Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Barotrauma adalah kerusakan jaringan yang terjadi akibat perbedaan antara tekanan
udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara fisiologis dalam tubuh dengan tekanan di
sekitarnya.(1) Barotrauma paling sering terjadi pada penerbangan dan penyelaman. Tubuh
manusia mengandung gas dan udara dalam jumlah yang signifikan. Beberapa diantaranya
larut dalam cairan tubuh. Udara sebagai gas bebas juga terdapat di dalam saluran pencernaan,
telinga tengah, dan rongga sinus, yang volumenya akan bertambah dengan bertambahnya
ketinggian.
Ekspansi gas yang terperangkap di dalam sinus bisa menyebabkan sakit kepala,
ekspansi gas yang terperangkap dalam telinga tengah bisa menyebabkan nyeri telinga(2), dan
perasaan kembung atau penuh pada perut jika ekspansi gas terjadi di saluran pencernaan.
Ekspansi gas yang terperangkap dalam usus halus bisa menyebabkan nyeri yang cukup hebat
hingga terkadang bisa menyebabkan tidak sadarkan diri. Pada ketinggian 8000 kaki gas-gas
yang terperangkap dalam rongga tubuh volumenya bertambah 20% dari volume saat di darat.
Semakin cepat kecepatan pendakian maka semakin besar risiko mengalami ketidaknyamanan
atau nyeri.

1
BAB II
KONSEP TEORI
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Telinga Tengah

Anatomi

Telinga tengah berbentuk kubus yang terdiri dari :

 Membran timpani yaitu membran fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik
terhadap sumbu liang telinga. Membran timpani dibagi atas 2 bagian yaitu bagian atas
disebut pars flasida (membrane sharpnell) dimana lapisan luar merupakan lanjutan
epitel kulit liang telinga sedangkan lapisan dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, dan
pars tensa merupakan bagian yang tegang dan memiliki satu lapis lagi ditengah, yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin.
 Tulang pendengaran yang terdiri dari maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran
ini dalam telinga tengah saling berhubungan.
 Tuba eustachius, yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring.
Sepertiga bagian lateral tuba yang berhubungan dengan telinga tengah berupa tulang,
sedangkan dua pertiga media adalah fibrokartilaginosa.(1)

2
Fisiologi
Telinga tengah berperan penting dalam proses pendengaran. Suara bermula dari
gelombang tekanan udara, yang akan menggetarkan gendang telinga. Getaran ini akan
disampaikan ke dalam telinga dalam oleh tiga tulang pendengaran, stapes bergerak ke dalam
dan keluar dari telinga dalam seperti piston.(4)
Udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara luar tubuh. Tuba
Eustachius berfungsi untuk ventilasi, drainase secret, dan proteksi agar menghalangi
masuknya secret dari nasofaring ke telinga tengah. Dengan adanya fungsi ventilasi
memungkinkan keseimbangan tekanan atmosfer pada kedua sisi membrane timpani. Tuba
akan membuka melalui kerja otot jika terdapat perbedaan tekanan sebesar 20 sampai 40
mmHg.
Tuba Eustachius menghubungkan ruang telinga tengah dengan belakang faring.
Dalam keadaan biasa, hubungan saluran eustachius dan telinga tengah tertutup dan terbuka
melalui kontraksi aktif m. tensor veli palatine pada saat mengunyah atau menguap.(1)
Menjelaskan mengapa penumpang pesawat terbang merasa tuli sementara saat pesawat lepas
landas. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan udara sekitar. Pada saat tersebut,
tekanan udara disekitar telah turun sementara tekanan udara di telinga tengah masih dengan
tekanan udara saat masih di darat. Perbedaan ini dapat diatasi dengan gerakan menelan
sesuatu atau menguap.
B. BAROTRAUMA

