TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
sellimfosit T).Jenis ini bisa dialami setiap usia pada masa kanak-kanak. Limfoma
non-Hodgkin menyerang sel dari sistem limfatik, yang dikenal sebagai sel darah
dan leukemia pada anak-anak.Anak laki-laki lebih sering menderita limfoma non-
Hodgkin dibandingkan anak perempuan. Gejala awal yang bisa dikenali adalah
pembesaran kelenjar getah bening di suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan)
B. EPIDEMIOLOGI
Limfoma non Hodgkin adalah suatu keganasan primer jaringan limfoid yang
bersifat padat yang cukup sering dijumpai pada anak dengan frekuensi 3% dari
seluruh kanker. Di Indonesia frekuensi relatif LNH jauh lebih tinggi di bandingkan
54.900 kasus baru, dan 26.100 orang meninggal karena LNH. Di Amerika Serikat, 5
% kasus LNH baru terjadi pada anak laki-laki, dan 4 % pada anak perempuan per
tahunnya.. Lebih dari 45.000 anak-anak didiagnosis sebagai Limfoma non Hodgkin
3
(LNH) setiap tahun di Amerika Serikat. Sedangkan angka kejadian limfoma non
C. KLASIFIKASI
Limfoma non-Hodgkin pada anak-anak hampir selalu satu dari tiga jenis:3,8,9
biasanya hadir dengan massa di dada, kelenjar getah bening bengkak, dengan
juga disebut sebagai sel kecil yang tidak berbupas. Limfoma Burkitt dan non-
oleh tumor perut yang besar dan mungkin memiliki sumsum tulang dan
Sel besar atau limfoma non-Hodgkin difus histiocytic : Sel besar atau
struktur non-getah bening (seperti paru-paru, rahang, otak, kulit, dan tulang).Sel
besar limfoma anaplastik adalah jenis limfoma yang kurang umum pada anak-
anak. Pengobatan untuk jenis ini sama dengan limfoma sel besar.
4
D. ETIOLOGI
Etiologi NHL sebagian besar belum diketahui.Pada tipe NHL tertentu, infeksi
virus tampaknya memegang peran.Yang paling banyak diketahui adalah peran virus
Burkitt (tipe endemik) pada anak-anak kecil di Afrika Tengah. Dalam hal ini terdapat
kerjasama infeksi EBV, infeksi malaria, dan deregulasi onkogen karena translokasi
dunia Barat, EBV dapat ditunjukkan dalam berbagai tipe NHL (yaitu NHL sel-B
besar dan NHL sel-T). Tetapi, peran langsung EBV dalam genesis NHL ini jauh
hubungan dengan terjadinya limfoma sel-T dan leukemia di Jepang dan daerah
Karibia. Di Eropa, virus ini tidak atau hampir sama sekali tidak terdapat. Di samping
infeksi virus imunosupresi yang lama merupakan faktor etiologi yang lain. Ini dapat
atau kelainan akuisita, seperti pada AIDS atau pada terapi imunosupresif pada
tinggi.Dibanding dengan tumor solid telah lebih banyak diketahui mengenai peran
khas disini adalah bahwa bagian kromosom spesifik, yang di dalamnya terlokalisasi
gen reseptor immunoglobulin atau sel T terpindah ke kromosom lain, yaitu ke tempat
suatu onkogen. Bahwa disini justru terlibat gen reseptor immunoglobulin dan sel-T
5
bukanlah suatu kebetulan. Dalam perkembangan dini sel-B dan T gen-gen ini
mengalami proses pengaturan kembali pada niveau DNA, dengan penyusunan gen-
gen fungsional dari berbagai komponen gen pada kromosom. Pada proses ini terjadi
sementara patah kromosom. Alih-alih terjadi perbaikan patah dalam kromosom asli
malahan dapat juga terjadi penggabungan yang keliru ke kromosom lain. Hasilnya
dan teraktivasi. Sebagai prototype adalah translokasi t(8; 14) tersebut di atas, dimana
t(8; 14) secara spesifik terdapat pada limfoma Burkitt (endemik dan sporadik) tetapi
Translokasi yang dapat disamakan adalah translokasi t(14; 18) yang terdapat
dalam kira-kira 85% NHL folikular sentroblastik/sentrositik (dan dalam tipe yang
berasal dari ini). Onkogen bcl-2 yang bersangkutan dengan ini menyebabkan sentrosit
dalam keadaan normal mempunyai jangka hidup sangat terbatas, dapat hidup lebih
lama karena blokade terhadap apa yang disebut kematian sel terprogram (apoptosis).
