BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Mawle S.E & Jackson C.A telah melakukan sebuah penelitian tentang
trauma telinga pada penyelaman. Sampel terdiri dari 142 penyelaman
termaksud teknisi, penyelam amatir, dan instruktur diperiksa dengan
kuesioner untuk menentukan prevalensi telinga, nyeri (47,9%), ketulian
sementara dengan tinnitus (berdenging) (27,5%) dan vertigo (9,9%).
Prevalensi infeksi telinga tengah terjadi pada lebih dari 1/3 sampel
(37,3%).
Mawle S.E & Jackson C.A telah melakukan sebuah penelitian tentang
trauma telinga pada penyelaman. Sampel terdiri dari 142 penyelaman
termaksud teknisi, penyelam amatir, dan instruktur diperiksa dengan
kuesioner untuk menentukan prevalensi telinga, nyeri (47,9%), ketulian
sementara dengan tinnitus (berdenging) (27,5%) dan vertigo (9,9%).
Prevalensi infeksi telinga tengah terjadi pada lebih dari 1/3 sampel
(37,3%).
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum : Untuk mengetahui telaah kesehatan penyelaman
1.2.2 Khusus :
1. Untuk mengetahui perubahan fisiologi selama penyelaman 2.
Untuk mengetahui penyakit yang terjadi akibat penyelaman
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi penulis
Penulis dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat
mengenai kesehatan penyelaman
1.3.2 Manfaat bagi pembaca
Pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai kesehatan
penyelaman
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
ke dalam paru, tekanan udara di dalam paru harus lebih rendah daripada tekanan
udara atmosfer. Kondisi tersebut diperoleh dengan membesarnya volume paru.
Menurut hukum Boyle tekanan gas di dalam tempat tertutup berbanding terbalik
dengan besarnya volume. Bila ukuran tempat diperbesar, tekanan udara di
dalamnya turun. Bila ukuran diperkecil, tekanan udara di dalamnya naik. Hukum
Boyle berlaku terhadap semua gas-gas di dalam ruangan-ruangan tubuh sewaktu
penyelam masuk ke dalam air maupun sewaktu naik ke permukaan. 5
Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter
larutan nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10 meter (2
ATA) tekanan parsial dari nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali lipat dan
akhirnya yang terlarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2 liter). Waktu
sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan
dan pada kecepatan suplai gas ke dalam jaringan oleh darah. Hal tersebut sesuai
dengan hukum Henry yang menyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas
yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari
gas tersebut di atas cairan. Pada kondisi di atas permukaan laut gas nitrogen
terdapat dalam udara pernapasan sebesar 79%. Nitrogen tidak mempengaruhi
fungsi tubuh karena sangat kecil yang larut dalam plasma darah, sebab rendahnya
koefisien kelarutan pada tekanan di atas permukaan laut. Tetapi bagi seorang
penyelam Scuba atau pekerja Caisson (pekerja pembangun saluran di bawah air)
yang berada pada kondisi udara pernapasan di bawah tekanan tinggi, jumlah
nitrogen yang terlarut dalam plasma darah dan cairan interstitial sangat besar. Hal
tersebut mengakibatkan pusing atau mabuk, yang disebut dengan gejala nitrogen
narcosis.6
Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter
larutan nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10 meter (2
ATA) tekanan parsial dari nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali lipat dan
akhirnya yang terlarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2 liter). Waktu
sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan
dan pada kecepatan suplai gas ke dalam jaringan oleh darah. Hal tersebut sesuai
dengan hukum Henry yang menyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas
yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari
gas tersebut di atas cairan. 5 Pada kondisi di atas permukaan laut gas nitrogen
terdapat dalam udara pernapasan sebesar 79%. Nitrogen tidak mempengaruhi
fungsi tubuh karena sangat kecil yang larut dalam plasma darah, sebab rendahnya
koefisien kelarutan pada tekanan di atas permukaan laut. Tetapi bagi seorang
penyelam Scuba atau pekerja Caisson (pekerja pembangun saluran di bawah air)
yang berada pada kondisi udara pernapasan di bawah tekanan tinggi, jumlah
nitrogen yang terlarut dalam plasma darah dan cairan interstitial sangat besar. Hal
tersebut mengakibatkan pusing atau mabuk, yang disebut dengan gejala nitrogen
narcosis.6
Naik perlahan tidak melebihi gelembung udara terkecil (60 feet/min atau
18 meter/menit)
BAB III
PEMBAHASAN
11
12
air naik selisih antara tekanan jaringan (tekanan air) dengan tekanan
rongga udara naik tekanan air (tekanan jaringan) naik tekanan yang
cukup besar dari jaringan ke rongga udara bila udara tidak dapat masuk ke
rongga udara untuk menyamakan tekanan jaringan dipaksa masuk ke
rongga udara akan terjadi barotrauma pembengkakan jaringan yang
melapisi rongga udara tersebut dan nyeri yang hebat perdarahan dan
berkurangnya rasa sakit.10
tympani
biasanya
sembuh dalam
4-8 minggu.