Barotrauma Telinga Tengah


a. Definisi
Barotitis Media (Aerotitis, Barotrauma) adalah gangguan telinga yang terjadi akibat
perubahan tekanan udara tiba-tiba di luar telinga tengah sehingga menyebabkan tuba gagal
untuk membuka. Jika tekanan udara di dalam saluran telinga dan tekanan udara di dalam
telinga tengah tidak sama, maka bisa terjadi kerusakan pada membrane timpani. Dalam
keadaan normal, tuba eustachius (yang merupakan penghubung antara telinga tengah dan
nasofaring) membantu menjaga agar tekanan di kedua tempat tersebut tetap sama dengan cara
membiarkan udara dari luar masuk ke telinga tengah atau sebaliknya.
Perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah. Hal itu mengakibatkan tuba
eustachius gagal membuka, terutama pada penyelaman kompresi udara (scuba) atau
penyelaman dengan menahan napas. Kondisi tersebut sering terjadi pada kedalaman 10

3
sampai 20 kaki. Gejalanya, telinga terasa nyeri dan penuh serta kemampuan pendengaran
berkurang.
b. Etiologi
Barotrauma pada telinga tengah terjadi ketika tuba eustachius tidak dapat membuka
untuk menyeimbangkan tekanan meskipun telah dilakukan manuver Valsava. Seorang
penyelam akan mulai mengalami nyeri telinga (otalgia) saat terjadi perbedaan tekanan antara
ruang telinga tengah dengan tekanan di dalam saluran telinga sebesar 60 mmHg. Ketika
perbedaan tekanan antara ruang telinga bagian tengah dan nasofaring mencapai 90 mmHg,
tuba eustachius tidak dapat membuka dan manuver Valsava tidak akan berhasil. Penyelam
harus naik untuk menyamakan tekanan telinga tengah dengan tekanan normal.
Mekanisme barotrauma telinga tengah pada penyelam scuba yaitu, saat penyelam berada
di atas permukaan laut, tekanan pada saluran telinga luar atau telinga eksternal (A) dan
telinga tengah (B) adalah sama sebesar 760 mmHg. Ketika penyelam turun menyelam lebih
dalam, tekanan di telinga luar akan meningkat sedangkan tekanan di telinga tengah akan tetap
sama. Jika penyelam tidak menyamakan tekanan telinga tengah dengan melakukan manuver
Valsava, gradien tekanan di seluruh membran timpani dapat naik mencapai 90 mmHg pada
kedalaman 3,9 ft. Membran timpani dapat pecah ketika gradien tekanan melebihi 100 mm
HG. Perubahan yang terjadi pada membran timpani dapat dilihat dengan menggunakan
otoskop. Edema telinga tengah maupun efusi telinga tengah baik darah atau cairan serosa
juga dapat terjadi.

Gambar 1. Mekanisme barotrauma telinga tengah

4
c. Patofisiologi
Trauma akibat perubahan tekanan, secara umum dijelaskan melalui Hukum Boyle.
Hukum boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanan atau
P1xV1 = P2xV2. Hukum Boyle yang mengatakan bahwa volume gas berbanding terbalik
dengan tekanannya, maka pada saat tekanan di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi
perbedaan tekanan antara di rongga tubuh dengan di luar, sehingga terjadi
penekanan/penghisapan terhadap mukosa dinding rongga dengan segala akibatnya.
Berdasarkan Hukum Boyle diatas dapat dijelaskan bahwa suatu penurunan atau
peningkatan pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan)
suatu volume gas dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka
struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat terjadi
bilamana ruang-ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang
tertutup dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal.
Seperti yang dijelaskan di atas, maka tekanan yang meningkat di telinga tengah perlu
diatasi untuk menyeimbangkan tekanan, sedangkan tekanan yang menurun biasanya dapat
diseimbangkan secara pasif. Dengan menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga
tengah akan mengembang dan secara pasif akan keluar melalui tuba eustachius. Dengan
meningkatnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah dan dalam tuba eustachius
menjadi tertekan. Hal ini cenderung menyebabkan penciutan tuba eustachius.
Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi
terlalu besar (sekitar 90 sampai 100cmHg), maka bagian kartilaginosa dari tuba eustachius
akan semakin menciut. Jika tidak ditambahkan udara melalui tuba eustachius untuk
memulihkan volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan
didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan. Terjadi rangkaian kerusakan
yang dapat dipekirakan dengan berlanjutnya keaadan vakum relatif dalam rongga telinga
tengah.
Mula-mula membrana timpani tertarik kedalam. Retraksi menyebabkan pecahnya
pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak gambaran infeksi dan bula hemoragik pada
gendang telinga tengah juga mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi dan pecah,
menimbulkan hemotimpanum. Kadang-kadang tekanan yang tinggi diluar dapat
menyebabkan ruptur membrana timpani.
Barotrauma pada telinga tengah dapat terjadi saat menyelam ataupun saat terbang.
Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di bawah air setara dengan perubahan

