Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat karunianya penulis dapat
menyelesaikan buku ajar Akuntansi Manajemen. Akuntansi manajemen penting bagi para
manajer untuk membuat keputusan yang lebih baik karena akuntansi manajemen
menyediakan informasi yang dibutuhkan manajemen dan membantu manajemen dalam
melaksanakan fungsi-fungsi organisasi..
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung memberikan bantuan dan dorongan dalam penulisan buku ini.
Buku ini tersusun dan menjadi lebih baik atas bantuan dan dukungan para kolega. Secara
khusus kami ingin mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan di Universitas Negeri
Jakarta yang telah memberikan bantuan, dukungan dan tinjauan serta komentar atas
penulisan buku ini.
Penulis berharap semoga buku ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan para
pembaca mengenai akuntansi manajemen. Seperti kata pepatah. “Tak ada gading yang
retak”. Penulis mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar buku ini
akan lebih baik lagi dan dapat segera diterbitkan.
Penulis,
Dr. Rida Prihatni, SE., M,Si., Ak.,CA’
Ati Sumiati, SPd., M.Si
1
DAFTAR ISI
2
5.8 Asumsi Analisis Biaya Volume Laba............................................................................
5.9 Ringkasan........................................................................................................................
5.10 Latihan Soal..................................................................................................................
3
10.1 Konsep Penentuan Harga Transfer...............................................................................
10.2 Karakteristik Harga Transfer.........................................................................................
10.3 Tujuan Penentuan Harga Transfer.................................................................................
10.4 Dampak Harga Transfer.................................................................................................
10.5MetodePenentuan Harga Transfer..................................................................................
10.6Ringkasan........................................................................................................................
10.7LatihanSoal.....................................................................................................................
..
4
BAB I
RUANG LINGKUP AKUNTANSI MANAJEMEN
PENDAHULUAN
Akuntansi manajemen merupakan cabang akutansi yang menyediakan informasi
yang dibutuhkan oleh para manajer yang membantu mereka dalam keputusan-keputusan
bisnis. Akuntansi manajemen meyediakan data-data penting yang memberikan informasi
kegiatan organisasi, menyiapkan berbagai laporan, berkaitan dengan kinerja manajer atau
unit bisnis. Karena Akuntansi manajemen berorientasi pada manajer, studi apapun
mengenai akuntansi manajemen harus didahului dengan pemahaman apa yang dikerjakan
oleh manajemen, informasi yang dibutuhkan oleh manajer, lingkungan bisnis secara
umum.
Kompetensi yang diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat:
1. Memahami ruang lingkup akuntansi manajemen secara garis besar
2. Mendeskripsikan pengertian Akuntansi manajemen dan akuntansi Keuangan
3. Memahami peran akuntan manajemen dalam suatu organisasi
4. Mengidentifikasi perbedaan dan persamaan utama antara akuntansi keuangan dan
akkuntansi manajemen
5. Memahami standar etika
6. Memahami konsep-konsep tentang Just in time, total quality management, theory
of constraint, process reenginering. activity based management
5
1.1 Peran Manajemen dan Akuntan Manajemen dalam Organisasi
Organisasi adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
bersama. Organisasi dapat digolongkan menjadi organisasi yang berorientasi laba dan
organisasi berorientasi nir laba. Tujuan utama organisasi berorientasi laba adalah mencari
laba, sedangkan tujuan sekundernya dapat berupa pencarian status yang mantap di
masyarakat. Sebaliknya tujuan utama organisasi berorientasi nir laba adalah selain laba,
seperti misalnya penyediaan jasa pelatihan, dan perawatan kesehatan.
Tujuan akuntansi manajemen adalah memasok informasi kepada para manajer
guna membantu mereka dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis. Informasi yang
dipasok tadi haruslah relevan, tepat waktu, dan terformat dengan baik. Untuk mencapai
tujuan akuntansi manajemn ini, akuntan manajemn perlu memahami jenis-jenis
keputusan yang diambil oleh para manajer, yang berarti bahwa mereka harus memahami
fungsi-fungsi yang dilakukan oleh para manajer.
Fungsi-fungsi manajemen dapat digambarkan dalam tampilan 1-1. Pada
hakikatnya, manajer melaksanakan empat fungsi pokok di dalam organisasi antara lain
perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan, pengendalian, pengambilan keputusan
Tampilan 1-1
6
Melalui fungsi perencanaanlah manajer-manajer menguraikan langkah-langkah yang
perlu diambil dalam rangka menggerakkan organisasi menghampiri tujuan-tujuannya.
Dengan demikian, perencanaan membutuhkan penetapan tujuan-tujuan dan
pengidentifikasian metode-metode untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengorganisasian dan Pengarahan Dalam fungsi pengorganisasan
(organizing), manajer-manajer berusaha untuk menyusun dan membagi tugas-tugas yang
perlu dikerjakan. Fungi pengorganisasian mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang
akan dilaksanakan, orang-orang yang bertangungjawab atas berbagai aktivitas, dan
hubungan-hubungan di antara berbagai bagian di dalam organisasi. Manajemen puncak
mendelegasikan otoritas kepada manajer-manajer madya untuk mengkonsumsi sumber
daya tertentu. Manajer madya ini mendelegasikan wewenang kepada bawahan-bawahan
mereka.
Pengarahan (Directing) adalah proses mengelola aktivitas harian dan memelihara
agar organisasi berfungsi sebagaimana mestinya. Perselisihan antar departemen atau
antarpegawai diselesaikan dan masalah-masalah harus segera diselesaikan.
Pengendalian Fungsi pengendalian (controlling) merupakan proses
memastikan bahwa hasil-hasil sesuai dengan rencana-rencana semula. Dalam
melaksanakan fungsi pengendalian, manajer-manajer mengambil langkah-langkah
penting dalam upaya memastikan bahwa setiap bagian organisasi mengikuti rencana yang
sudah ditentukan dalam tahap perencanaan.Untuk melakukan hal ini, manajer-manajer
mempelajari laporan-laporan akuntansi dan laporan-laporan lainnya dan
membandingkannya dengan rencana-rencana yang sudah disusun sebelumnya.
Pengambilan keputusan (Decision making) adalah proses memilih dan
menentukan keputusan dari pelbagai alternatif keputusan yang dapat diambil. Alternatif
terbaiklah yang seharusnya dipilih.
Peranan akuntan manajemen dalam suatu organisasi merupakan peran pembantu.
Mereka membantu orang-orang yang bertanggung jawab melaksanakan tujuan dasar
organisasi. Posisi yang bertanggungjawab langsung pada tujuan dasar organisasi sebagai
posisi lini (line position). Posisi yang mendukung dan tidak bertanggungjawab langsung
terhadap tujuan dasar organisasi disebut posisi staf (staff positions).
7
Sebagai contoh, anggaplah bahwa misi suatu organisasi adalah memproduksi dan
menjual printer laser. Wakil presiden bidang manufaktur dan pemasaran, manajer pabrik
dan perakit termasuk dalam posisi lini. Wakil presiden bidang keuangan dan sumber daya
manusia, akuntansi biaya dan manajer pembelian termasuk sebagai posisi staf.
8
tujuan suatu sistem. Suatu proses dapat dijelaskan oleh aktivitas seperti pengumpulan
(collecting), pengukuran (measuring), penyimpanan (storing), analisis (analysis),
pelaporan (reporting), dan Pengolahan (managing) informasi. Keluaran dapat berupa
laporan khusus, biaya produk, biaya pelanggan, anggaran, laporan kinerja dan bahkan
komunikasi personal.
Sistem akuntansi manajemen mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:
1. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam penghitungan biaya jasa,
produk, dan tujuan lain yang diinginkan manajemen,
2. Untuk menyediakan informasi yang digunakan dalam perencanaan, pengendalian,
dan pengevaluasian.
3. Untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan
Ketiga tujuan ini mengungkapkan bahwa manajer dan pengguna lainnya
membutuhkan informasi akuntansi manajemen dan perlu mengetahui bagaimana cara
menggunakannya. Imformasi akuntansi manajemen dapat membantu manajer
mengidentifikasi suatu masalah, menyelesaikan masalah, dan mengevaluasi kinerja
(informasi akuntansi dibutuhkan dan digunakan dalam semua ligkup manajemen,
meliputi perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan).
9
1.4 Akuntansi Manajemen versus Akuntansi Keuangan
1. Akuntansi keuangan melapor kepada pihak-pihak di luar organisasi seperti
pemilik, pemberi pinjaman, otoritas pajak, regulator. Sedangkan akuntansi
manajemen melapor kepada pihak-pihak di dalam organisasi untuk: perencanaan,
pengarahan dan pemberian motivasi, pengendalian, evaluasi kinerja.
2. Penekanan pada ikhtisar hasil-hasil keuangan dari aktivitas di masa lalu, untuk
akuntansi keuangan. Penekanan pada pengambilan keputusan yang
mempengaruhi masa depan, untuk akuntansi manajemen.
3. Penekanan pada data yang objektif dan dapat diverifikasi, untuk akuntansi
keuangan. Penekanan pada data yang relevan, untuk akuntansi manajemen.
4. Dibutuhkan informasi yang akurat, untuk akuntansi keuangan. Dibutuhkan
informasi yang tepat waktu, untuk akuntansi manajemen.
