Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN SEPTEMBER 2018

UNIVERSITAS PATTIMURA

TUMOR JINAK GINEKOLOGI

Fauzi Mahmud

2016-84-060

Pembimbing:

dr. Janne Pattiasina, Sp.OG

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD Dr. M. HAULUSSY

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2018
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….

ii

1. Tumor Vulva………………………………………………………………..

2. Tumor Vagina...............................................................................................

12

3. Tumor Serviks………………………………………………………………

15

4. Tumor Endometrium………………………………………………………..

17

5. Tumor Jaringan Ovarium…………………………………………………...

20

6. Tumor Epitel Ovarium……………………………………………………...

22

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………

26

ii
1
1. Tumor Vulva

1. Tumor kistik vulva

a. Kista Bartholini

Merupakan kista yang cukup besar yang paling sering dijumpai.

Sekitar 2% penderita datang untuk berobat. Kista dapat berupa infeksi hingga

berkembang menjadi abses. Kista barolini terbentuk akibat respon terhadap

obstruksi yang terjadi pada duktusnya. Meskipun mekanismenya sendiri

masih belum diketahui. Kista dapat berkembang menjadi formasi abses dan

biasanya akibat penyakit menular seksual. kebanyakan wanita yang datang

dengan kista yang bilateral biasanya telah terinfeksi bakteri Neisseria

Ghonorrea. Namun baru-baru ini beberapa studi menemukan infeksi bakteri

lain juga dapat mengambil bagian dalam terbentuknya kista bartolini. Kista

bartholini paling bayak disebabkan oleh bakteri aerob diantaranya E.Coli,

Neisseria Gonorrhea, dan Chlamydia Trachomatis. Adapun hal lain yang

dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini misalnya, konsistensi mucus

yang kental, trauma mekanik akibat penjahitan luka episiotomy yang tidak

rapi, atau penyempitan ductus secara kongenital. Retensi mucus

menyebabkan distensi kista dan ukurannya semakin membesar akibat

stimulasi seksual. beberapa studi menjelaskan, cepatnya perkebangan

penyakit juga dikaitkan dengan peningkatan aktifitas seksual. Kebanyakan

kista yang ukurannya kecil asimptomatis atau mungkin hanya perasaan tidak

nyaman dirasakan saat aktifitas seksual. ketika lesi menjadi semakin besar,

biasanya akan terasa nyeri hebat pada vulva terutama saat bergerak, berjalan,

1
duduk, atau saat beraktifitas seksual. pada pemeriksaan status lokalis,

pembesaran kelenjar dapat menunjukkan adanya massa pada daerah vulva.

Kebanyakan kista unilateral, berbentuk bulat atau ovoid serta tegang. Abses

biasanya dikelilingi eritema dan terdapat nyeri tekan pada pemeriksaan

palpasi. Letak massa ada di belakang labia mayor di vestibulum bagian

bawah. Jika kebanyakan kista yang sudah berkembang menjadi abses

menunjukkan keadaan anatomi yang asimetris, maka untuk kista yang

ukurannya kecil biasanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan palpasi.

Pada ksta bartoloni yang ukurannya kecil, dan bersifat asimptomatis biasanya

tidak diberikan intervensi apapun kecuali pada wanita usia diatas 40 tahun.