Telinga Ruptur rotundum Vertigo,
dalam + ovale nystagmus, tuli
Fistule
perilymph
- Dekompresi berat (tipe II) yang ditandai dengan kram dari perut
turun hingga kaki sampai mengalami kelumpuhan dan kematian.3
- Sekarang
o Persendian awalnya rasa tidak enak dan kaku, rasa nyeri hebat.
trombosit.
d. Tatalaksana
Tindakan pertama
o Oksigenasi untuk pasien tidak sadar
trombosit.9
e. Pencegahan:
- Naik kepermukaan laut secara perlahan-lahan ( 18 meter permenit)
- Berhenti selama 3 menit setiap kenaikan 4,6 meter
- Hindari penyelaman berulang
- Istirahat satu hari setelah 3 – 4 hari
- Hindari minum alkohol baik sebelum dan sesudah melakukan
penyelaman 3
f. Faktor yang mempercepat terjadinya penyakit dekompresi (faktor
predisposisi) :
- Orang gemuk : karena gas Nitrogen lebih mudah larut dalam lemak
- Kelelahan; kurang tidur : Perlu kondisi yang fit untuk melakukan
penyelaman
- Minum alkohol sebelum menyelam : karena alkohol mengakibatkan
penekanan syaraf pusat sehingga akan mengalami ilusi dan halusinasi
- Menyelam berulang : karena nitrogen dalam darah belum semua
dinetralisir, apabila melakukan penyelaman ulang maka nitrogren di
dalam darah akan bertambah.
- Kekurangan cairan tubuh : Karena air laut akan lebih menyerap cairan
tubuh, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi berat
- Luka pasca operasi : Luka bekas operasi belum menutup dengan
sempurna, sehingga dapat menyebabkan masuknya udara melalui
ruang yang terbuka
- Usia (kurang dari 16 tahun dan lebih dari 40 tahun) karena
emosional kurang stabil 2, 3
e. Pencegahan
Pemeriksaan berkala (rontgen tulang panjang)
3.2.4 Intoksikasi CO
a.Definisi: biasanya terjadi pada peselam dengan kompresor konvensional
pengikatan Hb dengan CO 200 x lebih besar daripada O2 hipoksia
jaringan.
b. Gejala klinis
- Hipoksia progresif
- Pengaruh tergantung kadar, kecepatan nafas dan lamanya CO dihirup
sakit kepala, pusing, nafas pendek, mental kacau, muntah, penurunan
kesadaran, meninggal
c. Tatalaksana
- Singkirkan gas tercemar secepatnya
- Masker Oksigen 100%
- Hyperbaric chamber (3 ATA banyak Oksigen terlarut secara fisik)
3.2.5 Hipoksia
a.Definisi : kekurangan oksigen akibat gas pernafasan kurang oksigen,
kerusakan alat, tenggelam (hambatan saluran nafas), kerusakan paru -paru,
sumbatan pembuluh darah akibat gelembung udara atau karena keracunan
CO.
b. Gejala klinis
- Gejala akan terlihat bila kadar oksigen arteri <50 mmHg
- Kelelahan, sakit kepala, penglihatan ganda, peningkatan RR, warna
kebiruan bibir dan jari-jari, kejang/kekakuan rahang, kematian
c. Tatalaksana
- Koreksi penyebab, perhatikan airway, breathing, circulation
- Oksigen 100%
d. Pencegahan
- Jangan tahan nafas yang dalam dan lama
- Dilarang hiperventilasi sebelum penyelaman tahan nafas
- Alat dalam keadaan baik
- Patuhi prosedur
- Gunakan jaket pelampung
pengaruh langsung tekanan pada sel-sel otak atau efek toksik Helium
pada tekanan yang amat tinggi gejala berat (pelaksanaan tugas
terganggu, gangguan ingatan dan kesadaran).
b. Gejala klinis
- Getaran otot (tremor) yang tidak terkendali, kesukaran koordinasi
gerakan
- Tekanan bertambah kekacauan mental, mengantuk, disorientasi,
penurunan kesadaran, kematian.