5. Akuntansi Keuangan yang disusun hanya ikhtisar data untuk seluruh organisasi.
Akuntansi manajemen yang disusun adalah laporan segmen terinci mengenai
departemen, produk, pelanggan dan pegawai.
6. Akuntansi keuangan harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Akuntansi manajemen tidak perlu mengikuti prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
7. Akuntansi Keuangan bersifat wajib untuk pelaporan eksternal. Akuntansi
manajemen tidak bersifat wajib.
10
Organisasi pada umumnnya menetapkan standar perilaku untuk manajer dan
pekerjanya. Asosiasi-asosiasi professional juga menetapkan standar etika. Institute of
Management Acconuntants (IMA) telah membuat standar etika untuk akuntan
manajemen. Pada tanggal 1 Juni 1983, Management Accounting Practices Committee
dari IMA mengeluarkan suatu pernyataan yang menguraikan tentang standar perilaku etis
akuntan manajemen disajikan dalam tampilan 1-2.
Standar etika menjadi panduan praktik bagi para praktisi akuntan manajemen dan
manajer. Sebagian besar aturan dalam standar etika didorong oleh kondisi praktik, bila
tidak dipatuhi akan mengakibatkan bisnis terganggu. Singkatnya, mematuhi aturan etika
tidak hanya berbuat “baik” tetapi terlebih lagi standar tersebut sangat penting untuk
memfungsikan dengan mulus ekonomi pasar di masa mendatang.
Tampilan 1-2
Standar Perilaku Etis untuk Akuntan Manajemen
I. Kompetensi
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
1. Menjaga tingkat kompetensi professional yang diperlukan dengan terus menerus
mengembangkan pengetahuan dan keahliannya.
2. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan standar
teknis yang berlaku.
3. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkap serta jelas setelah melakukan analisis
yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat dipercaya.
II. Kerahasiaan
Akuntan manajemen bertanggungjawab untuk:
1. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia berkenaan dengan
tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum.
2. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan dengan
tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga kerahasiaan tersebut.
3. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan tugas-tugasnya
untuk tujuan tidak etis dan tidak sah baik secara pribadi maupun pihak ketiga.
III. Integritas
Akuntan manajemen bertanggungjawab untuk:
1. Mengindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan semua pihak
terhadap potensi konflik.
11
2. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan kecurigaan
terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara etis.
3. Menolak pemberian, penghargaan dan keramah-tamahan yang dapat mempengaruhi
mereka dalam bertugas.
4. Menahan diri untuk tidak melakukan penggerogotan terhadap legitimasi organisasi dan
tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif.
5. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan professional atau kendala lainnya
yang akan menghalangi munculnya penilaian yang bertanggungjawab atau kinerja sukses
dari suatu aktivitas.
6. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini
professional.
7. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi.
IV. Objektivitas
Akuntan Manajemen bertanggungjawab untuk:
1. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objekif.
2. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan mempengaruhi
pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan rekomendasi yang dikeluarkan.
12
4. Jika konflik etika masih ada setelah dilakukan tinjauan terhadap semua jenjang, akuntan
manajemen mungkin tidak punya jalan lain kecuali mengundurkan diri dari organisasi dan
memberikan memo yang informatif kepada perwakilan organisasi yang ditunjuk.
5. Kecuali jika diperintah secara hukum, mengkomunikasikan masalah tersebut kepada berbagai
otoritas atau individu yag tidak ada hubungan dengan organisasi bukanlah pertimbangan yang
tepat.
Sumber: Statement on Management Accounting No. IC, “Standards of Ethical Conduct for
Management Accountants.”
13
bantuan tenaga wiraniaga, modifikasi khusus produk yang memenuhi kebutuhan
pelanggan, pengiriman barang secara tepat waktu, dan dukungan di kelak kemudian hari.
Bagaimanakah implikasi kompetisi global terhadap akuntansi manajerial?
Perusahaan akan sulit bersaing di dunia internasional bila perencanaan, pengarahan, dan
pengendalian operasinya, serta pengambilan keputusannya menggunakan sistem
akuntansi manajemen kelas dua. Sistem akuntansi manajemen itu sendiri bukan garansi
untuk mencapai sukses, tetapi sistem akuntansi manajemen yang tidak bagus dapat
menghalangi usaha organisasi untuk menjadikan perusahaan benar-benar kompetitif.
E-Commerse
Perkembangan teknologi bisnis penggunaan internet menjadi fenomena baru.
Internet memiliki nilai lebih dibandingkan dengan tata cara konvensional untuk beberapa
jenis transaksi. Institusi keuangan tidak perlu lagi menggunakan staf yang bertugas untuk
mengisi berbagai formulir yang dibutuhkan karena pelanggan akan langsung mengisinya
melalui internet. Data dan dana akan dikirimkan secara elektronik, tidak perlu lagi jasa
pengiriman. Meskipun demikian, kecil kemungkinan bahwa bisnis yang sangat besar
yang menawarkan beragam jenis kebutuan sehari-hari yang harganya murah dan
bermargin rendah melalui internet.
Just in Time
Sistem manufaktur tradisional adalah push through systems, artinya, produksi
“diteruskan” oleh sistem dan usaha-usaha selanjutnya dilakukan untuk menjual sebanyak
mungkin unit yang diproduksi. Jika produksi lebih besar dari permintaan, maka
persediaan barang jadi dihasilkan. Sistem tarikan permintaan (demand pull) seperti just in
time (JIT) adalah system yang memproduksi barang hanya ketika produk dibutuhkan dan
hanya dalam jumlah yang diminta konsumen. Tarikan permintaan mempengaruhi
produksi melalui proses manufaktur, Setiap operasi memproduksi hanya apa yang
diminta dari operasi yang sedang berjalan.
Jika perusahaan menerapkan sistem just in time (JIT) maka perusahaan akan
membeli bahan baku dan memproduksi produknya sesuai dengan permintaan pelanggan
sehingga dengan sistem JIT, persediaan dikurangi sampai dengan tingkat minimum dan
jika memungkinkan samapi menjadi nol.
14
Dalam kondisi yang ideal, perusahaan yang menjalankan sistem JIT akan
membeli bahan baku hanya untuk kebutuhan hari itu saja. Lebih lanjut, perusahaan tidak
memiliki persediaan barang dalam proses pada akhir hari tersebut, dan semua barang jadi
yang diselesaikan hari itu telah dikirimkan kepada pelanggan begitu prduksi selesai.
Dengan pola seperti itu, JIT berarti bahwa bahan baku diterima segera masuk ke proses
produksi, bahan-bahan produksi yang lain segera digabungkan dan dikerjakan, dan
produksi yang telah jadi segera dikirimkan kepada pelanggan.
Meskipun hanya sedikit perusahaan yang dapat mencapai kondisi ideal ini,
kebanyakan perusahaan dapat mengurangi tingkat persediaannya sampai persentase
tertentu dari persediaan tingkat sebelumnya. Hasilnya mampu secara substansial
mengurangi beban penyimpanan dan pemesanan serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas operasi. Dalam sistem JIT, pendekatan tradisional yang mengondisikan semua
karyawan sibuk dihindari untuk mencapai tingkat produksi sesuai dengan permintaan
pelanggan, meskipun sebagai konsekuensinya ada karyawan yang menganggur.
Konsekuensi penerapan just in time (JIT) bagi perusahaan:
1. Produksi akan terhenti dan pengiriman akan tertunda apabila ada komponen
penting yang hilang atau ada yang cacat dalam pengolahan produksi.
2. Sebaiknya tata letak pabrik ada dalam satu lokasi atau terfokus agar semua mesin
ada dalam satu lokasi pabrik.
3. Sebaiknya tidak ada produk cacat dalam lingkungan just in time.
15
Pada intinya manufaktur JIT terfokus pada perbaikan berkelanjutan (continual
improvement) dengan mengurangi biaya persediaan dan menghadapi masalah ekonomi
lainnya.
16
Walaupun PR dalam beberapa hal memiliki persamaan dengan TQM namun PR
lebih menekankan pada perubahan yang menyeluruh. Satu contoh perbedaan, bila TQM
lebih menekankan pada pendekatan tim yang melibatkan orang-orang yang terlibat
langsung dalam proses bisnis, maka PR selain melaksanakan aktivitas dalam TQM
tersebut juga meggunakan konsultan luar.
PR lebih menyederhanakan dan menghilangkan aktivitas yang kurang atau bahkan
yang tidak bermanfaat. Dengan kata lain aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah
terhadap produk dan jasa harus dihilangkan. Aktivitas yang tidak menambah nilai pada
produk yang harus dibayar oleh pelanggan disebut aktivitas yang tidak bernilai tambah
(non value added activities).
Teori Kedala
Kendala (constraint) adalah segala sesuatu yang menghambat Anda untuk
mendapatkan apa yang Anda inginkan. Setiap individu atau organisasi setidaknya
memiliki satu kendala untuk mencapai apa yang diinginkannya.
Teori kendala (Theory of Constraint / TOC) didasarkan pada pandangan bahwa
manajemen kendala secara efektif adalah kunci keberhasilan. Setiap perusahaan yang
mengejar laba sudah barang tentu menghadapi sekurang-kurangnya satu kendala. Jika
tidak, menurut teori kendala, maka perusahaan tersebut dapat memproduksi apapun
(misalya produk,jasa, atau laba) tanpa batas.
