Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA CALON


AKSEPTOR KB IUD PADA Ny. E UMUR 34 TAHUN
P2002DI PUSKESMAS WRINGINANOM
KECAMATAN WRINGINNOM
KABUPATEN GRESIK

Oleh :

Retno Indah Sulistyowati


NIM : 202208115

PRODI PENDIDIKAN PROFESIBIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2022/2023
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK

PADA CALON AKSEPTOR KB IUD PADA Ny. E UMUR 34

TAHUNP2002” di Puskesmas Wringinanom Kecamatan Wringinanom

Kabupaten Gresik telah disetujui oleh pembimbing penyusunan Asuhan pada :

Hari/tanggal:

Gresik, 29 April 2023


Mahasiswa

Retno Indah Sulistyowati

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Dewi Taurisiawati R, SST, M.Kes Yuni Artati, SST

ii
KATA PENGANTAR

........................................................................Pujisyukur kami panjatkankehadiratTuhan Yang

MahaEsaatassegalarahmatdanhidayah-Nyasehingga kami dapatMenyelesaikan

“AsuhanKebidananPadaCalonAkseptor KB IUDdi Puskesmas Wringinanom

Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik”

Penulismenyadaribahwakeberhasilanmenyusunlaporaninitidaklepasdaribimbingan

dandukunganberbagaipihak yang

diberikankepadapenulis.Untukitupenulismenyampaikanterimakasihkepadasemuap

ihak yang tidakdapatdisebutkansatupersatu yang

telahmembantuselamapenyusunanlaporanini.

Penulismenyadaribahwapenyusunanlaporaninimasihjauhdarisempurna.Hal

inikarenaketerbatasanpengetahuanndankemampuan yang

penulismiliki.Untukitukritikdan saran yang

bermanfaatgunaperbaikandankesempurnaanmakalahinisangatpenulisharapkan.

Gresik, 08 Februari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang.......................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah..................................................................... 4
1.3 Tujuan...................................................................................... 4
1.4 Manfaat.................................................................................... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kajian Dari SumberPustaka..................................................... 6
2.2 HasilPenelitianBerdasarkanJurnalIlmiah................................. 23
2.3 TinjauanManajemen 5 LangkahAskeb.................................... 26

BAB 3 TINJAUAN KASUS


3.1 Pengkajian ............................................................................ 33
3.2 Analisa /Diagnosa.................................................................. 39
3.3 Penatalaksanaan .................................................................... 39

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1Pembahasan.............................................................................. 41

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan.............................................................................. 42
5.2 Saran........................................................................................ 43

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Keluarga berencana merupakan tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang

memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol

waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto,2004).

Permasalahan kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus

dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi saja tetapi ada beberapa aspek,

salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat

kontrasepsi meliputi: IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. (Ekawati,

2010).

World Health Organization (WHO) tahun 2014 penggunaan

kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan

Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna

kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari tahun 1990 sampai

tahun 2014, mengalami peningkatan dari 54% menjadi 57,4% pada tahun

2014. Secara regional, proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun

melaporkan penggunaan metode kontrasepsi modern telah meningkat

minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari 23,6% menjadi 27,6%, di Asia

telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%, sedangkan Amerika latin dan

1
Karibia naik sedikit dari 66,7% menjadi 67,0% (WHO, 2014).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia

(SDKI) pada tahun 2007, pola pemakaian kontrasepsi terbesar yaitu suntik

31,6%, pil 13,2%, IUD 4,8%, implant 2,8%, kondom 1,3%, kontap wanita

(Medis Operasi Wanita-MOW) 3,1% dan kontap pria (Medis Operasi Pria-

MOP) 0,2%, pantang berkala 1,5%, senggama terputus 2,2% dan metode

lainnya 0,4%. Dilihat dari penggunaan KB suntik dari tahun 1991 sampai

2007 yaitu pada tahun 1991 mengalami kenaikan terdapat 11,7%, 1994

menjadi 15,2%, 1997 menjadi 21,1%, 2003 menjadi 27,8% dan 2008

mencapai 31,6% (BKKBN, 2008).

Hasil Survei BKKBN propinsi Jawa Timur bulan Desember 2010

diketahui sebanyak 955.336 seluruh akseptor. Persentasemetode KB yang

digunakan meliputi KB suntik 56,50%, KB PIL 24,00 %, AKDR 8,50%,

Implant 5,40%, Kondom 3,90%, MOW 1,40%, MOP 0,40%. Datadari

Puskesmas Karanganyar Kabupaten Ngawi untuk tahun 2010 pemakaiaan

kontrasepsi suntik 35,71%, kontrasepsi pil 32,54%, IUD 5,84%, implant

3,89% dan kondom 3,24%. Di Ponorogo, berdasarkan data yang didapat

dari BKKBN Kab. Ponorogo menyebutkan sampai bulan Desember tahun

2010 terdapat 136.769 akseptor KB aktif semua metode. Dengan jumlah

akseptor aktif KB suntik 49.003 (35,8%) (Suprapti,2012).

Peserta KB dibagi menjadi KB baru dan KB aktif. Pada tahun 2016

jumlah PUS di Kabupaten Trenggalek sebanyak 117.523. Sebanyak 11.376

pasangan (9,68%) adalah peserta KB baru dan 93.714 Pasangan (79,74%)

adalah peserta KB aktif. Target cakupan KB aktif tahun 2016 sudah

2
melebihi target SPM sebesar 70%. Peserta KB dibagi menjadi KB baru dan

KB aktif. Pada tahun 2017 jumlah PUS di Kabupaten Trenggalek

sebanyak117.828. Sebanyak 9.161 pasangan (7,77%) adalah peserta KB

baru dan 94.120 Pasangan (79,88%) adalah peserta KB aktif. Target

cakupan KB aktif tahun 2017sudah melebihi target SPM sebesar 70%.

(Profil Kesehatan Kabupaten Trenggalek Tahun 2017)

Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama

diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyakalasan lain,

misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya

kehamilan yang tidak diinginkan. Banyak perempuan mengalami kesulitan

di dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya

terbatasnya metode yang tersedia tetapi juga oleh ketidak tahuan mereka

tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut (Prihatin &

lisa. 2015).

