Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BAROTRAUMA

Di Susun Oleh :

Nama :

Nim :

Tingkat :

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN MALUKU

PRODI KEPERAWATAN MASOHI

TA. 2016/2017

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, yang karena atas limpahan rahmat
dan anugerah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Tak
lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah Matra Laut yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis,
terutama terkait penulisan makalah ini.
Adapun makalah ini penulis rangkum dari sumber yang dapat dipercaya yang
penyajiannya penulis sajikan dalam lembar Daftar Pustaka. Penulis menyadari
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik
sangat penulis harapkan guna penyempurnaannya di masa mendatang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
kemampuan kita dalam bidang Ilmu Fisika sebagaimana yang kita semua harapkan.

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BA I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
E. Diagnosis
F. Tatalaksana
G. Pencegahan
H. Komplikasi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi akibat


perbedaan antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis
dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya. Barotrauma paling sering terjadi pada
penerbangan dan penyelaman dengan scuba,
Tubuh manusia mengandung gas dan udara dalam jumlah yang signifikan.
Beberapa diantaranya larut dalam cairan tubuh. Udara sebagai gas bebas juga terdapat
di dalam saluran pencernaan, telinga tengah, dan rongga sinus, yang volumenya akan
bertambah dengan bertambahnya ketinggian.
Ekspansi gas yang terperangkap di dalam sinus bisa menyebabkan sakit kepala,
ekspansi gas yang terperangkap dalam telinga tengah bisa menyebabkan nyeri telinga,
dan perasaan kembung atau penuh pada perut jika ekspansi terjadi pada gas di saluran
pencernaan. Ekspansi gas yang terperangkap dalam usus halus bisa menyebabkan nyeri
yang cukup hebat hingga terkadang bisa menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada
ketinggian 8000 kaki gas-gas yang terperangkap dalam rongga tubuh volumenya
bertambah 20% dari volume saat di darat. Semakin cepat kecepatan pendakian maka
semakin besar risiko mengalami ketidaknyamanan atau nyeri.

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Aerotitis atau barotrauma merupakan suatu gangguan telinga yang terjadi
akibat perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu tubuh bergerak
ke atau dari lingkungan tekanan yang lebih tinggi sehingga menyebabkan tuba gagal
untuk membuka.1,2Apabila perubahan tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang
normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadinya tekanan
negatif di rongga tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa
dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan ditelinga
tengah dan rongga mastoid tercampur darah.

B. Etiologi
Aerotitis paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini tertutama karena
rumitnya fungsi tuba eustachius. Tuba eustachius secara normal selalu tertutup namun
dapat terbuka pada gerakan menelan,mengunyah, menguap, dan dengan manuver
Valsava. Dengan meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga dalam telinga
tengah dan dalam tuba eustachius menjadi tertekan. Peningkatan tekanan ini
menyebabkan pembuluh darah kecil pada mukosa telinga akan berdilatasi dan pecah
dan menyebkan hemotimpanum dan kadang dapat menyebabkan ruptur membran
timpani. Aerotitis terjadi akibat perbedaan tekanan barometrik, baik saat menyelam atau
saat terbang.

C. Patofisiologi
Pilek, rinitis alergika serta berbagai reaksi individual, semuanya merupakan
predisposisi terhadap disfungsi tuba eustachius. Aerotitis dengan ruptur timpani dapat
terjadi setelah menyelam atau melakukan perjalanan dengan pesawat terbang.1
Saluran telinga luar, teling tengah, telinga dalam dapat dianggap sebagai
kompartmen tersendiri, ketiganya dipisahkan satu dengan yang lain oleh membran
timpani dan membran tingkap bundar dan tinggkap oval.1,2

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/
Gambar 1. Perjalanan Penyakit Aerotitis3

Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan hanya satu penghubung
ke dunia luar, yaitu melalui tuba eustachius. Tuba ini biasanya selalu tertutup dan hanya
akan membuka pada waktu menelan, menguap, dan valsava manuver. Valsava manuver
dilakukan dengan menutup mulut dan hidung, lalu meniup dengan kuat. Dengan
demikian tekanan di dalam pharynx akan meningkat sehingga muara dapat terbuka.
Ujung tuba di bagian telinga tengah akan selalu terbuka, karena terdiri dari massa yang
keras/ tulang. Sebaliknya ujung tuba dibagian pharynx akan selalu tertutup karena
terdiri dari jaringan lunak, yaitu mukosa pharynx yang sewaktu-waktu akan terbuka
disaat menelan. Perbedaaan anatomi antara kedua ujung tuba ini mengakibatkan udara
lebih mudah mengalir keluar daripada masuk ke dalam cavum timpani. Hal inilah yang
menyebabkan kejadian aerotitis lebih banyak alami pada saat menurun dari pada saat
naik tergantung pada besarnya perbedaan tekanan, maka dapat terjadi hanya rasa sakit
(karena teregangnya membran timpani) atau sampai pecahnya membran timpani.