Kendala bisa bersifat eksternal, seperti permintaan pasar atau pemasok, atau
internal, semisal kapasitas mesin, tenaga kerja, perilaku manajer, logistik, ataupun
kebijakan. Teori kendala memandang, sebuah perusahaan sebagai suatu urutan proses
saling berkaitan yang menstranformasi masukan-masukan ke dalam keluaran yang dapat
di jual seperti halnya suatu mata rantai.
Prosedur yang harus dilakukan bagi perusahaan yang menganut teori kendala
untuk memperkuat mata rantai dapat dikerjakan dengan beberapa tahapan-tahapan berikut
ini: (1) identifikasikan mata rantai yang paling lemah atau bagian yang menjadi kendala,
(2) jangan memberikan beban yang lebih berat yang tidak bisa ditangani oleh mata rantai
yang paling lemah, (3) konsentrasikan usaha untuk perbaikan di mata rantai yang paling
lemah. (4) jika usaha perbaikan berjalan sukses, maka bagian yang paling lemah tersebut
17
bukan lagi bagian yang paling lemah lagi. Pada tahap ini, lakukan identifikasi kembali
untuk menentukan bagian yang palig lemah sehingga usaha-usaha perbaikan dapat
dialihkan ke bagian lain.
1.7 RINGKASAN
Tujuan akuntansi manajemen adalah memasok informasi kepada para manajer
guna membantu mereka dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis. Manajer
18
melaksanakan empat fungsi pokok di dalam organisasi antara lain perencanaan,
pengorganisasian dan pengarahan, pengendalian, pengambilan keputusan.
Peranan akuntan manajemen dalam suatu organisasi merupakan peran pembantu.
Mereka membantu orang-orang yang bertanggung jawab melaksanakan tujuan dasar
organisasi. Posisi yang bertanggungjawab langsung pada tujuan dasar organisasi sebagai
posisi lini (line position). Posisi yang mendukung dan tidak bertanggungjawab langsung
terhadap tujuan dasar organisasi disebut posisi staf (staff positions)
Terdapat perbedaan antara data dan informasi. Data adalah suatu rekaman fakta
yang diamati. Sedangkan informasi adalah fakta, data, observasi, persepsi, atau segala
sesuatu lainnya yang menambah pengetahuan. Informasi dapat pula diartikan sebagai
data yang telah diproses dengan cara tertentu sehinga berguna dalam pengambilan
keputusan.
Terdapat persamaan dan perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansu
manajemen. Kesamaaannya kedua-duanya dibangun atas kaidah pertanggungjawaban
(stewardship). akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen dibangun dalam satu sistem
akuntansi umum, tidak dalam dua sistem yang terpisah.
Karena akuntansi manajemen lebih mengarah pada kebutuhan manajer, akuntansi
manajemen memeliki perbedaan yang substansial dengan akuntansi keuangan. Akuntansi
manajemen berorientasi ke depan, kurang memerhatikan keakuratan, menekankan pada
segmen organisasi, tidak diatur oleh GAAP dan bukan merupakan suatu keharusan.
Standar etik menjalankan fungsi yang sangat penting dalam praktik. Tanpa
kepatuhan terhdap standar etik, perekonomian akan runtuh secara dramatis. Etika adalah
pelumas yang menjaga agar fungsi ekonomi pasar dapat berlangsung dengan mulus.
Standar Kode Etik untuk PraktisiAkuntansi Manajemen dan Manajemen Keuangan
(Standards of Ethical Conduct for Practitioners of Management Accounting and
Financial Management) memberikan panduan praktis untuk memecahkan masalah yang
muncul dalam organisasi.
Di dalam era kemajuan teknologi telah mengubah sangat besar lingkungan bisnis.
Lingkungan bisnis berubah secara cepat, baik secara domestik maupun global.Terjadinya
persaingan sangat menaruh perhatian pada perbaikan yang berkelanjutan. Beberapa
19
pendekatan telah dikembangkan untuk membantu organisasi dalam menghadapi tatangan
seperti JIT, TQM, Rekayasa Ulang Proses, TOC dan ABM.
20
BAB 2
KLASIFIKASI DAN KONSEP-KONSEP BIAYA
PENDAHULUAN
Di dalam Bab ini akan menjelaskan konsep-konsep biaya yang dipergunakan
dalam akuntansi manajemen. Dalam akuntansi manajemen terdapat bermacam-macam
istilah biaya, disebabkan karena banyak sekali istilah biaya, biaya yang diklasifikasikan
secara berbeda sesuai dengan kebutuhan manajemen. Pemahaman mengenai biaya
penting sekali karena biaya dapat menjadi dasar pengambilan keputusan ekonomi.
Pengetahuan mengenai biaya-biaya dapat membuat perbedaan signifikan dalam
keberhasilan sebuah perusahaan.
21
2.1 Klasifikasi Umum Biaya
Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, nonbisnis, manufaktur,
eceran dan jasa. Umumnya berbagai macam biaya yang terjadi dan cara klasifikasi
tergantung pada tipe organisasi. Fokus kita dalam bab ini adalah perusahaan manufaktur
karena aktivitas pokok mereka meliputi hampir semua aktivitas yang ada di jenis-jenis
organisasi lainnya.
Biaya Produksi
Perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori: bahan
langsung (direct material), tenaga kerja langsung (direct labor), dan biaya overhead
pabrik (manufacturing overhead).
Bahan langsung. Bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi disebut
bahan baku atau bahan mentah (raw material). Bahan langsung (direct material) adalah
bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi, dan dapat ditelusuri secara
langsung atau fisik dan mudah ke produk tersebut. Contoh bahan baku langsung adalah
kertas untuk buku, dan kayu untuk perabot rumah tangga. Bahan baku yang tidak dapat
diidentifikasi secara langsung dengan suatu unit produk jadi disebut bahan baku penolong
(indirect material). Sebagai misal, lem dalam pembuatan tas disebut bahan baku
penolong. Biaya bahan baku penolong dimasukkan ke dalam biaya overhead pabrik
(manufacturing overhead).
Tenaga Kerja Langsung. Istilah tenaga kerja langsung (direct labor) digunakan
untuk biaya tenaga kerja yang dapat ditelusur dengan mudah ke produk jadi. Tenaga kerja
langsung biasanya disebut juga buruh karena tenaga kerja langsung melakukan kerja
secara langsung atas produk pada saat produksi, Biaya tenaga kerja ini seperti halnya
biaya untuk tukang kayu, tukang batu dan operator mesin.
Biaya tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri secara fisik dalam pembuatan
produk disebut tenaga kerja tidak langsung (indirect labor) dan diperlakukan sebagai
bagian biaya overhead pabrik. Tenaga kerja tidak langsung misalnya biaya untuk mandor,
pembersih ruangan, petugas keamanan
Overhead Pabrik. Overhead pabrik (manufacturing overhead) elemen ketiga
biaya produksi mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung.Biaya overhead pabrik termasuk dalam bahan tidak
22
langsung, tenaga kerja tidak langsung, reparasi dan maintenance peralatan produksi,
biaya listrik, biaya air, depresiasi, dan asuransi fasilitas-fasilitas pabrik. Sejumlah nama
lain digunakan untuk biaya overhead pabrik, misalnya biaya produksi tidak langsung
(indirect manufacturing cost), factory overhead, dan factory burden. Biaya overhead
pabrik ditambah dengan biaya tenaga kerja langsung disebut biaya konversi (conversion
cost). Gabungan antara biaya tenaga kerja langsung dengan bahan langsung disebut
biaya utama ( prime cost).
Biaya Nonproduksi
Umumnya, biaya nonproduksi dibagi menjadi dua:
1. Biaya pemasaran atau penjualan
2. Biaya administrasi dan Umum
Biaya pemasaran atau penjualan meliputi semua biaya yang diperlukan untuk
menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan
kepada konsumen. Biaya-biaya tesebut disebut pemerolehen pesanan (order-getting) dan
pemenuhan pesanan (order-filling), Biaya pemasaran meliputi pengiklanan, pengiriman,
perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, gaji untuk bagian penjualan dan
biaya penyimpanan (gudang) produk jadi.
Biaya administrasi dan umum meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional,
dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Contoh dari biaya
administrasi ini adalah gaji eksekuitf, akuntansi umum, kesekretariatan, humas, dn biaya
sejenis yang terkait dengan administrsi umum organisasi secara keseluruhan.
Biaya nonproduksi ini disebut juga biaya penjualan, administrasi,dan umum.
23
Tampilan 2-1
24
Biaya Produk dengan Biaya Periodik
Selain perbedaan antara biaya prduksi dan nonproduksi, ada cara lain untuk
mengelompokkan biaya, Sebagai contoh, biaya dapat diklasifikasikan juga menjadi biaya
produk (product cost) dan biaya periodik (periodic cost),
Biaya produk (product cost) adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi sebuah produk. Biaya produk ini sangat berkaitan dengan unit-unit yang
diproduksi oleh sebuah pabrik atau yang dibeli untuk dijual kembali oleh pengecer atau
pedagang. Biaya produk dianggap “melekat” pada unit produk saat barang dibeli atau
diproduksi, dan biaya tersebut tetap melekat pada barang yang kemudian menjadi
persediaan yang menunggu untuk dijual. Oleh karena itu pada awalnya biaya produk
ditentukan terhadap akun persediaan yang ditampilkan dalam neraca. Pada saat barang
terjual, biaya itu dialihkan dari persediaan menjadi beban (biasanya disebut harga pokok
penjualan) dan ditandingkan / dikaitkan dengan pendapatan penjualan. Karena biaya
produk ditentukan dalam persediaan, biasanya disebut juga biaya yang dapat disimpan
sebagai persediaan (inventoriable cost).