Dari beberapa permasalahan yang terjadi salah satunya untuk

membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang

tidak diinginkan, perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan

pilihan jenis kontrasepsi dan ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan

keamanan metode kontrasepsi. Keluarga berencana adalah salah satu upaya

meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi pelaksanaan program keluarga

berencana nasional tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan program Making

Prengnancy Safer dimana pesan kunci program ini adalah bahwa setiap

kehamilan harus merupakan kehamilan yang diinginkan (Hartanto, 2010).

3
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan

Asuhan Kebidanan Holistik Pada Calon Akseptor Kb IUD Pada Ny. E

Umur 34 Tahun di Puskesmas Wringinanom Kecamatan Wringinanom

Kabupaten Gresik.

1.2 RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka di dapatkan suatu perumusan

masalah yaitu “ Bagaimana Penerapan Asuhan Kebidanan Pada

CalonAkseptor KB IUD Pada Ny. E Umur 34 Tahun di Puskesmas

Wringinanom Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik Dengan

Pendokumentasian SOAP”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat melakukan Asuhan Kebidanan Pada Calon

Akseptor KB IUD Pada Ny. E Umur 34 Tahun di Puskesmas

Wringinanom Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik secara

komprehensif.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data subjektif pada Ny. E Umur 34

Tahun di Puskesmas Wringinanom Kecamatan Wringinanom

Kabupaten Gresik

b. Melakukan pengkajian data pada Ny. E Umur 34 tahun di

Puskesmas Wringinanom Kecamatan Wringinanom Kabupaten

Gresik

4
c. Melakukan analisa pada Ny. E Umur 34 tahundi Puskesmas

Wringinanom Kecamatan Wringinanom Kabupaten Gresik

d. Melakukan penatalaksanaan pada Ny. E Umur 34 tahun di

Puskesmas Wringinanom Kecamatan Wringinanom Kabupaten

Gresik

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai metode pembelajaran bagi mahasiswa agar lebih terampil

dalam memberikan asuhan kebidanan serta sebagai tambahan bahan

refrensi di perpustakaan tentang asuhan kebidanan pada Calon

Akseptor KB IUD secara berkesinambungan.

1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang

sudah ada serta mutu pelayanan kesehatan yang lebih efektif.

1.4.3 Bagi Mahasiswa

Menambah pengetahuan metode pembelajaran dan refrensi tentang

asuhan kebidanan pada Calon Akseptor KB IUD.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Dari Sumber Pustaka

2.1.1 KB (Keluarga Berencana)

1) Pengertian

Keluargaberencana (KB)

adalahupayapeningkatankepeduliandanperansertamasyarakatmela

luipendewasaanusiaperkawinan, pengaturankelahiran,

pembinaanketahanankeluarga,

peningkatankesejahteraankeluargauntukmewujudkankeluargakeci

l, bahagia, dansejahtera (YuhedidanKurniawati, 2013).

Kontrasepsiberasaldari kata “kontra” yang

berartimencegahataumenghalangidan “konsepsi” yang

berartipembuahanataupertemuanantaraseltelurdengansperma.Jadi

kontrasepsidapatdiartikansebagaisuatucarauntukmencegahterjadin

yakehamilansebagaiakibatpertemuanantaraseltelurdengansperma

(Marmi, 2016).

2) Tujuan KB

Adapun tujuan program dari keluarga berencana yaitu:

(1) Tujuan Umum

Untuk mewujudkan visi dan misi program KB yaitu

membangun kembali dan melestarikan fondasi yang kokoh

6
bagi pelaksana program KB di masa mendatang untuk

mencapai keluarga berkualitas.

(2) Tujuan Khusus

Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia, sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pengendalian pertumbuhan penduduk

indonesia. Menciptakan penduduk yang bermutu dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Adapun tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 meliputi:

(1) Keluarga dengan anak ideal

(2) Keluarga sehat

(3) Keluarga berpendidikan

(4) Keluarga kesejahtera

(5) Keluarga berketahanan

(6) Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya

(7) Penduduk tumbuh seimbang (PTS). (Marmi, 2016)

3) Manfaat KB

(1) Manfaat bagi ibu

Untuk mengatur jumlah dan jarak kelahiran sehingga dapat

memperbaiki kesehatan tubuh karena mencegah kehamilan

yang berulang kali dengan jarak yang dekat. Peningkatan

kesehatan ental dan sosial karena adanya waktu yang cukup

untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu

luang serta melakukan kegiatan lainnya.

7
(2) Manfaat bagi anak yang dilahirkan

Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang hamil

dalam keadaan sehat. Setelah lahir, anak akan mendapatkan

perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena

kehadiran anak tersebut memang diinginkan dn direncanakan.

(3) Manfaat bagi anak-anak yang lain

Dapat memberikan kesempatan kepada anak agar

perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap anak

memperoleh makanan yang cuku dari sumber yang tersedia

dalam keluara. Perkembangan mental dan sosialnya lebih

sempurna karena pemeliharaan yan ebih baik dan lebih

banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap

anak. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik

karena sumber-sumber pendapatan keluarga tidak habis untuk

mempertahankan hisup semata.

(4) Bagi suami

Progrm KB bermafaat untuk memperbaiki kesehatan fisi,

mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta miliki

lebih bnyak waktu luang untuk keluarganya.

(5) Manfaat bagi program KB bagi seluruh kelurga

Dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental dan sosial setiap

anggota keluarga. Di mana kesehatan anggota keluarga akan

mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh

pendidkan.(Marmi, 2016)

8
4) Fase/tahapanKB

(1) Fase menunda/menunda kehamilan

Fase menunda keamilan bagi PUS dengan usia kuran dari 20

tahun dianjukan untuk menunda kehamilannya.

