Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan di bawah permukaan air,


dengan atau tanpa meenggunakan peralatan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Lingkungan penyelaman memiliki berbagai potensial bahaya baik
fisik maupun biologi. Secara anatomi tubuh manusia terdiri dari 3 unsur
yaitu padat, cair dan berongga. Jaringan tubuh yang padat seperti tulang,
otot, jantung dan hati, relatif tidak meneruskan tekanan, sedangkan yang
 berupa cairan dapat meneruskan tekanan, dan yang berongga seperti
telinga, sinus, lambung, usus, paru juga saluran nafas sangat dipengaruhi
 perubahan tekanan.1, 2
Kondisi di lingkungan penyelaman akan mempengaruhi perubahan
fisiologi pada tubuh manusia sesuai dengan hukum fisika yang berlaku,
yang berisiko menimbulkan penyakit yang berakhir pada kecacatan hingga
kematian apabila penyelaman dilakukan tidak sesuai dengan prosedur
yang benar. Ditemukannya berbagai kasus dan kelainan seperti nyeri
sendi, gangguan pendengaran, kelumpuhan hingga kematian. Pada nelayan
 peselam tradisional di berbagai daerah menunjukkan bahwa kegiatan
 penyelaman dapat menimbulkan berbagai dampak negatif dalam bidang
kesehatan baik yang bersifat sementara ataupun menetap. Oleh karena itu
diperlukan pengetahuan mengenai menyelam bagi nelayan peselam
tradisional.2
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, tahun 2000 di seluruh dunia
ada 400.000 kejadian tenggelam tidak sengaja. Artinya, angka ini
menempati urutan kedua setelah kecelakaan lalu lintas. Bahkan Global
 Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa angka tersebut sebenarnya
lebih kecil dibanding seluruh kematian akibat tenggelam yang disebabkan
oleh banjir, kecelakaan angkutan air dan bencana lainnya. Ditaksir selama

1
2

mengalami vertigo 9,9%. Beberapa penelitian di luar Indonesia


menunjukkan bahwa penyelam paling sering mengalami gangguan
 pendengaran. Sebuah studi pada 429 penyelam professional di Iran
menunjukkan gangguan yang paling sering otitis eksternal 43,6. Dari hasil
 penelitian terhadap 100  Navy diver Pakistan ditemukan 54% mengalami
gangguan pendengaran, antara lain infeksi, barotrauma dan tuli.

Mawle S.E & Jackson C.A telah melakukan sebuah penelitian tentang
trauma telinga pada penyelaman. Sampel terdiri dari 142 penyelaman
termaksud teknisi, penyelam amatir, dan instruktur diperiksa dengan
kuesioner untuk menentukan prevalensi telinga, nyeri (47,9%), ketulian
sementara dengan tinnitus (berdenging) (27,5%) dan vertigo (9,9%).
Prevalensi infeksi telinga tengah terjadi pada lebih dari 1/3 sampel
(37,3%).

Menurut survey dari 251 responden penyelam di 9 propinsi di


Indonesia, teknik menyelam yang digunakan 56,6% peselam tahan nafas,
33,9% peselam kompresor dan 9,6% peselam dengan SCUBA. Keluhan
yang sering didapat 251 responden peselam tersebut antara lain 21,2%
 pusing atau sakit kepala, 12,6% lelah, 12,5% pendengaran berkurang,
nyeri sendi 10,8% pendarahan hidung 10,2%, 9,7% sakit dada atau sesak,
6,4% penglihatan berkurang, 6,0% bercak merah dikulit, 5,6% gigitan
 binatang, 3,2% lumpuh dan 1,7% hilang kesadaran. 3

Penelitian Kartono pada nelayan penyelam di pulau Karimun Jawa


tahun 2007 menyebutkan barotrauma yang paling banyak terjadi adalah
gangguan pendengaran 43,2%, gangguan saluran hidung 16,9% dan
tahun 2000, 10% kematian di seluruh dunia adalah akibat kecelakaan, dan 8% akibat tenggelam tidak dis
 berkembang.3

Sebuah penelitian di Eropa di dapatkan dari 142 penyelam 64%


melaporkan gejala barotrauma, tuli sementara akibat tinitus 27,5% dan
mengalami vertigo 9,9%. Beberapa penelitian di luar Indonesia
menunjukkan bahwa penyelam paling sering mengalami gangguan
 pendengaran. Sebuah studi pada 429 penyelam professional di Iran
menunjukkan gangguan yang paling sering otitis eksternal 43,6. Dari hasil
 penelitian terhadap 100  Navy diver Pakistan ditemukan 54% mengalami
gangguan pendengaran, antara lain infeksi, barotrauma dan tuli.

Mawle S.E & Jackson C.A telah melakukan sebuah penelitian tentang
trauma telinga pada penyelaman. Sampel terdiri dari 142 penyelaman
termaksud teknisi, penyelam amatir, dan instruktur diperiksa dengan
kuesioner untuk menentukan prevalensi telinga, nyeri (47,9%), ketulian
sementara dengan tinnitus (berdenging) (27,5%) dan vertigo (9,9%).
Prevalensi infeksi telinga tengah terjadi pada lebih dari 1/3 sampel
(37,3%).