Biaya perodik (period cost) adalah semua biaya yang tidak termasuk dalam biaya
produk. Biaya periode ini diakui sebagai beban segera setelah dikeluarkan, Biaya periode
tidak dibebankan ke produk, melainkan, biaya periode ini segera dibebankan ke laporan
laba rugi sebagai beban pada periode berjalan, Contoh biaya periode adalah biaya sewa
kantor, semua biaya administratif dan biaya pemasaran, biaya riset dan pengembangan.
25
Neraca
Neraca atau laporan posisi keuangan perusahaan manufaktur hampir sama dengan
perusahaan dagang. Meskipun demikian ada bebarapa perbedaan dalam penghitungan
persediaan. Perusahaan dagang hanya memiliki satu jenis persediaan yaitu barang yang
dibeli dari pemasok (supplier) yang dimiliki sampai barang tersebut dijual ke konsumen.
Di dalam perusahaan manufaktur terdapat tiga jenis persediaan yaitu persediaan bahan
baku, persediaan barang dalam proses, persediaan barang jadi. Bahan baku adalah bahan
yang digunakan untuk membuat produk. Barang dalam proses adalah barang yang baru
sebagian mengalami proses produksi, sedangkan barang jadi adalah barang yang telah
siap dijual.
Untuk contoh kita akan menggunakan dua perusahaan yaitu perusahaan Arthur
Manufacturing dan Willey Bookstore. Arthur Manufacturing menghasilkan perkakas
alumunium, Willey Stationery adalah toko alat tulis kantor.
Catatan atas laporan keuangan tahunan Arhur Manufacturing yang berkaitan
dengan persediaan adalah sebagai berikut:
Untuk perusahaan dagang Willey Stationary saldo awal dan saldo akhir persediaan
barang dagangan sebagai berikut:
Willey Stationery
Akun Persediaan
Persediaan Awal Persediaan Akhir
Persediaan Barang Dagangan $ 120.000 $ 170.000
26
Laporan Laba Rugi
Tampilan 2-2 membandingkan antara laporan laba rugi Wiley Stationery dan
Arthur Manufacturing.
Sekilas laporan laba rugi Willey Stationery dan Arthur Mnufacturing tampak
sangat mirip. Perbedaannya hanya terdapat dalam sejumlah jurnal yang masuk dalam
perhitungan harga pokok penjualan. Dalam tampilan tersebut, perhitungan harga pokok
penjualan mendasarkan pada persamaan dasar sebagai berikut:
27
Tamplan 2-2
Perbandingan Laba Rugi Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur
Perusahaan Dagang
Willey Stationery
Perusahaan Manufaktur
Arthur Manufacturing
28
Pembelian bahan mentah ditambahkan pada saldo awal untuk menentukan biaya bahan
yang tersedia. Persediaan bahan akhir dikurangkan dari jumlah ini agar didapat biaya
bahan yang digunakan dalam produksi. Jumlah dari ketiga elemen ini bukanlah harga
pokok produksi. Alasannya adalah bahwa sejumlah biaya bahan, tenaga kerja dan
overhead pabrik yang terjadi selama periode tertentu berkaitan juga dengan barang –
barang setengah jadi. Biaya yang berkaitan dengan barang setengah jadi ditunjukkan
dengan adanya barang dalam proses yang tampak dalam akhir perhitungan. Catat bahwa
barang dalam proses awal harus ditambahkan dalam biaya produksi selama periode itu
dan barang dalam proses akhir harus dikurangkan dari harga pokok produksi.
Tampilan 2-3
Perhitungan Harga Pokok Produksi
Bahan Langsung
Persediaan awal bahan langsung $ 80.000
Tambah: Pembelian 450.000
Bahan baku yang siap digunakan 530.000
Kurang: Persediaan akhir bahan baku 70.000
Bahan baku yang digunakan dalam produksi $ 460.000
Tenaga Kerja Langsung 80.000
Biaya Overhead Pabrik:
Asuransi pabrik 8.000
Tenaga kerja tidak langsung 120.000
Sewa mesin 70.000
Utilitas pabrik 95.000
Peralatan 23.000
Depresiasi 110.000
Pajak 10.000
Total Biaya Overhead 436.000
Total biaya produksi 976.000
Tambah:barang dalam proses awal 110.000
1.086.000
Kurang: persediaan barang dalam proses akhir 80.000
Harga pokok produksi (lihat tampilan 2–2) $ 1.006.000
29
manajer harus tau sejauh mana perubahannya. Untuk membantu tugas manajer tersebut,
biaya biasanya dikategorikan menjadi variabel dan tetap.
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan
aktivitas. Aktivitas tersebut dapat berupa unit yang diproduksi, unit yang dijual, lamanya
penggunaan, jarak kilometer yang ditempuh, jam kerja, jumlah tempat yang digunakan
dan sebagainya. Contohnya, Divisi Raja Motor memproduksi motor yang membutuhkan
satu baterai. Sebagaimana produksi kendaraan naik turun, jumlah baterai yang digunakan
juga akan menyesuaikan dengan proporsional. Jika produksi mobil naik 10% maka
jumlah baterai yang digunakan juga akan naik 10%. Asumsikan bahwa biaya baterai di
Raja Motor adalah $ 40, maka pergerakan naik turunnya Biaya akan menjadi:
Perhatikan bahwa biaya variabel total berubah-ubah sesuai dengan jumlah produk
yang dihasilkan, akan tetapi biaya per baterainya konstan.
$60000
$40000
$20000
$10000
30
Ada banyak contoh yang menunjukkan bahwa biaya akan berubah-ubah sesuai
dengan produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam perusahaan manufaktur
biaya variabel termasuk bahan langsung dan beberapa elemen overhead pabrik seperti
pelumas, biaya pengiriman dan komisi penjualan.
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh
oleh tingkat aktivitas. Tidak seperti biaya variabel, biaya tetap tidak dipengaruhi oleh
perubahan aktivitas. Pada saat level aktivitas naik atu turun, total biaya tetap konstan,
kecuali jika dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan dari luar seperti perubahan harga.
Contoh gaji perawat untuk memberikan suntikan untuk pengobatan dengan biaya per
bulan $10.000. Biaya gaji perawat perbulan selalu tetap tanpa dipengaruhi oleh berapa
banyak pasien yang datang selama satu bulan. Perilaku ini diilustrasikan oleh contoh
berikut:
Biaya gaji bulanan Jumlah pasien Biaya rata-rata tiap pasien
$ 10.000 10 $ 1000
$10.000 500 $ 200
$10.000 1000 $ 10
$20000
$10000
Jadi biaya tetap adalah biaya yang totalnya tetap untuk satu periode tertentu dan
perunitnya berubah-ubah berbanding terbalik dengan tingkat kegiatan.
31
Ringkasan perilaku biaya variabel dan tetap disajikan dalam tampilan 2-4.
Tampilan 2-4
Perilaku Biaya
Perilaku biaya (dalam rentang yang relevan)
Biaya Total Perunit
Variabel Biaya variabel total akan Biaya variabel akan selalu
bertambah dan berkurang konstan untuk per unit.
secara proporsional
terhadap perubahan tingkat
aktivitas.
Tetap Total biaya tidak Biaya tetap per unit akan
dipengaruhi oleh perubahan berkurang apabila jumlah
tingkat aktivitas dalam unit yang dihasilkan
rentang yang relevan. bertambah.
Sumber: Garrison, Norren,Brewer, (2006) Managerial Accounting,eleven edition.. Mc-Graw Hil
Companies Inc, NewYork.
Biaya Langsung
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri ke
objek biaya yang bersangkutan. Contohnya, jika bagian yang ditelusuri adalah lini
produk, maka biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung merupakan
biaya-biaya langsung produk tersebut.
Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang tidak dapat ditelusur
dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. Atau biaya tidak langsung adalah biaya
bersama terhadap beberapa objek biaya sehingga tidak dapat ditelusur secara langsung
kepada objek biaya tertentu. Biaya tidak langsung disebut juga sebagai biaya bersama
(common cost). Sebagai contoh, anggaplah sebuah objek biaya adalah departemen
perakitan pada sebuah pabrik mobil, Gaji penyelia pada departemen perakitan dapat
32
ditelusuri secara langsung kepada departemen tersebut, dan karenanya, merupakan biaya
langsung departemen tersebut. Gaji satpam pabrik adalah bersama bagi semua
departemen yang ada pada pabrik mobil tersebut. Gaji satpam ini merupakan biaya tidak
langsung bagi departemen perakitan.
