Anda di halaman 1dari 16

Apa Yang Dimaksud Dengan Barotrauma Telinga?

Barotrauma Telinga adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan ketidaknyamanan atau
kerusakan pada telinga akibat perbedaan tekanan antara telinga tengah dengan lingkungan
sekitar. Hal ini biasa terjadi ketika ada perubahan ketinggian. Tekanan udara di dalam telinga

tyeannggahmbeinagshaunbyuansgakmaan dtelnignagna dteeknagnaannbuadgairaan


dbielluaakrantugbtuehn.gAgopraobkilaant)utbearhEaulasntagcih,hihiia(lsiunaitudappiapta
menyebabkan tekanan udara di telinga berbeda dengan tekanan udara di luar gendang telinga.
Ada 3 tipe Barotrauma Telinga, tergantung pada bagian telinga mana hal ini terjadi: luar, tengah,
dan dalam. Barotrauma Telinga yang paling umum terjadi adalah barotrauma telinga tengah.
Barotrauma telinga luar terjadi ketika ada benda yang memerangkap udara di telinga luar, yang
menyebabkan baik peningkatan tekanan yang berlebihan atau kekosongan di dalam rongga udara
yang terperangkap. Barotrauma telinga tengah terjadi ketika seorang penyelam tidak dapat
menyeimbangkan tekanan udara di telinga tengah dengan tekanan air di sekitarnya. Barotrauma
telinga dalam terjadi karena ketidakmampuan untuk menyeimbangkan tekanan di dalam telinga.
Apabila kondisinya parah, mungkin akan ada perdarahan di belakang gendang telinga.

Tanda dan gejala Barotrauma Telinga yang mungkin timbul:

• Muntah-muntah

• #endarahan dari telinga

• #endengaran samar

• $asa sakit pada telinga

• Sensasi tekanan telinga di dalam air

• Gejala-gejala klinik barotrauma telinga:(11)


• 1. Gejala descent barotrauma:
• - Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar.
• - *adang ada bercak darah dihidung atau naso+aring.
• - $asa tersumbat dalam telinga/tuli kondukti+.
• 2. Gejala ascent barotrauma:
• - $asa tertekan atau nyeri dalam telinga.
• - Vertigo.
• - Tinnitus/tuli ringan.

- Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi.
• Grading klinis kerusakan membrane timpani akibat barotrauma adalah(11,13)
• - Grade 0 : bergejala tanpa tanda-tanda kelainan.
• - Grade 1 : injeksi membrane timpani.
• - Grade 2 : injeksi, perdarahan ringan pada membrane timpani.
• - Grade 3 : perdarahan berat membrane timpani.
• - Grade 0 : perdarahan pada telinga tengah (membrane timpani menonjol dan agak
kebiruan.
• - Grade1 : perdarahan pada meatus eksternus 2 rupture membrane timpani.

• Anamnesis yang teliti sangat membantu penegakan diagnosis. Jika dari anamnesis ada
ri4ayat nyeri telinga atau pusing, yang terjadi setelah penerbangan atau suatu
penyelaman, adanya barotruma seharusnya dicurigai. 5iagnosis dapat dikom+irmasi
melalui pemeriksaan telinga, dan juga tes pendengaran dan keseimbangan.(0)
• 5iagnosis dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga tampak sedikit menonjol keluar
atau mengalami retraksi. #ada kondisi yang berat, bisa terdapat darah di belakang
gendang telinga. *adang-kadang membran timpani akan mengalami per+orasi. 5apat
disertai gangguan perdengaran kondukti+ ringan.(1,6,7)
• #erlu ditekankan bah4a tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli sensorineural adalah
gejala-gejala kerusakan telinga dalam. Barotrauma telinga tengah tidak jarang
menimbulkan kerusakan telinga dalam. *erusakan telinga dalam Merupakan masalah
yang serius dan mungkin memerlukan pembedaham untuk mencegah kehilangan
pendengaran yang menetap. Semua orang yang mengeluh kehilangan pendengaran
dengan barotrauma harus menjalani uji pendengaran dengan rangkaian penala untuk
memastikan bah4a gangguan pendengaran bersi+at kondukti+ dan bukannya sesorineural.
(1,10)

• PENCEGAHAN
• 8saha preventi+ terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah
permen karet atau melakukan perasat valsalva, terutama se4aktu pesa4at terbang mulai
turun
untuk mendarat. *husus pada bayi disarankan agar menunda penerbangan bila disertai
pilek. Bila memungkinkan maka bayi, sesaat sebelum mendarat harus tetap disusui atau
menghisap air botol, agar tuba eustakius tetap terbuka.(9,10)
• Nasal dekongestan atau antihistamin bisa digunakan sebelum terpapar perubahan tekanan
yang besar. 8sahakan untuk menghidari perubahan tekanan yang besar selama
mengalami in+eksi saluran pernapasan bagian atas atau serangan alergi.(6,7)

• PENATALAKSANAAN
• 8ntuk mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama-tama yang
perlu dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan mengurangi
tekanan dengan mengunyah permen karet, atau menguap, atau menghirup udara,
kemudian