Menurut survey dari 251 responden penyelam di 9 propinsi di


Indonesia, teknik menyelam yang digunakan 56,6% peselam tahan nafas,
33,9% peselam kompresor dan 9,6% peselam dengan SCUBA. Keluhan
yang sering didapat 251 responden peselam tersebut antara lain 21,2%
 pusing atau sakit kepala, 12,6% lelah, 12,5% pendengaran berkurang,
nyeri sendi 10,8% pendarahan hidung 10,2%, 9,7% sakit dada atau sesak,
6,4% penglihatan berkurang, 6,0% bercak merah dikulit, 5,6% gigitan
 binatang, 3,2% lumpuh dan 1,7% hilang kesadaran. 3

Penelitian Kartono pada nelayan penyelam di pulau Karimun Jawa


tahun 2007 menyebutkan barotrauma yang paling banyak terjadi adalah
gangguan pendengaran 43,2%, gangguan saluran hidung 16,9% dan
3

gangguan paru 14,9%. Data yang dikumpulkan Direktorat Sepim Kesma


Depkes sampai dengan tahun 2008, dari 1.026 penyelam ditemukan
93,9% penyelam pernah menderita gejala awal penyakit penyelaman,
yaitu sebanyak 29,8% menderita nyeri sendi, 39,5% menderita gangguan
 pendengaran dan 10,3% menderita kelumpuhan. 4

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti berkeinginan untuk


membahas masalah kesehatan penyelaman.

1.2 Tujuan
1.2.1 Umum : Untuk mengetahui telaah kesehatan penyelaman
1.2.2 Khusus :
1. Untuk mengetahui perubahan fisiologi selama penyelaman 2.
Untuk mengetahui penyakit yang terjadi akibat penyelaman

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat bagi penulis
Penulis dapat memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat
mengenai kesehatan penyelaman
1.3.2 Manfaat bagi pembaca
Pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai kesehatan
 penyelaman
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi Penyelaman

Bernapas merupakan sesuatu hal yang sangat penting pada kehidupan,


terutama bagi seorang penyelam. Pada saat penyelaman tekanan atmosfer di
 permukaan laut dengan di dalam laut berbeda. Tekanan atmosfer akan menurun
 pada ketinggian karena atmosfir diatasnya berkurang, sehingga udara pun
 berkurang. Demikian sebaliknya tekanan akan meningkat bila seorang menyelam
di bawah permukaan air. Hal tersebut disebabkan perbedaan berat dari atmosfir
dan berat dari air di atas penyelam. Berdasarkan hukum pascal yang menyatakan
 bahwa tekanan terdapat di permukaan cairan akan menyebar ke seluruh arah
secara merata dan tidak berkurang pada setiap tempat di bawah pemukaan laut.
Tekanan akan meningkat sebesar 760 mmHg (1 atmosfir) untuk setiap kedalaman
10 m (33 kaki). Satuan-satuan dari jumlah tekanan adalah atmosfir absolut (ATA),
sedangkan ukuran tekanan (Gauge Pressure) menunjukkan tekanan yang terlihat
 pada alat pengukur dimana terbaca 0 pada tingkat permukaan, karena tekanan
5
tersebut selalu 1 atmosfer lebih rendah daripada tekanan absolut

Tabel 2.1 Ukuran tekanan pada berbagai kedalaman

Kedalaman (Depth) Tekanan Absolut (Gauge Pressure)


Dipermukaan 1 ATA 0 ATG
10 meter 2 ATA 1 ATG
20 meter 3 ATA 2 ATG
30 meter 4 ATA 3 ATG

Seorang penyelam yang menghirup napas penuh di permukaan akan


merasakan paru-parunya semakin lama semakin tertekan oleh air di sekelilingnya
sewaktu penyelam tersebut turun. Sebelum penyelaman, tekanan udara di dalam
 paru-paru seimbang dengan tekanan udara atmosfer, yang rata-rata 760 mmHg
atau 1 atmosfer pada permukaan laut. Namun, pada saat menyelam udara mengalir