Alasan menunda/mencega kehamilan:

a) Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya

tidak mempunyai anak dulu karena serbagi alasa.

b) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta

asih muda.

c) Menggunaan kondom kurang menguntungkan, karena

pasangan muda masih tinggi frekuensi ber-senggamanya,

sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.

d) Penggunaan IUD-Mini bagi yang belum mempunyai

anak pada masa ini dapat dinjurkan, terlabih bagi calon

peserta dengan konta-indikasi terhadap Pil ral

(2) Fase Menjarangkan kehamilan

Periode usia istri antara 20-30/35 tahun merupakan periode

usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumla anak 2

orang dan jarak anak kelahiran adalah 2-4 tahun.

Alasan menjarangkan kehamila.

a) Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik

untuk mengandung dan melahirkan.

b) Segara setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan

untuk memakai IUD sebagai pilihan utama.

9
c) Kegagalan yang emnyebabkan kehamilan cukup tinggi

namun di sini tidak/kurang berbahaya karena yang

bersangkutan berada pada usia mengandung dan

melahirkan yang baik.

d) Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan

program.

(3) Fase Menghentikan/Mengakhiri Kehamilan/Kesuburan.

Periode usia isteri diatas 30 tahun, terutama di atas 35 tahun,

sebaiknya mengakhiri keseuburan setelah mempunyai 2

orang anak.

Alasan mengakhiri kesuburan:

a) Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk

tidak hamil/tidak punya anak lagi, karena alasanmedis

dan alasan lainnya.

b) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.

c) Pil oral kurang dianjurkan karena usia iby yang relatif

tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat

sampingan dan komplikasi. (Hanafi, 2003)

2.1.2 AKDR (Alat kontrasepsi Dalam Rahim).

1) Pengertian

Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah salah satu

alat kotrasepsi modern yang telah dirancang sedemikian rupa

(baik bentuk, ukuran, bahan dan masa aktif fungsi

kontrasepsinya) yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat

10
efektif, reversible dan berjangka panjang, dan dapat dipakai oleh

semua perempuan usia reproduktif sebagai suatu usaha

pencegahan kehamilan.(Marmi, 2016)

2) Cara kerja

Menurut Prawirohardjo (2014), cara kerja AKDR adalah:

(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba

falopii.

(2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum

uteri.

(3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum

bertemu, walaupunAKDR membuat sperma sulit masuk ke

dalam alat reproduksiperempuan dan mengurangi

kemampuan sperma untuk fertilisasi.

(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam

uterus.

3) Keuntungan.

(1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

(2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-308A

dan tidak perlu diganti).

(3) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.

(4) Tidak mempengaruhi kualitas ASI.

(5) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus

(apabila tidak ada infeksi).

11
(6) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih

setelah haid terakhir).

(7) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

(8) AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan pemulihan

kesuburan berlangsung cepat.

4) Keterbatasan atau kerugian.

(1) Dapat terjadi kehamilan diluar kandungan atau abortus

spontan.

(2) Keluhan suami.

(3) Efek umum yang umum terjadi perubahan siklus haid, haid

lama dan banyak, perdarahan antar menstruasi, dan saat

haid lebih sakit.

(4) Merasakan sakit dan kram perut selama 3-5 hari setelah

pemasangan.

(5) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

(6) Klien dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.

(7) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui.

(8) Klien harus memeriksakan posisi benang AKDR dari waktu

ke waktu. (Marmi, 2016)

5) Yang boleh menggunakan AKDR.

(1) Usia reproduksi.

(2) Keadaan nulipara.

(3) Menginginkan menggunakan kontraseosi jangka panjang.

(4) Perempuan menyusui yang menginginkan kontrasepsi.

12
(5) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.

(6) Tidak menghendaki metode hormonal.

(7) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap

hari.

(8) Gemuk ataupun kurus.

6) Yang tidak boleh menggunakan AKDR.

(1) Hamil atau di curigai hamil.

(2) Uterus yang kecil sekali <5 cm.

(3) Endometriosis, erosi serviks, mioma uteri, polip

endometrium.

(4) Disminorhe yang berat.

(5) Darah haid yang banyak, haid yang ireguler atau perdarahan

bercak (spotting).

(6) Riwayat gonorhoe, Chlamydia, syphilis atau herpes.

(7) Leukore atau infeksi vagina.

(8) Adanya perdarahan pervagina yang belum jelas

penyebabnya, perdarahan pada saluran kencing/infeksi

panggul.

Usia pemakai yang masih muda dan sangat rawan terjangkit

IMS, karena tingkat aktivitas seksual yang masih sangat tinggi.

(Marmi, 2016)

7) Cara Pemasangan

(1) Konseling pra pemasangan

(a) Menjelaskan cara kerja KB IUD

13
(b) Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD

(c) Menjelaskan cara pemasangan KB IUD

(d) Menjelaskan jadwal kunjungan ulang pra pemasangan

atau setelah pemasangan yaitu satu minggu setelah

pemasangan, enam bulan setelah pemasangan, satu

tahun setelah pemasangan.

(e) Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil).

(f) Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya

(g) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis,

servitis)

(h) Diketahui menderitaTBC pelvic

(i) Kanker alat genital

(j) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (BKKBN,

2009)

(2) Pemasangan

(a) Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.

(b) Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai

kembali sarung tangan yang baru.

(c) Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.

(d) Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina

dan serviks

(e) Jepit bibir serviks dengan tenakulum

14
(f) Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik

tanpa sentuh, kemudian dorong ke dalam kavum uteri

hingga mencapai fundus.

(g) Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung

(inserter) ke bawah sehingga lengan IUD bebas

(h) Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan

selubung.

(i) Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan

spekulum dengan hatihati.

(j) Dekontaminasi dan pencegahan pasca tindakan

(3) Konseling dan instruksi pasca insersi

(a) Buat rekam medik.

(b) Mengkaji perasaan akseptor pasca pemasangan IUD

Copper T Cu380A.

(c) Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pasca

pemasangan IUD Copper T Cu-380A (Sakit dan kejang

selama 3-5 hari pasca pemasangan, perdarahan berat

waktu haid atau diantarnya yang mungkin penyebab

anemia, perforasi uterus).

(4) Ajarkan klien cara pemeriksaan mandiri benang IUD.

a) Mencucui tangan.

b) Ibu jongkok kemudian memasukkan jari tengah ke

dalam vagina ke arah bawah dan ke dalam sehingga

dapat menemukan lokasi serviks.

