Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Limfoma


Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup
sistem limfatik dan imunitas tubuh. Tumor ini bersifat heterogen, ditandai
dengan kelainan umum yaitu pembesaran kelenjar limfe diikuti splenomegali,
hepatomegali, dan kelainan sumsum tulang. Tumor ini dapat juga dijumpai
ekstra nodal yaitu di luar sistem limfatik dan imunitas antara lain pada traktus
digestivus, paru, kulit, dan organ lain. (Sari, 2014)
Limfoma (kanker kelenjar getah bening) merupakan bentuk keganasan
dari sistem limfatik yaitu sel-sel limforetikular seperti sel B, sel T dan
histiosit sehingga muncul istilah limfoma malignum (maligna = ganas).
Dalam kondisi normal, sel limfosit merupakan salah satu sistem pertahanan
tubuh. Sementara sel limfosit yang tidak normal (limfoma) bisa berkumpul di
kelenjar getah bening dan menyebabkan pembengkakan.
Ada dua jenis limfoma maligna yaitu Limfoma Hodgkin (HD) dan
Limfoma non-Hodgkin (LNH). (Darniati, 2011).

2.2 Limfoma Hodgkin


Merupakan jenis limfoma yang ditandai dengan pembesaran kelenjar
getah bening dan limpa tanpa disertai rasa sakit. Kanker ini sangat progresif
pada beberapa jaringan limfoid dan pertumbuhan abnormal sel yang terjadi
secara cepat. Pada Limfoma Hodgkin ditemukan adanya sel raksasa yang
disebut sel Reed-Sternberg.
Modalitas terapi atau ragam pilihan terapi pada penyakit Limfoma
Hodgkin ini terdapat beberapa pilihan, diantaranya kemoterapi, radioterapi,
kombinasi kedua terapi tersebut atau bagi kasus yang kambuh-kambuhan
dapat menggunakan metode transplantasi stem cell atau cangkok sumsum
tulang (National Cancer Institute, 2013).

4
5

2.3 Klasifikasi Limfoma Hodgkin


Ada lima subtype Limfoma Hodgkin dalam klasifikasi WHO. Sel-sel RS
pada subtype sclerosis nodular, selularitas campuran, kaya limfosit dan deplesi
limfosit memiliki imunofenotipe yang sama dan semuanya disertai dengan
infeksi virus Epstein-Barr. Subtype ini dikelompokkan menjadi satu yaitu
Limfoma Hodgkin Klasik untuk membedakannya dari subtype dominan
limfosit yang langka.
a. Tipe Sklerosis Nodular
Limfoma ini secara khas mengenai remaja atau dewasa muda. Tipe ini
cenderung mengenai limfonodi servikal bawah, supraklavikular, dan
mediastinal. Tipe ini ditandai oleh adanya sel lacunar varian sel RS, pita
kolagen yang membagi jaringan-jaringan limfoid menjadi nodul-nodul,
serta sel-sel neoplastik yang ditemukan dengan latar belakang polimorf
sel-sel T yang kecil, eosinophil, sel-sel plasma dan makrofag (Mitchell et
al, 2010).
b. Tipe Selularitas Campuran
Bentuk ini disebut juga gejala B (demam dan penurunan berat badan) dan
berhubungan dengan stadium tumor lanjut. Tipe ini merupakan bentuk
khusus yang ditandai dengan menghilangnya limfonodi secara difus oleh
infiltrate seluler heterogen, termasuk limfosit kecil, eosinophil, sel plasma
dan makrofag beningna yang bercampur dengan sel neoplastic. Sel RS
klasik dan variannya biasanya berlimpah pada tipe ini (Mitchell et al,
2010).
c. Tipe Kaya Limfosit (Lymphocyte-Rich
Tipe ini jarang ditemukan.. Limfosit reaktif menyusun sebagian besar
porsi non-neoplastik pada infiltrate. Dalam kondisi yang berbeda, tipe ini
menyerupai tipe selularitas campuran (Mitchell et al, 2010).
d. Tipe Deplesi Limfosit
Varian yang jarang ini paling banyak dijumpai pada pasein dengan
imunosupresi, sangat berkaitan dengan EBV, dan mempunyai prognosis
6