4
5

ke dalam paru, tekanan udara di dalam paru harus lebih rendah daripada tekanan
udara atmosfer. Kondisi tersebut diperoleh dengan membesarnya volume paru.
Menurut hukum Boyle tekanan gas di dalam tempat tertutup berbanding terbalik
dengan besarnya volume. Bila ukuran tempat diperbesar, tekanan udara di
dalamnya turun. Bila ukuran diperkecil, tekanan udara di dalamnya naik. Hukum
Boyle berlaku terhadap semua gas-gas di dalam ruangan-ruangan tubuh sewaktu
 penyelam masuk ke dalam air maupun sewaktu naik ke permukaan. 5
Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter
larutan nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10 meter (2
ATA) tekanan parsial dari nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali lipat dan
akhirnya yang terlarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2 liter). Waktu
sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan
dan pada kecepatan suplai gas ke dalam jaringan oleh darah. Hal tersebut sesuai
dengan hukum Henry yang menyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas
yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari
gas tersebut di atas cairan. Pada kondisi di atas permukaan laut gas nitrogen
terdapat dalam udara pernapasan sebesar 79%. Nitrogen tidak mempengaruhi
fungsi tubuh karena sangat kecil yang larut dalam plasma darah, sebab rendahnya
koefisien kelarutan pada tekanan di atas permukaan laut. Tetapi bagi seorang
 penyelam Scuba atau pekerja Caisson (pekerja pembangun saluran di bawah air)
yang berada pada kondisi udara pernapasan di bawah tekanan tinggi, jumlah
nitrogen yang terlarut dalam plasma darah dan cairan interstitial sangat besar. Hal
tersebut mengakibatkan pusing atau mabuk, yang disebut dengan gejala nitrogen
narcosis.6 
Di permukaan laut (1 ATA) dalam tubuh manusia terdapat kira-kira 1 liter
larutan nitrogen. Apabila seorang penyelam turun sampai kedalaman 10 meter (2
ATA) tekanan parsial dari nitrogen yang dihirupnya menjadi 2 kali lipat dan
akhirnya yang terlarut dalam jaringan juga menjadi 2 kali lipat (2 liter). Waktu
sampai terjadinya keseimbangan tergantung pada daya larut gas di dalam jaringan
dan pada kecepatan suplai gas ke dalam jaringan oleh darah. Hal tersebut sesuai
dengan hukum Henry yang menyatakan bahwa pada suhu tertentu jumlah gas
yang terlarut di dalam suatu cairan berbanding lurus dengan tekanan partial dari
gas tersebut di atas cairan. 5  Pada kondisi di atas permukaan laut gas nitrogen
terdapat dalam udara pernapasan sebesar 79%. Nitrogen tidak mempengaruhi
fungsi tubuh karena sangat kecil yang larut dalam plasma darah, sebab rendahnya
koefisien kelarutan pada tekanan di atas permukaan laut. Tetapi bagi seorang
 penyelam Scuba atau pekerja Caisson (pekerja pembangun saluran di bawah air)
yang berada pada kondisi udara pernapasan di bawah tekanan tinggi, jumlah
nitrogen yang terlarut dalam plasma darah dan cairan interstitial sangat besar. Hal
tersebut mengakibatkan pusing atau mabuk, yang disebut dengan gejala nitrogen
narcosis.6

2.2 Cara Melakukan Kegiatan Penyelaman


Cara melakukan kegiatan penyelaman bagi penyelam tradisional ada dua
macam yaitu tahan nafas dan menggunakan kompresor :
1. Tahan nafas

 Definisi: Penyelam yang melakukan kegiatan menyelam tanpa


menggunakan alat.

 Biasanya waktu menyelam tidak lama, hanya beberapa menit.

 Kedalaman menyelam kurang dari 10 meter.


2. Menggunakan kompresor (SSBA = Surface Supply Breathing Apparatus)

 Definisi: Penyelam yang menggunakan suplai udara dari permukaan


laut yang bersumber dari kompresor.

 Biasanya waktu menyelam lebih lama bisa lebih dari 1 jam.

 Kedalaman menyelam lebih dari 10 meter 6

Gambar 2.1 Penyelam tahan nafas dan menggunakan kompresor


2.3 Risiko Yang Sering Timbul Pada Penyelaman Tahan Nafas
Risiko yang bisa terjadi akibat menyelam dengan cara tahan nafas antara lain:
1. Sakit kepala
2. Pecahnya gendang telinga  keluar darah dari telinga  kalau menyelam lagi
bisa mengakibatkan disorientasi (pusing berputar, kehilangan arah 
tenggelam)
3. Pendengaran berkurang
6
4. Mimisan di dalam air.
Apa yang dilakukan bila terasa sakit pada telinga, gigi geligi, dan daerah
sekitar wajah, ataupun timbul mimisan  segera naik ke permukaan, meminta
 pertolongan ke sarana pelayanan kesehatan terdekat.
Pencegahan supaya tidak terjadi penyakit tersebut :
1. Jangan menyelam bila kondisi badan tidak sehat
2. Tidak boleh minum obat sebelum menyelam
3. Pada saat turun menyelam (kepala di bawah) tidak vertikal, namun
membentuk sudut.
4. Ketika turun menyelam melakukan penyesuaian tekanan udara di dalam
rongga telinga tengah dengan tekanan lingkungan di dalam air dengan cara
valsava dengan cara :
a. Menelan ludah
 b. Memencet hidung dan menutup mulut, sambil meniup sampai terasa
udara menekan telinga (sampai merasakan sensasi ‘klek’). Equalisasi
7
dapat dilakukan berulang.

Gambar 2.2 Manuever valsava


2.4 Risiko yang timbul pada penyelaman dengan Kompresor
Risiko yang bisa terjadi apabila menyelam dengan kompresor :
1. Bisa menimbulkan penyakit barotrauma
2. Menghirup udara yang tercemar (CO, CO2, dan zat lainnya) dapat
menimbulkan sakit dada/sesak nafas hingga menyebabkan tidak sadar.
3. Menyebabkan kekurangan oksigen, karena satu kompresor digunakan
 bersama – sama.
4. Akibat naik ke permukaan terlalu cepat (melebihi gelembung udara yang
terkecil), dapat menimbulkan penyakit dekompresi :

2.5 Penyelaman tunggal


Definisi penyelaman tunggal
a. Melakukan penyelaman satu kali dalam masa 12 jam
 b. Melakukan penyelaman berulang dengan interval waktu penyelaman
yang pertama dengan ke dua kurang dari 10 menit.