Intervensi yang diberikan kemungkinan dapat memperparah infeksi. terapi

yang dipilih untuk kista bartolini adalah insisi drainase, marsupialization,

atau bartolinectomy.1,2

Gambar 1. Kista Bartolini2

1
Gambar 2. Teknik marsupialisasi2

b. Kista Pilosebasea

Berasal dari kelenjar sebasea kulit yang terdapat pada labium mayor,

labium minor dan mons veneris, terjadi karena penyumbatan saluran kelenjar

sebasea sehingga terjadilah penimbunan sebum pada duktus sekretorius

kelenjar minyak.Kista ini terbentuk dari oklusi duktus pilosebaseus.Kelenjar

ini biasanya diameter kecil, soliter dengan batas yang jelas dan konsistensi

keras, dan asimtomatik.Kista ini tidak banyak mengalami keluhan kecuali bila

terjadi infeksi sehinggamenimbulkan nyeri lokal dan memerlukan insisi dan

drainase. 3,4

Gambar 3. Kista Pilosebasea3

1
c. HidradenomaPapilaris

Hidradenoma merupakan tumor jinak pada vulva yang jarang dan

ukurannya kecil. Tumor ini berasal dari kelenjar apokrin yang berada pada

permukaan dalam labia mayora dan erdekatan dengan perineum. Biasanya

terjadi pada wanita berkulit putih di usia 30 sampai 70tahun, namun

penyebabkany belum diketahui. Hidradenoma dapat berupa kista atau

bentuk yang solid. Kista ini soliter diameter < 1 cm. Ketika terjadi

penyumbatan pada duktus sekretorius kelenjar keringat dapat menimbuilkan

kista-kista kecil (mikrocyst) yang disertai gatal.Penyebab utama infeksi ini

adalah streptokokus atau stafilokokus, dan apabila terjadi infeksi berulang

dan berat dapat menimbulkan abses dan sinus-sinus eksudatif dibawah kulit

(hidradenitis supuratifa).Terapi untuk lesi ringan yang disertai pustulasi

berulang dapat dimodifikasi dengan penggunaan pil kontrasepsi hormonal

karena sekresi kelenjar apokrin fungsional pada area lesi dapat

dikurangi.Eksisi dilakukan pada hidradenoma soliter dengan keluhan utama

pruritis vulva, apabila terjadi abses dapat dilakukan tindakan debridement. 5

Gambar 4. Hidradenoma5

1
d. Penyakit Fox-Fordyce

Fox-Fordyce disease adalah suatu penyakit yang jarang terjadi dan

ditandai dengan erupsi papular yang rasanya gatal. Biasanya terdapat pada

daerah kelenjar apokrin. Etiologinya sendiri tidak diketahui. Paling sering

terjadi pada usia 13-35 tahun. Insiden penyakit ini cukup kecil, namun

biasanya terjadi berkaitan dengan faktor panas, dan stress fisik. Penyakit

inidisebut juga apokrin miliaria yang terjadi akibat sumbatan saluran

kelenjar keringat sehingga membentuk banyak kristal kecil dengan diameter

1-3 mm, multiple, rasa gatal menjadi ciri khas penyakit ini. Kelainan ini

dapat juga terjadi di ketiak dangelanggang susu. Dapat mengalami

kekambuhan apabila terjadigangguan emosi antara lain rangsang seksual.

Tatalaksana Fox-Fordyce disease yaitu langsung pada gejala yang spesifik

tergantung individu masing-masing. Terapi spesifik yang digunakan yaitu

estrogen, retinoid oral, krim steroid dan juga antibiotic topikal. Hormone

estrogen yang diberikan adalah pil kontrasepsi, dan sangat efektif untuk

penyakit ini. Terapi lainnya seperti retinoid oral, krim steroid atau antibiotic

topikal kadang tidak efektif pada beberapa pasien.4,5

1
Gambar 5. Fox-Fordyce disease pada
axilla4

e. Hidrokel Kanalis Nuck

Merupakan penyumbatan prosesus vaginalis yang persisten (canal of

nuck) yang dapat menimbulkan tumor kistik atau hidrokel.Dalam fase

tumbuh kembang bayi di dalam kandungan, insersio dari ligamentum

rotundum pada labia mayora, diikuti dengan lipatan peritoneum yang

dikenal sebagai kanalis dari nuck. Kanalis ini akan mengalami obliterasi

pada pertumbuhan selanjutnya. Pada kondisi tertentu, kanalis ini tetap ada

hingga usia dewasa sehingga menjadi tempat akumulasi cairan serosa dan

terbentuk hidrokel. Terapi kista ini dengan melakukan eksisi kantung

kista.Kista saluran Nuck berisi cairan jernih dengan dinding selaput

peritoneum.Dengan demikian kista ini harus dibedakan dengan hernia

inguinal dan varikokel yang sering terdapat pada kehamilan. 5,6

Gambar 6. Tampakpembesaranpadaregio inguinal kanan5

2. Tumor Solid Vulva

1
a. Fibroma

Merupakan tumor padat vulva yang paling bayak ditemukan.

Meskipun insidensinya cukup kecil 0,03%. Tetapi jumlah fibroma lebih

banyak dari lifoma. Fibroma terjadi pada semua kelompok usia dan paling

sering ditemukan di labia mayor. Mereka tumbuh perlahan dari ukuran kecil

hingga menjadi besar. Fibroma merupakan proliferasi dari jaringan

fibroblast labium mayor. Hampirsemua fibroma pada vulva merupakan

tumor bertangkai dengan diameter kecil dan tidak dikenali oleh penderita.

Pada pertumbuhan lanjut dan pembesaran ukuran fibroma akan

menimbulkan gangguan aktifitas seksual, sehingga gejala klinis akan

bergantung pada diameter tumor.Apabila tumorsudah membesar akan

didapatkan gejala mekanis seperti nyeri, dorongan pada uretra, gangguan

pada saat segama terkait dengan diameter tumor dan organ sekitar yang

terdesak. Terapi dengan eksisi fibroma melalui prosedur operatif merupakan

cara terbaik untuk mengangkat tumor padat vulva.6,7

Gambar 7. Fibroma vulva6

b. Polip Fibroepitelial

1
Polip fibroepitelial pada vagina jarang, tumor jinak terjadi akibat

pertumbuhan kulit pada vagina. Merupakan tumor jaringan fibrosa dan

epitel yang dapat terjadi pada area manapun pada vulva apabila area tersebut

rentan terhadap iritasi. Pada pemeriksaan morfologi, tumor ini memiliki

karakteristik berbentuk polip. Biasanya terjadi pada wanita dewasa selama

kehamilan. Meskipun etiologinya masih belum diketahui, namun dityakini

terdapat faktor hormonal yang terlibat dalam mekanismenya. Tumor ini

biasanya tunggal namun tidak jarang juga bisa banyak. Biasanya ukurannya

kecil dan bisa tumbuh membesar. Tumor ini dapat berdarah dan

menyebabkan luka. Polip ini mempunyai struktur polip lunak dan halus,

berwarna kemerahan seperti jaringan otot. Pada kebanyakan kasus, tidak

diperlukan intervensi namun dapat dikhawatirkan oleh beberapa penderita.

Terapi dilakukan dengan bedah minor (eksisi sederhana) menggunakan

kauterisasi unipolar atau bipolar. Prognosisnya baik dan tidak ditemukan

perubahan menjadi sel ganas.8

c. Lipoma

Secara umum, lipoma dapat terjadi di setiap bagian tubuh dan kurang

dari 5% penderita memiliki lipoma lebih dari satu di bagian tubuh yang

berbeda. Lipoma sering terjadi namun jarang ditemukan pada daerah vulva.

Lipoma vulva sering ditemukan pada usia dewasa muda dan usia

pertengahan. Lipoma vulvar biasanya terjadi di daerah subkutaneus dan

jarang terasa sakit. Pada beberapa kasus sering ada keluhan nyeri terutama

saat bergerak. Pasien dengan riwayat orang tua lipoma dapat lebih beresiko

1
terkena lipoma vulva. Elemen utama penyusun lipoma adalah sel lemak dan

lapisan jaringan fibrosa. Gambaran klinik hamper sama seperti fibroma

dengan ukuran kecil dan sedang di daerah vulva, berbatas tegas dan dapat

digerakan bebas dari dasarnya. Terapi yang dapat dilakukan adalah

intervensi bedah dengan eksisi. Dengan hal ini maka dapat dapat

mengurangi rekurensi tumor.1,8

Gambar 7. Lipoma8

d. Limfangioma Sirkumskriptum

Limfangioma sirkumskriptum merupakan penyakit yang terjadi

akibat gangguan saluran limfatik yang jarang terjadi pada daerah vulva.