15
c) Merasakan benang IUD pada ujung serviks, jangan

menarik benang tersebut.

d) Memeriksa IUD pada setiap akhir menstruasi dan

sesering mungkin di antara bulan-bulan kunjungan

ulang.

(a) Menjelaskan kemungkinan IUD keluar atau

ekspulsi.

(b) Menjelaskan bahwa IUD Copper T Cu380A segera

efektif setelah pemasangan.

(c) Menjelaskan waktu kunjungan ulang (control

pertama 1minggu pasca pemasangan, selanjutnya

4-6minggu, saat menstruasi yang akan datang, atau

jika ada keluhan).

(d) Menjelaskan bahwa akseptor dapat melepas IUD 8

tahun atau apabila klien menghendaki.

(e) Lakukan observasi selama 15 menit sebelum

memperbolehkan klien pulang(Prawiroharjo,

2014).

8) Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Mufdlilah,

Asri H & Ima K (2010), proses manajemen kebidanan terdiri dari

5 langkah, yaitu:

(1) Langkah I (pertama) : Pengumpulan data dasar Langkah

pertama merupakan langkah awal yang akan menentukan

langkah berikutnya. Mengumpulkan data adalah

16
menghimbau informasi tentang klien/orang yang meminta

asuhan. Memilih informasi data yang tepat diperlukan

analisa suatu situasi yang menyangkut manusia yang rumit

karena sifatt manusia yang komplek. Kegiatan

pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan

secara terus mnerus selama proses asuhan kebidanan

berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber.

Pasien adalah sumber informasi yang akurat danekonomis,

disebut sumber data primer. Sumber data alternative atau

sumber data sekunder adalah data yang sudah ada, praktikan

kesehatan lain, anggota keluarga. Teknik pengumpulan data

ada tiga, yaitu:

a) Observasi, adalah pengumpulan data melalui indera :

penglihatan (perilaku, tanda fisik, kecacatan, ekspresi

wajah), pendengaran (bunyi batuk, bunyi nafas),

penciuman (bau nafas, bau luka), perabaan (suhu

badan, nadi)

b) Wawancara, adalah pembicaraan yang terarah yang

umumnya dilakukan pada pertemuan tatap mukan.

Dalam wawancara yang penting diperhatikan adalah

data yang ditanyakan diarahkan ke data yang relevan.

c) Pemeriksaan, dilakukan dengan memakai

instrumen/alat pengukur. Tujuannya untuk memastikan

batas dimensi angka, irama, kuantitas. Misalnya : tinggi

17
badan dengan meteran, berat badan dengan timbangan,

tekanan darah dengan tensi meter. Secara garis besar,

diklasifikasikan menjadi data subjektif dan data

objektif. Pada waktu pengumpulan data subjektif bidan

harus : mengembangkan hubungan antar personal yang

efektif dengan pasien/klien/yang diwawancarai, lebih

memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama

pasien dan yang dicemaskan, berupaya mendapatkan

data/fakta yang sangat bermakna dalam kaitan dengan

masalah pasien. Pada waktu pengumpulan data objektif

bidan harus : mengamati ekspresi dan perilaku pasien,

mengamati perubahan/kelainan fisik, memperhatikan

aspek sosial budaya pasien, menggunakan tehnik

pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan

pemeriksaan yang tepat dan benar, melakukan

pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan

keluahan pasien.

(2) Langkah II (kedua): Interprestasi data dasar Pada langkah

ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang

benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang

sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan

masalah atau diagnosa yang spesifik. Langkah awal dari

perumusan masalah/diagnosa kebidanan adalah

18
pengolahan/analisa data yaitu menggabungkan

menghubungkan data satu dengan lainnya sehingga

tergambar fakta. Masalah adalah kesenjangan yang

diharapkan denga fakta / kenyataan. Analisa adalah proses

pertimbangan tentang nilai sesuatu dibandingkan dengan

standar. Standar adalah aturan/ukuran yang telah diterima

secara umum dan digunakan sebagai dasar perbandingan

dalam kategori yang sama. Hambatan yang berpotensi

tinggi menimbulkan masalah kesehatan (faktor resiko).

Dalam bidang kebidanan pertimbangan butir-butir tentang

profil keadaan dalamm hubungannya dengan status sehat-

sakit dan kondisi fisiologis yang akhirnya menjadi faktor

resiko agent yang akan mempengaruhi status kesehatan

orang bersangkutan. Pengertian masalah / diagnosa adalah

“suatu pernyataan dari masalah pasien/klien yang nyata atau

potensial dan membutuhakan tindakan”. Dalam pengertian

yang lain masalah/diagnosa adalah “pernyataan yang

menggambarkan masalah spesifik yang berkaitan denagn

keadaan kesehatan seseorang dan didasarkan pada penilaian

asuhan kebidanan yang bercorak negatif”. Dalam asuhan

kebidanan kata masalah dan diagnosa keduanya dipakai

karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai

diagnosa tetapi perlu tetap perlu dipertimbangkan untuk

membuat rencana asuhan yang menyeluruh. Masalah sering

19
dihubungkan dengan bagaimana wanita itu mengalami

kenyataan terhadap diagnosa. Diagnosa adalah diagnosa

yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktik

kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa

kebidanan. Standar nomenlaktur diagnosa kebidanan :

a) Diakui dan telah disahkan oleh profesi

b) Berhubungan langsung dengan praktik kebidanan

c) Memiliki ciri khas kebidanan

d) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek

kebidanan

e) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen

kebidanan.

(3) Langkah III (ketiga) : Merencanakan asuhan yang

komprehensif atau menyeluruh. Pada langkah ini

direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah

diidentifikasi atau antisipasi pada langkah ini informasi /

data dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Suatu rencana

asuhan harus sama-sama disetujui oleh bidan maupun

wanita itu agar efektif, karena pada akhirnya wanita itulah

yang akan melaksanakan rencana itu atau tidak. Oleh karena

itu tugas dalam langkah ini termasuk membuat dan

pendiskusian rencana dengan wanita itu begitu juga

20
termasuk penegasan akan persetujuannya. Semua keputusan

yang dibuat dalanm merencanakan suatu asuhan yang

komprehensif harus merefleksikan alasan yang benar,

berlandaskan pengetahuan, teori yang berkaitan dan up to

date serta divalidasikan dengan suami mengenai apa yang

diinginkan wanita tesebut dan apa yang dia tidak inginkan.

Rational yang berdasarkan asumsi dari perilaku pasien yang

tidak divalidasikan., pengetahuan teoritis yang salah atau

tidak memadai, atau data dasar yang tidak lengkap adalah

tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien yang tidak

lengkap adalah tidak sah akan menghasilkan asuhan pasien

yang tidak lengkap dan mungkin juga tidak aman.

Perencaan supaya terarah, dibuat pola pikir dengan langkah

sebagai berikut : tentukan tujuan tindakan yang akan

dilakukan yang berisi tentang sasaran/target dan hasil yang

akan dicapai, selanjutnya ditentukan rencana tindakan

sesuai dengan masalah/diagnosa dan tujuan yang akan

dicapai.

(4) Langkah IV(keempat) : Melaksanakan perencanaan dan

pelaksanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan

menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-3

dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan

oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota tim

21
kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia

tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya (memastikan langkah tersebut benar-benar

terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi

dengan dokter dan keterlibatannya dalam manajemen

asuhan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan

kjuga bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana

asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen

yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan

meningkatkan mutu asuhan.

(5) Langkah V (kelima) : Evaluasi Pada langkah ke 5 ini

dilakukan eveluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan didalam

masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap

efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah

efektif sedang sebagian belum efektif

22
2.2 Hasil penelitian berdasarkan jurnal ilmiah

1. JurnalPenelitianIzattul Azijah, Kusmayra Ambarwati Yang


BerjudulPengaruh Pemberian Promosi Kesehatan Tentang Penggunaan
Kb Iud Terhadap Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur

Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui bahwa hasil

Keuntungan pemakaian IUD yakni hanya memerlukan satu kali

pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang murah,

aman karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke

seluruh tubuh, tidak mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan cepat

kembali setelah IUD dilepas. Akan tetapi, banyak juga faktorfaktor

yang mempengaruhi Ibu dalam menentukan metode kontrasepsi yang

akan digunakan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap

pemilihan metode kontrasepsi yang digunakan, yaitu faktor predeposisi

(umur, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap), faktor pendukung

(ketersediaan alat kontrasepsi, jarak rumah ke fasilitas kesehatan, waktu

tempuh, dan biaya), serta faktor pendorong (petugas kesehatan).

Tingkat pengetahuan dan pendidikan Ibu dalam hal ini sangat

berpengaruh terhadap penggunaan KB IUD. Tingkat pendidikan akan

mempengaruhi wawasan dan pengetahuan ibu. Semakin rendah

pendidikan ibu maka akses terhadap informasi tentang KB khususnya

AKDR akan berkurang, sehingga ibu merasa kesulitan untuk

mengambil keputusan secara efektif alat kontrasepsi mana yang akan

dipilih oleh ibu.Hal ini memberikan gambaran bahwa tingkat

pengetahuan responden dalam posisi yang sama dan tidak bias data. Hal

tersebut dikuatkan dari hasil uji maka dari itu p (1 > 0,05) sehingga ada

23
perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan sebelum dan sesudah

diberikan pendidikan kesehatan. Endah Widoro Rahayu (2015).

menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara konseling

KB terhadap tingkat pengetahuan tentang KB di Puskesmas Melati II

Yogyakarta tahun 2015 ditunjukkan dengan nilai perbedaan ratarata

(mean) yang didapatkan antara pre test dan post test dan nilai p-value =

0.003 ( p<0.05). Responden yang memiliki pengetahuan kurang

terhadap KB IUD tentu berpengaruh untuk pengambilan keputusan

dalam penggunaan KB IUD, maka dari itu pemberian pendidikan

tentang KB IUD sangat berpengaruh positif pada tingkat pengetahuan

wanita usia subur khususnya tentang penggunaan KB IUD.

2. JurnalPenelitianAgnes Madianung dkk Yang BerjudulFaktor-Faktor


Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(Akdr) Bagi Akseptor Kb Di Puskesmas Jailolo

Hasil penelitian terhadap 96 sampel, sebagian besar responden

berusia dewasa muda (>20 tahun) dalam pemilihan kontrasepsi yaitu 77

orang (Tabel 1). Responden berusia di atas 20 tahun lebih memilih

AKDR karena secara fisik kesehatan reproduksi sudah lebih matang

dan merupakan tolak ukur tingkat kedewasaan seseorang. Makin

bertambahnya usia seseorang dikatakan makin dewasa dalam pikiran

dan tingkah laku. Usia di atas 20 tahun merupakan masa menjarangkan

dan mencegah kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi lebih ditujukan

pada kontrasepsi jangka panjang. Responden berusia kurang dari 20

tahun lebih memilih non AKDR karena usia tersebut merupakan masa

24
menunda kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi selain dari AKDR

yaitu pil, suntikan, implan, dan kontrasepsi sederhana.

Hasil penelitian memperlihatkan responden yang terbanyak

berpendidikan tinggi yaitu 72 orang (Tabel 1). Responden dengan

pendidikan tinggi terbanyak membuktikan bahwa masyarakat pada

umumnya telah menyadari pendidikan merupakan hal penting yang

harus diikuti. Hasil uji chi-square pendidikan responden mendapatkan

nilai P 𝛂𝛂 (0,05), nilai CI 95%, dan OR 0,444 (Tabel 10). Dengan

demikian tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dan pemilihan

AKDR bagi akseptor KB. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian

Endang (2007) di RSU Pandan Arang, Boyolali. Bekerja atau tidak

bekerja tidak memengaruhi seorang akseptor dalam pemilihan

kontrasepsi, khususnya AKDR, sebab kontrasepsi ini tidak mengganggu

aktivitas sehari-hari.