2.6 Penyelaman berulang


Definisi penyelaman berulang
 Penyelaman yang dilakukan lebih dari 1 kali dalam masa kerja 12 jam
dengan interval waktu penyelaman ke satu ke penyelaman berikutnya
lebih dari 10 menit. 6 7

2.7 Prosedur Yang Baik Saat Turun Menyelam Dengan Menggunakan


Kompresor
Prosedur yang harus dilakukan pada saat turun menyelam dengan
menggunakan kompresor :
1. Melakukan valsava manuever/ equalisasi
2. Turun perlahan (60-70 feet/min atau 18-20 meter/menit)
3. Kedalaman menyelam tidak melebihi 40 meter
4. Lama menyelam :
 Kedalaman 20 meter paling lama waktunya 50 menit

 Kedalaman 30 meter paling lama waktunya 25 menit

 Kedalaman 40 meter paling lama waktunya 10 menit.


5. Turun menyelam membentuk sudut (30 – 45 derajat).8

2.8 Prosedur Yang Baik Saat Naik Ke Permukaan Dengan Menggunakan


Kompresor
Prosedur yang baik saat naik ke permukaan dengan menggunakan kompresor :

  Naik perlahan tidak melebihi gelembung udara terkecil (60 feet/min atau
18 meter/menit)

 Pada penyelaman kedua dan selanjutnya (penyelaman berulang), di


kedalaman 20 feet/ 9 meter dan 10 feet/ 6 meter menjelang permukaan,
melakukan ‘decompresion  stop’   (berhenti untuk menyesuaikan
9
tekanan) selama 2 – 3 menit.

2.9 Cara Penggunaan Kompresor Untuk Mencegah Terjadinya Penyakit


Penyelaman
Cara penggunaan kompresor untuk mencegah terjadinya penyakit
 penyelaman:
1. Disarankan menggunakan filter di ujung selang gas masuk ( inlet) dan gas
 buang (outlet)
2. Selang gas masuk (inlet ) dan gas buang (outlet)  jaraknya jauh
3. Selang outlet ditinggikan dulu posisinya kemudian baru digunakan
menyelam, supaya endapan oli tidak masuk ke dalam selang
4. Disarankan kompresor memakai pelumas nabati (minyak jarak), maupun
68
 pelumas nabati sintetis

Gambar 2.3 Kompresor


2.10 Perlengkapan Yang Sebaiknya Digunakan Pada Saat Menyelam
Perlengkapan yang sebaiknya digunakan pada saat menyelam :

 Memakai pakaian gelap untuk menghindari serangan hewan laut


 berbahaya.

 Memakai sepatu peselam untuk menghindari terlukanya telapak kaki jika


menginjak karang.

 Memakai sarung tangan untuk menghindari terlukanya telapak tangan.

 Memakai kacamata selam.2

Gambar 2.4 Perlengkapan menyelam


11

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penyakit Akibat Penyelaman


3.1.1 Barotrauma
Barotrauma ditunjukkan oleh adanya kerusakan berbagai jaringan
tubuh akibat ketidak seimbangan antara tekanan dalam rongga-rongga
udara di dalam tubuh dengan jaringan atau cairan tubuh disekitarnya.
Barotrauma terhadap telinga merupakan cedera yang paling sering
mengenai penyelam (descent).
Dengan berubahnya kedalaman yang berakibat berubahnya
tekanan, maka volume udara atau gas-gas didalam tubuh juga akan
 berubah. Perubahan volume tersebut terjadi pada penyelaman (volume
kurang) dan pada penyembulan (volume bertambah). Dengan penyelaman
(descent) maka terjadi peristiwa seperti ”memeras”. Istilah “memeras”
digunakan untuk melukiskan pengaruh barotrauma pada penyelam akibat
terjadinya peningkatan tekanan gas dan berkurangnya volume gas yang
 bersangkutan. Pemerasan terjadi pada gas yang terdapat dalam ruang yang
tidak mengempis yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara
gas dalam rongga itu dengan tekanan di sekitarnya. Jaringan yang melapisi
rongga-rongga gas misalnya rongga telinga tengah dapat membengkak dan
 bila terdapat pembuluh darah maka pembuluh darah itu dapat pecah dan
terjadilah perdarahan yang merupakan upaya untuk mengimbangi tekanan
akibat “pemerasan” tersebut. Perdarahan kedalam rongga udara dapat
menyebabkan terjadinya nyeri yang menyertai “pemerasan”.
Barotrauma pada penyembulan terjadi bila pengembangan yang
normal dari gas-gas pada penyembulan tehambat, biasanya terjadi akibat
obstruksi mekanis yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
yang progresif dalam rongga-rongga gas yang tertutup itu bersamaan
dengan belanjutnya penyembulan. Mekanisme : penyelam turun, tekanan

11
12

air naik   selisih antara tekanan jaringan (tekanan air) dengan tekanan
rongga udara naik  tekanan air (tekanan jaringan) naik  tekanan yang
cukup besar dari jaringan ke rongga udara  bila udara tidak dapat masuk ke
rongga udara untuk menyamakan tekanan  jaringan dipaksa masuk ke
rongga udara   akan terjadi barotrauma   pembengkakan jaringan yang
melapisi rongga udara tersebut dan nyeri yang hebat  perdarahan dan
berkurangnya rasa sakit.10

Tabel 3.1 Barotrauma pada Penyelaman (descent)

Lokasi Patologi Gejala PenyembuhanCatatan


Telinga PerdarahankeMakin dalamDekongestan Disfungsi tuba
tengah telinga tengah  nyelam  nyeri+ Antibiotik. eustachii 
membran
makin hebat. tuli Robekan gagal
THT menyeimbangk 
timpani robek  konduktif,
Disrupsi ossicles vertigo, membran
an tekanan
antaratelinga
timpanirobek, tengah dengan
 perdarahan  pharynx.
hidung dan Cedera
mulut tersering
terjadipada
 penyelaman 10 menit pertama. Cek kemampuan menyeimbangk a
Robekan
membran

tympani
 biasanya
sembuh dalam
4-8 minggu.
Telinga Ruptur rotundum Vertigo,
dalam + ovale nystagmus, tuli
Fistule
 perilymph

