PENDAHULUAN
4. Barotrauma yang terjadi pada saat penyelam naik dari kedalaman secara
cepat disebut reverse squeeze atau overpressure. Terjadi usaha tubuh untuk
mengeluarkan isi dari ruangan untuk menyesuaikan tekanan. Overpressure
memiliki beberapa gejala yang berbeda dengan squeeze yaitu:
1. Barotrauma saat naik (Overpressure) Telinga Tengah
Pada overpressure telinga tengah, peregangan dan ruptur
membran timpani dapat terjadi dan mengakibatkan nyeri yang sama
dengan squeeze. Sebagai tambahan, dapat terjadi facial baroparesis
dimana peningkatan tekanan mengakibatkan kurangnya suplai darah
pada nervus facialis karena tekanan pada telinga tengah diteruskan ke os
temporalis. Dibutuhkan overpressuselama1sampai30 menit untuk gejala dapat
terjadi, dan fungsi nervus facialis kembali ke normal setelah 5 - 10 menit setelah
penurunan overpressure.[3,9]
2. Barotrauma saat naik (Overpressure) Sinus Paranasalis
Gejala pada overpressure sinus sama dengan squeeze pada sinus.[3]
1. Overpressure Pulmonal(1,4)
Disebabkan karena ekspansi dari gas yang masuk ke paru - paru saat menyelam.
Ekspansi ini bila melebihi kapasitas pengembangan paru akan dipaksakan untuk
masuk ke dalam jaringan sekitar dan pembuluh darah sehingga menimbulkan
emboli. Gejala yang ditimbulkan bergantung pada daerah emboli. Gas pada
jaringan sekitar paru akan menimbulkan emfisema mediastinum dan subkutis,
bahkan pneumothoraks
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita barotrauma adalah pemeriksaan lab
berupa:
Analisa Gas Darah
Untuk mengevaluasi gradien alveolus-arteri untuk mengetahui terjadinya emboli
gas.
Darah Lengkap
Pasien yang memiliki hematokrit lebih dari 48% memiliki sekuele neurologis
yang persisten selama 1 bulan setelah perlukaan.
Kadar Serum Creatin Phosphokinase
Peningkatan kadar serum kreatin fosfokinase menandakan peningkatan
kerusakan jaringan karena mikroemboli.
TATALAKSANA
Penting bagi penderita barotrauma telinga untuk tidak melakukan kegiatan
seperti terbang ataupun menyelam hinnga gejala yang dialaminya mereda. Untuk
mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama-tama yang
perlu dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan mengurangi
tekanan dengan mengunyah permen karet, atau menguap, atau menghirup udara,
kemudian menghembuskan secara perlahan-lahan sambil menutup lubang hidung
dengan tangan dan menutup mulut. (4)
Selama pasien tidak menderita infeksi traktus respiratorius atas, membrane
nasalis dapat mengkerut dengan semprotan nosinefrin dan dapat diusahakan
menginflasi tuba eustakius dengan perasat politzer, khususnya dilakukan pada
anak-anak berusia 3-4 tahun. Kemudian diberikan dekongestan, antihistamin atau
kombinasi keduanya selama 1-2 minggu atau sampai gejala hilang, antibiotik
tidak diindikasikan kecuali bila terjadi perforasi di dalam air yang kotor. (4,5)
Perasat politzer terdiri dari tindakan menelan air dengan bibir tertutup
sementara ditiupkan udara ke dalam salah satu nares dengan kantong politzer atau
apparatus senturi nares yang lain ditutup. Kemudian anak dikejutkan dengan
meletuskan balon ditelinganya, bila tuba eustakius berhasil diinflasi, sejumlah
cairan akan terevakuasi dari telinga tengah dan sering terdapat gelembung-
gelembung udara pada cairan.(4,5)
KOMPLIKASI
Komplikasi barotrauma yang dapat terjadi adalah efusi dan perdarahan ke
rongga telinga tengah dan gangguan pendengaran sensorineural. Semua orang
yang mengeluh kehilangan pendengaran dengan barotrauma harus menjalani uji
pendengaran dengan rangkaian penala untuk memastikan bahwa gangguan
pendengaran bersifat konduktif dan bukan sensorineural. Hematoma epidural
intrakranial, fistula perilymphic, pneumocephalus dan parenkim dan perdarahan
ekstra-aksial juga telah disebutkan dalam beberapa literatur, tetapi kondisi ini
sangat jarang terjadi. (3)
PENCEGAHAN
Menghindari terbang adalah rekomendasi yang bijaksana dalam kasus
infeksi saluran pernafasan atas dan infeksi telinga. Jika perjalanan dianggap tidak
dapat dihindari maka langkah-langkah untuk membuka tuba Eustachio dapat
dilakukan secara teratur seperti menguap, menelan, mengunyah dan melakukan
manuver Valsava pada penerbangan dan khususnya saat turun. Terdapat penelitian
sebelumnya yang mengevaluasi tentang efektivitas dekongestan oral dan topikal,
belum ada uji coba terkontrol secara acak yang kuat. Hanya pseudoefedrin oral
untuk pencegahan otic barotrauma pada orang dewasa. (6,7,8)
Untuk para penyelam juga dihimbau untuk mempelajari tehnik menyelam
secara benar sebelum melakukan penyelaman untuk mengurangi resiko
barotrauma.(9)
PROGNOSIS
Ketidaknyamanan telinga, nyeri dan sekuel barotrauma seperti edema atau
membrane tymphani hemoragik, otitis serosa atau hemoragik dan ruptur membran
timpani biasanya menetap dari waktu ke waktu setelah fungsi tuba Eustachian
pulih kembali. Gangguan ossikular dapat menyebabkan gangguan pendengaran
konduktif yang persisten. Gangguan pendengaran, vertigo dan sensorineural dapat
terjadi akibat kerusakan pada telinga dalam. Tinnitus pulsasi mungkin merupakan
konsekuensi lain tetapi biasanya hilang dengan reabsorpsi edema dan efusi serosa.