Oleh karena biaya tidak langsung tidak dapat ditelusur ke objek biaya secara
individual maka pembebanan biayanya ke pelbagai objek biaya tersebut menggunakan
proses yang disebut pengalokasian. Biaya tidak langsung harus dialokasi ke pelbagai
objek biaya yang secara bersama-sama menerima manfaat biaya tersebut. Pengalokasian
ini berguna untuk menentukan porsi biaya yang dinikmati oleh masing-masing objek
biaya.
33
dan penghasilan yang ada saat ini dibandingkan dengan proyeksi biaya dan penghasilan,
dalam tabel berikut ini:
Distribusi ke toko Distribusi ke Pendapatan dan
apotik rumah sakit Biaya Diferensial
(sekarang) (proyeksi)
Pendapatan (V) $ 800.000 $ 1.000.000 $ 200.000
Harga pokok penjualan (V) $ 450.000 $ 550.000 $ 100.00
Iklan (T) 100.000 75.000 (25.000)
Komisi (V) 10.000 50.000 40.000
Depresiasi Gedung (T) 60.000 90.000 30.000
Beban Lain (T) 70.000 70.000 0
Total 690.000 835.000 145.000
Laba Bersih 110.000 165.000 55.000
34
Biaya tertanam (sunk cost) adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah
oleh keputusan apa pun yang dibuat saat ini atau pun masa yang akan datang. Karena
biaya tertanam tidak dapat diubah oleh keputusan apa pun, biaya tertanam bukanlah biaya
diferensial. Oleh karenanya, biaya tertanam dapat diabaikan dalam pembuatan keputusan.
Contoh untuk menggambarkan biaya tertanam, perusahaan membayar $100.000 beberapa
tahun yang lalu untuk membeli komputer tertentu. Komputer tersebut digunakan untuk
operasional perusahaan saat ini dan sudah ketinggalan zaman dan tidak di jual lagi.
Jumlah $100,000 yang telah dibayarkan untuk membeli komputer tersebut telah terjadi
dan tidak dapat dikategorikan sebagai biaya diferensial untuk pembuatan keputusan di
kemudian hari. Dengan alasan ini, biaya tersebut diangap telah tenggelam dan dapat
diabaikan dalam pengambilan keputusan.
2.6 RINGKASAN
Untuk tujuan persediaan dan penentuan beban dalam neraca dan laporan laba rugi,
biaya diklsifikasikan sebagai biaya produk dan biaya periodik. Biaya produk dibebankan
ke persediaan dan diakui sebagai aset sampai produk tersebut terjual. Pada saat penjualan,
biaya produk akan menjadi harga pokok penjualan dalam laporan laba rugi. Sebaliknya
dengan mengikuti praktik umum akrual, biaya periodik dibebankan langsung ke laporan
laba rugi sebagai beban dalam periode terjadinya.
Untuk memprediksi perilaku biaya, bagaimana biaya bereaksi terhadap perubahan
aktivitas, manajer biasanya mengklasifikasikan biaya ke dalam dua kategori yaitu biaya
variabel dan biaya tetap. Biaya variabel secara total berhubungan secara proporsional
dengan aktivitas Biaya variabel per unit selalu konstan. Biaya tetap secata total selalu
tetap da tidak terpengaruh oleh tingkat aktivitas yang terjadi dalam rentang yang relevan.
Biaya tetap rata-rata per unit akan menurun apabila jumah unitnya bertambah.
Untuk tujuan pembebanan biaya ke objek biaya seperti produk atau departemen,
biaya diklasifikasikan sebagai biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung
dapat ditelusuri secara mudah ke objek biaya, biaya tidak langsung tidak dapat ditelusuri
dengan mudah ke objek biaya.
35
Untuk pembuatan keputusan, konsep penghasilan dan biaya diferensial, biaya
kesempatan, dan biaya tertanam adalah konsep yang sangat penting. Biaya dan
penghasilan diferensial adalah biaya dan penghasilan yang berbeda-beda dari berbagai
alternatif yang tersedia. Biaya kesempatan adalah manfaat yang hilang pada saat satu
alternatif dipilih dari antara sejumlah alternatif. Biaya tertanam adalah biaya yang telah
terjadi di masa yang lalu dan tidak dapat diubah lagi. Biaya diferensial dan biaya
kesempatan harus dipertimbangkan dengan hati-hati dalam pembutan keputusan. Biaya
tertanam akan selalu tidak relevan dalam pembuatan keputusan dan dapat diabaikan.
36
Sewa, peralatan pabrik $ 20.000
Perlengkapan $ 4.200
Depresiasi, peralatan kantor $ 3.000
Depresiasi peralatan pabrik $ 19.000
37
BAB 3
PERILAKU BIAYA
PENDAHULUAN
Perilaku biaya adalah bagaimana biaya akan bereaksi atau berubah dengan
adanya perubahan tingkat aktivitas bisnis. Pemahaman terhadap perilaku biaya adalah
kunci beberapa pembuatan keputusan organisasi. Manajer yang mengetahui perilaku
biaya akan mampu memprediksi dengan baik apakah yang akan terjadi pada biaya dalam
berbagai situasi dan kondisi bisnis.
Telah dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa ditinjau dari hubungannya dengan
volume kegiatan, Biaya diklasifikasikan menjadi Biaya tetap dan Biaya variabel. Dalam
kenyataannya juga terdapat Biaya campuran (mixed cost) atau biaya semivariabel. Di
dalam bab ini akan menjelaskan teknik-teknik untuk memisahkan biaya campuran atau
biaya semivariabel menjadi biaya variabel dan biaya tetap.
38
3.1 Jenis-Jenis dan Pola Perilaku Biaya
Perilaku biaya (cost behavior) berarti bagaimana suatu biaya akan berperilaku
atau memberikan perilaku terhadap perubahan-perubahan tingkat kegiatan atau aktivitas
usaha. Aktivitas (activity) adalah segala sesuatu yang dilakukan perusahaan. Contoh
aktivitas meliputi unit produk yang diproduksi atau djual, jam mesin, jam tenaga kerja
persediaan yang diinspeksi. Pengetahuan bagaimana biaya - biaya berperilaku sangat
berfaedah bagi manajemen yaitu memungkinkan manajemen memprediksi keuntungan
manakala pendapatan dan volume produksi perusahaan berubah dan juga bermanfaat
untuk penakasiran biaya.
Pada umumnya dikenal dua perilaku biaya, yaitu biaya variabel dan biaya tetap,
akan tetapi terdapat pula pola perilaku biaya lainnya, yaitu biaya campuran atau biaya
semivariabel. Proporsi relatif dari setiap jenis biaya di atas dalam perusahaan disebut
strukur biaya. Struktur biaya perusahaan sangat penting dalam hal bahwa proses
pengambilan keputusan dapat dipengaruhi oleh jumlah relatif biaya tetap atau variabel
yang ada dalam perusahaan. Struktur biaya dalam perusahaan ini dapat dipengaruhi
secara signifikan oleh sifat kegiatan atau usaha bisnis organisasi dan juga produk yang
kini diolah atau dijual oleh perusahaan.
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah keseluruhannya berubah sebanding
dengan perubahan tingkat aktivitas bisnis atau volume kegiatan, tetapi biaya variabel per
unit jumlahnya tetap. Apabila tingkat aktivitas atau volume kegiatan meningkat 15
persen, maka jumlah biaya variabel juga ikut akan meningkat sebesar 15 persen atau juga
sebaliknya apabila tingkat aktivitas atu volume kegiatan menurun 15 persen, maka
jumlah biaya variabel juga ikut akan meurun sebesar 15 persen. Contoh biaya variabel
adalah komisi penjualan dan biaya pokok barang dagangan yang dijual dalam perusahaan
dagang. Dalam perusahaan pabrikasi, contoh-contoh biaya variabelnya adalah biaya
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
Bahan langsung dianggap sebagai biaya variabel sejati karena jumlah yang
digunakan selama satu periode akan memiliki proporsi langsung dengan aktivitas
produksi. Lebih jauh lagi, bahan langsung yang dibeli tetapi tidak digunakan dapat
disimpan di gudang dan digunakan lagi pada periode mendatang.
39
Step-variabel cost: Sumber daya yang diperoleh dalam jumlah besar (seperti
pekerja pemeliharaan) dan turun atau naik biaya hanya karena adanya perubahan yang
besar dalam tingkat aktivitas. Biaya variabel bertahap terkadang disebut juga biaya
semitetap (semifixed cost). Biaya semitetap adalah biaya yang semakin meningkat dengan
meningkatnya volume kegiatan, tetapi dengan lompotan-lompotan terputus-putus, tidak
proporsional secara kontinyu.
Tampilan 3-1
Biaya Variabel Sejati Vs Biaya Variabel Bertahap
Volume Volume
Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak bergantung
pada besar kecilnya tingkat aktivitas atau volume kegiatan, tetapi per unitnya
berhubungan secara negatif dengan volume kegiatan. Contoh Gaji manajer produksi
adalah biaya tetap tanpa mengacuhkan perubahan volume kegiatan, biaya penyusutan
pada umumya adalah tetap. Untuk tujuan perencanaan, biaya tetap dapat dipandang
sebagai commited fixed cost dan discretionary fixed cost. Apakah biaya tetap itu bertipe
committed atau discretionary akan tergantung pada kadar pengaruh manajemen terhadap
biaya tersebut dalam jangka pendek.