yang lebih buruk disbanding subtype lain. Sel RS banyak dijumpai pada
tipe ini, sedangkan sel reaktif relative jarang (Mitchell et al, 2010).
e. Tipe Predominansi-Limfosit
Varian yang jaran gini meliputi 5% dari kasus. Sebagian besar pasien
adalah pria, biasanya berusia kurang dari 35 tahun, dengan limfadenopati
aksilar atau servikal. Tipe ini ditandai dengan menghilangnya limfonodi
akibat infiltrate nodular limfosit kecil yang bercampur dengan berbagai
makrofag benigna dan varian sel RS LH, sel RS klasik sangat sulit untuk
ditemukan, sel lain seperti eosinophil, neutrophil, serta sel plasma sangat
langka atau tidak ada sama sekali, dan terdapat bukti yang minim akan
adanya nekrosis atau fibrosis (Mitchell et al, 2010).

2.4 Etiologi Limfoma Hodgkin


Penyebab penyakit Hodgkin masih belum dapat dipastikan. Namun ada
beberapa faktor yang mungkin berkaitan dengan penyakit ini. Berikut ini
adalah hal-hal yang memiliki kaitan dengan penyakit Hodgkin. Adanya
kemungkinan penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Epstein-Barr. Sebab
beberapa dari penderita Hodgkin diketahui telah terinfeksi virus ini.
Sementara itu pada penggunaaan obat, terutama obat imunosupresan untuk
kasus transplantasi menunjukkan adanya peningkatan kecenderungan terhadap
limfoma Hodgkin (Rotter, 2011).
Selain faktor penurunan dan riwayat konsumsi obat, beberapa pendapat
menyatakan adanya hubungan antara Limfoma Hodgkin dengan genetik.
Pendapat lain mengatakan paparan terhadap karsinogen, khususnya di tempat
kerja, dapat meningkatkan risiko limfoma Hodgkin. Polutan lingkungan
lainnya seperti pestisida, herbisida dan berbagai virus juga memiliki peran
dalam peningkatan insidensi limfoma hodgkin (Rotter, 2011).
7

2.5 Manifestasi Klinis Limfoma Hodgkin


Limfoma Hodgkin secara khas ditemukan dengan pembesaran limfonodi
yang tidak terasa nyeri (Mitchell et al, 2010). Limfadenopati ini biasanya
memiliki konsistensi rubbery dan tidak nyeri, terkadang ada pasien yang
mengalami gejala B (demam dan penurunan berat badan), hepatosplenomegali
dan neuropati. Serta bisa juga terdapat tanda-tanda obstruksi seperti edema
ekstrimitas, sindrom vena cava maupun kompresi medulla spinalis. Penentuan
stadium secara anatomic memiliki makna yang penting secara klinis. Pasien
yang usianya lebih muda dengan tipe histologic yang lebih baik cenderung
ditemukan dengan stadium klinis I atau II tanpa manifestasi sistematis.
Sedangkan pasien dengan penyakit yang sudah tersebar luas dan tipe
selularitas campuran atau deplesi limfosit lebih banyak masuk ke stadium III
dan IV serta memilkiki gejala B (Mitchell et al, 2010).

2.6 Penentuan Staging


Penentuan staging sangat penting untuk terapi dan menilai prognosis.
Staging dilakukan menurut Costwolds yang dimodifikasi dari klasifikasi Ann
Arbor.
1. Stadium I
Keterlibatan satu region kelenjar getah bening atau struktur jaringan
limfoid (limpa, timus, cincin waldeyer) atau keterlibatan 1 organ
ekstralimfatik.
2. Stadium II
Keterlibatan lebih dari sama dengan 2 regio kelenjar getah bening pada sisi
diafragma yang sama (kelenjar hilus apabila terkena pada kedua sisi
termasuk stadium II), keterlibatan local 1 organ ekstranodal atau 1 tempat
dan kelenjar getah bening pada sisi diafragma yang sama. Jumlah region
anatomi yang terlibat ditulis dengan angka.
3. Stadium III
Keterlibatan region kelenjar getah bening pada kedua sisi diafragma, dapat
disertai lien, atau keterlibatan 1 organ ekstranodal atau keduanya. Stadium
8