menghembuskan secara perlahan-lahan sambil menutup lubang hidung dengan tangan


dan menutup mulut. (2)
• Selama pasien tidak menderita in+eksi traktus respiratorius atas, membrane nasalis
dapat mengkerut dengan semprotan nosine+rin dan dapat diusahakan mengin+lasi tuba
eustakius dengan perasat #olitzer, khususnya dilakukan pada anak-anak berusia 3-
0 tahun.
*emudian diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keduanya selama 1-2
minggu atau sampai gejala hilang, antibiotic tidak diindikasikan kecuali bila terjadi
per+orasi di dalam air yang kotor. #erasat #olitzer terdiri dari tindakan menelan air
dengan bibir tertutup sementara ditiupkan udara ke dalam salah satu nares dengan
kantong #olitzer atau apparatus senturi; nares yang lain ditutup. *emudian anak
dikejutkan dengan meletuskan balon ditelinganya, bila tuba eustakius berhasil diin+lasi,
sejumlah cairan akan terevakuasi dari telinga tengah dan sering terdapat gelembung-
gelembung udara pada cairan. (2,1)
• 8ntuk barotrauma telinga dalam, penanganannya dengan pera4atan di rumah sakit dan
istirahat dengan elevasi kepala 30-000. *erusakan telinga dalam merupakan masalah
yang serius yang memungkinkan adanya pembedahan untuk mencegah kehilangan
pendengaran yang menetap. Suatu insisi dibuat didalam gendang telinga untu
menyamakan tekanan dan untuk mengeluarkan caioran (myringitomy) dan bila perlu
memasang pipa ventilasi. <alaupan demikian pembedahan biasanya jarang dilakukan.
*adang-kadang, suatu pipa ditempatkan di dalam gendang telinga, jika seringkali
perubahan tekanan tidak dapat d
• ihindari, atau jika seseorang rentan terhap barotrauma. (0,1,6,9)

PENCEGAHAN
Meskipun benar bah4a dalam rencana darurat biasanya tertulis mulai dari kejadian,
memperhatikan +aktor-+aktor yang menyebabkan keadaan darurat menyelam dapat
menghindari mereka sama sekali. The best dive emergency is the one that never happens.

Kebugaran fisik = >atihan untuk kebugaran cardiopulmonary, kekuatan, +leksibilitas dan daya
tahan otot sepadan dengan gaya Anda menyelam dan tuntutan lingkungan menyelam.

Kebugaran medis = #ertimbangkan kedua masalah medis yang kronis dan masalah kesehatan
jangka pendek. *emacetan meningkatkan risiko telinga atau sinus barotrauma, dan penyelam
bepergian sering berurusan dengan masalah gastrointestinal yang dapat mempengaruhi kesehatan
umum dan stamina. Jujurlah dengan diri sendiri sebelum menyelam, jika Anda merasa kurang
dari 100 persen sehat, mungkin lebih baik untuk menunda menyelam.

Pelatihan dan pendidikan = Jangan pernah berhenti mengembangkan kemampuan menyelam


Anda. Melanjutkan pendidikan membantu memperbaiki keterampilan dasar dan memperluas
pengetahuan umum menyelam, keduanya meningkatkan kemampuan Anda untuk mencegah
atau menanggapi keadaan darurat. 5apatkan pelatihan untuk jenis menyelam yang Anda
minati,
apakah buoyancy, terumbu karang, penyelaman di bangkai kapal, penyelaman dengan gas
campuran atau menyelam gua, dan berlatih keterampilan seperti daya apung dan navigasi.

Peralatan menyelam tepat dan terpelihara dengan baik = #enyelam harus memahami
kemampuan dan keterbatasan peralatan mereka sendiri dan teman mereka. Ini berarti memiliki
peralatan, Anda harus memeriksa dan mendapatkan pelatihan yang tepat dalam penggunaan
dan
pemeliharaan.

Kebiasaan menyelam yang aman dan konservatif = >uangkan 4aktu untuk memeriksa dan
mengevaluasi kebiasaan dan gaya menyelam. Bekerja untuk mengembangkan budaya
keselamatan untuk diri sendiri dan kelompok Anda.

Pengetahuan tentang bahaya lokal = Membiasakan diri dengan potensi bahaya yang unik ke
situs menyelam tertentu. #ertimbangkan kehidupan laut berbahaya, arus dan potensi untuk
perubahan yang cepat terhadap kondisi cuaca atau laut.

KEWASPADAAN
Meskipun upaya terbaik kami untuk mencegah bahaya, keadaan darurat masih terjadi. Semakin
baik Anda bersiap untuk berurusan dengan mereka, semakin baik hasilnya akan. *esiap-siagaan
adalah tentang memiliki potongan yang tepat di tempat ketika terjadi bencana.

Pengetahuan tentang sumber daya lokal = Mengembangkan da+tar tertulis dari +asilitas dan
sumber daya darurat di daerah tersebut, termasuk rumah sakit dan klinik, pencarian dan
penyelamatan-penyedia dan transportasi atau jasa evakuasi. Memperbaharui da+tar tersebut
secara berkala, memveri+ikasi keakuratan in+ormasi, dan masukkan nomor yang paling
penting dalam ponsel Anda. Ingat bah4a penyelam terluka harus selalu diba4a ke +asilitas
medis terdekat, tidak harus ruang hiperbarik terdekat. $uang hiperbarik (Hyperbaric @hamber)
tidak selalu siap untuk menerima penyelam terluka secara langsung, evaluasi pertama harus
dilakukan oleh dokter.

Pelatihan pertolongan pertama = 5apatkan pelatihan yang mendukung kehidupan dasar sehari
= hari dan pemberian oksigen, dan tahu apa pelatihan dan keterampilan yang dimiliki oleh
sesama penyelam. 5AN dan EF$ mena4arkan Basic >i+e Support dan #ertolongan #ertama
(First Aid) dan #ertolongan #ertama pemberian oksigen untuk cedera Scuba 5iving.

Peralatan darurat = Memiliki sebuah kit pertolongan pertama yang lengkap dan oksigen yang
cukup untuk bertahan setidaknya satu penyelam terluka untuk perjalanan ke rumah sakit.
Memeriksa isi kit pertolongan pertama Anda secara berkala untuk memastikan tidak ada yang
hilang, rusak atau kadaluarsa. #eriksa selang, O-ring dan tekanan silinder oksigen Anda.
Berbagi informasi = Beritahu teman Anda mengenai alergi atau kondisi medis yang Anda
memiliki serta asuransi apa yang Anda miliki, apakah Anda seorang Anggota 5AN dan hal lain
yang mungkin penting dalam hal Anda tidak dapat berpartisipasi dalam pera4atan Anda . Jika
Anda tidak nyaman berbagi in+ormasi pribadi, menuliskannya, segel dalam amplop, dan
biarkan teman Anda tahu apa dan di mana itu. Juga, pastikan seseorang di pantai tahu di mana
Anda berada dan kapan harus mengharapkan Anda kembali.

Kesiapan mental = Jadilah penyelam bertanggung ja4ab. *etahuilah bah4a bahkan ketika kita
melakukan segalanya dengan benar, hal-hal buruk bisa terjadi. Jangan lengah.

Barotrauma #ada dasarnya manusia merupakan suatu makhluk daratan, yang sudah
menyesuaikan diri dengan kehidupan di daratan. Maka situasi kehidupan diudara (suatu
penerbangan) tentu merupakan hal yang asing/aneh, sehingga akan mengakibatkan stress bagi
yang bersangkutan. 5isamping itu suatu penerbangan mengakibatkan terjadinya perubahan-
perubahan keadaan di sekitar tubuh antara lain perubahan tekanan udara yang dapat
mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia.(1)

5alam suatu terjadinya


mengakibatkan penerbangan seseorang
perubahan akan
tekanan udaramengalami
disekitarnya.perubahan ketinggian
Tekanan udara yang
tersebut akan
menurun pada
saat naik/ascend, dan akan meninggi bila descend.(1,2,3)
Barotrauma dapat menyebabkan berbagai mani+estasi mulai dari nyeri telinga, sakit kepala
sampai nyeri persendian, paralisis, koma dan kematian. Tiga mani+estasi yang paling sering
dari barotrauma termasuk kerusakan pada sinus paranasalis, paru-paru, telinga tengah,
penyakit dekompresi, luka akibat ledakan (bom) dan terbentuknya emboli udara dalam arteri.
Barotrauma juga bisa diinduksi oleh pemasangan ventilator mekanik.(2,3) Barotrauma dapat
berpengaruh pada beberapa area tubuh yang berbeda, termasuk telinga, muka (sinus
paranasalis), dan paru- paru. (0)

DEFENISI
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sekuelenya yang terjadi akibat perbedaan antara
tekanan udara (tekan barometrik) di dalam rongga udara +isiologis dalam tubuh dengan
tekanan di sekitarnya. Barotrauma paling sering terjadi pada penerbangan dan penyelaman
dengan scuba. (0,1)

INSIDEN
Barotrauma dapat terjadi misalkan pada telinga tengah dapat terjadi saat menyelam ataupun
saat terbang. #erubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki pertama di ba4ah air setara dengan
perubahan tekanan pada ketinggian 1C.000 kaki pertama di atas bumi. 5engan demikian,
perubahan tekanan lingkungan terjadi lebih cepat pada saat menyelam dibandingkan dengan
saat terbang. Hal ini dapat menjelaskan relative tingginya insiden barotrauma pada telinga
tengah saat menyelam. Barotrauma telinga tengah dapat terjadi pada penyelaman kompresi
udara yaitu
dengan menggunakan SCUBA (self contained Underwater Breathing Apparatus) atau
penyelaman dengan menahan napas. Seringkali terjadi pada kedalaman 10-20 kaki. Sekalipun
insidens relative lebih tinggi pada saat menyelam, masih lebih banyak orang yang bepergian
dengan pesawat dibandingkan orang menyelam. Pesawat komersial telah diberi tekanan udara
namun hanya sampai 8000 kaki. Maka barotrauma masih mungkin terjadi, namun insidensnya
tidak setinggi yang diakibatkan menyelam. Hal ini disebabkan karena pada saat menyelam,
untuk
mengatasi tekanan yang meningkat, harus dilakukan usaha untuk menyeimbangkan tekanan
misalnya melalui Manuver valsalva, sedangkan pada saat naik pesawat komersial, tekanan yang
menurun biasanya dapat diseimbangkan secara pasif. (5)

ETIOLOGI
Barotrauma paling sering terjadi pada perubahan tekanan yang besar seperti pada
penerbangan, penyelaman misalkan pada penyakit dekompresi yang dapat menyebabkan
kelainan pada telinga, paru-paru, sinus paranasalis serta emboli udara pada arteri yang dimana
diakibatkan oleh perubahan tekanan yang secara tiba-tiba, misalkan pada telinga tengah
sewaktu dipesawat yang menyebabkan tuba eustakius gagal untuk membuka. Tuba eustakius
adalah penghubung antara telinga tengah dan bagian belakang dari hidung dan bagian atas
tenggorokan. Untuk memelihara
tekanan yang sama pada kedua sisi dari gendang telinga yang intak, diperlukan fungsi tuba yang
normal. Jika tuba eustakius tersumbat, tekanan udara di dalam telinga tengah berbeda dari
tekanan di luar gendang telinga, menyebabkan barotrauma. (6,7,8,10)

PATOFISIOLOGI
Bumi diselubungi oleh udara yang disebut Atmosfer Bumi. atmosfer itu terbentang mulai dari
permukaan Bumi sampai keketinggian 3000 km.(1) Udara tersebut mempunyai massa, dan
berat lapisan udara ini akan menimbulkan suatu tekanan yang disebut tekanan udara. Makin
tinggi lokasi semakin renggang udaranya, berarti semakin kecil tekanan udaranya. Sehingga
pinggiran Atmosfer Bumi tersebut akan berakhir dengan suatu keadaan hampa udara. Lihat
Tabel 1. Ukuran tekanan gas : mm Hg, mm H2O , Atmosfir (Atm) , PSI (Pound per Square
Inch), Torr ,

Barr etc.(1,11)
Trauma akibat perubahan tekanan, secara umum dijelaskan melalui Hukum Boyle. Hukum
boyle menyatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan tekanan atau P1xV1 = P2xV2.
(2,5) Ada bagian-bagian tubuh yang berbentuk seperti rongga, misalnya : cavum tympani, sinus
paranasalis, gigi yang rusak, traktus digestivus dan traktus respiratorius. Pada penerbangan,
sesuai dengan Hukum Boyle yang mengatakan bahwa volume gas berbanding terbalik dengan
tekanannya, maka pada saat tekanan udara di sekitar tubuh menurun/meninggi, terjadi perbedaan
tekanan udara antara di rongga tubuh dengan di luar, sehingga terjadi penekanan/penghisapan
terhadap mukosa dinding rongga dengan segala akibatnya.(1)

Berdasarkan Hukum Boyle diatas dapat dijelaskan bahwa suatu penurunan atau peningkatan
pada tekanan lingkungan akan memperbesar atau menekan (secara berurutan) suatu volume gas
dalam ruang tertutup. Bila gas terdapat dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut
dapat rusak karena ekspansi ataupun kompresi. Barotrauma dapat terjadi bilamana ruang-
ruang berisi gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup dengan
menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal.(1)

Untuk Barotrauma yang terjadi pada tubuh, 5 kondisi di bawah ini harus ditemukan :
1. Harus ada udara
2. Tempatnya harus dipisahkan oleh dinding yang keras
3. Tempatnya harus tertutup
0. Tempatnya harus memiliki pembuluh darah
5. Terjadi perubahan tekanan dari lingkungan sekitar

KELAINAN PADA TELINGA


Tuba eustakius secara normal selalu tertutup namun dapat terbuka pada gerakan menelan,
mengunyah, menguap, dan dengan manuver Valsava. Pilek, rinitis alergika serta berbagai
variasi anatomis individual, semuanya merupakan predisposisi terhadap disfungsi tuba
eustakius. (2)

Barotrauma,
pesawat ataudengan
setelahruptur membran
berenang atau timpani (MT),
menyelam. dapat terjadi
Mekanisme setelah suatu
bagaimana penerbangan
ini dapat terjadi,
dijelaskan dibawah ini.(12)

Saluran telinga luar, telinga tengah, telinga dalam dapat dianggap sebagai 3 kompartemen
tersendiri, ketiganya dipisahkan satu dengan yang lain oleh membran timpani dan membran
tingkap bundar dan tingkap oval.

Telinga tengah merupakan suatu rongga tulang dengan hanya satu penghubung ke dunia luar,
yaitu melalui tuba Eustachii. Tuba ini biasanya selalu tertutup dan hanya akan membuka pada
waktu menelan, menguap, Valsava maneuver. Valsava maneuver dilakukan dengan menutup
mulut dan hidung, lalu meniup dengan kuat. 5engan demikian tekanan di dalam pharynx akan
meningkat sehingga muara dapat terbuka.(1)

5ari skema diatas ini dapat dilihat bahwa ujung tuba di bagian telinga tengah akan selalu
terbuka, karena terdiri dari massa yang keras/tulang. Sebaliknya ujung tuba di bagian pharynx
akan selalu tertutup karena terdiri dari jaringan lunak, yaitu mukosa pharynx yang sewaktu-
waktu akan terbuka di saat menelan. Perbedaan anatomi antara kedua ujung tuba ini
mengakibatkan udara lebih mudah mengalir keluar daripada masuk kedalam cavum tympani.
Hal inilah yang menyebabkan kejadian barotitis lebih banyak dialami pada saat menurun dari
pada saat naik tergantung pada besamya perbedaan tekanan, maka dapat terjadi hanya rasa
sakit (karena teregangnya membrana tympani) atau sampai pecahnya membrana tympani.(1)
Barotrauma descent dan ascent dapat terjadi pada penyelaman. Imbalans tekanan terjadi
apabila penyelam tidak mampu menyamakan tekanan udara di dalam rongga tubuh pada waktu
tekanan air bertambah atau berkurang(12)Barotrauma telinga adalah yang paling sering
ditemukan pada penyelam. dibagi menjadi 3 jenis yaitu barotrauma telinga luar, tengah dan
dalam , tergantung dari bagian telinga yang terkena. Barotrauma telinga ini bisa terjadi secara
bersamaan dan juga dapat berdiri sendiri.(12)

Barotrauma telinga luar berhubungan dengan dunia luar, maka pada waktu menyelam, air akan
masuk ke dalam meatus akustikus eksternus. Bila meatus akustikus eksternus tertutup, maka
terdapat udara yang terjebak. Pada waktu tekanan bertambah, mengecilnya volume udara tidak
mungkin dikompensasi dengan kolapsnya rongga (kanalis akustikus eksternus), hal ini
berakibat terjadinya decongesti, perdarahan dan tertariknya membrana timpani ke lateral.
Peristiwa ini mulai terjadi bila terdapat perbedaan tekanan air dan tekanan udara dalam rongga
kanalis akustikus eksternus sebesar G 150 mmHg atau lebih, yaitu sedalam 1,5 = 2 meter.(12)

Barotrauma telinga tengah akibat adanya penyempitan, inflamasi atau udema pada mukosa
tuba mempengaruhi kepatenannya dan merupakan penyulit untuk menyeimbangkan tekanan
telinga

tengah terhadap tekanan ambient yang terjadi padasaat ascent maupun descent, baik
penyelaman maupun penerbangan. Terjadinya barotrauma tergantung pada kecepatan
penurunan atau
kecepatan peningkatan tekanan ambient yang jauh berbeda dengan kecepatan peningkatan
tekanan telinga tengah.(12)

Barotrauma telinga dalam biasanya adalah komplikasi dari barotrauma telinga tengah pada
waktu menyelam, disebabkan karena malakukan maneuver valsava yang dipaksakan. Bila
terjadi perubahan dalam kavum timpani akibat barotrauma maka membran timpani akan
mengalami edema dan akan menekan stapes yang terletak pada foramen ovale dan membran
pada foramen rotunda, yang mengakibatkan peningkatan tekanan di telinga dalam yang akan
merangsang labirin vestibuler sehingga terjadi deviasi langkah pada pemeriksaan Stepping
Test”. 5apat disimpulkan , gangguan pada telinga tengah dapat berpengaruh pada labirin
vestibuler dan menampakkan ketidakseimbangan laten pada tonus otot melalui refleks
vestibulospinal. (12)

Seperti yang dijelaskan di atas, tekanan yang meningkat perlu diatasi untuk menyeimbangkan
tekanan, sedangkan tekanan yang menurun biasanya dapat diseimbangkan secara pasif. 5engan
menurunnya tekanan lingkungan, udara dalam telinga tengah akan mengembang dan secara
pasif akan keluar melalui tuba eustakius. 5engan meningkatnya tekanan lingkungan, udara
dalam telinga tengah dan dalam tuba eustakius menjadi tertekan. Hal ini cenderung
menyebabkan penciutan tuba eustakius. Jika perbedaan tekanan antara rongga telinga tengah
dan lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 sampai 100mmhg), maka bagian
kartilaginosa diri tuba eustakius akan semakin menciut. Jika tidak ditambahkan udara melalui
tuba eustakius untuk memulihkan volume telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga
tengah dan jaringan didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan. Terjadi
rangkaian kerusakan
yang dapat dipekirakan dengan berlanjutnya keaadan vakum relatif dalam rongga telinga
tengah. Mula-mula membrana timpani tertarik kedalam. Retraksi menyebabkan membrana dan
pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga tampak gambaran injeksi dan bula
hemoragik pada gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gendang telinga tengah juga
mukosa telinga tengah juga akan berdilatasi dan pecah, menimbulkan hemotapimum. Kadang-
kadang tekanan dapat menyebabkan ruptur membrana timpani.(4,5,10)

Gejala-gejala klinik barotrauma telinga:(11)


1. Gejala descent barotrauma:
- Nyeri (bervariasi) pada telinga yang terpapar.
- Kadang ada bercak darah dihidung atau nasofaring.
- Rasa tersumbat dalam telinga/tuli konduktif.
2. Gejala ascent barotrauma:
- Rasa tertekan atau nyeri dalam telinga.
- Vertigo.
- Tinnitus/tuli ringan.
- Barotrauma telinga dalam sebagai komplikasi.
Grading klinis kerusakan membrane timpani akibat barotrauma adalah(11,13)
- Grade 0 : bergejala tanpa tanda-tanda kelainan.
- Grade 1 : injeksi membrane timpani.
- Grade 2 : injeksi, perdarahan ringan pada membrane timpani.
- Grade 3 : perdarahan berat membrane timpani.
- Grade 4 : perdarahan pada telinga tengah (membrane timpani menonjol dan agak kebiruan.
- Grade5 : perdarahan pada meatus eksternus + rupture membrane timpani.

Anamnesis yang teliti sangat membantu penegakan diagnosis. Jika dari anamnesis ada riwayat
nyeri telinga atau pusing, yang terjadi setelah penerbangan atau suatu penyelaman, adanya
barotruma seharusnya dicurigai. Diagnosis dapat dikomfirmasi melalui pemeriksaan telinga, dan

juga tes pendengaran dan keseimbangan.(4)


Diagnosis dipastikan dengan otoskop. Gendang telinga tampak sedikit menonjol keluar atau
mengalami retraksi. Pada kondisi yang berat, bisa terdapat darah di belakang gendang telinga.
Kadang-kadang membran timpani akan mengalami perforasi. Dapat disertai gangguan
perdengaran konduktif ringan.(5,6,7)

Perlu ditekankan bahwa tinnitus yang menetap, vertigo dan tuli sensorineural adalah gejala-
gejala kerusakan telinga dalam. Barotrauma telinga tengah tidak jarang menimbulkan
kerusakan telinga dalam. Kerusakan telinga dalam Merupakan masalah yang serius dan
mungkin memerlukan pembedaham untuk mencegah kehilangan pendengaran yang menetap.
Semua orang yang mengeluh kehilangan pendengaran dengan barotrauma harus menjalani uji
pendengaran
dengan rangkaian penala untuk memastikan bahwa gangguan pendengaran bersifat konduktif dan
bukannya sesorineural.(5,10)

PENCEGAHAN
Usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah permen karet
atau melakukan perasat valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.
Khusus pada bayi disarankan agar menunda penerbangan bila disertai pilek. Bila
memungkinkan maka bayi, sesaat sebelum mendarat harus tetap disusui atau menghisap air
botol, agar tuba
eustakius tetap terbuka.(9,14)
Nasal dekongestan atau antihistamin bisa digunakan sebelum terpapar perubahan tekanan yang
besar. Usahakan untuk menghidari perubahan tekanan yang besar selama mengalami infeksi
saluran pernapasan bagian atas atau serangan alergi.(6,7)

PENATALAKSANAAN
Untuk mengurangi nyeri telinga atau rasa tidak enak pada telinga, pertama-tama yang perlu
dilakukan adalah berusaha untuk membuka tuba eustakius dan mengurangi tekanan dengan
mengunyah permen karet, atau menguap, atau menghirup udara, kemudian menghembuskan

secara perlahan-lahan sambil menutup lubang hidung dengan tangan dan menutup mulut. (2)
Selama pasien tidak menderita infeksi traktus respiratorius atas, membrane nasalis dapat
mengkerut dengan semprotan nosinefrin dan dapat diusahakan menginflasi tuba eustakius
dengan perasat Politzer, khususnya dilakukan pada anak-anak berusia 3-4 tahun. Kemudian
diberikan dekongestan, antihistamin atau kombinasi keduanya selama 1-2 minggu atau sampai
gejala hilang, antibiotic tidak diindikasikan kecuali bila terjadi perforasi di dalam air yang kotor.
Perasat Politzer terdiri dari tindakan menelan air dengan bibir tertutup sementara ditiupkan udara
ke dalam salah satu nares dengan kantong Politzer atau apparatus senturi; nares yang lain
ditutup. Kemudian anak dikejutkan dengan meletuskan balon ditelinganya, bila tuba eustakius
berhasil diinflasi, sejumlah cairan akan terevakuasi dari telinga tengah dan sering terdapat
gelembung-gelembung udara pada cairan. (2,5)

Untuk barotrauma telinga dalam, penanganannya dengan perawatan di rumah sakit dan
istirahat dengan elevasi kepala 30-400. Kerusakan telinga dalam merupakan masalah yang
serius yang
memungkinkan adanya pembedahan untuk mencegah kehilangan pendengaran yang menetap.
Suatu insisi dibuat didalam gendang telinga untu menyamakan tekanan dan untuk
mengeluarkan caioran (myringitomy) dan bila perlu memasang pipa ventilasi. <alaupan
demikian pembedahan biasanya jarang dilakukan. Kadang-kadang, suatu pipa ditempatkan di
dalam gendang telinga, jika seringkali perubahan tekanan tidak dapat dihindari, atau jika
seseorang rentan terhap barotrauma. (4,5,6,9)

KELAINAN PADA SINUS PARANASALIS


Rongga tubuh yang lain yang sering mendapat gangguan akibat adanya perbedaan tekanan
antara di dalam rongga dan sekitar tubuh adalah sinus paranasalis. Dinding sinus ini dilapisi
mukosa dan muaranya pada cavum nasi. Ada 4 buah sinus pada tubuh kita, tapi yang sering
terganggu
adalah 2 buah, yaitu sinus maxilaris dan sinus frontalis, sedang yang 2 buah lagi, yaitu
sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis jarang terganggu. Kelainan di sinus-sinus ini
disebut : Barosinusitis. Prosentase kejadiannya kira-kira 1,17 J 1,5K. (1)

Sinus adalah kantung udara di tulang atau sekeliling hidung. Sinus barotrauma terjadi ketika
terjadi perbedaan tekanan antara udara di dalam sinus dengan tekanan di luar. Penderita dapat
merasakan nyeri di sekitar tulang pipi atau di bagian atas mata, kadang juga dapat terjadi
infeksi sinus, perdarahan dari hidung, dan sakit kepala. (15)

Patofisiologi
Sinus paranasalis bermuara di rongga hidung. Lubang muara tersebut relatif sempit. Dinding
rongga sinus ini dilapisi oleh mukosa dan selalu dalam keadaan basah, maka di dalam rongga
sinus itu selalu ada uap air yang jenuh. Karena cara terjadinya serangan pada semua sinus
adalah sama saja, maka akan diterangkan salah satunya saja, yaitu pada sinus maxilaris.
Sekarang mari kita lihat apa yang terjadi pada saat pesawat naik. Sewaktu di permukaan laut,
tekanan udara di sinus maxilaris sama dengan di rongga hidung/di udara luar sekitar tubuh,
yaitu 760 mmHg. Bila kemudian orang ini kita bawa ke ketinggian tertentu, misalnya 5,5 km,
dimana tekanan udara

kira-kira 1/2 Atm, maka akan terjadi perbedaan tekanan di dalam rongga sinus dan di rongga
hidung. Bila kecepatan naiknya secara perlahan-lahan, perbedaan tekanan tersebut akan dapat
diatasi dengan adanya aliran udara dari rongga sinus ke rongga hidung. Tetapi bila kecepatan
naik dari pesawat demikian besar, maka mengingat sempitnya lubang muara sinus itu, aliran
udara yang terjadi tidak akan dapat mencapai keseimbangan tekanan, berarti tekanan di dalam
rongga sinus lebih tinggi daripada di rongga hidung, dengan akibat terjadinya penekanan
terhadap mukosa sinus. Inilah yang mengakibatkan timbulnya rasa sakit dan inflamasi, yang
disebut Barosinusitis. Hal yang sebaliknya akan terjadi pada waktu pesawat menurun.(1)

Dari penjelasan diatas ternyata bahwa besarnya lubang muara sinus turut menentukan proses
terjadinya barosinusitis.Semakin kecil muara sinus itu, makin besar kemungkinan terjadinya

pbeamrobsiennugskitaiksa. nJ/apdeinepbaadlan semseuokroasnag


myeaeangakmibeantdkearnitapesnaykeitmdpiitasnalumraunarapersninaufass, ansehbianggigaan
aaktaasn,
mengalami kesulitan dalam mencapai keseimbangan tekanan. Mengenai prosentase kejadian
sewaktu naik/turun, Adler berpendapat bahwa prosentase waktu turun lebih besar dari pada
waktu naik. Sebenarnya hal ini tergantung pada bentuk mukosa di muara sinus tersebut. Pada
orang normal muara ini terbuka rata. Sedang pada beberapa orang mukosa di muara sinus itu
berbentuk seperti bibir, maka hal ini akan mengakibatkan aliran udara cenderung untuk lebih
mudah keluar daripada memasuki rongga sinus. Dalam kondisi seperti ini prosentase
barosinustitis akan lebih besar pada waktu pesawat menurun daripada waktu naik. (1)

Salah satu komplikasi dari barotrauma adalah kolaps paru. Komplikasi yang lain adalah
penyakit dekompresi yang terjadi karena kadar nitrogen terdapat dalam aliran darah yang
bertekanan tinggi. Gelembung udara yang terbentuk pada saat turun ke kedalaman dari
permukaan air pada
saat menyelam disebut emboli udara. Emboli udara bisa terdapat di beberapa organ tubuh.
Akan berbahaya ketika emboli udara menghentikan aliran darah ke organ, khususnya hati, paru
L otak. (17)

Barotrauma yang berefek pada paru adalah trauma pada paru selama naik ke permukaan air
dari kedalaman. Pada saat naik ke permukaan air, tekanan atmosfer turun dan volume di
paru
meningkat. Ketika udara di buang dengan pernapasan normal, maka tekanan akan normal
sehingga tidak terjadi kerusakan. Beberapa kondisi, udara dapat tertampung di alveoli
walaupun
dilakukan pernapasan normal. Bila tumpukan udara dalam alveoli tidak dapat di buang dengan
pernapasan normal maka alveoli dapat pecah ketika naik ke permukaan air. Bila alveoli pecah,
udara dapat keluar ke cavitas pleura. Bila alveoli pecah maka volume air yang masuk akan
bertambah. Bernapas secara teratur dapat mengurangi tekanan di cavitas pleura. Beberapa saat
kemudian udara dapat menembus jaringan menyebabkan emphysema subcutaneous (terlihat
gelembung udara di bawah kulit) atau emphysema mediastinal (udara tertimbun di jaringan L
rongga dada). Keadaan yang lebih buruk, udara dapat menembus peredaran darah sehingga
menyebabkan arteri ruptur L alveoli pecah. Bila gelembung gas menembus system peredaran
darah dapat mengurangi suplai darah ke organ seperti ginjal, otak, hati, usus halus. Pecahnya
alveoli dapat terjadi bila volume dan tekanan udara ke pleura besar sehingga jantung tidak
dapat memompa darah ke tubuh dan paru. (12)

Penyakit dekompresi adalah penyakit yang disebabkan oleh pelepasan dan pengembangan
gelembung-gelembung gas dari fase larut dalam darah atau jaringan akibat penurunan cepat
tekanan disekitarnya, sehingga menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh.(17)

Setelah Siebe (inggris, 1837) menciptakan standar diving dress untuk penyelaman dalam,
timbul kesulitan baru, yaitu munculnya penyakit aneh yang disebut sebagai penyakit
dekompresi, dari gejala-gejala yang ringan berupa nyeri otot, sendi dan tulang, sampai gejala
yang sangat berat, berupa kelumpuhan anggota gerak bahkan kematian. Paul Bert (perancis,
1878) adalah orang

p er ta m y an g m
( N 2 ) yan g l a ru t
e n e m uk a n p e n y e b ab P D . I a m e n d e m o s t ra
a k a n m e n ja d i g a s p ad a w a k tu d e k o m p r e s i
s ik an p ad a b i n a ta n b a hw a n it r o g e n
d an pe m b en t u k a n ge le m bu n g i n i la h penyebab PD. Selanjutnya ia
menganjurkan mengurangi tekanan secara perlahan-lahan apabila pekerja caisson atau
penyelam naik kepermukaan. Bahkan penderita caisson sembuh kembali apabila masuk lagi
kedalam caisson dan kemudian menurunkan tekanan udara secara perlahan- lahan. (17)

Penyakit dekompresi diklasifikasikan dalam tipe 1 L tipe 2 atas dasar beratnya penyakit dan
respon terhadap terapi. Tipe 1 ini termasuk nyeri musculoskeletal, manifestasi kulit dan
limfatik, dan beberapa gejala nonspesifik seperti malaise, anoreksia, dan rasa lelah. Tipe 1 ini
tidak memerlukan terapi atau rekompresi singkat. Tipe 2 ini termasuk defek system saraf pusat
(SSP), gangguan kardiorespiratorik, dan neuropati perifer. Kasus-kasus ini lebih berat dab perlu
penanganan segera. (17)
Bila seorang menggunakan udara bertekanan tinggi sebagai media pernapasan untuk
menyelam, maka semakin dalam dan semakin lama ia menyelam, maka semakin banyak gas
yang larut dan tetimbun dalam jaringan tubuh sesuai hokum Henry, volume gas yang larut
dalam suatu cairan sebanding dengan tekanan gas diatas cairan itu. Karena oksigen (02)
dikonsumsi didalam tubuh, maka yang tinggal adalah nitrogen (N2) yang merupakan gas
lembam (inert, tidak aktif). Seperti kita ketahui tekanan udara dipermukaan laut adalah 1 atm
absolute (ATA) dan setiap kedalaman
10 meter tekanan akan bertambah 1 ATA. Jadi bila 1 liter N2 terlarut didalam tubuh seorang
penyelam pada permukaan, maka pada kedalaman 20 meter (3 ATA) ia menyerap 3 liter N2.
N2
yang berlebihan ini oleh darah didistribusikan ke jaringan-jaringan sesuai dengan kecepatan
aliran darah ke jaringan tersebut serta daya gabung jaringan terhadap N2. (17)

Barotrauma paru-paru yang dapat terjadi pada waktu penyelam naik, khususnya bila ini cepat,
dan penyelam menehan napas sehingga paru-paru menjadi ruang tertutup. Menurunnya
tekanan misalnya dari 4 ATA ke 1 ATA menyebabkan eskpansi berlebihan paru-paru sesuai
hokum Boyle, sehingga jaringan paru-paru dapat robek dan udara berupa gelembung kecil
masuk di dalam pembuluh darah yang juga robek. Dengan demikian terjadi emboli gas arterial
(EGA) yang dapat menyebabka

n komplikasi neurologik berupa infark otak yang patologinya tidak berbeda dengan emboli jenis
lain dengan gejala yang timbul cepat, berbeda dengan PD yang berlangsung progresif lambat.
Namun kedua kendala dekompresi ini, EGA dan PD, dapat terjadi bersamaan. Untuk terjadinya
barotrauma paru-paru tidak ada ambang kedalaman atau lama penyelaman yang bermakna;
hanya satu tarikan napas gas pada tekanan sedangkal 2 meter air laut sudah cukup. (17)

Emboli udara : yaitu kondisi yang disebabkan masuknya udara dari paru ke cavitas dada &
menekan paru sehingga terjadi kolaps paru. Gejalanya sangat bercvariasi, tergantung kepada
jumlah udara yang masuk kedalam ronga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami
kolaps.

Gejalanya bisa berupa:


- Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas
dalam atau terbatuk
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen..
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi)
Apabila trauma terjadi pada vena yang besar dekat dengan jantung, maka udara dapat masuk ke
sistem sirkulasi. Akibat tekanan darah yang negative dalam system vena. Demikian pula, bila
peningkatan tekanan atmosfer dengan cepat dapat mengakibatkan gelambung gas dalam darah
& jaringan, atau pembentukan gelembung gas dalam darah dan jaringan, selain itu pembuluh
darah paru dapat rupture, sehingga udara di atmosfer masuk melalui rupture pembuluh darah.
Gelembung udara kemudian masuk ke sistem sirkulasi.(17,18)

Pada emboli udara, udara mula-mula terdapat dalam pembuluh darah paru, lalu ke
Arteriovenous Shunt untuk masuk ke paru. Selain itu udara juga masuk ke pembuluh darah
di otak melalui
Foramen Ovale. Morfologi dari edema otak & gas dapat ditemukan di pembuluh darah. (17,18)

Gelembung gas ini dominan berada dalam vena besar yang mengembalikan darah ke jantung.
Karena vena dalam perjalanannya ke paru-paru diameternya bertambah besar, maka emboli gas
tanpa hambatan sampai di paru-paru dan besar, maka emboli gas tanpa hambatan sampai di paru-
paru dan terperangkap didalam kapiler-kapiler paru-paru sehingga terjadi penyumbatan, dan
dengan produk vasoaktif dari aktifitas permukaan gelembung menimbulkan seak napas, sakit
dada dan batuk kering (chokes). Pernapasan menjadi cepat dan dangkal, sianosis dapat timbul
pada titik ini, begitu pula gejala kegagalan jantung kanan karena terjadi syok kardiovaskuler.

(17)

Presentasi klasik emboli gas akibat barotrauma paru-paru adalah hilangnya segara kesadaran
yang dapat cepat menyebabkan kematian atau manifestasi seperti stroke (hemiplegia,
monoplegia) pada waktu tiba dipermukaan, sedangkan presentasi neurologic klasik dari PD
akibat gelembung-gelembung dari gas larut adalah ascending paraplegia (spinal bends). (17)

Penatalaksanaan
Walaupun kasus-kasus ringan dapat diobati dengan menghirup 100% O2 pada tekanan
permukaan, pengobatan terpenting adalah rekompresi. Tiba di RUBT maka rekompresi dengan
100% O2 dengan tekanan paling sedikit kedalaman 18 meter (2,8 ATA) adalah pilihan utama
pada banyak kasus PD. Bila sesudah 10 menit penderita belum sembuh sempurna, maka terapi
diperpanjang sampai 100 menit dengan diselingi tiap 20 menit bernapas 5 menit udara biasa.
Setelah ini dilakukan dekompresi dari 18 meter ke 9 meter selama 30 menit dan mengobservasi
penderita kemungkinan terjadinya deteriorasi. Selanjutnya penderita dinaikan kepermukaan
selama 30 menit. Seluruh waktu pengobatan dapat berlangsung kurang dari 5 jam. Rekompresi
mengurangi diameter gelembung sesuai Hukum Boyle dan ini akan menghilangkan rasa sakit
dan mengurangi kerusakan jaringan. Selanjutnya gelembung larut kembali dalam plasma sesuai
Hukum Henry. O2 yang digunakan dalam terapi mempercepat sampai 10 kali pelarutan
gelembung dan membantu oksigenasi jaringan yang rusak dan iskemik. (17)

Dalam kasus darurat yang jauh dari fasilitas RUBT dapat dilakukan rekompresi dalam air untuk
mengobati PD langsung ditempat. Rekompresi dilakukan pada kedalaman maksimum 9 meter
selama 30-60 menit. Kecepatan naik adalah 1 meter tiap 12 menit, dan bila gejalanya kambuh,
tetaplah berada dikedalaman tersebut selama 30 menit sebelum meneruskan naik
kepermukaan. Setiba dipermukaan, penderita diberi O2 selama 1 jam, kemudian bernafas
dengan udara selama 1 jam, demikian seterusnya hingga 12 jam. Walaupun dapat dan telah
dilakukan, mengenakan kembali alat selam dan menurunkan penyelam didalam air untuk
rekompresi, namun cara ini tidak dapat dibenarkan. Kesukaran yang dihadapi adalah penderita
tidak dapat menolong dirinya sendiri, tidak dapat dilakukan intervensi medic bila ia
memburuk dan terbatasnya suplai gas.
Oleh karena ini usaha untuk mengatasi PD sering kali tidak berhasil dan malahan beberapa
pebderita lebih memburuk keadaannya. (17)

Obat-obatan yang dapat diberikan selama rekompresi adalah infuse cairan (dekstran, plasma) bila
ada dehidrasi atau syok, steroid (deksamethason) bila ada edema otak, obat anti pembekuan
darah (heparin), digitalis bila terjadi gagal jantung, anti oksidan (vitamin E, C, beta karoten)
untuk mengantisipasi pembekuan oksidan (radikal bebas) yang merusak sel tubuh pada terapi
oksigen hiperbarik.(17)

Anda mungkin juga menyukai