Committed Fixed Cost adalah biaya tetap yang terhadapnya manajemen
mempunyai sedikit pengaruh dari satu periode ke periode berikutnya. Committed Fixed
Cost merupakan hasil dari keputusan struktural menyangkut ukuran dan sifat sebuah
perusahaan. Committed Fixed Cost atau biaya tetap yang telah ditentukan berkaitan
dengan investasi fasilitas, peralatan dan struktur organisasi pokok dalam suatu
perusahaan. Contoh biaya ini meliputi penyusutan gedung dan peralatan, pajak bangunan,
asuransi dan gaji manajemen puncak dan karyawan operasional.
40
Dua faktor yang berkaitan dengan biaya tetap yang telah ditentukan adalah (1)
biaya biaya tersebut bersifat jangka panjang, (2) tidak dapat dikurangi menjadi nol
meskipun pada jangka pendek tanpa mengganggu tingkat profitabilitas atau tujuan jangka
anjang organisasi. Biaya ini akan tetap terjadi walaupin kegiatan operasi dihentikan.
Manajemen harus berhati-hati dan perlu perencanaan yang panjang dalam menentukan
biaya ini, sekali keputusan diambil, biaya yang terjadi akan sulit untuk dihindari untuk
beberapa tahun kedepan.
Biaya tetap kebijakan / diskresoner disebabkan oleh keputusan tahunan yang
dibuat oleh manajemen untuk membelanjakan biaya tetap tertentu. Atau biaya tetap yang
sebagian besar tergantung pada pengaruh manajemen dalam jangka pendek. Contoh biaya
tetap kebijakan termasuk iklan, riset, hubungan masyarakat, program pengembangan
manajemen dan magang untuk para mahasiswa.
Ada dua perbedaan pokok antara biaya tetap yang telah ditentukan dengan biaya
tetap kebijakan. Pertama, perencanaan untuk biaya tetap kebijakan biasanya untuk jangka
waktu yang lebih pendek biasanya satu tahun. Sebaliknya seperti yang telah dijelaskan
biaya tetap yang telah ditentukan melibatkan perencanaan untuk beberapa tahun ke
depan, Kedua, biaya tetap kebijakan dapat dibuat untuk jangka pendek dengan pengaruh
negatif yang minimal terhadap tujuan perusahaan jangka panjang.
Karakteristik yang terpenting dari biaya tetap kebijakan adalah manajemen dapat
melakukan penyesuaian dari tahun ke tahun atau mungkin dalam waktu kurang dari satu
tahun karena kondisi memang menuntut tidak terpaku atas keputusan yang berkaitan
dengan biaya tersebut..
Biaya SemiVariabel
Biaya Semivariabel atau mixed cost adalah biaya terdiri dari elemen biaya
variabel maupun biaya tetap.
Contoh, Seorang pengacara dibayar dengan gaji Rp. 1.000.000 per bulan ditambah Rp.
25.000 per klien. Jika dalam sebulan ada 100 klien, maka gaji totalnya adalah Rp.
3.500.000. yaitu penjumalahn gaji tetap dan gaji variabel. Biaya yng bersifat demikian
disebut dengan biaya campuran. Dalam grafik, biaya campuran terlukis dalam tampilan
3-3.
41
Perilaku biaya untuk contoh tersebut ditunjukkan dalam persamaan berikut:
Y=a+bX
Y = Rp.1.000.000 + 25.000 X
Y = Total mixed cost
a = Total biaya tetap
b = Biaya variabel per unit (slope)
X = Tingkat aktivitas
Tampilan 3-3
Biaya Campuran
1.000.000
0 Volume
1 Scattergraph Method
Kita akan menguji tiga metode untuk menentukan biaya semivariabel ke elemen
tetap dan elemen variabel. Data yang sama akan digunakan untuk setiap metode sehingga
42
perbandingan antara ketiganya dapat dibuat. Kita akan menggunakan catatan biaya
pemeliharaan dan jam pemeliharaan untuk lima bulan pertama pada tahun tersebut untuk
memperkirakan elemen biaya variabel dan elemen biaya tetap dalam biaya pemeliharaan.
43
Y = $ 600 + $ 4.67 X
Metode scattergraph memiliki dua kekurangan. Pertama, metode ini bersifat
subjektif. Tidak ada dua analis yang dihadapkan pada scattergraph membuat garis regresi
yang sama persis. Kedua, perkiraan biaya tetap tidak persis dengan perkiraan biaya tetap
pada metode biaya yang lainnya karena sangat sulit untuk mengukur dengan tepat
berpotongan antara garis regresi dengan sumbu Y (sumbu biaya).
Tampilan 3-2
Scattergraph
Biaya Pemeliharaan
3000 -
2500 -
2000 -
1500 -
1000 -
600 -
44
Jam pemeliharaan Biaya Pemeliharaan
Tingkat aktivitas tertinggi (Mei) 500 3000
Tingkat aktivitas terendah (Januari) 100 1000
Perubahan 400 2000
Dalam penghitungan di bawah ini, total biaya pada aktivitas tertinggi atau
terendah digunakan untuk menghitung elemen biaya tetap:
Elemen biaya tetap = Total biaya – Elemen biaya Variabel
Untuk aktivitas Tertinggi:
$3.000 – ($ 5 x 500 jam)
= $ 500
atau untuk aktivitas terendah:
$ 1.000 – ($ 5 X 100 jam)
= $ 500
Elemen biaya variabel dan biaya tetap sekarang sudah dipisakan. Biaya
pemeliharaan dapa disajikan $ 500 perbulan ditambah dengan $ 5 untuk setiap jam
pemeliharaan. Biaya pemeliharaan dapat disajikan dengan persamaan linear berikut:
Y = $ 500 + $ 5 X
Metode tinggi-rendah memiliki keunggulan pada objektivitas. Yaitu, setiap dua
orang yang menggunakan meode tinggi-rendah pada sekumpulan data tertentu akan
mendapatkan hasil yang sama. Selain itu, metode tinggi-rendah memungkinkan seorang
manajer melakukan perubahan cepat pada hubungan biaya dengan menggunakan hanya
dus titik data. Sebagai contoh, seorang manajer mungkin hanya memiliki dua taun,
kdang-kadang data tersebut cukup untuk mendapatkan perkiraan kasar mengenai
hubungan biaya.
Metode tinggi-rendah sangatlah sederhana untuk diterapkan, namun mengandung
beberapa kesulitan besar dalam hal bahwa metode ini hanya menunjukkan dua titik dalam
menentukan formula biaya. Pada umumnya, dua titik saja tidaklah memadai untuk
45
membuahkan hasil yang akurat dalam menganalisis biaya. Periode-periode di mana
tingkat aktivitas melonjak dan merosot secara tidak lazim akan cenderung memberikan
hasil-hasil yang tidak akurat. Formula biaya yang semata-mata ditaksir dengan memakai
data dari periode-periode yang tidak biasa ini dapat keliru melukiskan hubungan biaya
sebenarnya yang berlangsung selama periode-periode normal.
46
b = N (XY) - XY
N X2 – (X)2
a = Y – b (X)
N
Dengan demikian, formula biaya dengan memakai least squares dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Y=a+bX
Y = 500 + 5 X
47
variabel bebas. Sebagai contoh, dalam sebuah perusahaan yang mempuyai banyak lini
produk, manajemen mungkin saja ingin mengetahui biaya penjualan dan administrasi dari
setiap lini produk tadi, misal perusahaan mempunyai tiga lini produk. Dalam hal ini,
jumlah formla biaya bisa dinyatakan seperti persamaan berikut:
Y = a + b1X1 + b2X 2 + b3X3
Di mana,
Y = Jumlah biaya penjualan dan administrasi
a = Biaya tetap per bulan
b = Biaya variabel per produk
X = Pendapatan penjualan per lini produk
1 = lini produk 1
2 = lini produk 2
3 = lini produk 3
Persamaan seperti diatas disebut persamaan regresi ganda (Multiple Regression
Equations) karena mempunya lebih dari satu variabel bebas.
3.3 RINGKASAN
Manajer yang mengetahui perilaku biaya akan mampu memprediksi dengan baik
apakah yang akan terjadi pada biaya dalam berbagai situasi dan kondisi bisnis. Perilaku
Biaya mempelajari pola perilaku biaya yang diklasifikasikan menjadi biaya tetap dan
biaya variabel. Dalam kenyataannya juga terdapat Biaya campuran (mixed cost) atau
biaya semivariabel. Biaya Semivariabel atau mixed cost adalah biaya terdiri dari elemen
biaya variabel maupun biaya tetap an dapat disajilan dengan formula sebagai berikut: Y =
a + b X, dengan X seagai aktivitas, Y sebagai biaya, dan b sebagai biaya variabel perunit
aktivitas
Beberapa teknik untuk memisahkan biaya campuran antara lain, adalah metode
diagram pencar (Scattergraph), metode tinggi rendah (high-low method), dan analisis
regresi linear (linear regression analysis).
Metode scattergraph memiliki dua kekurangan. Pertama, metode ini bersifat
subjektif. Tidak ada dua analis yang dihadapkan pada scattergraph membuat garis regresi
yang sama persis. Kedua, perkiraan biaya tetap tidak persis dengan perkiraan biaya tetap
48
pada metode biaya yang lainnya karena sangat sulit untuk mengukur dengan tepat
berpotongan antara garis regresi dengan sumbu Y (sumbu biaya).