Canalis Serumen/sumbat  Nyeri telinga, Hilangkan


auditori an telinga  sulit obstruksi
us ruangan berisi membersihkan
eksterna gas telinga
Sinus Perdarahan sinus Hidung berdarah, Dekogestan, Sinus Frontalis
nyeri dan sekret antibiotik,  paling mudah
operasi untuk terkena, terkait
memperbaiki dengan
deformitas  sinusitis,
sumbatan Rhinitis,
sinus Alergi, polip,
ISPA. Bila ada
ISPA dilarang
menyelam.
Dekogestan
topikal
dilarang
digunakan
untuk
 pencengahan.
Tabel 3.2 Barotrauma pada penyembulan (ascent) 8

Lokasi Patologi Gejala Penyembuhan Catatan


Telinga Infeksi saluran Vertigo, nyeri Dekogestan + Disfungsi tuba
nafas atas  telinga, tuli antibiotik eustachii 

 blokade tuba setelah gagal


eustachii pada menyelam menyeimbangka
ascent. n tekanan antara
Kerusakan telinga tengah
membran dengan pharynx.
timpani.
Kerusakan
membran
 pendengaran.

Gigi Gas dalam  Nyeri gigi Analgesia + Adanya


lubang gigi Periksa gigi  barotrauma gigi
mengembang  pada descent
dengan
 perdarahan
kedalam rongga
udara pada gigi.

Faktor – faktor yang dapat mempercepat terjadinya penyakit barotrauma :


a. Sinusitis: pembengkakan jaringan yang menyebabkan penyumbatan
saluran ke hidung.
 b. Gigi berlubang yang ditambal dengan tidak sempurna   akan
menyebabkan bertambahnya tekanan ke dalam rongga gigi yang tidak
tertutup dengan sempurna.
c. Flu dan gangguan pernafasan : dapat menyebabkan terjadinya sumbatan
 pada saluran tuba eustachius.
d. Mengidap penyakit paru : penyakit paru-paru dapat menyebabkan
elastisitasnya berkurang.
e. Polip : adanya pertumbuhan jaringan kecil yang mengakibatkan
tertutupnya saluran sinus, sehingga saluran udara tersumbat.
f. Kotoran telinga yang menyumbat : mengakibatkan adanya udara yang
terperangkap di dalam lubang telinga. 6, 7

3.1.2 Penyakit Dekompresi


a. Definisi: penyakit dengan berbagai tingkat keluhan dan gejala, yang
dapat mengganggu seluruh sistem organ tubuh dengan penyebab yang
sama yaitu terbentuknya gelembung N2  dalam jaringan dan darah.
Berlaku Hukum Henry “Banyaknya gas terlarut dalam cairan sebanding
dengan tekanan gas tersebut diatas cairan”. Lebih banyak terjadi pada
waktu ± 6 jam.
 b. Mekanisme : Dekompresi terlalu cepat N2 tidak dapat dikembalikan ke
darah dari jaringan dengan cepat dan teratur   gelembung dalam
 jaringan.9

Gambar 3.1 Kedalaman dan waktu menyelam dengan resiko dekompresi


c. Gejala klinis
- Dahulu, dibagi menjadi 2 tipe :
- Dekompresi ringan (tipe I) yang ditandai dengan gatal-gatal, nyeri
sendi/otot, pusing/sakit kepala, muntah

Gambar 3.2 Penyakit Dekompresi Tipe I

- Dekompresi berat (tipe II) yang ditandai dengan kram dari perut
turun hingga kaki sampai mengalami kelumpuhan dan kematian.3

Gambar 3.3 Penyakit Dekompresi Tipe II

- Sekarang
o Persendian  awalnya rasa tidak enak dan kaku, rasa nyeri hebat.

o Susunan Saraf Pusat   tergantung daerah yang terkena

(cerebrum, cerebellum, tulang belakang)   hemiplegic, hilangnya


koordinasi, sakit pinggang, penglihatan kabur, dll.
o Gastro Intestinal  mual, nafsu makan menurun, muntah, diare,

kejang usus, BAB berdarah (berat).


o Jantung dan paru sesak nafas, nyeri dada, batuk.

o Kulit gatal-gatal, bercak kebiruan.


o Darah  hiperkoagulasi, hemokonsentrasi, hiperagregasi

trombosit.
d. Tatalaksana
Tindakan pertama
o Oksigenasi untuk pasien tidak sadar

o Rekompresi penyelaman kembali ke kedalaman semula (pasien

sadar) dan chamber (golden period < 6 jam)