III1 artinya dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening splenik,
hilar, seliak atau portal. III2 artinya dengan keterlibatan kelenjar getah
bening paraaorta, iliaka dan mesenterika.
4. Stadium IV
Keterlibatan difus/diseminatan pada 1 atau lebih organ ekstranodal atau
jaringan dengan atau tanpa keterlibatan kelenjar getah bening.
Keterangan yang dicantumkan pada setiap stadium :
A : Tanpa gejala
B : Demam (suhu >38oC), keringat malam, penurunan berat badan
>10% dalam waktu 6 bulan sebelumnya
X : Bulky disease (pembesaran mediastinum >1/3, adanya massa kelenjar
dengan diameter maksimal 10cm
E : Keterlibatan 1 organ ekstranodal yang contiguous atau proksimal
terhadap region kelenjar getah bening
CS : Clinical stage
PS : Pathologic stage (misalnya ditentukan pada laparotomy)

2.7 Penatalaksanaan Limfoma Hodgkin


Ada beberapa modalitas terapi dari Limfoma Hodgkin, yaitu, radioterapi
dan kemoterapi. Penggunaan dari kedua pengobatan tersebut sangat
dipengaruhi oleh stadium penyakitnya sendiri. Pada radioterapi meliputi
Extended Field Radiotherapy (EFRT), dan Involved Field Radiotherapy.
EFRT merupakan jenis radioterapi yang meradiasi area tubuh secara luas,
sedangkan IFRT hanya meradiasi pada bagian yang terlibat Limfoma
(Sumantri, 2010).
Selain EFRT, terdapat jenis radioterapi yang lain, yaitu Involved Field
Radiotheraphy (IFRT). IFRT hanya meradiasi pada bagian yang terlibat
Limfoma saja, sehingga diharapkan meminimalkan kejadian efek samping
jangka panjang pada penggunaan EFRT. Dengan modalitas terapi yang sama
IFRT ditambah kemoterapi regimen MOPP/ABV dibanding dengan EFRT
saja menunjukkan angka relaps-free survival atau angka kekambuhannya
9

berbeda secara signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa


kombinasi modalitas terapi adalah baku emas yang baru bagi penderita
Limfoma Hodgkin stadium I-II (Diehl et al, 2011).
Sedangkan untuk pasien dengan Limfoma Hodgkin stadium lanjut (IIB-
IV) terapinya menggunakan kemoterapi. Ada beberapa regimen kemoterapi
yang telah digunakan pada pengobatan Limfoma Hodgkin. Pada stadium
lanjut dari Limfoma Hodgkin, terapi yang disarankan adalah dengan
menggunakan kemoterapi saja. Terdapat beberapa regimen kemoterapi yang
telah dipakai sebagai pengobatan dari penyakit ini. Terapi pionir utama adalah
MOPP. namun kurang puas dengan hasilnya dan kemudian menemukan obat
lain dengan tingkat angka kesembuhan yang lebih baik lagi. Sehingga
ditemukanlah regimen kedua kemoterapi yaitu ABVD. Terapi ABVD sebagai
alternative terapi dari MOPP. Kemudian teradapat beberapa regimen baru
yang telah banyak diteliti, diantaranya adalah Stanford V, BEACOPP-baseline
dan BEACOPP-escalated (Diehl et al, 2011).

2.8 Limfoma Non Hodgkin


Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan primer
limfosit yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T dan kadang (amat
jarang) berasal dari sel NK (“natural killer”) yang berada dalam sistem limfe;
yang sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, respon
terhadap pengobatan, maupun prognosis. LNH merupakan kumpulan penyakit
keganasan heterogen yang mempengaruhi sistem limfoid: 80% berasal dari sel
B dan yang lain dari sel T. Pada LNH sebuah sel limfosit berproliferasi secara
tak terkendali yang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LNH
berasal dari satu sel limfosit, sehingga semua sel dalam tumor pasien LNH sel
B memiliki imunoglobulin yang sama pada permukaan selnya.
Non-hodgkin’s lymphoma (NHL/LNH) adalah suatu keganasan primer
jaringan limfoid yang bersifat padat. Sel ganas pada NHL adalah sel limsosit
yang berada pada salah satu tingkat diferensiasinya dan berproliferasi secara
banyak. Dapat terjadi pada limfosit T maupun limfosit B (Reksidoputro,
10

1996). Menurut golongan histologisnya limfoma dibagi atas 3 kelompok besar


yaitu : LNH derajat keganasan rendah, LNH derajat keganasan menengah, dan
LNH derajat keganasan tinggi.
LNH derajat keganasan rendah tidak harus diobati sedangkan LNH
derajat keganasan mencngah dan tinggi harus segera diobati karena dapat
menimbulkan kematian dalam beberapa bulan saja. Karena itu pcncntuan
golongan histologis dan stadium penyakit merupakan hal yang tcrpcnting
dalam penatalaksanaan penderita limfoma non-Hodgkin.

2.9 Klasifikasi Limfoma Non-Hodgkin (LNH/NHL)


Penggolongan histologis LNH merupakan masalah yang rumit dan sukar,
yang kerap menggunakan istilah-istilah yang dimaksudkan untuk tujuan yang
berbeda-beda sehingga tidak memungkinkan diadakannya perbandingan yang
bermakna antara hasil dari berbagai pusat penelitian. Terdapat lebih dari 20
klasifikasi yang berbeda untuk NHL.
1. NHL derajat rendah
Ini termasuk penyakit seperti limfoma folikular dan makroglobulinemia
Waldenstrom. Biasanya kelainan timbul lambat, dengan progresi yang
lambat pula. Kelainan ini biasanya bisa dikontrol dengan kemoterapi
oral. Seseorang dengan limfoma derajat rendah, jaringan limfoid terkait
mukosa, yang berbatasan dengan lambung, dianggap terkait dengan
infeksi Helicobacter pylori dan memberikan respon terhadap antibiotik.
Sampai saat ini, belum tersedia penyembuhan limfoma derajat rendah.
Harapan hidup median adalah 8 – 10 tahun, tetapi angka kematian
bervariasi.
2. NHL derajat menengah dan tinggi
Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang agresif dengan onset dan
progresivitas yang cepat. Pasien dengan limfoma derajat sedang, jenis
limfositik-nodular, pada awalnya cenderung berada pada stadium yang
lebih lanjut, dengan sekitar 60 – 80 % insiden terkenanya sumsum tulang.
Jaringan limfatik tonsilar pada orofaring dan nasofaring (disebut cincin
11

Waldeyer) juga merupakan tempat yang diserang pada 15 – 30 % pasien.


Limfoma Burkitt dan imunoblastik merupakan limfoma derajat tinggi
dan mempunyai kecenderungan mengenai SSP. SSP juga merupakan
daerah yang sering terkena pada pasien relaps dengan penyakit stadium
IV bersama daerah lain yang sebelumnya terkena. Meskipun limfoma
derajat sedang dan tinggi sangat agresif dan fatal tanpa pengobatan,
limfoma ini berespon terhadap kemoterapi dan berpotensi untuk sembuh.
Dengan kemoterapi intensif, 20 – 40 % pasien berusia < 60 tahun dapat
sembuh. Sisanya meninggal karena penyakit ini.

2.10 Etiologi dan Faktor Resiko Limfoma Non-Hodgkin (LNH/NHL)


Etiologi (penyebab) LNH tidak diketahui. Namun terdapat beberapa
faktor resiko terjadinya LNH antara lain :
1. Imuno Defisiensi
25% kelainan herediter langka yang berhubungan dengan terjadinya
LNH antara lain adalah: severe combined immunodeficiency,
hypogammaglobulinemia, common variable immunodeficiency, Wiskott-
Aldrich syndrome, dan ataxia-telangiectasia. Limfoma yang
berhubungan dengan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali
dihubungkan pula dengan Epstein-Barr virus (EBV) dan jenisnya
beragam, mulai dari hiperplasia poliklonal sel B hingga limfoma
monoklonal.
2. Agen Infeksius
EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma Burkitt endemik, dan lebih
jarang ditemukan pada limfoma Burkitt sporadik. Karena tidak pada
semua kasus limfoma Burkitt ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme
EBV terhadap terjadinya limfoma Burkitt belum diketahui. Sebuah
hipotesis menyatakan bahwa infeksi awal EBV dan faktor lingkungan
dapat meningkatkan jumlah prekursor yang terinfeksi EBV dan
meningkatkan resiko terjadinya kerusakan genetik. EBV juga
12