Metode tinggi-rendah sangatlah sederhana untuk diterapkan, namun mengandung
beberapa kesulitan besar dalam hal bahwa metode ini hanya menunjukkan dua titik dalam
menentukan formula biaya. Pada umumnya, dua titik saja tidaklah memadai untuk
membuahkan hasil yang akurat dalam menganalisis biaya.
Analisis regresi (regression analysis) merupakan metode yang lebih akurat
daripada kedua metode sebelumnya bersifat objektif dan dapat secara otomatis dperoleh
degan menggunakan paket program statistik.
49
BAB 4
PENDAHULUAN
Bab ini akan menjelasan penenuan harga produk untuk tujuan penilaian
persediaan dan penentuan harga pokok penjualan. Dua pendekatan yang dapat digunakan
adalah perhitungan biaya penyerapan (Absorption costing / Full costing) dan pendekatan
lainya adalah perhitungan biaya variabel (variabel costing), pendekatan ini lebih di sukai
manajer untuk pengambilan keputusan internal dengan menggunakan laporan laba/rugi
kontribusi. Perhitungan biaya variabel dan perhitungan biaya penyerapan menghasilkan
angka laba bersih operasi yang berbeda dan perbedaanya cukup besar.
Kompetensi yang diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat:
1. Dapat membedakan antara perhitungan biaya variabel (variable costing) dan
perhitungan biaya penyerapan (absorption costing).
2. Dapat membuat laporan laba/rugi dengan menggunakan perhitungan biaya
variabel dan perhitungan biaya penyerapan.
3. Memahami kelebihan dan kekurangan perhitungan biaya variabel dan perhitungan
biaya penyerapan.
50
4.9 Absorption Costing vs Variable Costing
Dengan Absorption (Full) costing adalah memperlakukan semua biaya produksi
sebagai biaya produk tanpa membedakan apakah biaya itu variabel atau tetap. Biaya
produk per unit terdiri atas bahan langsung, tenaga kerja langsung, overhead variabel dan
overhead tetap. Sedangkn dalam perhitungan biaya variabel (variable costing) tidak
memasukkan overhead tetap sebagai elemen biaya produk, melainkan sebagai biaya
periodik seperti biaya adiministrasi dan penjualan. biaya produk per unit terdiri atas
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik variabel.
51
Biaya produk per unit Rp 11
dan Variabel
dalam tampilan 4-1. Dalam menyiapkan laporan ini kita menggunakan data pabrik plasti
“Bersinar” yang telah diberikan sebelumnya bersama dengan informasi lainnya sebagai
berikut:
52
Unit yang terjual 7000
Unit dalam persedian akhir 1000
Harga jual per unit Rp 20
Biaya penjualan dan administrasi variabel per unit:
Variabel per unit Rp 2
Tetap Rp 20.000
Tampilan 4-1
Perbandingan Perhitungan Biaya Penyerapan dan Variabel Pabrik Plastik
“Bersinar”
53
Barang Tersedia untuk Dijual Rp 48.000
Dikurangi Persediaan Akhir
(1000 unit x Rp 6 perunit) Rp 6.000
Harga Pokok penjualan Variabel Rp 42.000
Biaya penjualan & administrasi variabel
(7000 unit x Rp 2 perunit) Rp 14000
Rp 56.000
Margin Kontribusi Rp 84.000
Dikurangi Biaya Tetap:
Overhead Pabik Tetap Rp 40.000
Biaya Penjualan & administrasi Tetap Rp 20.000
Rp 60.000
Laba Operasioal Bersih Rp 24.000
54
Berikut ini akan dicontohkan, jika unit yang diproduksi selama 3 tahun berturut-
turut sama tapi jumlah unit yang terjual berbeda selama 3 tahun berturut-turut.
Sebagai contoh Perusahaan Sabun “Bersih” memiliki data
berikut Harga jual perunit terjual Rp 35
Biaya produksi variabel perunit produk Rp 17
Biaya overhead pabrik tetap pertahun Rp 350.000
Biaya penjualan dan administrasi variabel perunit terjual Rp 2
Biaya penjualan dan administrasi tetap pertahun Rp 100.000
Penyajian laporan laba rugi untuk contoh diatas ditunjukkan dalam tampilan 4-2.
Sebelumnya kita hitung terlebih dahulu biaya per unit dari masing-masing tahun untuk
kedua pendekatan yaitu biaya penyerapan dan biaya variabel.
Biaya Produk per unit
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Dengan perhitungan biaya variabel Rp 17 Rp 17 Rp 17
(Biaya produksi variabel saja)
Dengan perhitungan biaya penyerapan:
Rp 17 Rp 17 Rp 17
Biaya produksi variabel
Biaya overhead pabrik tetap:
(350.000/jumlah yang diproduksi setiap tahun Rp 10 Rp 10 Rp 10
Total biaya per unit Rp 27 Rp 27 Rp 27
55
Tampilan 4-2
Laporan dengan Menggunakan Perhitungan Biaya Penyerapan dan Variabel-
Perusahaan Sabun “Bersih”
56
Perhitungan Biaya Variabel Tahun 1
Penjualan Rp 1.225.000
Dikurangi Biaya Variabel :
Persediaan Awal: Rp 0
Ditambah Biaya yang Diproduksi
(35.000 unit x Rp 17 perunit) Rp 595.000
Barang Tersedia untuk Dijual Rp 595.000
Dikurangi Persediaan Akhir Rp 0
Harga Pokok penjualan Variabel Rp 595.000
Biaya penjualan & administrasi variabel
(Rp 2 perunit terjual) Rp 70.000
Rp 665.000
Margin Kontribusi Rp 560.000
Dikurangi Biaya Tetap:
Overhead Pabik Tetap Rp 350.000
Biaya Penjualan & administrasi Tetap Rp 100.000
Rp 450.000
Laba Operasioal Bersih Rp 110.000
57
Perhitungan Biaya Variabel Tahun 3
Penjualan Rp 1.400.000
Dikurangi Biaya Variabel :
Persediaan Awal: Rp 85.000
Ditambah Biaya yang Diproduksi
(35.000 unit x Rp 17 perunit) Rp 595.000
Barang Tersedia untuk Dijual Rp 680.000
Dikurangi Persediaan Akhir Rp 0
Harga Pokok penjualan Variabel Rp 680.000
Biaya penjualan & administrasi variabel
(Rp 2 perunit terjual) Rp 80.000
Rp 760.000
Margin Kontribusi Rp 640.000
Dikurangi Biaya Tetap:
Overhead Pabik Tetap Rp 350.000
Biaya Penjualan & administrasi TetapRp 100.000
Rp 450.000
Laba Operasioal Bersih Rp 190.000
Tampilan 4-3
Perbandingan Pegaruh Laba – Perhitungan Biaya dan Variabel
Hubungan antara Produksi Akibat pada Perusahaan Hubungan antara Laba Bersih
dan Penjualan untuk Periode Operasional Perhitungan Biaya
yang Bersangkutan Penyerapan dan Perhitungan
Biaya Variabel
Produksi = Penjualan Persediaan tidak berubah Laba bersih operasional
perhitungan biaya penyerapan
= Laba bersih operasional
perhitungan biaya variabel
Produksi > Penjualan Persedian meningkat Laba bersih operasional
perhitungan biaya penyerapan
>Laba bersih operasional
perhitungan biaya variabel*
Produksi < Penjualan Persediaan Menurun Laba bersih operasional
perhitungan biaya penyerapan
<Laba bersih operasional
perhitungan biaya variabel**
58
* Laba operasi lebih tinggi dengan menggunakan perhitungan biaya penyerapan, karena dengan
perhitungan ini overhead parik tetap ditangguhkan ke dalam persediaan seiring dengan naiknya persediaan.
** Laba operasi lebih rendah dengan menggunakan perhitungan biaya penyerapan, karena dengan
perhitungan ini overhead parik tetap dilepaskan dari persediaan seiring dengan turunnya persediaan.
Sumber: Garrison, Norren, Brewer, (2006) Managerial Accounting,eleven edition.. Mc-Graw Hil
59
dengan metode perhitungan biaya penyerapan sekarang dikeluarkan dan
dibebankan terhadap pendapatan (dikenal sebagai fixed manufacturing overhead
cost release from inventory). Dalam taun 3, sebagai contoh Rp 50.000 biaya
overhead pabrik tetap yang ditangguhkan dalam persediaan dengan pendekatan
penyerapan dari tahun 2 ke tahun 3 dikeluarkan dari persediaan karena unit ini
terjual. Hasilnya, harga pokok penjualan tahun 3 tidak hanya mencakup semua
biaya overhead pabrik tetap untuk tahun 3 (karena semua yang diproduksi di
tahun 3 terjual di tahun 3 ( tetapi juga biaya overhead pabrik tetap tahun 2 sebesar
Rp 50.000).