- Tremor (lebih banyak pada jari-jari tangan dan lengan)
c. Tatalaksana
- Nitrogen
- Hydrogen
d. Pencegahan
Pengaruh HPNS ( High Pressure Neurology Syndrome) akan berkurang
dengan makin terbiasanya penyelaman dalam kedalaman tertentu. 11
a b
c d
c d
e f
Gambar 3.5 a) ikan pari ( sting ray) , b) ular laut ( sea snake), c) ikan kalajengking ( scorpion
fish), d) bulu babi (sea urchin), e) ubur-ubur (jelly fish), f) kerang lonjong (cone shell)
a. Pencegahan :
- Menghindar dari tempat yang terdapat binatang laut berbahaya tersebut
- Menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, sepatu, baju yang
tertutup)2
b. Pertolongan pertama :
- Apabila tersengat ubur – ubur diberikan cuka
- Tertusuk bulu babi diberikan amoniak
2
- Tersengat ular laut diberikan anti bisa ular (ABU)
c. Pertolongan Pada Kondisi Bahaya Lainnya
- Tenggelam : Resusitasi Jantung Paru
- Penyakit dekompresi :
Diberikan analgetik
Diberikan oksigen murni
Rekompresi basah
3.5 Hipotermia
a. Definisi : kehilangan panas tubuh lebih besar dari yang dihasilkan.
b. Gejala klinis
- Gejala lokal
- Dingin pada ujung jari kaki dan tangan
- Kekuatan menggenggam menurun
- Timbul sakit dan baal dari tangan dan kaki
- Gejala sistemik
- Vasokonstriksi pembuluh darah
- Tekanan darah naik, peningkatan cardiac output
- Berlanjut metabolic rate menurun, cardiac output menurun
penurunan kesadaran
c.Tatalaksana
- Ganti pakaian kering
- Selimut dan minum hangat
- Tidak sadar? infus NaCl
d.Pencegahan
- Pakaian pelindung (wet/dry suit)
- Peningkatan jaringan lemak subkutan (makanan bergizi)
- Mengurangi latian dalam air
- Adaptasi
3.6 Nyaris Tenggelam
a. Definisi : situasi yang menyebabkan terhisapnya air masuk ke dalam
paru - paru (aspirasi). Akibatnya menyebabkan ketidaksadaran penyelam
(hipoksia jaringan, asidosis darah, hemokonsentrasi, edema paru).
b. Gejala klinis
- Tergantung beratnya “nyaris tenggelam” tersebut
- Ringan : batuk
- Berat : buih keluar dari tenggorokan, sering tidak nafas, nadi tidak
teraba
c.Tatalaksana
- Secepatnya bawa korban ke permukaan dan lakukan resusitasi
d.Pencegahan
- Peningkatan teknik berenang dan menyelam
- Peningkatan pengetahuan cara resusitasi
- Jaket pelampung
27
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan air, dengan
atau tanpa meenggunakan peralatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Perubahan fisiologis penyelam dikarenakan perbedaan tekanan. Tekanan
atmosfer akan menurun pada ketinggian karena atmosfir diatasnya berkurang,
sehingga udara pun berkurang. Demikian sebaliknya tekanan akan meningkat
bila seorang menyelam di bawah permukaan air.
3. Penyakit akibat penyelaman ada beberapa yaitu:
- Barotrauma ditunjukkan oleh adanya kerusakan berbagai jaringan tubuh.
- Penyakit dekompresi disebabkan oleh meningkatnya gelembung nitrogen
dalam tubuh
- Penyakit akibat gas pada penyelaman salah satunya adalah Narkosis
Nitrogen yaitu kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif dalam
metabolisme.
- Penyakit akibat binatang laut berbahaya. Ada dua golongan binatang laut
berbahaya menurut jenisnya yaitu : 1) hewan laut mengigit: ikan hiu,
ikan baracuda, belut laut, groper. 2) hewan laut berbisa: ikan pari, ular
laut, ikan kalajengking, bulu babi, ubur-ubur, kerang lonjong.
4.2 Saran
- Penyelaman cukup mengandung resiko tinggi, oleh karenanya
diharapkan kepada semua penyelam, mematuhi prosedur penyelaman dan
menaati semua larangan yang telah ditentukan
- Rawatlah alat selam secara teratur sesuai ketentuan
- Pakailah alat selam yang bisa anda pakai
- Kenalilah alat selam anda dengan baik ciri-ciri khasnya
- Usahakan untuk mengikuti pendidikan mengenai penyelaman sampai
tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh penyelam
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Arnold dan dkk .2002. A member of the holder headline group . Great Britain
: Diving Subaquatic Medicine.
2. Susan dan Supondha Erick.2012. Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Karena
Pajanan Hiperbarik dan Penyakit Lain Akibat Penyelaman.
http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2012/09/tatalaksana-
penyakit-akibat-kerja.html. (diakses pada tanggal 06 Oktober 2017)
3. Dinas Kesehatan Angkatan Laut. 2000 . Ilmu Kesehatan Penyelaman dan
Hiperbarik. Jakarta : Erlangga
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit - Kementerian Kesehatan. 2009.
www.depkes.go.id/.../unit-kerja-eselon-2-ditjen-pengendalian-penyakit-dan-
29