Pengetahuan Hasil penelitian ini memperlihatkan responden

terbanyak dengan pengetahuan baik (Tabel 2). Responden dengan

pengetahuan baik membuktikan bahwa pengetahuan tentang AKDR

sudah didapat sebelumnya melalui tenaga kesehatan, televisi atau

majalah. Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2007), seseorang berperi-laku didasari oleh pengetahuan, kesadaran

dan sikap positif sehingga perilaku tersebut akan bersifat langgeng,

sebaliknya bila perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran

maka tidak akan berlangsung lama.

25
2.3 Tinjauan Manajemen 5 Langkah Askeb

2.3.1 Manajemen Kebidanan

a. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir

logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan

merupakan alat ukur bagi seorang bidan dalam memberikan arah /

kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawab.

Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan

pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus

dilakukan oleh bidan di dalam memberikan asuhan kebidanan

kepada individu, keluarga dan masyarakat.

b. Langkah-langkah manajeman kebidanan

1. Langkah I: Tahap Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian

dengan mengumpulkan semua data atau informasi yang

akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan

dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan

dengan cara yaitu :

a) Anamnesa riwayat kesehatan.

b) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.

c) Pemeriksaan tanda-tanda vital.

d) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.

e) Pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang.

26
Langkah ini merupakan langkah awal yang akan

menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data

sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan

proses intervensi yang benar atau tidak dalam tahap

selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus

komprehensif meliputi data subjektif dan hasil pemeriksaan,

sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang

sebenarnya dan valid.

2. Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga ditemukan masalah atau diagnostik yang spesifik.

Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan

karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis

tetapi tetap membutuhkan penangan. Masalah sering

berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang

diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.

Masalah juga sering menyertakan diagnosis.

Standar nomenklatur diagnosis kebidanan:

a) Diakui dan disyahkan oleh profesi.

b) Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.

c) Memiliki ciri khas kebidanan.

d) Didukung oleh clinical judgement dalam praktek

kebidanan.

27
e) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen

kebidanan.

3. Langkah III: Menyusum rencana Asuhan Yang Menyeluruh

Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang

menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya.

Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data dasar yang

tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya

meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi

klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga

dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita teresbut

seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya,

apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah

perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang

berkaitan dengan sosial, ekonomi, kultural atau masalah

psikologis. Dengan perkataan lain, asuhan terhadap wanita

tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan

setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan

haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dan

klien agar dapat dilaksankan dengan efektif karena klien

juga akan melaksankan rencana tersebut. Oleh karena

itu,pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan

28
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana

asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan

bersama sebelum melaksanakannya.

4. Langkah IV: Melaksanakan langsung asuhan dengan efisien

dan aman

Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan

lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap

memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanannya, misalkan memastikan langkah-langkah

tersebut benar-benar terlaksana.

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan

dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,

maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi

klien adalah tetap bertanggu jawab terhadap terlaksananya

rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan

biaya serta meningkatkan mutu ada asuhan klien.kaji ulang

apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan.

5. Langkah V: Mengevaluasi

Pada langkah ini dilakukan keefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan

bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam

29
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap

efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut

efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa

proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan

yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali

dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui

manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses

manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian

terhadap rencana asuhan tersebut (Sumiati dan Silfia,

2013).

2.3.2 Metode pendokumentasian SOAP

Metode empat langkah yang di namakan SOAP ini disarikan

dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan. Metode ini dipakai

untuk mendokumentasikan asuhan pasien dalam rekam medis pasien

sebagai catatan kemajuan. SOAP adalah catatan yang bersifat

sederhana, jelas, logis dan tertulis.

1. Data subjektif (S) adalah apa yang dikatakan klien tersebut

2. Data objektif (O) adalah apa yang dilihat dirasakan oleh bidan

sewaktu sewaktu melakukan pemeriksaan atau hasil labolatorium

3. Analisis (A) adalah kesimpulan apa yang dibuat dari data-data

subjektif/objektif tersebut

4. Plan atau perencanaan (P) adalah apa yang dilakukan berdasarkan

hasil pengevaluasian tersebut di atas.

30
Pendokumentasian penting dilakukan karena:

1. Membuat catatan permanen tentang asuhan yang diberikan

kepada pasien.

2. Memungkinkan berbagi informasi diantara pada pemberi asuhan

3. Memfasilitasi pemberian asuhan yang berkesinambungan

4. Memungkinkan pengevaluasi dari asuhan yang diberikan

5. Memberikan data untuk catatan nasional, riset dan statistik

mortalitas/morbiditas.

6. Meningkatkan pemberian asuhan yang lebih aman dan bermutu

tinggi kepada klien.

Alasan catatan SOAP digunakan untuk pendokumentasian

adalah sebagai berikut:

1. Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan

informasi yang sistematis yang mengorganisasi penemuan dan

kesimpulan yang menjadi suatu rencana asuhan.

2. Merupakan pennyaringan intisari dari proses penatalaksanaan

kebidanan untuk tujuan penyediaan dan pendokumentasian

asuhan.

3. SOAP merupakan urutan yang dapat membantu dalam

mengorganisasi pikiran dan memberikan asuhan yang

menyeluruh.

Seorang bidan hendaknya menggunakan SOAP setiap kali

bertemu dengan pasiennya. Selama masa antepartum, bidan dapat

menuliskan satu catatan SOAP untuk setiap kali kunjungan, sementara

31
dalam masa intrapartum dapat menuliskan lebih dari satu catatan

SOAP untuk satu pasien dalam satu hari. Bidan harus melihat catatan

SOAP terdahulu bila merawat seorang klien dengan tujuan untuk

mengevaluasi kondisinya yang sekarang.

32
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN

1. DATA SUBJEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh: Retno Indah Sulistyowati

Di: Puskesmas Wringinanom

Pada hari/tanggal: , 08 Februari 2023 Pukul: 10.00 WIB

1) IDENTITAS KLIEN No. Register : -

Nama Klien : Ny. E Nama Suami : Tn. D

Umur :34 th Umur : 38 th

Suku/ Bangsa : Jawa/Indo Suku/ Bangsa : Jawa/indo

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani

Penghasilan/bulan : - Penghasilan/bulan : Rp.± 2 jt

Alamat : Gresik

2) Alasan kunjungan saat ini

Kunjungan pertama

3) Keluhan utama

Ibu ingin melakukan pemasangan KB IUD.

4) Riwayat menstruasi

a. Menarche : 14 tahun

b. Siklus menstruasi : 28 hari (teratur)

33
c. Lama : 7 hari

d. Banyaknya darah : 2-3 kali ganti pembalut

e. Konsistensi : Cair

f. Dysmenorhoe : Ya (sebelum menstruasi)

g. Flour albus : Ya (sebelum dan sesudah menstruasi)

Warna: Putih Bau: - Gatal: -

5) Status perkawinan

 Kawin : 1 Kali

 Lama kawin : 5 tahun

6) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

No. Suami Kehamilan Persalinan Nifas Anak K Ket


ke B
Umur Pen Penol Jenis Temp Peny penyu L/P BB/ Men H/M
yul ul l PB yusu
i

1 1 9 bln - Bidan Norm PMB - - P 3200/ Ya H Su


al 50 nti
k

2 1 9 bln - Bidan Norm PKM - -- L 3300/ Ya H


al 49

7) Riwayat KB

No. Jenis Tempat Waktu Alasan Efek Upaya yang dilakukan Ket
kontrasepsi Pelayanan pemakaian Pemakaian Samping

1. KB Suntik PKM ± 2 tahun Menunda Bb naik Menganjurkan ibu


kehamilan untuk menganti
kontrasepsi jangka
Panjang.

8) Riwayat Kesehatan keluarga

a. Keturunan kembar : Tidak ada

Dari pihak siapa : Tidak ada

34
b. Penyakit keturunan : Tidak ada

Jenis penyakit : Tidak ada

Dari pihak siapa : Tidak ada

c. Penyakit lain dalam keluarga : Tidak ada

Jenis penyakit : Tidak ada

Dari pihak siapa : Tidak ada

9) Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit menahun : Tdak ada

 Penyakit menurun : Tidak ada

 Penyakit menular : Tidak ada

10) Keadaan Psikososial dan dukungan keluarga

 Alasan ibu menjadi akseptor KB: Untuk mencegah kehamilan

 Motivasi ibu untuk menjadi akseptor berasal dari: Suami dan

keluarga

 Dukungan dari suami: Ya

 Dukungan dari keluarga yang lain: Ya

11) Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi

- Makan nasi, lauk, sayur dan buah-buahan 3 x sehari porsi 1

piring

- Minum air putih ± 6-7 gelas perhari

- Masalah yang dirasakan: Tidak ada

b. Pola Eliminasi

- BAK: 4-5 kali perhari Warna: Kuning jernih Bau: Pesing

35
- BAB : 1-2 kali perhari Warna : Kuning kecoklatan

Bau:khas feses

- Masalah yang dirasakan: Tidak ada

c. Pola istirahat tidur

- Tidur siang ± 1-2 jam

- Tidur Malam ± 6-7 jam

- Masalah yang dirasakan: Tidak ada

d. Pola Aktivitas

Ibu melakukan aktivitas seperti biasa memasak, mencuci piring,

menyapu, ngepel dan lain sebagainya.

Masalah yang dirasakan : Tidak ada

e. Pola seksualitas

Sesuai kebutuhan

Masalah yang dirasakan : Tidak ada

f. Perilaku Kesehatan

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : Tidak ada

2. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

 Kesadaran : Composmentis

 Tekanan Darah : 120/80 mmHg

 Suhu : 36,5 C

 Nadi : 82x/m

 RR : 21x/m

 BB : 57 kg

36
 TB : 155 cm

2) Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi

 Kepala : Kanan/kiri simetris, rambut hitam, tidak rontok,

tidak ada ketombe, dan tidak ada benjolan

abnormal

 Muka : Kelopak mata : Kanan/kiri simetris

Conjungtiva : Tidak anemis

Sklera : Tidak ikterik

 Mulut dan gigi : Bibir : Lembab

Lidah : Bersih

Gigi : Tidak berlubang dan tidak ada

karies

 Hidung : Kanan/kiri simetris : Tidak ada

pembesaran  polip, tidak ada pernafasan cuping

hidung

Sekret : Tidak ada pengeluaran

Kebersihan : Bersih

 Leher : Pembesaran vena jugularis : Tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening: Tidak ada

 Dada : Kanan/kiri simetris

37
Pembesaran payudara : Kanan/kiri simetris,

tidak ada benjolan abnormal

Kebersihan : Bersih

 Perut : Pembesaran : Tidak ada pembesaran

Bekas luka operasi : Tidak ada

Pembesaran lien/ liver : Tidak ada

 Anogenetalia : Vulva vagina warna : Normal

Luka parut : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

Varises : Tidak ada

Kebersihan : tidak di kaji

 Ekstremitas atas dan bawah: Oedema : Kanan/kiri tidak ada

Varises : Kanan/kiri tidak ada

Kekakuan sendi : Tidak ada

b. Palpasi

 Leher : Pembesaran vena jugularis : Tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid : Tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening: Tidak ada

 Dada : Benjolan/ Tumor : Tidak ada

 Perut : Pembesaran lien/ liver : Tidak ada

Kandung kemih : Kosong

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema: Tidak ada

3) Pemeriksaan Laboratorium

PP Tes : tidak dilakukan

38
IVA : tidak dilakukan

PAP Smear : tidak dilakukan

3.2 ANALISA/DIAGNOSA

P2002 dengan Calon Akseptor KB IUD

3.3 PENATALAKSANAAN:

1. Melakukan pemeriksaan fisik keadaan umum ibu baik, TD: 120/80

mmHg, N: 82 x/m Suhu : 36,5 C, RR: 21x/m, BB: 57 kg dan ibu

sedang tidak hamil

2. Melakukan penapisan/skrining bahwa ibu telah memenuhi persyaratan

untuk dilakukan pemasangan kb IUD

“Ibu bersedia dan memenuhi persyaratan untuk dilakukan pemasangan

kb IUD”

3. Keuntungan KB IUD yaitu antara lain :

a) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.

b) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-308A dan

tidak perlu diganti).

c) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat.

d) Tidak mempengaruhi kualitas ASI.

e) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila

tidak ada infeksi).

f) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah

haid terakhir).

g) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

39
h) AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan pemulihan

kesuburan berlangsung cepat.

“Ibu mengerti dan memahami”

4. Memberikan inform consent

“Ibu mengerti dan bersedia”

5. Menjelaskan tentang prosedur pemasangan

“Ibu mengerti dan memahami”

6. Memberikan konseling pada ibu setelah melakukan pemasangan

“Ibu mengerti dan memahami”

7. Memberikan terapi obat

R/ Amoxilin 3x1 (Anti biotik)

Asam Mefenamat 3x1 (Anti nyeri)

“Sudah diberikan”

8. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 7 hari setelah melakukan

pemasangan (14-02-2023) atau jika ada keluhan segera datang

ketenaga Kesehatan

“Ibu mengerti dan bersedia”

40
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada bab ini kan membahas tentang asuhan kebidanan pada Ny “E”Calon

akseptor KB IUD dengan pendekatan manajemen 5 langkah menurut Varney,

mulai dari pengkajian sampai evaluasi serta ada tidaknya kesenjangan antara teori

dengan praktek yang dialami penulis saat dilapangan. Dalam langkah ini tahap

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,observasi dan study

dokumentasi. Untuk pemeriksaan penunjang tidak dilakukan. Pada langkah

pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan

dengan anamnesa. Data yang dikumpulkan guna melengkapi data untuk

menegakkan diagnosis. Melakukan pengkajian data obyektif melalui pemeriksaan

umum, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan khusus.Pada pengumpulan data

subyektif pada Ny “E” Calon akseptor KB IUD dengan gangguan pola

menstruasi. Keluhan utama pada waktu datang Ibu mengatakan ingin

menggunakan kontrasepsi IUD Asuhan Kebidan pada Ny. “E” Calon akseptor

KB IUD.Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui pengkajian data obyektif

melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, ini sesuai dengan langkah asuhan

kebidanan pada hasil penelitian perludilakukan intervensi agar antara peneliti

dengan subyek peneliti antara jadi komunikasi yang baik oleh karena itu maka

peneliti telah menjalin hubungan terapeutik dengan pasien dan suami agar dapat

41
memberikan saran yang berkaitan dengan gangguan pola menstruasinya ini,

peneliti berusaha menjelaskan tentang kondisi pasien saat ini, dan melakukan

observasi terhadap keadaanya saat ini.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny “E”Calon Akseptor

KB IUD, denganmenerapkan management kebidanan 5 langkah varney

dapat disimpulkan pada langkah pengkajian didapatkan data subjektif dan

objektif melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk menentukan

diagnosa dan memprioritaskan masalah.

Pada data subjektif didapatkan ibu mengatakan ingin menggunakan

kontrasepsi kb iud .Pada data objektif didapatkan posisi uterus ibu antefleksi

dan porsio berwarna merah muda.

Dalam pengkajian kasus Ny “E” Calon Akseptor KB IUD, diperoleh

data subyektif

yaitu melalui anamnesa dari pasien. Pada data subyektif yaitu melalui

pemeriksaan fisik. Saat pemeriksaan fisik, pada pemeriksaan TTV bahwa

tensi 120/80 mmHg.

Dalam identifikasi diagnose, masalah ditemukan diagnose Ny “E”

Calon Akseptor KB IUD, yaitu ibu memahami dengan keadaannya saat ini.

Sehingga di dalam identifikasi ibu diberi penjelasan tentang iud dan

pengetahuan pemasangan IUD.

42
5.2 Saran

5.2.1 Bagi Klien

Diharapkan klien dan keluarga dengan adanya asuhan kebidanan

kehamilan dapat dijadikan sebagai media informasi, serta menambah

pengetahuan dan motivasi bagi klien (Ny. E), bahwa perhatian

pemeriksaan dan pemantauan kesehatan sangat penting terutama

asuhan kebidanan pada ibu hamil.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan institusi kesehatan dapat lebih meningkatkan

kualitas pendidikan asuhan kebidanan kehamilan dengan tepat dalam

proses belajar mengajar dan memperbaiki praktik pembelajaran

menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga kualitas sumber daya

manusia di institusi meningkat dengan cara mahasiswa dapat

langsung melakukan dan menerapkan pemeriksaan kehamilan.

5.2.3 Bagi Lahan Praktik

Diharapkan lahan praktek dapat menerapkan asuhan kebidanan

berKB ini untuk meningkatkan mutu pelayanan kebutuhan melalui

pendekatan manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil.

5.2.4 Bagi Bidan

Diharapkan bidan lebih meningkatkan mutu pelayanan dengan

standart meliputi standart tenaga, sarana dan fasilitas, kemampuan,

metode, pencatatan dan pelaporan agar dapat memberikan asuhan

kebidanan yang lebih baik serta dapat mengembangkan ilmu

43
pengetahuan dan teknologi yang dilakukan dengan membangun

melakukan kerjasama dan kolaborasi.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika

Hartanto, Hanafi. 2003. Kelurga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan

IzattulAzijah, dkkPengaruhPemberianPromosiKesehatanTentangPenggunaan Kb
IudTerhadap Tingkat
PengetahuanWanitaUsiaSuburHttps://Mail.Ejurnal.Stikes-Bth.Ac.IdDi
akses pada tanggal

Johanadkk.Faktor-Faktor Yang
BerhubunganDenganPemilihanAlatKontrasepsiDalam Rahim (Akdr)
BagiAkseptor Kb Di PuskesmasJailolohttps://ejournal.unsrat.ac.idDi
akses pada tanggal

Kkb. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka

Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan


Antenatal, Intranatal, Pos natal Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.
Salemba Medika

Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

Marmi. 2016. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sumiaty dan Niluh Nita Silfia. 2013. Konsep Kebidanan. Bogor: IN MEDIA

44
DOKUMENTASI

45
46

Anda mungkin juga menyukai