Efek ini memegang peran penting pada terjadinya tipe NHL ini. Jadi perlu dipahami
6
E. PATOFISIOLOGI
Hingga saat ini, proses terjadinya neoplasma seperti halnya pada limfoma
belum diketahui pasti; hanya merupakan suatu hipotesis dan adanya faktor
yang berasal dari monoklonal ini jelas terlihat pada neoplasma limfosit B (limfoma
7
Gambar 2.1 Neoplasma limfosit B. Distribusi immunoglobin rantai ringan dan
berat di dalam populasi limfosit B
Suatu agen karsinogenik yang bekerja padasejumlah besar sel yang serupa
Neoplasma kemudian dapat timbul dari satu sel atau lebih di dalam lapangan ini.
Perubahan pada lapangan ini dianggap sebagai langkah pertama dari dua atau lebih
menghasilkan perubahan pada genom sel yang terkena yang diteruskan pada
keturunannya yaitu klon neoplastik. Periode antara benturan pertama dan timbulnya
kanker secara klinis disebut periode lag. Interaksi multi faktor digambarkan pada
terjadinya Limfoma Burkitt (jenis LNH derajat tinggi menurut klasifikasi WHO)
8
Gambar 2.2 Onkogenesis pada limfoma Burkitt
dan agen penyebabnya adalah promotor. Pendapat yang berkembang saat ini bahwa
terjadinya banyak benturan (lima atau lebih) berperan besar pada timbulnya
kanker.13,14
Kelainan di dalam genom akibat faktor keturunan, mutasi spontan, atau kerja
agen eksternal dapat menyebabkan neoplasma jika perubahan terjadi pada gen
pengatur pertumbuhan. Gen ini yang disebut sebagai protoonkogen (onkogen selular),
9
penurunan faktor (penghambat) penekan pertumbuhan atau produksi faktor yang
fungsinya abnormal dapat menimbulkan pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Sel
kimia, radiasi pengion, dan virus. Efek agen ini dieksaserbasi oleh mekanisme
perbaikan DNA yang tidak sempurna pada usia lanjut dan pada keadaan pewarisan
LNH.13,14
DNA spesifik yang diketahui sebagai gen pengatur pertumbuhan atau protoonkogen.
protoonkogen; (2) translokasi ke bagian genom yang lebih aktif; (3) insersi virus
onkogen virus; (6) derepresi (kehilangan kendali penekan); Hasil gen teraktivasi
struktur) atau hanya sebagai onkogen selular (c –onc). Dari mekanisme yang tersebut
diatas, peran onkogen melalui mekanisme translokasi dianggap paling berperan pada
terjadinya LNH.13,14
10
Gambar 2.3 Hubungan onkogen selular dengan pertumbuhan normal dan neoplasma
serta cara aktifasi onkogen
F. MANIFESTASI KLINIS
dapat terjadi pada semua stasiun kelenjar. Kelenjar limfe biasanya tidak nyeri dan
ukurannya dapat bervariasi dari 1-2 cm sampai paket yang lebih besar. Pada limfoma
Gejala awal yang bisa dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di
suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan) atau di seluruh tubuh, pembesaran
11
pada organ yang terlibat.Limfoma ekstranodal antara lain dapat dijumpai di kulit,
G. DIAGNOSIS
diperlukan untuk klasifikasi yang tepat dan menentukan subtipenya, yang mempunyai
dengan perhatian khusus untuk organ limfoid antara lain juga lingkaran Waldeyer,
pemeriksaan inisial ini juga meliputi analisis darah (gambaran darah, fungsi hepar,
fungsi ginjal dan spektrum protein). Jelas jika ada kelenjar di leher ikut serta dalam
proses itu diperlukan pemeriksaan THT. Pemeriksaan rontgen meliputi foto toraks
folikular, hasilnya 60-70% dari kasus positif.Pada limfoma difus sel besar hasilnya
lebih rendah (30%).Karena itu pada limfoma folikular, penyakitnya dalam 70-80%
kasus telah berada dalam stadium III atau IV pada presentasi pertama.Limfoma
liquor.Pada NHL dapat terjadi hemolisis autoimun dan trombositopenia. Pada anemia
12
atau trombositopenia yang tidak jelas sebabnya harus diingat akan hal ini. Kadang-
Anamnesis Gejala-gejala B
Pemeriksaan THT
SLDH
Spektrum protein
CT-scan toraks-abdomen
13
liquor pada sumsum tulang positif
padaNHLderajat intermedier
tinggiPemeriksaan trombositopenia
hemolisis/autoimun
bersangkutan. Pada limfoma lambung sering didapatkan lokalisasi tonsil, dan juga
H. PATOLOGI
Patologi
1. Pembagian histologik2,7,9
dengan spectrum yang bervariasi dari tumor yang sangat agresif sampai kelainan
biologi molekuler, yang dapat memberi gambaran yang lebih tepat mengenai tipe sel
Amerika Serikat kebanyakan klasifikasi menurut Lukes dan Collins dan kadang-
14
kadang juga menurut Rappaport.Karena dengan ini perbandingan hasil terapi dan
implikasi prognostik.