5
tekanan pada ketinggian 18.000 kaki pertama diatas bumi. Dengan demikian, perubahan
tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada saat menyelam dibandingkan dengan saat
terbang. Hal ini dapat menjelaskan relatif tingginya insidens barotrauma pada telinga tengah
pada saat menyelam.

Barotrauma telinga tengah dapat terjadi pada penyelam kompresi udara (SCUBA/Self
Contained Underwater Breathing Apparatus) atau penyelaman dengan menahan napas.
Seringkali terjadi pada kedalaman 10 sampai 20 kaki. Sekalipun insidens reltif lebih tinggi
pada saat menyelam, masih lebih banyak orang yang bepergian dengan pesawat dibandingkan
orang menyelam. Pesawat komersial telah diberi tekanan udara namun hanya sampai 8.000
kaki. Maka berotrauma masih mungkin terjadi, namun insidensnya tidak setinggi yang
diakibatkan menyelam.

Pada saat pesawat mulai naik, akan terjadi perubahan tekanan udara yang tiba-tiba,
dimana akan timbul tekanan positif pada rongga telinga tengah dan negatif pada bagian luar
membran timpani. Hal ini akan menimbulkan penonjolan keluar dari membrane timpani
(bulging), sedangkan saat pesawat akan mendarat akan terjadi keadaan yang sebaliknya akan
timbul tekanan negatif pada liang telinga tengah dengan tekanan positif pada bagian luar
telinga akibatnya terjadi retraksi-penarikan ke arah dalam. Di sinilah sangat dibutuhkan
fungsi normal tuba eusthacius untuk dapat mengalirkan udara yang terperangkap di telinga
tengah keluar melalui nasofaring.

Barotrauma telinga luar, tengah dan dalam. Barotrauma telinga ini bisa terjadi secara
bersamaan dan juga dapat berdiri sendiri.
Barotrauma telinga luar berhubungan dengan dunia luar, maka pada waktu menyelam,
air akan masuk ke dalam meatus akustikus eksternus. Bila meatus akustikus eksternus
tertutup, maka terdapat udara yang terjebak. Pada waktu tekanan bertambah, mengecilnya
volume udara tidak mungkin dikompensasi dengan kolapsnya rongga (kanalis akustikus
eksternus), hal ini berakibat terjadinya decongesti, perdarahan dan tertariknya membrana
timpani ke lateral. Peristiwa ini mulai terjadi bila terdapat perbedaan tekanan air dan tekanan
udara dalam rongga kanalis akustikus eksternus sebesar ± 150 mmHg atau lebih, yaitu
sedalam 1,5 – 2 meter.(6)
Barotrauma telinga tengah akibat adanya penyempitan, inflamasi atau udema pada
mukosa tuba mempengaruhi kepatenannya dan merupakan penyulit untuk menyeimbangkan
tekanan telinga tengah terhadap tekanan lingkungan yang terjadi pada saat ascent maupun