Secara klinis ditandai dengan dinding yang tipis, kumpulan vesikel, yang

biasanya ada pada daerah aksila, dada, mulut, dan lidah. Merupakan

malformasi mikrositik limfatik, lesi muncul berpulau-pulau dari sekumpulan

nodul atau lepuh kecil yang berisi cairan limfe menyerupai tonjolan kecil

pada kulit katak.Pulau-pulau berwarna putih jernih hingga merah jambu,

merah gelap, coklat dan hitam dan mungkin mengeras. Dapat bersifat

kongenital atau didapat. Komplikasinya dapat berupa infeksi sekunder dan

terjadi perdarah minor. Etiologi spesifik dari penyakit ini belum diketahui.

1
Gejala klinisnya, dapat berupa rasa nyeri, limforea, gatal, dan selulitis yang

rekuren akibat ekskoriasi dari lesinya. Lesinya sulit dibedakan dengan

metastase kanker serviks. Terapi modalitas yang dapat dilakukan

adalah,observasi, elektrokoagulasi, radioterapi, laser surgery, kleroterapi

intralesi, secara sederhana dapat dilakukan vulvektomi dengan insisi luas.

Dapat juga dilakukan labiektomi. Rekurensi siasa terjadi pada pasien ini.1,9

Gambar 8. Limfangioma Sirkumskriptum pada labia mayora9

e. Mioma Vulvo-Vagina

Merupakan suatu kasus yang jarang terjadi dengan variasi gejala klinis

seperti; obstruksi saluran kemih, perdarahan pervaginam, maupun nyeri

abdominal. Tumor ini muncul akibat pembesaran pada dinding anterior dan jarang

pada posterior maupun lateral vagina. Mioma paling sering terjadi myometrium

uteri dan sensitive terhadap hormone reproduksi, sehingga tumor ini lebih sering

terjadi pada usia reproduksi. Gambaran klinis berupa mioma soliter, berbatas

tegas, tanpa rasa nyeri dan mobile.Terapi bedah dipilih untuk kasus ini,

perkembangan dan pertumbuhan tumor ini dipengaruhi oleh hormone estrogen.

Jarang terjadi rekuren tetapi rekurensi biasa terjadi pada masa premenopause.1,10