dihubungkan dengan posttransplant lymphoproliferative disorders


(PTLDs) dan AIDS-associated lymphomas.
3. Paparan Lingkungan dan Pekerjaan
Beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan resiko tinggi
adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan
adanya paparan herbisida dan pelarut organik.
4. Diet dan Paparan Lainnya
Resiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi
lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan ultraviolet.

2.11 Gejala Limfoma Non-Hodgkin (LNH/NHL)


Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah
bening di suatu tempat (misalnya leher atau selangkangan) atau di seluruh
tubuh. Kelenjar membesar secara perlahan dan biasanya tidak menyebabkan
nyeri. Pada anak-anak, gejala awalnya adalah masuknya sel-sel limfoma ke
dalam sumsum tulang, darah, kulit, usus, otak dan tulang belakang; bukan
pembesaran kelenjar getah bening. Masuknya sel limfoma ini menyebabkan
anemia, ruam kulit dan gejala neurologis (misalnya kelemahan dan sensasi
yang abnormal). Biasanya yang membesar adalah kelenjar getah bening di
dalam, yang menyebabkan:
- Pengumpulan cairan di sekitar paru-paru sehingga timbul sesak nafas
- penekanan usus sehingga terjadi penurunan nafsu makan atau muntah
- penyumbatan kelenjar getah bening sehingga terjadi penumpukan cairan.
- Gangguan pernafasan Pembengkakan wajah
- Hilang nafsu makan
- Sembelit berat
- Nyeri perut atau perut kembung
- Pembengkakan tungkai
- Pembengkakan tungkai
- Penurunan berat badan
- Diare
13

- Malabsorbsi
- Pengumpulan cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura)
- Daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa gatal
- Demam
- Keringat di malam hari
- Anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah)
- Mudah terinfeksi oleh bakteri

2.12 Stadium Limfoma Non-Hodgkin (LNH/NHL)


Dokter harus mengetahui tingkatan (tahapan) limfoma non-Hodgkin
untuk merencanakan pengobatan yang terbaik. Tahapan ini berdasarkan
lokasi tempat sel-sel limfoma ditemukan (di kelenjar getah bening atau di
organ atau jaringan lain) dan jangkauan area yang terkena. Tahapan
limfoma non-Hodgkin adalah sebagai berikut:
1. Stadium I
Sel-sel limfoma berada dalam satu kelompok kelenjar getah bening
(misalnya di leher atau di ketiak). Atau, jika sel-sel abnormal itu tidak
berada dalam kelenjar getah bening, tapi hanya pada satu bagian jaringan
atau organ tubuh saja (misalnya di paru-paru, tapi tidak di hati atau di
sumsum tulang).
2. Stadium II
Sel-sel limfoma berada sekurangnya di dua kelompok kelenjar getah bening,
pada sisi diafragma yang sama (baik di atas atau di bawah). Atau, sel-sel
limfoma ini berada di organ tubuh dan di kelenjar getah bening di
sekitarnya (pada sisi yang sama seperti diafragma) Mungkin ada sel-sel
limfoma di kelompok kelenjar getah bening yang lain di sisi diafragma
yang sama.
3. Stadium III
Limfoma terdapat dalam kelompok kelenjar getah bening di atas dan di
bawah diafragma. Juga dapat ditemukan di organ atau di jaringan di
sekitar kelompok kelenjar getah bening ini.
14

4. Stadium IV
Limfoma ini berada di seluruh satu organ atau jaringan (selain di kelenjar
getah bening). Atau, berada dalam hati, darah, atau sumsum tulang.