6
descent, baik penyelaman maupun penerbangan. Terjadinya barotrauma tergantung pada
kecepatan penurunan atau kecepatan peningkatan tekanan lingkungan yang jauh berbeda
dengan kecepatan peningkatan tekanan telinga tengah.
Barotrauma telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari barotrauma telinga tengah
pada waktu menyelam, disebabkan karena malakukan maneuver valsava yang dipaksakan.
Bila terjadi perubahan dalam kavum timpani akibat barotrauma maka daerah kavum timpani
akan mengalami edema dan akan menekan stapes yang terletak pada foramen ovale dan
membran pada foramen rotunda, yang mengakibatkan peningkatan tekanan di telinga dalam
yang akan merangsang labirin vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada pemeriksaan
“Stepping Test”. Dapat disimpulkan , gangguan pada telinga tengah dapat berpengaruh pada
labirin vestibuler dan menampakkan ketidakseimbangan laten pada tonus otot melalui refleks
vestibulospinal.
d. Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan barotrauma pada telinga meliputi faktor individu,
faktor lingkungan, dan karakteristik pekerjaan.
 Faktor Individu
o Umur
Berdasarkan hasil penelitian Navisah, diketahui bahwa barotrauma lebih
banyak terjadi pada responden dengan usia lebih ≥ 35 tahun. Pada dasarnya
tidak ada batasan umur yang tegas dalam kesehatan penyelaman asalkan
memenuhi persyaratan kesehatan fisik dan kemampuan penyelaman. Hal ini
diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Avongsa, pada usia diatas 35
tahun fungsi organ-organ tubuh akan mulai menurun sehingga kemampuan
seseorang untuk dapat melakukan teknik penyelaman dan teknik ekualisasi
mulai berkurang.
o Masa kerja
Masa kerja dapat memengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Pengaruh
positif akan dirasakan oleh seseorang apabila dengan semakin lamanya masa
kerja maka semakin bertambah pengalaman seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya dalam hal ini menyelam. Sebaliknya, masa kerja akan
memberikan dampak negatif apabila dengan semakin lamanya masa kerja
maka akan timbul kebiasaan buruk pada tenaga kerja.(1)

7
 Faktor Lingkungan
o Kedalaman menyelam
Menurut USN Navy Diving, kedalaman menyelam maksimum yang
diperbolehkan untuk jenis penyelaman SCUBA adalah 47 meter dengan waktu
menyelam tidak lebih dari 10 menit. Peselam pemula dibatasi untuk tidak
melebihi kedalaman 18 meter / 60 feet. Kedalaman menyelam berbeda
tergantung dengan tujuan penyelaman.(1)
Setiap penurunan kedalaman penyelaman 10 meter, risiko penyelam
mengalami gangguan pendengaran sebesar 0,55 kali. Semakin bertambah
kedalaman menyelam maka tekanan udara yang diterima semakin besar.
Peningkatan tekanan lingkungan menyebabkan rongga udara dalam telinga
tengah dan dalam tuba eustachius menjadi tertekan. Hal ini cenderung
menyebabkan penciutan pada tuba eustachius sehingga gagal untuk membuka.
Jika tuba eustachius tersumbat, maka tekanan udara di dalam telinga tengah
berbeda dengan tekanan udara diluar gendang telinga, hal ini dapat
menyebabkan barotrauma.(1)
 Karakteristik Pekerjaan
o Lama menyelam
Lama menyelam setiap individu berbeda tergantung pada kemampuan
penyelamannya di dalam air. Semakin lama seseorang menyelam artinya
semakin sering individu tersebut untuk menyamakan tekanan, maka semakin
besar pula kemungkinan gagal dalam menyamakan tekanan tersebut. Sehingga
setiap kegiatan penyelaman harus terdapat rencana penyelaman terutama
terkait dengan durasi atau lama penyelaman. Berdasarkan penelitian Navisah,
sebanyak 90% barotrauma telinga terjadi pada penyelam dengan lama
menyelam >2-4 jam.(1)
o Frekuensi menyelam
Semakin sering frekuensi penyelam yang dilakukan akan semakin berbahaya
bagi kesehatan para penyelam. Semakin sering menerima tekanan maka
semakin banyak usaha yang diperlukan untuk menyamakan tekanan
(ekualisasi) dalam rongga telinga dengan tekanan air disekitarnya. Namun
frekuensi menyelam yang lebih banyak apabila diiringi dengan teknik
ekualisasi yang benar, maka akan lebih kecil kemungkinan terjadi trauma

8
tekanan yang berulang pada membran timpani. Keberhasilan dalam
melakukan ekualisasi dapat mencegah terjadinya barotrauma telinga.(2)
o Waktu istirahat
Istirahat di permukaan perlu dilakukan agar udara tidak terjebak dalam jangka
waktu yang lama dan membran timpani tidak mengalami kompresi secara
terus menerus. Menurut PADI, seharusnya pada penyelaman yang dilakukan
berulang-ulang, waktu istirahat di permukaan setidaknya selama 10 menit.
Istirahat beberapa waktu di antara penyelaman juga bermanfaat agar nitrogen
yang terserap bisa keluar dari tubuh.
e. Gejala-gejala klinik barotrauma telinga
1.Gejala descent (menyelam) barotrauma:
-Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar.
-Kadang ada bercak darah dihidung atau nasofaring.
-Rasa tersumbat dalam telinga/tuli konduktif.

2.Gejala ascent (penerbangan) barotrauma:


-Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga.
-Vertigo.
-Tinnitus/tuli ringan.
-Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi.
Grading klinis kerusakan membrane timpani akibat barotrauma
-Grade 0 : gejala tanpa tanda-tanda klinis
-Grade 1 : injeksi membrane timpani.
-Grade 2 : injeksi, perdarahan ringan pada membrane
timpani.
-Grade 3 : perdarahan berat membrane timpani.
-Grade 4 : perdarahan pada membrane timpani
menonjol dan agak kebiruan.

-Grade5 : perdarahan pada meatus eksternus + rupture


membrane timpani.
f. Diagnosis
Anamnesis yang teliti sangat membantu penegakan diagnosis. Jika dari anamnesis ada
riwayat nyeri telinga atau pusing, yang terjadi setelah penerbangan atau suatu penyelaman,

9
adanya barotruma seharusnya dicurigai. Diagnosis dapat dikomfirmasi melalui pemeriksaan
telinga, dan juga tes pendengaran dan keseimbangan.(6)
Diagnosis dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga tampak sedikit menonjol
keluar atau mengalami retraksi. Pada kondisi yang berat, bisa terdapat darah di belakang
gendang telinga. Kadang-kadang membran timpani akan mengalami perforasi. Dapat disertai
gangguan perdengaran konduktif ringan.(1)
Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli sensorineural adalah
gejala-gejala kerusakan telinga dalam. Barotrauma telinga tengah tidak jarang menimbulkan
kerusakan telinga dalam. Kerusakan telinga dalam Merupakan masalah yang serius dan
mungkin memerlukan pembedaham untuk mencegah kehilangan pendengaran yang menetap.
Semua orang yang mengeluh kehilangan pendengaran dengan barotrauma harus menjalani uji
pendengaran dengan rangkaian penala untuk memastikan bahwa gangguan pendengaran
bersifat konduktif dan bukannya sesorineural.(1)
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita barotrauma adalah pemeriksaan lab berupa:
 Analisa Gas Darah
Untuk mengevaluasi gradien alveolus-arteri untuk mengetahui terjadinya emboli gas.
 Darah Lengkap
Pasien yang memiliki hematokrit lebih dari 48% memiliki sekuele neurologis yang persisten
selama 1 bulan setelah perlukaan.
 Kadar Serum Creatin Phosphokinase
Peningkatan kadar serum kreatin fosfokinase menandakan peningkatan kerusakan jaringan
karena mikroemboli.
h. Penatalaksanaan
Untuk mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama-tama yang
perlu dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan mengurangi tekanan
dengan mengunyah permen karet, menguap, atau melakukan perasat valsava selama tidak ada
infeksi saluran nafas atas.
Kemudian diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keduanya selama 1-2
minggu atau sampai gejala hilang, antibiotic tidak diindikasikan kecuali bila terjadi perforasi
di dalam air yang kotor.

10
i. Komplikasi
Ruptur atau perforasi gendang telinga, infeksi telinga akut, kehilangan pendengaran
yang menetap, tinnitus yang menetap, dan vertigo.
j. Pencegahan
Menghindari terbang adalah rekomendasi yang bijaksana dalam kasus infeksi saluran
pernafasan atas dan infeksi telinga. Jika perjalanan dianggap tidak dapat dihindari maka
langkah-langkah untuk membuka tuba Eustachio dapat dilakukan secara teratur seperti
menguap, menelan, mengunyah dan melakukan manuver Valsava pada penerbangan dan
khususnya saat turun. Terdapat penelitian sebelumnya yang mengevaluasi tentang efektivitas
dekongestan oral dan topikal, belum ada uji coba terkontrol secara acak yang kuat. Hanya
pseudoefedrin oral untuk pencegahan otic barotrauma pada orang dewasa. (6,7,8)
Untuk para penyelam juga dihimbau untuk mempelajari tehnik menyelam secara benar
sebelum melakukan penyelaman untuk mengurangi resiko barotrauma.
k. Prognosis
Kadang barotraumas dapat menyebabkan kerusakan telinga tengah bahkan sampai ke
telinga dalam. Kerusakan telinga dalam merupakan masalah serius dan membutuhkan
pembedahan untuk mencegah kehilangan pendengaran menetap. Setiap pasien dengan
barotraumas harus menjalani uji pendengaran untuk memastikan bahwa gangguan
pendengaran bersifat konduktif dan bukan sensorineural. Sering juga dikeluhkan adanya
vertigo yang menyertai keluhan pada brotrauma telinga tengah.

11
LAPORAN ANALISIS KASUS
TN. L DENGAN BAROTRAUMA TELINGA TENGAH
1. Identitas Klien
Nama : Tn. L Pekerjaan : Nelayan
Umur : 49 Tahun No. RM :-
Alamat : Pakarena Tgl. Masuk :-
Jenis Kelamin :L Tgl Pegkajian : 08 Maret 2019
2. Tindakan Pra Hospital
CPR NPT
Oksigen Suction
Infus Beban Tekan
NGT Bidai
ETT Penjahitan
OPT Obat-obatan
3. Triage
a. Keluhan utama :
Nyeri telingah bagian tengah
b. Riwayat keluhan utama :
Tn.L mengatakan nyeri telinga dirasakan sejak kurang lebih 2 tahun yang lalu,
saat itu Tn L melakukan kegiatan sehari-harinya sebagai seorang nelayan, selain
nelayan Tn.L juga sering menyelam sebagai penyelam tradisional, terkadang
nyeri hebat dirasakan pada saat udara dingin. Nyeri yang dirasakan saat ini akibat
adanya penumpukan serumen dan infeksi pada telinga bagian tengah, rasanya
seperti terpukul dan nyeri menyebar sampai ke bagian kepala seluruhnya dengan
skala nyeri 3. Nyeri saat ini yang dirasakan hilang timbul dengan waktu kurang
lebih 3-5 menit. Pada bagian bawah telinga bagian luar tampak bengkak. Tn. L
mengaku sudah terbiasa dengan keadaan ini. Tn.L juga sering merasa demam dan
mengaku tidak mengetahui penyebabnya. Pasien sering bertanya tentang penyakit
yang dideritanya. Pasien tidak menjalani pemeriksaan yang tepat. Apabila
sakitnya kambuh pasien hanya menutup telinga.
c. TTV :
- Tekanan darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 84x/m

12
- Suhu : 36 C
- Pernapasan : 20x/m
- Berat badan : 52kg
4. Pengkajian Primer
Airway : tidak ada ganguan jalan nafas, dan tidak ada suara tambahan
Breathing : tidak ada kesulitan bernapas, bentuk dada simetris, bunyi napas
vesikuler kiri dan kanan, dan sonor,tidak ada nyeri tekan. Frekuensi
pernapasan 20x/m.
Circulation : Nadi 84x/m, CRT<2 detik
Disentigrity : Kesadaran Compos Mentis, reaksi pupil normal, reaksi motorik
normal (kaki tangan bergerak), GCS : 15
Exposure : tidak terdapat kelainan atau masalah dibagian belakang.
5. Pengkajian Sekunder
 Kepala : rambut, hitam lurus,bersih dan tidak ada nyeri tekan,wajah
simetris kiri dan kanan
 Mata : rekasi pupil normal, gerakan bola mata normal, pengangkatan
dan penutupan kelopak mata normal tidak ada nyeri tekan, simetris kiri dan
kanan, dan tidak ada nyeri tekan.
 Hidung : simetris kiri kanan, tidak ada inflamasi, dan tidak ada nyeri
tekan
 Mulut : tidak masalah mulut, gigi terlihat lengkap
 Telinga : aurikula bersih, nyeri saat di palpasi, terasa penuh, berisi
serumen dan bengkak pada bagian membrane tympani
 Leher : tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada nyeri tekan.
 Punggung : tidak ada masalah
 Ekstermitas : Kekuatan otot 5 5
5 5
ROM Aktif Aktif
Aktif Aktif
 Dada : Bentuk dada AP lateral 1:2, Ekapansi dada simetri, Tidak ada
retraksi dada

13
 Abdomen : Simetris 4 kuadran, tidak ada keluhan system gastrointestinal
dalam 1 bulan terakhir.
6. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang
7. Terapi Medikasi
Saat ini belum ada terapi medikasi karena pasien belum mengontrol atau melakukan
pengobatan ke Puskemas terdekat.
8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan di angkat melalui sumber Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia (SDKI).
1. Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi

Data fokus

1. Nyeri akut akut berhubungan dengan inflamasi


DS :
- Nyeri telinga bagian tengah
- Nyeri seperti terpukul
- Nyeri dirasakan menyebar sampai ke bagian kepala seluruhnya
- Skala nyeri 3
- Nyeri dirasakan hilang timbul 3-5 menit

DO:

- Nyeri tekan daerah sekitar telinga bagian bawah skala 3


- Ekspresi wajah meringis
- Ada bengkak pada membrane tympani
- Ada serumen

Intervensi

1. Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas, intensitas dan factor presipitasinya.
2. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal
3. Ajarkan teknik nonfarmakologi

14
4. Lakukan kompres hangat
5. Dukung istirahat/tidur yang cukup untuk membantu penurunan nyeri
6. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan
berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

Implementasi
1. Melakukan pengkajian nyeri yang komperhensif
Hasil;
Nyeri daerah telinga bagian tengah seperti terpukul dengan skala 3 dirasakan hilang
timbul 3-5 menit
2. Mengobservasi iyarat ketidaknyamanan non verbal
Hasil:
Ekspresi wajah pasien meringis
3 Mengajarkan teknik nonfarmakologi
Hasil:
Pasien dapat melakukan cara menguap atau menelan sekuat-kuatnya untuk nyeri dan
telinga yang penuh
4 Melakukan kompres hangat
Hasil:
Nyeri berkurang sakala 1 rasanya seperti nyut-nyut
5 Mendukung istirahat/tidur yang cukup untuk membantu penurunan nyeri
Hasil :
Pasien beristirahat saat nyeri muncul agar tidak menimbulkan nyeri yang lebih berat
6. Memberikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri,seberapa lama akan
berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
Hasil :
Pasien memahami tentang penyebab nyeri karena ada infeksi dan apabila nyeri
semakin berat maka harus kontrol ke dokter atau puskesmas
Evaluasi SOAP
S:
- Nyeri telinga bagian tengah berkurang
- Nyeri skala 1 rasanya seperti nyut-nyut

15
- Nyeri hanya sekitar telinga
- Nyeri hilang timbul 1-2 menit
O:
- Nyeri tekan skala 2
- Ekspresi wajah meringis bila timbul nyeri
- Bengkak pada membrane timpani masih ada

A : Nyeri akut teratasi

P : Intervensi 1-6 dipertahankan

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi


DS:
- Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya

DO:

- Pasien tidak menjalani pemeriksaan yang tepat


- Bila penyakitnya kambuh pasien pasien menutup telinga dengan kain

INTERVENSI

1. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat


2. Berikan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat
3. Yang mungkin diperlukan untuk mencegah komlpikasi di masa yang akan datang
4. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

IMPLEMENTASI

1. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat


Hasil :

16
Ada pembengkakan pada daerah telinga bagian tengah disebabkan karena sering
melakukan penyelaman
2. Memberikan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat
Hasil:
Pasien mengerti tentang sakitnya disebabkan karena penyelaman yang tidak tepat
3. Memungkinkan yang diperlukan untuk mencegah komlpikasi di masa yang akan
datang
Hasil:
Pasien tidak lagi melakukan penyelaman
4. Menginstruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat
Hasil:
Pasien akan menjalani perawatan/pemeriksaan pada puskesmas terdekat bila muncul
nyeri yang tertahankan lagi

EVALUASI

S:

- Pasien tidak bertanya lagi tentang kondisi sakitnya

O:

- Pasien belum melakukan pemeriksaan yang tepat


- Pasien masih menutup telinga bila nyeri muncul

A: Defisit Pengetahuan teratasi

P: Intervensi (4) dipertahankan

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Emergency pro. 2014. Basic Trauma Life Support. Jakarta


2. Muttaqin arif. 2014. Pengkajian Keperawatan Aplikasi dan Praktek Klinik.
Jakrta;Salemba Medika
3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. PPNI;
Jakarta
4. Barotitis Media. 2012; http://sehat-enak.blogspot.com/2010/01/barotitis-media-aerotitis-
barotrauma.html. (diakses 08 Maret 2019)
5. Anatomy of Inner Ear. 2010; http://galileo.phys.virginia.edu/classes/304/pix.htm (diakses
08 Maret 2019)
6. Ear Barotrauma. 2012; http://www.medtogo.com/ear-lung-barotrauma.html (diakses 08
Maret 2019) Middle-Ear-Barotrauma. 2010;
http://www.scuba.net.hk/medicine/volume001.htm (diakses 06 Maret 2019)
7. Barosinusitis. 2012;
http://mdc.undip.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=81&Itemid=98
(diakses 05 Maret 2019)
8. Caisson disease of bone. Gregg PJ, Walder N. 2010.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/3757375 (diakses 05 Maret 2019)
9. Decompression Sickness. 2011. http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/Caisson's+disease (diakses 04 Maret 2019)
10. Thalmann, Edward D (March/April 2004). "Decompression Illness: What Is It and What
Is The Treatment?". Divers Alert Network. (diakses 08 Maret 2019)
11. O'Dowd, Liza C; Kelley, Mark A (October 2000). "Air embolism".Chinese Medical
Biotechnology Information Network. Peking University. (diakses 06 Maret 2019)
12. Navisah, S., Isa Ma’rufi, Anita D. Faktor Risiko Barotrauma Telinga pada Nelayan
Penyelam di Dusun Watu Ulo Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember:
Jurnal IKESMA Volume 12. 2016;98-110.

18

Anda mungkin juga menyukai