1
2. Tumor Vagina

1. Tumor Kistik

a. Kista Inklusi

Merupakan tumor jinak yang paling serring ditemui pada

vagina.Lokasi umumnya 1/3 bagian bawah dan posterior atau lateral.Tumor

ini tumbuh dari jaringan epidermal yang berada dibawah lapisan mukosa

vagina. Kista inklusi terjadi akibat terkumpulnya jaringan epitel yang terjadi

selama tindakan episiotomy atau tidakan bedah vagina lainnya. Kista inklusi

memiliki ukuran yang bervariasi dan biasanya terlihat seperi massa

berwarna putih di permukaan mukosa vagina. Merupakan tumor yang

berbatas tegas dengan gerakan terbatas dan berisi masa berupa cairan musin

kental yang berbau jika sudah dipenuhi cairan eksudat purulen. Kadang juga

bersifat asimptomatis dan tidak memerlukan intervensi kecuali sudah terjadi

infeksi dan timbul gejala seperti dispaneuria atau nyeri hebat. Terapi yang

diperlukan adalah insisi drainase.1,3

b. Kista Garner

Berasal dari sisa kanalis wolfii yang berjalan sepanjang permukaan

anterior dan bagian atas vagina. Diameternya sekitar 1 cm dan teraba saat

palapsi. Jika kistanya membesar, sukar dibedakan dengan diverticulum

uretral atau sistosel. Lokasi utama di anterolateral puncak vagina.Pada

perabaan kista bersifat kistik, dilapisi dinding translusen tipis yang tersusun

epitel kuboid atau kolumner. Biasanya kista ini asimptomatis dan sering

1
ditemukan pada dinding lateral vagina pada pemeriksaan rutin. Gejala yang

mungkin adalah, dispaneuria, nyeri vagina, dan obstruksi saat dimasukkan

tampon atau alat vaginal yang lain. Dalam kebanyakan kasus hanya

diobservasi namun sebaiknya dilakukan pembedahan Maka terapinya adalah

marsupialisasi atau bisa dilakukan insisi dinding anterolateral vagina dan

eksisi untuk mengeluarkan kista dari sisa kanalis wolfii.2,3

Gambar 9. Kista Gartner2

2. Tumor Solid.

a. Fibroma Vagina

Berasal dari proliferasi fibroblast di jaringan ikat dan otot polos

vagina.Tumor ini tidak menimbulkan keluhan apabila berdiameter

kecil.Tumor ini hanya menyebabkan dispareunia apabila ukurannya besar.

Terapinya dapat dilakukan eksisi atau metode marsupialisasi.2,3

1
Gambar 10. Fibroma vagina2

b. Adenosis Vagina

Berasal dari sisa saluran paramesonefridikus Muler berupa tumor

jinak vagina,terutama terletak dekat serviks uteri, terdiri dari epitel torak

yang mengeluarkanmucus.Di tempat itu mukosa vagina tampak merah dan

berbintik. Ini disebabkankarena pemberian hormone estrogen sintesis lain,

diberikan pada ibu penderitawaktu hamil muda (sindrom D.E.S). Tumor ini

dapat menjadi adenocarcinoma.Terapi: eksisi dengan teknik bedah

konvensional.2,3

Gambar 11. Vaginal adenosis, terdapat area multiple glanular berwarna


merah2

1
c. Endometriosis Vagina

Endometriosis merupakan suatu kondisi dimana fragmen sel melapisi

dinding kandungan (endometrium) yang dapaEndometriosis is a condition

in which fragments of cells like the ones in the lining of tht ditemukan di

tempat lain. fragmen sel ini juga akan bertumbuh seiring pertumbuhnan

endometrium selama fase menstruasi dan sering menimbulkan rasa nyeri

hebat. Lapisan ini meluruh dan terjadi perdarahan seperti lapisan di dinding

uterus. Namun, jika terjadi perdarahan internal, maka tidak ada jalan untuk

keluarnya darah, sehingga terjadi inflamasi, nyeri, dan terjadi formasi

jaringan ikat (adesi). Angka insidensi cukup luas dari 2% – 50%.

Kebanyakan terjadi pada wanita bangsa oriental. Kebanyakan endometriosis

terjadi di ovarium, sering dikelirukan dengan adenosis vagina karena

tersebar secara difus di vagina.Lokasi tersering di forniks

posterior.Diagnosis pasti dengan specimen biopsy dari tempat lesi.2,3

3. Tumor Serviks

A. Tumor Kistik

a. Kista Nabothi (Kista Retansi)