2.13 Diagnosis Limfoma Non-Hodgkin (LNH/NHL)


Diagnosa NHL mengacu pada lebih dari 24 jenis kanker pada sistem
getah bening. Untuk menemukan pengobatan yang tepat atau pun
memprediksi hasilnya, para dokter pertama-tama harus menemukan sel
getah bening mana yang diserang limfoma. Langkah pertama adalah dengan
mengambil sampel jaringan (biopsi) yang terkena limfoma untuk dianalisa.
Sel itu kemudian diberi pewarna khusus dan diamati melalui mikroskop
untuk membandingkan ukuran dan bentuk sel serta penampakan nukleus
dan sitoplasmanya.
Sel itu digolong-golongkan dalam beberapa tingkatan yaitu: tingkat
rendah untuk penyebaran yang lambat, tingkat sedang untuk penyebaran
yang agak cepat dan tingkat tinggi untuk penyebaran yang sangat cepat.
Diagnosa dikuatkan dengan CT-scan (computerized tomography scan) dan
gambar MRI (magnetic resonance imaging).
NHL bisa menyerang berbagai organ tubuh. Seseorang dengan HIV
berkemungkinan lebih besar mengalami limfoma pada lebih dari satu organ
tubuh. Ronsen dada akan memperlihatkan apakah paru-paru juga terkena.
Biopsi sumsum tulang berguna untuk mengetahui apakah limfoma itu
menjalar ke sumsum tulang, tempat produksi sel darah merah dan sel darah
putih caranya ialah dengan mengambil sedikit sumsum tulang, yang
kemudian diamati dengan mikroskop untuk melihat ada-tidaknya
ketidaknormalan sel. Yang terakhir, gambaran beberapa ronsen khusus
dapat berguna untuk melihat struktur kelenjar getah bening yang
membengkak dan memeriksa suplai darah dan getah bening pada kelenjar
tersebut. Proses ini disebut lymphangiography, memerlukan cairan berwarna
15

biru yang dapat terlihat dengan sinar X. cairan itu disuntikkan pada
pembuluh darah di antara jari kaki dan kemudian dengan menggunakan
sinar X akan terlihat gambaran kelenjar getah bening ketika cairan itu
melewatinya.

2.14 Terapi Limfoma Non-Hodgkin (LNH/NHL)


Kemoterapi ialah pengobatan dengan menggunakan obat-obatan.
Kemoterapi terutama diberikan untuk limfoma jenis derajat keganasan
sedang-tinggi dan pada stadium lanjut.
1. Radiasi.
Radiasi dosis tingi bertujuan untuk membunuh sel kanker dan
mengecilkan ukuran tumor. Terapi radiasi umumnya diberikan untuk
limfoma derajat rendah dengan stadium awal. Namun kadang-kadang
dikombinasikan dengan kemoterapi pada limfoma dengan derajat
keganasan sedang atau untuk terapi tempat tertentu, seperti di otak.
Digunakan dua jenis terapi radiasi bagi penderita limfoma:
a. Radiasi eksternal: Sebuah mesin besar akan mengarahkan sinar ke
bagian tubuh di mana sel-sel limfoma terkumpul. Terapi ini bersifat
lokal karena hanya mempengaruhi sel-sel di area yang diobati saja.
Sebagian besar penderita pergi ke rumah sakit atau klinik untuk
dirawat 5 hari dalam seminggu, selama beberapa minggu.
b. Radiasi sistemik: Beberapa penderita limfoma akan mendapat
suntikan bahan radioaktif yang akan mengalir ke seluruh tubuh. Bahan
radioaktif itu akan terikat pada antibodi yang menargetkan dan
menghancurkan sel-sel limfoma.
2. Transplantasi sel induk
Terutama jika akan diberikan kemoterapi dosis tinggi, yaitu pada kasus
kambuh. Terapi ini umumnya digunakan untuk limfoma derajat sedang-
tinggi yang kambuh setelah terapi awal pernah berhasil. Orang dengan
limfoma yang kambuh dapat memperoleh transplantasi sel induk (stem
cell). Transplantasi sel induk yang membentuk darah memungkinkan
16