yaitu NHL limfosit B yang nantinya akan berdeferensiasi menjadi sel plasma yang
membentuk antibodi (prevalensinya 70%) dan NHL limfosit T yang nantinya akan
(30%), intermedier (40%) dan tinggi (20%), dan dalam kategori ini digunakan
pengertian dari klasifikasi Dorfman, Lukes, dan Collins. Dua sistem klasifikasi
morfologik yang umum dipakai di Amerika Serikat ini didasarkan atas pola
pertumbuhan dan tipe sel. Kriteria imunologik, yang antara lain membedakan antara
tipe sel-B dan sel-T, belum dimasukkan disini. Tetapi, kepentingan besar WF adalah
dalam kenyataan bahwa WF ini mempunyai nilai prediktif yang baik untuk perilaku
klinis malignitas ini.Karena itu, sistem ini merupakan dasar untuk tindakan
terapeutik.
spesifik dalam pertumbuhan ini dan dengan itu mempunyai fenotipe yang cocok
(morfologi dan pola penanda).Terutama dalam hal NHL sel-B ini menyebabkan
15
pertama bahwa dalam golongan NHL dengan derajat malignitas yang sama dapat
dibuat prediksi mengenai kelakuan tumornya dalam arti lokalisasi tumor yang
yang baik untuk penelitian medik biologik dalam lapangan non-Hodgkin. Karena itu,
di Amerika Serikat makin besar antusiasme untuk penanganan demikian. Hal ini
belakangan ini menyebabkan usul bersama hematopatolog Eropa dan Amerika untuk
(Harris, 1994). Klasifikasi baru ini berbeda dengan klasifikasi Kiel sedemikian rupa,
bahwa juga NHL ekstranodal, yang dalam klasifikasi Kiel tidak dapat dimasukkan
dengan baik padahal kira-kira merupakan 40% semua NHL, secara eksplisit
diikutsertakan.
terapi yang ditujukan pada perilaku klinis spesifik penyakit limfoma individual.
16
2. Teknik tambahan pada pemeriksaan histologik10,11
klonal, artinya terjadi dari satu sel yang tertransformasi, dapat digunakan untuk
diferensiasi antara proliferasi reaktif dan NHL.Pada limfoma sel B dalam hal ini
dapat diperhatikan restriksi rantai ringan.Artinya bahwa satu NHL sel B hanya
memproduksi satu tipe rantai ringan, kappa, atau lambda.Ini ditunjukkan dengan
untuk berbagai stadium perkembangan sel B dan sel T lebih lanjut dapat dibedakan
antara NHL sel B dan sel T dan antara berbagai subtipe NHL.
17
Pemeriksaan imunohistokimiawi, dalam banyak hal harus dikerjakan atas
dikirim (kelenjar limfe, material biopsi lambung, dan lain-lain) tidak terfiksasi, jadi
dengan cara ini dapat diperiksa translokasi yang terdapat pada berbagai tipe NHL.
I. STADIUM
1. Stadium I - melibatkan tumor di satu lokasi, baik nodal atau di tempat lain di
tubuh.
2. Stadium II - melibatkan tumor di dua atau lebih situs pada sisi tubuh yang sama
3. Stadium III - melibatkan tumor yang dimulai di dada atau tulang belakang, atau
tumor dalam jumlah apapun yang terjadi pada kedua sisi tubuh, namun tidak
4. Stadium IV - setiap tahap tumor yang juga memiliki sumsum tulang dan / atau
keterlibatan sistem saraf pusat. Tahap IV juga terbagi tergantung pada jumlah
18
J. TATALAKSANA
terbesar.Sebagian besar limfoma ini berada dalam stadium III dan IV.Yang
dan II yang frekuensinya kecil, radioterapi adalah terapi yang diperlukan.Dengan ini,
ketahanan hidup.