Epitel kelenjar endoserviks tersusun dari jenis kolumner tinggi yang rentan

terhadap infeksi. Gangguan lanjut dari infeksi atau proses restukturisasi

endoserviks menyebabkan metaplasia squamosal maka muara kelenjar

endoseerviks akan menutup. Penutupan muara duktus menyebabkan secret

tertahan dan berkembang menjadi kantong kista. Gambaran kista ini terlihat

1
penonjolan kistik di area endoserviks dengan batas tegas dan berwarna lebih

muda dari jaringan sekitarnya karena cairan musin. Terapi: tidak ada terapi

khusus.1,2

Gambar 12. Kista Nabothi2

B. Tumor Solid

a. Polip Serviks

Merupakan penjuluran dari bagian endoserviks atau intramukosal serviks

dengan variasi eksternal atau region vaginal serviks.Polip ini bervariasi, dari

tunggal hingga multiple, berwarna merah terang, rapuh dan strukturnya

menyerupai spons. Gambaran histopatolosis polip sama dengan jaringan

asalnya. Tidak jarang ujung polip mengalami nekrotik atau ulserrasi

sehingga dapat menimbulkan pendarahan pasca segama. Terapi: karena

polip ini bertangkai dan dasarnya mudah dilihat sehingga dapat dilakukan

ekstirpasi.1,2

1
Gambar 13.Polip Serviks2
b. Mioma Serviks

Karena otot polos di serviks jarang, sehingga tumor ini jarang

terjadi.Biasanya tumor ini bersifat soliter namun dapat tumbuh hingga ukuran

besar sehingga dapat memenuhi rongga pelvik dan menekan kandung kemih,

rectum dan ureter. Terapi: apabila pertumbuhanya berlangsung cepat, dapat

dilakukan pengangkatan.1,2

4. Tumor Endometrium

1. Tumor Padat/Solid

a. Polip Endometrium

Sering dijumpai.Seringkali berupa penonjolan langsung dari lapisan

endometrium atau merupakan tumor bertangkai dengan pembesaran di

bagian ujungnya.Pendarahan nonspesifik diluar siklus sering menjadi gejala

utamanya.Memiliki konsistensi yang lebih kenyal dan berwarna lebih merah

dari pada polip serviks. Terapi: apabila tidak bertangkai, dapat dilakukan

kuretase atau evakuasi dengan bantuan histerokopi. Apabila bertangkai

dapat dijepit kemudian dilakukan putaran pada tangkai hingga terputus.1,2

1
Gambar 14. Ilustrasi polip endometrial2

2. Tumor Padat Myometrium

a. Mioma Uteri

Merupakan tumor jinak yang struktur utamanya otot polos

rahim.Penyebabnya tidak diketahui secara pasti.Seringkali gejalanya

asimtomatik.Namun bisa bervariasi seperti metroragia, nyeri, menoragia

hingga infertilitas. Klasifikasi berdasarkan lokasinya: mioma submukosa,

yang menepati bagian bawah endometrium dan menonjol ke kavum uteri;

mioma intramural, yang berkembang diantara myometrium; mioma

subserosum, mioma yang tumbuh dibawah lapisan serosa uterus dan dapat

bertumbuh kearah luar dan juga bertangkai.Gambaran klinik dapat terjadi

pendarahan abnormal uterus, nyeri dan efek penekanan. Terapi:

miomektomi atau histerektomi.1,2

1
Gambar 15.Tempat terjadinya Mioma2

b. Adenomiosis

Merupakan lesi pada lapisan myometrium yang ditandai dengan invasi jinak

endometrium yang secara normal hanya melapisi bagian dalam dinding

uterus atau kavum uteri. Gejala utama adalah menoragia dan disminore yang

semakin lama semakin berat terutama pada perempuan usia 40 tahunan.

Disminore bersifat kolik akibat kontraksi yang kuat dan pembengkakan

intramural oleh timbunan darah didalam pulau-pulau jaringan endometrium.

Terapi: histerektomi.1,2

Gambar 16. Uterus yang membesar karena adenomyosis2

1
5. Tumor Jaringan Ovarium

1. Tumor Kistik

a. Kista Folikel

Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi dan kemudian cairan interafolikel

tidak diabsorbsi kembali.Kista ini tidak menimbulkan gejala yang

spesifik.Ada yang menghubungkan kista folikel dengan gangguan

menstruasi (perpanjangan interval antarmenstruasi atau pemendekan

siklus).Penemuan kista ini biasanya melalui pemeriksaan USG transvaginal.

Terapi: sebagian kista dapat mengalami obliterasi dalam 60 hari tanpa

pengobatan. Pil kontrasepsi dapat digunakan untuk mengatur siklus dan

atresia kista folikel.Dapat juga dilakukan pungsi langsung dinding kista

dengan laparoskopi.1,2

Gambar 17. Ilustrasi kista folikel2


b. Kista Korpus Luteum

Terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau pendarahan yang

mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi.Terdapat 2 jenis kista:1

 Kista Granulosa: merupakan pembesaran non-neoplastik ovarium.