orang mendapatkan kemoterapi dosis tinggi, terapi radiasi, atau


keduanya. Kemoterapi dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel
limfoma sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang.
Kemudian, pasien akan mendapatkan sel-sel induk yang sehat melalui
tabung fleksibel yang dipasang di pembuluh darah balik besar di area
dada atau leher. Sel-sel darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk
hasil transplantasi ini. Tranplantasi sel induk dilakukan di rumah sakit.
Sel-sel induk ini bisa didapatkan dari pasien sendiri.
3. Observasi
Jika limfoma bersifat lambat dalam pertumbuhan, maka dokter mungkin
akan memutuskan untuk observasi saja. Limfoma yang tumbuh lambat
dengan gejala yang ringan mungkin tidak memerlukan terapi selama satu
tahun atau lebih.
4. Terapi biologi.
Satu-satunya terapi biologi yang diakui oleh Food and Drug
Administration (FDA) Amerika Serikat saat ini adalah rituximab.
Rituximab merupakan suatu antibody monoclonal yang membantu
system imun mengenali dan menghancurkan sel kanker. Umumnya
diberikan secara kombinasi dengan kemoterapi atau dalam
radioimunoterapi.
5. Radioimunoterapi.
Merupakan terapi terkini untuk limfoma non-Hodgkin. Obat yang telah
mendapat pengakuan dari FDA untuk radioimunoterapi adalah
ibritumomab dan tositumomab. Terapi ini menggunakan antibody
monoclonal bersamaan dengan isotop radioaktif. Antibodi tersebut akan
menempel pada sel kanker dan radiasi akan mengahancurkan sel
6. Kemoterapi
Kemoterapi menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi ini disebut terapi sistemik karena obat akan mengalir di sepanjang
aliran darah. Obat dapat mencapai sel-sel kanker di hampir seluruh
bagian tubuh.
17

Kemoterapi dapat malalui mulut, melalui pembuluh darah balik, atau di


ruang antara sumsum tulang belakang. Pengobatan biasanya berupa rawat
jalan, baik di rumah sakit/klinik atau di rumah. Beberapa pasien harus
menginap di rumah sakit selama pengobatan untuk mendapatkan
pengamatan yang seksama.Jika pasien menderita limfoma di lambung
akibat infeksi Helikobaktor, dokter dapat mengobati limfoma ini dengan
antibiotika. Setelah infeksi sudah disembuhkan, kanker mulai dapat
diobati.

2.15 Penatalaksanaan Kemoterapi Pada Limfoma Non-Hodgkin.


1. Klorambusil Siklofosfamid
Keterrangan : Digunakan pada limfoma tingkat rendah untuk mengurangi
ukuran kelenjar getah bening & untuk mengurangi gejala
2. Siklofosfamid,Vinkristin (onkovin), Prednison
Keterangan : Digunakan pada limfoma tingkat rendah & beberapa
limfoma tingkat menengah untuk mengurangi ukuran
kelenjar getah bening & untuk mengurangi gejala.
Memberikan respon yang lebih cepat dibandingkan
dengan obat tunggal.
3. Siklofosfamid, Doksorubisin (adriamisin), Vinkristin (onkovin),
Prednison.
Keterangan : Digunakan pada limfoma tingkat menengah & beberapa
limfoma tingkat tinggi.
4. Siklofosfamid, Vinkristin (onkovin), Prokarbazin, Prednison.
Keterangan : Digunakan pada limfoma tingkat menengah & beberapa
limfoma tingkat tinggi juga digunakan pada penderita
yang memiliki kelainan jantung & tidak dapat
mentoleransi doksorubisin.
18

5. Metotreksat, Bleomisin, Doksorubisin (adriamisin), Siklofosfamid,


Vinkristin (onkovin), Deksametason.
Keterangan : Memiliki efek racun yg lebih besar dari CHOP &
memerlukan pemantauan ketat terhadap fungsi paru-paru
& ginjal Kelebihan lainnya menyerupai CHOP.