terbatas. Prosesnya mudah didesak kembali, tetapi tidak dapat dihilangkan karena
masih ada sarang-sarang yang ketinggalan, antara lain di dalam sumsum tulang. Jika
tercapai remisi masih dapat timbul residif.Di samping itu, penderita kebanyakan lebih
tua. Bisa dipilih “tunggu dan amati”, artinya baru dimulai terapi jika jelas ada
progresi. Juga dapat dipilih monokemoterapi yang tidak banyak memberatkan dalam
CVP.Penyinaran tubuh total, dengan menyinari seluruh tubuh dengan dosis rendah,
19
Derajat rendah (folikular) Difus (derajat
intermedier/tinggi)
Stadium I RT RT
RT
- Mono-CT
- Kombinasi CT : CVP
- TBI
- Fludarabin
20
tinggi dengan ABMT/PSCT
Tabel 4. Beberapa kombinasi kemoterapi yang banyak dipakai pada limfoma non-
Hodgkin
(mg/m2)
CVP
CHOP
Prednisone 50 i.v. +
CHVmP/VCR
21
bleo
Adriamisin 50 i.v. +
VM 26 60 i.v. +
Bleomisin 10 i.v. +
kombinasi kemoterapi kemungkinan mencapai remisi yang baik lebih besar. Saat
mulai dan macamnya terapi karena itu akan ditentukan oleh umur dan massa
tumornya, dan ada atau tidaknya keluhan.Pada massa tumor yang kecil dapat
diadakan periode observasi, yang pasti pada penderita yang lebih tua, dan bila terjadi
progresi dapat dimulai dengan klorambusil. Tetapi jika yang dihadapi paket kelenjar
limfe yang besar yang memberi keluhan, maka akan diinginkan regresi yang lebih
cepat dan akan dipilih CVP. Lama terapi ditentukan oleh saat dicapainya remisi baik,
diteliti.Sebagai adjuvant yang diberikan pada waktu terapi primer interferon memberi
22
perbaikan ketahanan hidup bebas penyakit, tetapi tidak untuk lamanya ketahanan
Pada NHL derajat malignitas rendah lama remisi pada umumnya tidak
panjang.Sesudah 5 tahun 40% penderita masih dalam remisi. Ketahanan hidup adalah
70% sesudah 5 tahun, dan 50% sesudah 10 tahun.Kalau residif terjadi lama sesudah
terapi pertama dan bersifat lokal, dapat dipertimbangkan radioterapi lokal.Pada residif
yang lebih lama (lebih dari 1-2 tahun) dapat dipilih terapi yang sama seperti pada
penanganan pertama, pada interval yang singkat akan dipilih terapi yang lebih berat,
Tahun-tahun terakhir ini telah dikembangkan beberapa obat baru yang pada
NHL derajat rendah memberi hasil yang lebih baik. Fludarabin, suatu antimetabolit
dalam lini kedua memberi 30% remisi baik dan dalam lini pertama bahkan 60%.
Dapat diharapkan bahwa obat ini akan menduduki tempat yang penting dalam terapi
limfoma tipe ini. Jika digunakan dalam lini kedua atau ketiga, ada kemungkinan
dosis tinggi kemoterapi dengan transplantasi sumsum tulang atau sel induk pada
limfoma derajat intermedier atau derajat tinggi menimbulkan pertanyaan apakah ini
juga pada limfoma derajat rendah dapat memberikan hasil. Penelitian untuk ini
sedang dilakukan.2
23
2. Limfoma derajat malignitas intermedier dan tinggi
Pada terapi limfoma derajat melignitas intermedier dan tinggi akhir-akhir ini
kenyataan. Jika disebutkan limfoma derajat intermedier dan tinggi perlu dijelaskan
bahwa di dalam kebanyakan publikasi, dan juga apa yang disebutkan di bawah ini
limfoma limfoblastik tidak termasuk dalam kategori ini. Limfoma ini biasanya
ditangani sebagai LLA.Saat ini, mengenai terapi tidak ada perbedaan antara tipe sel-T
dan sel-B.
bahwa dengan radioterapi saja dalam 60-70% kasus dapat diperoleh kesembuhan.Jika
dalam stadium I limfoma lebih besar dari 5 cm maka radioterapi saja tidak cukup.
Sebagian lain cenderung semua limfoma intermedier dan derajat tinggi diterapi
dengan kemoterapi, tetapi radioterapi saja untuk stadium I dengan massa kelenjar
yang kecil dapat dipertahankan.Dalam stadium II, III, dan IV, kemoterapi merupakan
adriamisin, vinkristin, prednisone). Dengan ini kira-kira 60% kasus dapat mencapai
remisi komplit, dengan 30% ketahanan hidup lebih lama, atau dalam hal ini
kesembuhan.
kemoterapi yang lebih baru dan lebih intensif, belakangan ini menunjukkan hasil
lebih baik dibandingkan dengan terapi CHOP.Kemoterapi baru ini berbeda dengan
seri CHOP karena diberikan lebih banyak obat sebagian besar dalam dosis yang lebih
24
tinggi dan juga dengan interval yang lebih pendek.Contoh adalah m-BACOD dan
kombinasi MACOP-B. Pada cara ini kemoterapi diberikan 12 minggu kontinyu, tanpa
adalah 69. Tetapi ini merupakan penelitian yang tidak dirandomisasi, berasal dari satu
institut.4,5,6
terhadap 899 penderita, yang di dalamnya dibandingkan beberapa skema baru dengan
maupun dalam ketahanan hidup bebas sakit, atau dalam ketahanan hidup.Ketahanan
hidup bebas penyakit yang panjang adalah antara 40-45% untuk semua skema yang
diteliti.Yang jelas adalah justru adanya lebih banyak morbiditas dan mortalitas yang
lebih tinggi sebagai akibat efek samping.Selanjutnya ternyata bahwa prognosis pada
tipe limfoma ini tergantung pada beberapa cirri inisial, yang disebut faktor
limfoma derajat intermedier dan derajat tinggi. Faktor prognostik yang terepenting
adalah umur (di atas atau di bawah 60 tahun), stadium (I-II versus III-IV), jumlah
lokalisasi ekstranodal (0-1 terhadap lebih dari 2), performance status (0-1 versus 2-3)
dan kadar SLDH (normal dibandingkan dengan abnormal). Ketahanan hidup jangka
panjang dapat bervariasi dari 70% pada faktor tidak menguntungkan 0-1, sampai 20-
25
30% pada adanya faktor tidak menguntungkan 4 atau 5, tidak tergantung pada terapi.
Jadi, sangat mungkin bahwa hasil baik yang pertama disebutkan dari skema yang
lebih intensif itu berdasar atas kriteria seleksi. Jadi, sementara terapi CHOP yang
kembali sumsum tulang atau sel induk perifer.Dengan ini dapat dicapai remisi pada
tinggi dengan ABMT dengan reinfusi sel induk perifer antara lain diterapkan pada
penderita dengan ciri-ciri yang tidak menguntungkan (volume besar, LDH tinggi),
sebagai konsolidasi lini pertama, dan pada penderita dengan residif pertama atau
kedua sesudah mereka dikembalikan lagi di dalam remisi sebaik mungkin. Ternyata
bahwa tidak ada artinya menerapkan terapi ini pada penderita yang telah diobati
dengan segala cara atau pada penderita dengan progresi selama kemoterapi standar.
Indikasi tepat untuk cara penanganan ini belum seluruhnya pasti dan studi lebih lanjut
sedang dilakukan.3
Pada penderita lebih tua (1/3 adalah lebih tua daripada 70 tahun) pada waktu
ini sedang diteliti apakah dengan varian terapi CHOP yang lebih dapat ditoleransi
dapat dicapai hasil yang sama: kurang toksisitas, tanpa kehilangan keberhasilan.
Yang digunakan adalah skema CNOP, yang di dalamnya adriamisin dari CHOP
26
Tempat radioterapi pada penanganan stadium II, III, dan IV limfoma derajat
perbaikan ketahanan hidup, tetapi residif lokal dapat dicegah.Dalam publikasi yang
paling akhir, radioterapi tidak diberikan sebagai bagian tetap dari terapi.Jika penyakit
ini sesudah kemoterapi lini pertama kembali lagi, sulit mencapai remisi baru untuk
jangka panjang dengan bentuk lain standar kemoterapi. Pada golongan penderita
dengan residif pertama atau kedua yang sensitif untuk kemoterapi, sementara dapat
K. PROGNOSIS
Tingkat penyakitnya.
Seperti halnya kanker, prognosis dan kelangsungan hidup jangka panjang dapat
sangat bervariasi dari anak ke anak. Setiap anak unik dan pengobatan dan prognosis
terstruktur di sekitar anak. Perhatian medis segera dan terapi agresif penting untuk
prognosis terbaik. Perawatan tindak lanjut yang terus-menerus sangat penting bagi
anak yang didiagnosis dengan limfoma non-Hodgkin. Efek samping radiasi dan
27
kemoterapi, serta keganasan kedua, dapat terjadi pada orang yang selamat dari
28