o Medikamentosa   infus RL, kortikosteroid, antiagregasi

trombosit.9
e. Pencegahan:
-  Naik kepermukaan laut secara perlahan-lahan ( 18 meter permenit)
- Berhenti selama 3 menit setiap kenaikan 4,6 meter
- Hindari penyelaman berulang
- Istirahat satu hari setelah 3 – 4 hari
- Hindari minum alkohol baik sebelum dan sesudah melakukan
 penyelaman 3
f. Faktor yang mempercepat terjadinya penyakit dekompresi (faktor
 predisposisi) :
- Orang gemuk : karena gas Nitrogen lebih mudah larut dalam lemak
- Kelelahan; kurang tidur : Perlu kondisi yang fit untuk melakukan
 penyelaman
- Minum alkohol sebelum menyelam : karena alkohol mengakibatkan
 penekanan syaraf pusat sehingga akan mengalami ilusi dan halusinasi
- Menyelam berulang : karena nitrogen dalam darah belum semua
dinetralisir, apabila melakukan penyelaman ulang maka nitrogren di
dalam darah akan bertambah.
- Kekurangan cairan tubuh : Karena air laut akan lebih menyerap cairan
tubuh, sehingga dapat menyebabkan dehidrasi berat
- Luka pasca operasi : Luka bekas operasi belum menutup dengan
sempurna, sehingga dapat menyebabkan masuknya udara melalui
ruang yang terbuka
- Usia (kurang dari 16 tahun dan lebih dari 40 tahun)   karena
emosional kurang stabil 2, 3

3.1.3 Dysbaric osteonecrosis


a. Definisi : penyakit dekompresi tipe lambat pada tulang panjang
(extremitas). Bersifat kronik.
 b. Mekanisme : aliran darah ke salah satu bagian sumsum tulang terhalang
oleh gelembung N2  hipoksia dan bisa mati  bila terdapat dibawah
 permukaan sendi (terutama sendi paha, bahu)  arthritis dan terbatasnya
 pergerakan sendi.
c. Gejala klinis

 Dekat permukaan sendi  nyeri dan kekakuan sehingga terjadi

limitasi gerakan, biasanya terjadi pada sendi penopang (paha, lutut,


 bahu).

 Kepala, leher, tangkai tulang asimptomatik, biasanya mengenai

tulang panjang (paha dan lengan atas).


d. Tatalaksana
1. Konservatif  tirah baring, mengurangi aktivitas
2. Operatif  penggantian dengan sendi buatan
 

e. Pencegahan
Pemeriksaan berkala (rontgen tulang panjang)

3.2 Penyakit Penyelaman Akibat Gas


3.2.1  Narkosis Nitrogen
a. Definisi : kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif dalam
metabolisme. Biasanya terjadi pada penyelam yang menggunakan udara
dan kedalaman ≥ 30 m.
 b. Mekanisme : proses belum diketahui pasti
c. Gejala klinis : beratnya gejala dan kedalaman dimana pengaruh mulai
terasa berbeda setiap orang. Berdasarkan pengamatan :
- 10-30 m  gangguan ringan pelaksanaan tugas
- 30-50 m  euphoria
- 50  mengantuk, halusinasi
- 50-70 m   banyak bicara, rasa ngeri (teror), dizziness (pusing), tertawa
tidak terkontrol
- 70 m  kemampuan daya tangkap menurun
- 70-90 m  konsentrasi memburuk, kurangnya pergerakan, hilang
ingatan
- > 90 m halusinasi dan ketidaksadaran sampai meninggal
d. Tatalaksana
- Penurunan ambang tekanan (ascent) naik ke permukaan air
- Menambahkan gas yang kurang berpengaruh narcosis
e. Pencegahan
- Hindari minum alcohol
- Kenali gejala
-  Naik ke beberapa meter sampai gejala hilang
- Hindari menyelam pada kedalaman tersebut

3.2.2 Intoksikasi Oksigen


a. Definisi : akibat kenaikan tekana parsial oksigen dalam darah di
 permukaan laut. Faktor resiko (pekerja hyperbaric chamber, close
sirkuit) tergantung lama menghisap, kepekaan seseirang dan tekanan
 parsial oksigen.
 b. Gejala klinis
- Akut (> 0,2 ATA)
- Efek dari “Paul Bert”   cepat mempengaruhi otak   teori :
hambatan pada enzim yang dibutuhkan untuk reaksi biokimiawi
otak
- Kejang, mual, muntah, pusing, getaran bibir dan otot, halusinasi,
kebingungan
- Kronik (> 0,8 ATA)
- Efek “Lorraine-smith”
- Tenggorokan gatal (seperti influenza)
- Batuk
-  Nafas pendek
- Rasa pedih dibelakang tulang dada
- Rasa sakit bertambah dengan pernafasan
c. Tatalaksana
- Akut
- Lepaskan masker oksigen
-  Naik ke permukaan perlahan
- Kronik
- Pengobatan tidak khas
- Hidrokortison dan bronkodilator
- Penurunan tekanan parsial oksigen
d. Pencegahan
- Akut
- Bernafas dengan udara secara periodic dan mengurangi aktivitas
- Hiperventilasi
- Batas penyelaman maksimal dengan oksigen 100% 10 m, pada
ruang rekompresi 20 m
- Kronik
- Pengukuran fungsi vital paru (vitalograf)

3.2.3 Intoksikasi CO2


a.Definisi : terkumpulnya gas karbondioksida dalam tubuh dalam jumlah
tertentu akibat kerusakan sistem penyerap CO 2, kesalahan bentuk
 peralatan, kekeliruan pemasangan, tight wetsuit, kontaminasi udara pada
SCUBA atau karena kerusakan regulator.
 b. Gejala klinis
- Sakit kepala berdenyut daerah dahi
- Nafas pendek, cepat, dalam
- Muka merah dan berkeringat
- Kepala terasa ringan, tremor/kejang
- Hilangnya kesadaran
- Kematian
c. Tatalaksan
- Disarankan menghentikan aktivitas otot, naik ke permukaan
- Masker oksigen 100%
- Hyperbaric chamber
- Antikonvulsan (bila kejang)
d. Pencegahan
- Monitor kadar CO2
- Hindari kerja fisik yang berat
- Memelihara batas aman (30 m/4 ATA)
- Perhatikan zat kimia penyerap dalam alat selam
11
- Ventilasi memadai dari helm