2.16 Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 4. Respon Kardiovaskular/Pulmonal
Kode 00032 Ketidakefektifan Pola Nafas
2. Domain 3. Eleminasi dan Pertukaran
Kelas 4. Fungsi Respirasi
Kode 00030 Gangguan Pertukaran Gas
3. Domain 12. Kenyamanan
Kelas 1. Kenyamanan Fisik
Kode 00132 Nyeri Akut
4. Domain 11. Keamanan/Perlindungan
Kelas 6. Termogulasi
Kode 00007 Hipertermia
5. Domain 2. Nutrisi
Kelas 1. Makan
Kode 00002 Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari Kebutuhan tubuh
6. Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 2. Aktivitas/Olahraga
Kode 00085 Hambatan Mobilitas Fisik
7. Domain 3. Eliminasi dan pertukaran
Kelas 2. Fungsi Gastrointestinal
Kode 00013 Diare
8. Domain 3. Eliminasi dan Pertukaran
Kelas 2. Fungsi Gastrointestinal
Kode 00011 Konstipasi
19

9. Domain 6. Presepsi Diri


Kelas 3. Citra Tubuh
Kode 00118 Gangguan Citra Tubuh
10. Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 5. Perawatan Diri
Kode 00108 Defisit Perawatan Diri
11. Domain 4. Aktivitas/Istirahat
Kelas 4. Respon Kardiovaskular/pulmonar
Kode 00092 Intoleransi Aktivitas

2. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan NOC NIC
1. Domain 2. Nutrisi Domain 2 Kesehatan Domain 1 Fisiologis
Kelas 1. Makan Fisiologis dasar
Kode 00002 Kelas K Pencernaan & Kelas D dukungan
Ketidakseimbangan
Nutrisi Nutrisi
nutrisi : Kurang dari
Kode 1004 Status Nutrisi Kode 1100
Kebutuhan tubuh
100401 Asupan Gizi (1- Manajemen Nutrisi
4) - Tentukan status gizi
100402 Asupan makanan pasien dan keampuan
(1-4) pasien untuk
100408 Asupan Cairan memenuhi kebutuhan
(1-4) gizi
100403 Energi (1-4) - tentukan apa yang
100405 Rasio berat menjadi preferensi
badan /tinggi badan (1-4) makanan bagi pasien
100411 hidrasi (1-4) - pastikan makanan
disajikan dengan cara
yang menarik dan
pada suhu yang palik
20

cocok untuk
konsumsi secara
optimal
- anjurkan keluarga
untuk membawa
makanan favorit
pasien sementara
pasien berada di
rumah sakit atau
faskes yang sesuai.
2. Domain 4. Domain 1 fungsi Domain 1 Fisiologis
Aktivitas/Istirahat kesehatan dasar
Kelas 4. Respon Kelas A pemeliharaan Kelas A Manajemen
Kardiovaskular/pulmonar
energi Aktivitas dan latihan
Kode 00092 Intoleransi
Kode 0005 Toleransi Kode 0140
Aktivitas
terhadap aktivitas peningkatan
000509 kecepatan mekanikan tubuh
berjalan (1-4) - Edukasi pasien
000510 jarak berjalan (1- tentang pentingnya
4) postur (tubuh) yang
000511 toleransi dalam benar untuk
menaiki tangga (1-4) mencegah kelelahan,
000516 kekuatan tubuh ketegangan injuri
bagian atas (1-4) - bantu pasien/
000517 keuatan tubuh keluarga untuk
bagian bawah(1-4) megidentifikasi
latihan postur tubuh
yang sesuai
- bantu pasien untuk
memilih aktivitas
pemanasan sebelum
21

memulai latihan atau


memulai pekerjaan
yang tidak dilakukan
secara rutin
sebelumnya
3. Domain 6. Presepsi Diri Domain 3 kesehatan Domain 3 perilaku
Kelas 3. Citra Tubuh psikososial Kelas R Bantuan
Kode 00118 Gangguan Kelas M Kesejahteraan Koping
Citra Tubuh
Psikologis Kode 5390
Kode 1200 Citra tubuh Peningkatan
120005 kepuasan kesadaran diri
dengan penampilan tubuh - Dukung pasien
120006 kepuasaan untuk mengenal dan
dengan fungsi tubuh mendiskusikan
120007 penyesuaian pikiran da
terhadap penampilan perasaannya
fisik - Bantu pasien untuk
120008 penyesuaian mengidentifikasi nilai
terhadap perubahan yang berkontribusi
fungsi fisik pada konsep diri
- bantu pasien untuk
mengidentifikasi
dampak dari penyakit

Anda mungkin juga menyukai