Reabsorbsi darah di ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista

1
korpus luteum. Kista ini dapat menyebabkan nyeri local dan tegang

dinding perut disertai amenore atau mens terlambat.

 Kista Teka: kista ini tidak pernah menjadi besar. Umunnya bilateral dan

berisi cairan jernih kekuningan. Kista ini sering dijumpai bersamaan

dengan mola hidatidosa, korio karsinoma dll. Kista ini tidak diperlukan

tindakan bedah dan dapat menghilang spontan setelah evakuasi mola.

c. Ovarium Polikistik (stein-Leventhal Syndrom)

Ditandai dengan pertumbuhan polikistik ovarium kedua ovarium, amenore

sekunder atau oligomenorea dan infertilitas.Diagnosis didasari dnegan

anamnesis dan pemfis.Riwayat menarke dan haid yang normal kemudian

berubah menjadi episode amenore yang semakin lama.Pemeriksaan yang

dapat diandalakan adalah USG dan laparoskopi.FSH biasnya normal, LH

tinggi, rasio LH > FSH > 2.E tinggi/normal.Prolactin normal atau tinggi.

Terapi: klomifen sitrat 50-100 mg per hari untuk 5 – 7 hari per siklus.1,2

Gambar 18. Ilustrasi polykistik ovarium, dimana pada gambar


menunjukan ovarium yang normal dan abnormal2

1
6. Tumor Epitel Ovarium

1. Tumor Kistik Ovarium

a. Kistadenoma Ovarii Serosum

Mencangkup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor jinak ovarium.12-50%

terjadi pada kedua ovarium.Ukuran kista antara 5-15 cm dan lebih kecil dari

rata-rata kistadenoma musinosum.Kista berisi cairan serosa, jernih

kekuningan. Sering ditemukan pada usia 20-30 tahun. Seperti kebanyakan

tumor epitel, kista ini tidak memiliki gejala yang khas. Terapi: eksisi dengan

eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvik dan abdomen, dan sebaiknya

dilakukan pemeriksaan PA.1,2

Gambar 19. Kistadenoma serosum2

b. Kistadenoma Ovarii Musionum

Mencangkup sekitar 16-30% dari total tumor jinak ovarium. Tumor ini

bilateral pada 5-7% kasus.Tumor ini merupakan tumor ukuran terbesar dari

tumor dalam tubuh manusia.Tumor ini asimtomatik dan sebagian besar

pasien hanya merasakan penambahan berat badan atau rasa penuh di

perut.Cairan musin dapat mengalir ke kavum pelvik atau abdomen melalui

1
stroma ovarium sehingga terjadi akumulasi cairan musin intraperitoneal dan

hal ini dikenal sebagai pseudomiksoma peritonii. Terapi: laparotomy.1

c. Kista Dermoid

Merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor ovarium) yang berasal

dari sel germinativum.Kista ini jarang mencapai ukuran besar, kista ini

memiliki dinding berwarna putih dan relative tebal berisi cairan kental dan

berminyak karena dinding tumor menganndung banyak kelenjar sebasea dan

derivate ectodermal.Rasa penuh dan berat di perut terjadi bila ukuran kista

cukup besar. Terapi: laparotomy dan kistektomi.1

2. Tumor Padat Ovarium

a. Fibroma

Tumor ini dikenal terkait dengan sindroma Meig’s.Mekanisme sindroma ini

belum diketahui secara pasti.Tidak seperti namanya, tumor ini tidak

sepenuhnya berasal dari jaringan ikat karena terdapat unsur germinal,

tekoma dan transformasi kearah ganas seperti tumor.Konsistensi tumor

adalah kenyal, padat dengan permukaan yang halus dan rata.Dapat disertai

asites dan hidrotoraks yang merupakan paket sindrom Meig’s dan tanpa

kedua gejala tersebut maka tumor ini disebut fibroma ovarii. Terapi: hamper

semua tumor ini diindikasikan untuk diangkat. Pada sindrom Meig’s

pengangkatan tumor ini akan diikuti dengan menghilangnya hidrotoraks dan

asites.1,2

1
Gambar 20. Fibroma ovarium disertai hemoragik2
b. Tumor Brenner

Tumor Brenner jarang ditemukan dan umunnya ditemukan pada perempuan

usia lanjut (50 tahun). Tumor ini sering disalah diagnosis dengan tumor

fibroma.Greene et al berpendapat bahwa jaringan asal tumor ini adalah

epitel permukaan, rete dan stroma ovarium. Terapi: eksisi.1,2

Gambar.Tumor Branner. Tampak gambaran tumor yang padat,


kekuningan2

c. Tumor Sel Stroma1

 Tumor Sel Granulosa

Dikaitan dengan adanya produksi hormone estrogen dan dapat

menyebabkan pubertas prekok pada gadis muda dan menyebabkan

hyperplasia adenomatosa dan pendarahan pervaginam pada

perempuan pasca menopous. Histopatologis: sel dengan inti berlekuk

1
seperti biji kopi, disertai pertumbuhan stroma yang mikrofolikuler,

makrofolikuler, trabekuler, insuler atau padat.

 Tumor Sel Teka

Tumor ini juga memproduksi estrogen.Tumor ini mengandung

sebaran sel lemak yang memberikan warna kekuningan pada badan

tumor saat dilakukan diseksi.

 Tumor Sel Sertoli dan Sel Leyding

Umumnya terjadi pada usia 20-27 tahun. Sebagian besar tumor

tumbuh secara unilateral. Pada pemeriksaan mikroskopik akan

dijumpai sel sertoli dan sel leyding.

d. Tumor Endometroid

Tumor ini sering dijumpai pada ovarium, ligamentum sakro uterine dan

rotundum, septum rektovaginalis, tunika serosa (uterus, tuba, rectum, sigmoid dan

kandung kemih) dll.Bentuk paling sering ditemukan adalah penonjolan berwarna

merah kehitaman, terutama pada ovarium dan bagian belakang dinding uterus.

Kebocoran akibat upaya untuk melepaskan ovarium dari perlekatanya akan

disertai keluarnya jaringan kecoklatan seperti karat. Terapi: dapat dilakukan

ooforektomi tergantung usia dan fertilitas pasien.1

1
DAFTAR PUSTAKA

1. Schorge JO, Cunningham FG, Bradshaw KD. Williams Gynecologic 20 th

Edition. Philadelphia: Mc Graw-Hill; 2008.

2. Hart David McKay. Ginaecology Illustrated. Edisi ke-5. New York : Churcill

living Stone Division. 2000;p.172.

3. Gibbs, Ronald S. Karlan, Beth Y. Haney, Arthur F. Nygaard, Ingrid E.

Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Edition. Lippincott Williams &

Wilkins; 2008.

4. Curtis, Michele G. Overholt, Shelley. Hopkins, Michael P. Glass' Office

Gynecology, 6th Edition. Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

5. DeCherney, Alan. Lauren N. Goodwin TM. Current Diagnosis & Treatment

Obstetrics & Gynecology. 10thEdition. The McGraw-Hill Companies, Inc;

2007.

6. Katz, FL. Lentz, GM. Lobo RA. Katz: Comprehensive Gynecology.

5thEdition. Elsevier; 2007.

7. Ramesh. Anjana, A. Kusum, N. Overview of Benign and Malignant Tumours

of Female Genital Tract. Journal of Applied Pharmaceutical Science Vol. 3

(01), pp. 140-149; 2013.

8. Casey, PM. Long, ME. Marnach, ML. Abnormal Cervical Appearance: What

to Do, When to Worry?.Mayo Clinic Proc. Feb; 86(2): 147–151; 2011.

9. Martaadisoebrata D. Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit Trofoblas

Gestasional. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2005.

28
29

10. Krisnadi SR, Mose JC, Effendi JS. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri

dan Ginekologi RS Dr. Hasan Sadikin. Bagian Pertama (Obstetri). Bandung:

Bagian Obstetri Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin; 2005.

Anda mungkin juga menyukai