Namun, tinnitus yang konstan tidak selalu bisa hilang dan mungkin bisa menjadi
permanen.(7,8)
Intervensi bedah dengan tympanoplasty atau penambalan pada jendela
bulat atau oval mungkin diperlukan pada barotrauma yang parah. Barotrauma
ringan dikelola secara konservatif. Tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa
kortikosteroid, dekongestan atau antihistamin mempercepat pemulihan dari
barotrauma.(7)
KESIMPULAN
Barotrauma dapat terjadi saat menyelam atau saat penerbangan.
Barotrauma dapat terjadi pada telinga, sinus paranasal dan paru-paru dimana
barotrauma pada telinga tengah paling sering terjadi. Barotrauma pada telinga
merupakan gangguan telinga yang terjadi akibat perubahan tekanan udara tiba-tiba
di luar telinga tengah sehingga menyebabkan tuba gagal untuk menyamakan
tekanan dari bagian telinga tengah dengan adekuat. Hukum boyle menyatakan
bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanan atau P1xV1 = P2xV2.
Hukum Boyle yang mengatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan
tekanannya, maka pada saat tekanan di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi
perbedaan tekanan antara di rongga tubuh dengan di luar, sehingga terjadi
penekanan/penghisapan terhadap mukosa dinding rongga dengan segala
akibatnya. Pada anamnesis umumnya didapatkan adanya riwayat menyelam atau
penerbangan dimana terdapat perubahan cepat pada tekanan lingkungan. Selain
itu, pasien akan mengeluh otalgia, sakit kepala, mual, muntah, vertigo, tinnitus,
ataupun gangguan pendengaran konduktif. Gejala tersebut dapat disertai dengan
kerusakan membrane timpani yang dapat dinilai menggunakan otoskop dan
diklasifikasikan menurut klasifikasi Teed.
DAFTAR PUSTAKA
1. Navisah, S., Isa Ma’rufi, Anita D. Faktor Risiko Barotrauma Telinga pada
Nelayan Penyelam di Dusun Watu Ulo Desa Sumberejo Kecamatan
Ambulu Kabupaten Jember: Jurnal IKESMA Volume 12. 2016;98-110.
2. Glazer, T., Telian S. Otologic Hazards Related to Scuba Diving: Clinical
Review of Otolaryngology-Head and Neck Surgery.2016;140-143.
3. Koriwchak, M., Jay A. Middle Ear Barotrauma in Scuba Divers: Journal of
Wilderness Medicine. 1994;389-398.
4. Fyntanaki, O., et al. Acute Barotitis Media in Flight: Patophysiology,
Symptomps, Prevention, Treatment: Balkan Military Medical Review.
2013;16(1):50-55.
5. Green, S., et al. Incidence and Severity of Middle Ear Barotrauma in
Recreational Scuba Diving: Journal of Wilderness Medicine 4. 1993;270-
280.
6. Ryan P, Treble A, Patel N, Jufas N. Prevention of Otic Barotrauma in
Aviation. Otology & Neurotology Inc. 2018; 5: 1531-37
7. Beckmann KM. Prevention of Infant’S Otic Barotrauma – Observing the
Infant Prior to Air Travel and Identifying Infants Less Likely At Risk.
International Journal of Neuroscience and Behavioral Science. 2013; 2:
24-30
8. Innes AM et all. Air travellers’ awareness of the preventability of otic
barotrauma. The Journal of Laryngology & Otology. 2014; 128: 494–498
9. LI, Ronson. Common diving related ear barotrauma and its management.
Available at: http://www.scuba.net.hk/medicine/volume001.htm Accessed
June 15, 2015
10. Soepardie EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.