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/
D. Manifestasi Klinis
Keluhan pasien dapat berupa kurang pendengaran, rasa nyeri dalam telinga,
auofoni, perasaan ada air dalam telinga dan kadang-kadang tinitus dan vertigo.
Gejala klinis barotrauma telinga:
1. Gejala descent barotrauma:
- Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar
- Kadang ada bercak darah di hidung dan nasofaring
- Rasa tersumbat dalam telinga / tuli konduktif
2. Gejala ascent barotrauma :
- Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga
- Vertigo
- Tinnitus / tuli ringan
- Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi

Berdasarkan manifestasi klinisnya, kerusakan membran timpani akibat


aerotitis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Grade 0 : bergejala tanpa tanda kelainan
Grade 1 : injeksi membran timpani
Grade 2 : injeksi, perdarahan ringan pada membran timpani
Grade 3 : perdarahan berat membran timpani
Grade 4 : peradangan telinga tengah (membran timpani menonjol dan agak kebiruan
Grade 5 : perdarahan meatus eksternus + ruptur membrane timpani.

Gambar 7. Aerotitis pada telinga.

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/
E. Diagnosis
Anamnesis yang teliti sanagat membantu penegakan diagnosis. Jika dari
anamnesis ada riwayat nyeri telinga atau pusing, yang terjadi setelah penerbangan atau
penyelaman, adanya barotrauma harus dicurigai. Diagnosis dapat dikonfirmasi melalui
pemeriksaan telinga, dan juga tes pendengaran dan keseimbangan.
Diagnosa dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga nampak sedikit
menonjol keluar atau mengalami retraksi. Pada kondisi yang berat bias terdapat darah
dibelakang gendang telinga, kadang-kadang gendang telinga mengalami perforasi.
Dapat disertai gangguan pendengaran konduktif ringan.
Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli sensorineural
adalah gejala-gejala kerusakan telinga dalam. Barotrauma telinga tengah tidak jarang
menyebabkan kerusakan telinga dalam. Kerusakan telinga dalam merupakan masalah
yang serius dan mungkin memerlukan pembedahan untuk mencegah kehilangan
pendengaran yang menetap. Semua orang yang mengeluh kehilangan pendengaran
dengan barotrauma harus menjalani uji pendengaran dengan rangkaian penala untuk
memastikan bahwa pendengaran bersifat konduktif dan bukannya sensoneural.
F. Tatalaksana
Untuk mengurangi rasa nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama
yang perlu dilakukan adalah berusaha membuka tuba eustachius dan mengurangi
tekanan dengan mengunyah permen karet atau menguap, atau menghirup udara,
kemudian menghembuskan secara perlahan lahan sambil menutup lubang hidung
dengan tangan dan menutup mulut.
Selama pasien tidak menderita infeksi traktus respiratorius atas, membran
nasalis dapat mengkerut dengan semprotan nosinefrin dan dapat diusahakan menginflasi
tuba eustachius dengan preparat politzer, khususnya dilakukan pada anak- anak berusia
3-4 tahun. Kemudian diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keduanya
selama 1-2 minggu atau sampai gejala hilang, antibiotik tidak diindikasikan kecuali bila
terjadi perforasi didalam air yang kotor. Preparat politzer terdiri dari tindakan menelan
air dengan bibit tertutup sementara ditiupkan udara kedalam salah satu nares dengan
kantong politzer atau apparatus senturi, nares yang ditutup. Kemudian anak dikejutkan
dengan meletusnya balon ditelinganya, bila tuba eustachius berhasil inflasi, sejumlah

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/
cairan akan terevakuasi dari telinga tengah dan sering terdapat gelembung-gelembung
udara pada cairan.

G. Pencegahan
Usaha preventif terhadap barotruma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah
permen karet atau melakukan perasat valsava, terutama sewaktu pesawat terbang mulai
turun untuk mendarat. Khusus pada bayi disarankan agar menunda penerbangan bila
disertai pilek. Bila memungkinkan maka bayi sesaat sebelum mendarat harus tetap
disusui atau harus tetap menghisap air botol, agar tuba eustachius tetap terbuka.
Nasal dekongestan atau anti histamin bisa digunakan sebelum terpapar
perubahan tekanan yang besar. Usahakan untuk menghindari perubahan tekanan yang
besar selama mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas atau serangan alergi.

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari aerotitis, antara lain tulikonduksi,
rupturatauperforasi membrane timpani, dan infeksitelingaakut.2

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi akibat


perbedaan antara tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis
dalam tubuh dengan tekanan di sekitarnya. Barotrauma paling sering terjadi pada
penerbangan dan penyelaman dengan scuba,
Tubuh manusia mengandung gas dan udara dalam jumlah yang signifikan.
Beberapa diantaranya larut dalam cairan tubuh. Udara sebagai gas bebas juga terdapat
di dalam saluran pencernaan, telinga tengah, dan rongga sinus, yang volumenya akan
bertambah dengan bertambahnya ketinggian.

Berikut adalah beberapa tips untuk mengurangi risiko terjadinya barotrauma:


 Jangan melakukan penerbangan jika menderita batuk pilek atau gangguan pada
saluran pernafasan atas
 Hindari mengkonsumsi makanan yang menghasilkan gas
 Hindar makan terlalu cepat atau makan terlalu banyak karena kemungkinan
menelan udara lebih banyak
 Jangan melakukan penerbangan dalam 24 jam setelah pengobatan atau
penambalan gigi
 Hindari minum dalam jumlah banyak minuman bersoda atau bergas.

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/
DAFTAR PUSTAKA

http://kampus-kedokteran.blogspot.co.id/2011/10/barotrauma.html

Guyton dan Hall, 2007, Buku Ajar Fisologi Kedokteran edisi 11. ECG, Jakarta

Kaplan J, 2003, Barotrauma. Medscape (serial online) available from :


http://emedicine.medscape.com/article/768618-overview

Budianto, A. Dkk, 1997, Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Forensik Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai