regio pelvis.(Muzakir, 2008)
Efek penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan oleh
mioma uteri pada vesiko urinaria menimbulkan keluhan-keluhan pada traktus
urinarius, seperti perubahan frekuensi miksi sampai dengan keluhan retensio urin
hingga dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis (Lacey.C.G., 2007)..
Konstipasi dan tenesmia juga merupakan keluhan pada penderita mioma uteri
yang menekan rektum. Dengan ukuran yang besar berakibat penekanan pada venavena di regio pelvis yang bisa menimbulkan edema tungkai (Muzakir, 2008)

Gejala akibat Komplikasi


Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari
seluruh kasus mioma uteri serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Komplikasi ini dicurigai jika ada keluhan nyeri atau ukuran tumor yang
semakin bertambah besar terutama jika dijumpai pada penderita yang sudah
menopause (Lacey.C.G., 2007).
Anemia
Anemia timbul karena seringkali penderita mioma uteri mengalami
perdarahan pervaginam yang abnormal. Perdarahan abnormal pada kasus mioma uteri
akan mengakibatkan anemia defisiensi besi (Marjono, 2008)
Torsi

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan


sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian timbul sindroma
abdomen akut, mual, muntah dan syok
Infertilitas
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstisialis tuba, sedangkan mioma uteri submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Penegakkan diagnosis infertilitas yang
dicurigai penyebabnya adalah mioma uteri maka penyebab lain harus disingkirkan
(Lacey.C.G., 2007).

II.7 Diagnosis
1.

Anamnesis
Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,
faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

2.

Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat
diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak
teratur, gerakan bebas, tidak sakit.

3.

Pemeriksaan penunjang
a.

Pemeriksaan laboratorium
Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat
perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan
laboratorium yang perlu dilakukan adalah darah lengkap (DL) terutama

untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan


keluhan pasien.
b.

Imaging
1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen
pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada
abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan
kalsifikasi.
2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang
tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.
3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma
uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.
Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian
bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; mioma
submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri;
mioma

intramural

harus

dibedakan

dengan

suatu

adenomiosis,

khoriokarsinoma, karsinoma korporis uteri atau suatu sarkoma uteri. USG


abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan
klinis.
II.8. Diagnosis banding (Marjono, 2008)
1. Adenomiosis
2. Neoplasma ovarium
3. Kehamilan
II.9. Penanganan

Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor


Tidak semua mioma uteri memerlukan terapi pembedahan. Kurang lebih 55% dari
semua kasus mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan apapun, apalagi jika
ukuran mioma uteri masih kecil dan tidak menimbulkan keluhan.

Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor, dan
terbagi atas :
A. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
-

Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

Monitor keadaan Hb

Pemberian zat besi

Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja dengan menurunkan


regulasi gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya,

fungsi ovarium menghilang dan diciptakan keadaan menopause yang


reversibel. Sebanyak 70% mioma mengalami reduksi dari ukuran uterus
telah dilaporkan terjadi dengan cara ini, menyatakan kemungkinan
manfaatnya pada pasien perimenopausal dengan menahan atau
mengembalikan pertumbuhan mioma sampai menopause yang
sesungguhnya mengambil alih. Tidak terdapat resiko penggunaan agonis
GnRH jangka panjang dan kemungkinan rekurensi mioma setelah terapi
dihentikan tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan klinis
yang dilakukan (Muzakir cit Alexander, 2004).
B. Penanganan operatif
Indikasi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
- Perdarahan pervaginam abnormal yang memberat
- Ukuran tumor yang besar
- Ada kecurigaan perubahan ke arah keganasan terutama jika pertambahan
ukuran tumor setelah menopause
- Retensio urin
- Tumor yang menghalangi proses persalinan
- Adanya torsi (Muzakir cit Moore, 2001).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
-

Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan
rahim/uterus (Muzakir cit Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di
lakukan pada penderita mioma uteri secara umum. Suatu studi mendukung
miomektomi dapat dilakukan pada wanita yang masih ingin be reproduksi
tetapi belum ada analisa pasti tentang teori ini tetapi penatalaksanaan ini

paling disarankan kepada wanita yang belum memiliki keturunan setelah


penyebab lain disingkirkan (Muzakir cit Chelmow, 2005).
-

Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebahagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya
(total) berikut serviks uteri (Muzakir cit Prawirohardjo, 2001).
. Histerektomi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu dengan
pendekatan perabdominal (laparotomi), pervaginam, dan pada beberapa
kasus secara laparoskopi. Tindakan histerektomi pada mioma uteri sebesar
30% dari seluruh kasus. Tindakan histerektomi pada pasien dengan mioma
uteri

merupakan

indikasi

bila

didapatkan

keluhan

menorrhagia,

metrorrhagia, keluhan obstruksi pada traktus urinarius, dan ukuran uterus


sebesar usia kehamilan 12-14 minggu (Hadibroto, 2005).
Histerektomi perabdominal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu total
abdominal histerektomi (TAH) dan subtotal abdominal histerektomi
(STAH). Masing-masing prosedur histerektomi ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. STAH dilakukan untuk menghindari risiko operasi yang lebih
besar, seperti perdarahan yang banyak, trauma operasi pada ureter, kandung
kemih dan rektum. Namun dengan melakukan STAH akan menyisakan
serviks, dimana kemungkinan timbulnya karsinoma serviks dapat terjadi.
Dengan menyisakan serviks, menurut penelitian didapatkan data bahwa
terjadinya dyspareunia akan lebih rendah dibandingkan dengan yang
menjalani TAH sehingga akan tetap mempertahankan fungsi seksual. Pada

TAH, jaringan granulasi yang timbul pada vagina dapat menjadi sumber
timbulnya sekret vagina dan perdarahan pasca operasi dimana keadaan ini
tidak terjadi pada pasien yang menjalani STAH (Hadibroto, 2005).
Tindakan histerektomi juga dapat dilakukan melalui pendekatan
vagina, dimana tindakan operasi tidak melalui insisi pada abdomen.
Histerektomi pervaginam jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil
dari telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Secara umum,
histerektomi vaginal hampir seluruhnya merupakan prosedur operasi
ekstraperitoneal, dimana peritoneum yang dibuka sangat minimal sehingga
trauma yang mungkin timbul pada usus dapat diminimalisasi. Selain itu,
kemungkinan terjadinya perlengketan paska operasi juga lebih minimal.
Masa penyembuhan pada pasien yang menjalani histerektomi vaginal lebih
cepat dibandingkan dengan yang menjalani histerektomi abdominal
(Hadibroto, 2005).
.
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
-

Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari


luar dan dikeluhkan oleh pasien.

Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan


bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan
anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.

Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan
akut, rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis

dan penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang


sering (Muzakir cit Chelmow, 2005).

Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil


Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia
dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai
apabila janin imatur. Namun, pada torsi akut atau perdarahan intra abdomen
memerlukan interfensi pembedahan. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk
kelahiran apabila mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau
obstruksi mekanik (Muzakir cit Taber, 2004).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008, Biomolekuler mioma uteri. Available from: http://digilib.unsri.ac.idf.
Di akses: 31 Juli 2012.
Darmasetiawan SM dkk, Penggunaan Padanan Hormon Pelepas Gonadotropin
Agonis (GNRH-A). Pada Kasus Fibroma Uterus dalam Majalah Kedokteran
Indonesia, vol. 45, No. 8, IDI, Jakarta.
Hadibroto BR, 2005. Mioma Uteri. Majalah Kedokteran Nusantara Vol. 38 No. 3
September 2005. Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, RSUD H. Adam Malik Medan. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/15576/1/mkn-sep2005%20(9).pdf (Accessed on July 20, 2012)
Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
d/a Bagian Obstetri dan Ginekologi FKUI. Jakarta.
Lacey, C.G., Benign Disorders of the Uterine Corpus, Current Obstetric and
Gynecologic Diagnosa and Treatment, 6th ed, Aplleten & Lange, Norwalk
Connectient, California, Los Atlas, 2007, p : 657-62.
Marjono

B.

A.

et

all.,

2008.

Tumor

Ginekologi.

Available

from

http://www.geocities.com. (Accessed : November 21, 2008).


Manuaba IBG, Tumor Jinak pada Alat-alat Genital, Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta,
p : 409-12.

Moeloek, F.A., Hudono, S.Tj., Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan, Ilmu
Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004, p : 401-27.
Muzakir. 2008. Profil Penderita Mioma Uteri di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Periode 1 Januari-31 Desember 2006.
Santon, R., Duenhoelter, J.H., Massa pelvis, Gynecology, EGC, Jakarta, p : 146-7.

Anda mungkin juga menyukai