3.2.4 Intoksikasi CO
a.Definisi: biasanya terjadi pada peselam dengan kompresor konvensional
 pengikatan Hb dengan CO 200 x lebih besar daripada O2 hipoksia
 jaringan.
 b. Gejala klinis
- Hipoksia progresif
- Pengaruh tergantung kadar, kecepatan nafas dan lamanya CO dihirup
 sakit kepala, pusing, nafas pendek, mental kacau, muntah, penurunan
kesadaran, meninggal
c. Tatalaksana
- Singkirkan gas tercemar secepatnya
- Masker Oksigen 100%
- Hyperbaric chamber (3 ATA banyak Oksigen terlarut secara fisik) 

memenuhi kebutuhan jaringan dan cepat menghilangkan ikatan HbCO


 Hb normal yang mengikat Oksigen
d. Pencegahan
- Penggunaan kompresor yang aman.12

3.2.5 Hipoksia
a.Definisi : kekurangan oksigen akibat gas pernafasan kurang oksigen,
kerusakan alat, tenggelam (hambatan saluran nafas), kerusakan paru -paru,
sumbatan pembuluh darah akibat gelembung udara atau karena keracunan
CO.
 b. Gejala klinis
- Gejala akan terlihat bila kadar oksigen arteri <50 mmHg
- Kelelahan, sakit kepala, penglihatan ganda, peningkatan RR, warna
kebiruan bibir dan jari-jari, kejang/kekakuan rahang, kematian
c. Tatalaksana
- Koreksi penyebab, perhatikan airway, breathing, circulation
- Oksigen 100%
d. Pencegahan
- Jangan tahan nafas yang dalam dan lama
- Dilarang hiperventilasi sebelum penyelaman tahan nafas
- Alat dalam keadaan baik
- Patuhi prosedur
- Gunakan jaket pelampung

3.3 Sindroma Neurologi akibat Tekanan Tinggi


a. Definisi: kumpulan gejala kompleks yang terjadi pada kedalaman >130
m dan penyelam bernafas campuran Helium-oksigen >300 1m 

 pengaruh langsung tekanan pada sel-sel otak atau efek toksik Helium
 pada tekanan yang amat tinggi   gejala berat (pelaksanaan tugas
terganggu, gangguan ingatan dan kesadaran).
 b. Gejala klinis
- Getaran otot (tremor) yang tidak terkendali, kesukaran koordinasi
gerakan
- Tekanan bertambah   kekacauan mental, mengantuk, disorientasi,
 penurunan kesadaran, kematian.
- Tremor (lebih banyak pada jari-jari tangan dan lengan)
c. Tatalaksana
-  Nitrogen
- Hydrogen
d. Pencegahan
Pengaruh HPNS ( High Pressure Neurology Syndrome) akan berkurang
dengan makin terbiasanya penyelaman dalam kedalaman tertentu. 11

3.4 Penyakit Penyelaman Akibat Lingkungan Air


Ada beberapa jenis binatang laut berbahaya yang dapat menimbulkan
kesakitan bahkan kematian bagi penyelam. Ada dua golongan binatang laut
 berbahaya menurut jenisnya yaitu :
1. Hewan laut menggigit
Binatang laut yang sangat berbahaya karena gigitannya

a b

c d

Gambar 3.4 a) ikan hiu, b) ikan baracuda, c) belut laut, d) groper

2. Hewan laut berbisa/menyengat

Binatang laut berbahaya karena sengatannya


a b

c d

e f

Gambar 3.5 a) ikan pari ( sting ray)  , b) ular laut ( sea snake), c) ikan kalajengking (  scorpion
  fish), d) bulu babi   (sea urchin), e) ubur-ubur   (jelly fish), f) kerang lonjong (cone shell)

a. Pencegahan :
- Menghindar dari tempat yang terdapat binatang laut berbahaya tersebut
- Menggunakan alat pelindung diri (sarung tangan, sepatu, baju yang
tertutup)2
 b. Pertolongan pertama :
- Apabila tersengat ubur – ubur diberikan cuka
- Tertusuk bulu babi diberikan amoniak
2
- Tersengat ular laut diberikan anti bisa ular (ABU)
c. Pertolongan Pada Kondisi Bahaya Lainnya
- Tenggelam : Resusitasi Jantung Paru
- Penyakit dekompresi :

 Banyak minum (rehidrasi)

 Diberikan analgetik
 Diberikan oksigen murni

 Rekompresi basah

 Untuk hasil maksimal, golden period (periode waktu terbaik)


 penanganan dengan menggunakan chamber < 6 jam
Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat (Puskesmas,
2, 3
Rumah Sakit, Fasilitas kesehatan)

3.5 Hipotermia
a. Definisi : kehilangan panas tubuh lebih besar dari yang dihasilkan.
 b. Gejala klinis
- Gejala lokal
- Dingin pada ujung jari kaki dan tangan
- Kekuatan menggenggam menurun
- Timbul sakit dan baal dari tangan dan kaki
- Gejala sistemik
- Vasokonstriksi pembuluh darah
- Tekanan darah naik, peningkatan cardiac output
- Berlanjut  metabolic rate menurun, cardiac output menurun 
 penurunan kesadaran
c.Tatalaksana
- Ganti pakaian kering
- Selimut dan minum hangat
- Tidak sadar?  infus NaCl
d.Pencegahan
- Pakaian pelindung (wet/dry suit)
- Peningkatan jaringan lemak subkutan (makanan bergizi)
- Mengurangi latian dalam air
- Adaptasi
3.6 Nyaris Tenggelam
a. Definisi : situasi yang menyebabkan terhisapnya air masuk ke dalam
 paru - paru (aspirasi). Akibatnya menyebabkan ketidaksadaran penyelam
(hipoksia jaringan, asidosis darah, hemokonsentrasi, edema paru).
 b. Gejala klinis
- Tergantung beratnya “nyaris tenggelam” tersebut
- Ringan : batuk
- Berat : buih keluar dari tenggorokan, sering tidak nafas, nadi tidak
teraba
c.Tatalaksana
- Secepatnya bawa korban ke permukaan dan lakukan resusitasi
d.Pencegahan
- Peningkatan teknik berenang dan menyelam
- Peningkatan pengetahuan cara resusitasi
- Jaket pelampung
27

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan air, dengan
atau tanpa meenggunakan peralatan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2. Perubahan fisiologis penyelam dikarenakan perbedaan tekanan. Tekanan
atmosfer akan menurun pada ketinggian karena atmosfir diatasnya berkurang,
sehingga udara pun berkurang. Demikian sebaliknya tekanan akan meningkat
 bila seorang menyelam di bawah permukaan air.
3. Penyakit akibat penyelaman ada beberapa yaitu:
- Barotrauma ditunjukkan oleh adanya kerusakan berbagai jaringan tubuh.
- Penyakit dekompresi disebabkan oleh meningkatnya gelembung nitrogen
dalam tubuh
- Penyakit akibat gas pada penyelaman salah satunya adalah Narkosis
 Nitrogen yaitu kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif dalam
metabolisme.
- Penyakit akibat binatang laut berbahaya. Ada dua golongan binatang laut
 berbahaya menurut jenisnya yaitu : 1) hewan laut mengigit: ikan hiu,
ikan baracuda, belut laut, groper. 2) hewan laut berbisa: ikan pari, ular
laut, ikan kalajengking, bulu babi, ubur-ubur, kerang lonjong.

4.2 Saran
- Penyelaman cukup mengandung resiko tinggi, oleh karenanya
diharapkan kepada semua penyelam, mematuhi prosedur penyelaman dan
menaati semua larangan yang telah ditentukan
- Rawatlah alat selam secara teratur sesuai ketentuan
- Pakailah alat selam yang bisa anda pakai
- Kenalilah alat selam anda dengan baik ciri-ciri khasnya
- Usahakan untuk mengikuti pendidikan mengenai penyelaman sampai
tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh penyelam

27
28

- Menyelam hendaknya dalam kondisi fisik dan mental yang baik,


menyelamlah jika badan dan rohani anda sehat
- Dalam satu unit penyelaman, usahakan seorang penyelam harus
menggunakan depth gauge, jam selam, kompas, serta tabel dekompresi
dan log book.
- Sediakan selalu kotak P3K yang lengkap untuk kecelakaan penyelaman
29

DAFTAR PUSTAKA

1. Arnold dan dkk .2002.  A member of the holder headline group . Great Britain
: Diving Subaquatic Medicine.
2. Susan dan Supondha Erick.2012.  Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja Karena
 Pajanan Hiperbarik dan Penyakit Lain Akibat Penyelaman.
http://hyperbaricmedicineconsultant.blogspot.com/2012/09/tatalaksana-
 penyakit-akibat-kerja.html.  (diakses pada tanggal 06 Oktober 2017)
3. Dinas Kesehatan Angkatan Laut. 2000 .  Ilmu Kesehatan Penyelaman dan
 Hiperbarik.  Jakarta : Erlangga
4. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit - Kementerian Kesehatan. 2009.
www.depkes.go.id/.../unit-kerja-eselon-2-ditjen-pengendalian-penyakit-dan-

 penyehat. (diakses pada tanggal 06 Oktober 2017)


5. Anonim. 2008. Menyelam. www.coremap.or.id/downloads/ menyelam_
1158562081.pdf (diakses pada tanggal 06 Oktober 2017)
6. Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
7. Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke system. Edisi 8. Jakarta:
EGC
8. Larn Richard dan WhistlerRex.1993. Commercial Diving Manual.  USA :
Best Publishing Company.
9. JJ .Kellet, Medical Consideration In Aquatiq Sport, dalam
Bloomfield,J,Fricker P A.,Fitch,K,D: Textbook Of Science and Medicine
Sport 2002.
10. Anonim, 2010, Bahaya Tekanan tinggi di bawah permukaan air, [2017
Oktober 6] tersedia pada
 file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND...N.../BAHAN_AJAR_23.pdf.
11. Marhaeni, 2012, Penyakit Akibat Penyelaman, [2017 Oktober 6] tersedia
 pada https://www.scribd.com/document/177123541/Penyakit-Akibat-
Penyelaman-marhaeni-09-119.

29

Anda mungkin juga menyukai