Sebaliknya dengan perhitungan biaya variabel hanya biaya overhead
pabrik tetap tahun 3 yang akan dibebankan di tahun 3. Hasilnya adalah laba bersih
operasional dengan perhitungan biaya variabel Rp 50.000 lebih tinggi
dibandingkan dengan meode perhitungan biaya penyerapan.
berfluktuasi, produksi tetap selama periode tiga tahun. Karena penjualan berfluktuasi
Untuk menyelidiki lebih jauh perbedaan antara perhitungan biaya variabel dan
penyerapan. Akan dicontohkan kebalikannya yaitu jika penjualan tetap dan produksi
60
Biaya penjualan dan administrasi tetap per tahun Rp 150.000
Tampilan 4-4
Laporan dengan Menggunakan Perhitungan Biaya Penyerapan dan Variabel-
Perusahaan Kosmetik “Cantikku”
61
Harga Pokok penjualan Rp 1.000.000
Laba Kotor Rp 500.000
Dikurangi Biaya Penjualan dan Administrasi
(50.000 unit x Rp 2 + Rp150.000 tetap) Rp 250.000
Laba Operasional Bersih Rp 250.000
62
(10.000 unit x Rp 15) Rp 150.000
Harga Pokok penjualan Variabel Rp 750.000
63
Perhitungan Biaya Penyerapan
Laba bersih operasional dipengaruhi perubahan dalam produksi dengan
perhitungan biaya penyerapan, Seperti terlihat daam tampilan 4-4, laba bersih
operasional dengan perhitungan biaya penyerapan meningkat di tahun 2, sebagai respons
dari peningkatan produksi di tahun tersebut, dan kemudian menurun di tahun 3, sebagai
respons atas penurunan produksi untuk tahun tersebut. Perhatikan bahwa pada dasarnya
laba bersih operasional meningkat dan menurun antara kedua tahun ini walaupun jumlah
unit yang terjual sama untuk masing-masing tahun. Alasan yang menjelaskan pengaruh
ini dapat ditelusuri lewat biaya overhead pabrik tetap yang berubah dari satu periode ke
periode lainnya dalam metode perhitungan biaya penyerapan sebagai akibat dari
perubahan dalam persediaan.
64
Manfaat Absorption Costing
1 Perhitungan Biaya penyerapan banyak digunakan dalam laporan internal dan
eksternal. Banyak perusahaan menggunakan pendekatan perhitungan biaya
penyerapan karena pendekatan tersebut fokus terhadap perhitungan biaya penuh
(Full Costing) unit produksi.
Keterbatasan Absorption Costing
1. Dapat mengakibatkan manajer mengambil keputusan yang salah karena adanya
perubahan biaya overhead tetap antar periode yang membingungkan manajer.
Pada pembahasan diatas dapat dilihat kembali manajer mungkin bertanya-tanya
mengapa dengan perhitungan biaya penyerapan laba operasional meningkat tajam
di tahun 2 sementara penjualan sama dengan tahun sebelumnya.
2. Tidak dapat digunakan untuk analisis biaya volume laba.
4.7 RINGKASAN
Dengan Absorption (Full) costing adalah memperlakukan semua biaya produksi
sebagai biaya produk tanpa membedakan apakah biaya itu variabel atau tetap. Biaya
produk per unit terdiri atas bahan langsung, tenaga kerja langsung, overhead varaibel dan
overhead tetap. Sedangkn dalam perhitungan biaya variabel (variable costing) tidak
memasukkan overhead tetap sebagai elemen biaya produk, melainkan sebagai biaya
periodik seperti biaya adiministrasi dan penjualan. biaya produk per unit terdiri atas
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik variabel.
Perhitungan biaya penyerapan memperlakukan biaya overhead pabrik tetap
sebagai biaya produk, bagian overhead pabrik tetap dibebankan ke setiap unit produksi.
Metode perhitungan biaya penyerapan memungkinkan untuk menunda sebagian biaya
overhead pabrik tetap pada suatu periode ke periode berikutnya.
Perubahan biaya overhead pabrik tetap antarperiode ini dapat menimbulkan laba
bersih operasional menjadi berubah-ubah dan dapat membingungkan dan juga
memungkinkan manajer salah menentukan keputusan. Untuk menjaga agar tidak salah
pada saat membuat interpretasi data laba rugi, manajer harus berhati-hati terhadap
perubahan yang terjadi pada tingkat persediaan atau unit produksi selama periode
tertentu.
65
Sedangkan untuk biaya perhitungan variabel dari pendapat umum menyatakan
bahwa biaya variabel tidak dapat digunakan untuk laporn eksternal dan laporan pajak.
Meskipun demikian metode tersebut dapat digunakan untuk kepentingan internal dalam
membuat perencanan Pendekatan perhitungan biaya variabel berhubngan erat dengan
konsep biaya volume laba yag selalu dipertimbangkan oleh manajer dalam perencanaan
laba dan pembuatan keputusan.
b. Buatlah laporan laba rugi untuk tahun tersebut untuk kedua metode!
66
BAB 5
ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA
PENDAHULUAN
Analisis Biaya Volume Laba merupakan suatu teknik untuk membantu manajer
untuk mempelajari hubungan antara biaya, volume dan laba, alat analisis ini berguna bagi
manajemen dalam pengambilan keputusan, Sebagai misal, analisis biaya volume laba
dalam menetapkan harga jual, memilih bauran penjualan, perencanaan laba dalam tahun
anggaran tertentu.
Dalam analisis ini, laporan laab rugi format contribution margin seperti telah
dijelaskan juga sangat berguna dalam mempertimbangkan adanya perubahan biaya dan
volume kegiatan terhadap laba.
Kompetensi yang diharapkan mahasiswa dan pembaca dapat:
1. Dapat menggunakan rasio margin kontribusi untuk menghitung perubahan margin
kontribusi dan laba bersih yang disebabkan oleh perubahan dalam volume
penjualan.
2. Dapat menghitung pengaruh margin kontribusi terhadap perubahan dalam biaya
variabel, iaya tetap, hrga jual dan volume penjualan.
3. Dapat menghitung titik impas (break even point) dalam unit penjualan dan rupiah.
4. Dapat menentukan tingkat penjualan yang dibutkan untuk mencapai target laba
yang diharapkan.
5. Dapat menghitung margin keamanan (margin of safety) dan menjelaskan
signifikansinya.
6. Dapat menghtung tingkat operating leverage pada tingkat penjualan tertentu dan
dapat menjelaskan bagaimana tingkat operating leverage dapat digunkan untuk
memprediksi perubahan dalam laba bersih.
7. Dapat menghitung titik impas untuk perusahaan yang memiliki berbagai macam
produk dan menjelaskan pengaruh perubahan bauran penjualan terhadap margin
kontribusi dan titik impas.
67
5.1 Konsep Margin Kontribusi
Margin Konribusi (contribution margin) adalah selisih antara harga jual perunit
dan biaya variabel per unit. Margin konribusi merupakan jumlah yang tersisa untuk
menutup biaya tetap dan memberikan keuntungan. Jika margin kontribusi tidak cukup
menutup biaya tetap, maka akan dialami kerugian. Untuk mengilustrasikan konsep
margin kontribusi, berikut ini dpiakai format laporan laba rugi kontribusi dari PT. Istana
Jaya:
PT. Istana Jaya
Laporan Laba Rugi Kontribusi
31 Maret 2002
Dari laporan laba rugi tersebut tampak bahwa margin kontribusi (sebesar Rp
120.000.000) merupakan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap agar diperoleh
laba bersih. Apabila margin kontribusi tidak mencukupi untuk menutup biaya tetap maka
timbul kerugian pada periode tersebut. Anggaplah selama bulan maret ini PT. Istana Jaya
hanya sanggup menjual 1 unit DVD player saja. Dengan kondisi seperti itu, laporan laba
rugi perusahaan akan tampak sebagai berikut:
PT. Istana Jaya
Laporan Laba Rugi Kontribusi
31 Maret 2002
68
Margin kontribusi dapat pula dinyatakn sebagai suatu prosentase dari penjualan.
Rasio margin kontribusi adalah margin kontribusi dibandingkan dengan penjualan.
Rumus rasio margin komtribusi adalah
Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi
Penjualan
69
5.2 Aplikasi dari Konsep Biaya Volume Laba
Format kontribusi margin dapat membantu akuntan untuk menentukan
bagaimana perubahan-perubahan harga, volume penjualan, biaya variabel, atau biaya
tetap mempengaruhi laba operasi perusahaan.
PT. Istana Jaya saat menjual 600 DVD per bulan (penjualan bulanan Rp.
300.000.000). Manajer penjualan merasa bahwa peningkatan anggaran iklan per bulan
sebesar Rp. 10.000.000 akan meningkatkan penjualan bulanan sebesar Rp. 50.000.000
menjadi total 700 unit. Haruskah anggaran iklan dinaikkan? Tabel berikut menunjukkan
pengaruh peningkatan yang disarankan dalam anggaran iklan per bulan:
Volume Penjualan
Sekarang Penjualan dengan Tambahan
Peningkatan
anggaran
Prosentase
Iklan
Penjualan
Dengan asumsi tidak ada faktor lain yang berubah, peningkatan anggaran iklan
akan disetujui apabila meningkatkan laba sebesar Rp 10.000.000. Ada dua cara untuk
memecahkannya. Alternaif pemecahan yang pertama:
Total margin kontribusi yang diharapkan Rp 350.000.000 x 40% Rp 140.000.000
Total margin kontribusi saat ini Rp 300.000.000 x 40 % 120.000.000
Peningkatan margin kontribusi 20.000.000
Perubahan biaya tetap:
Dikurangi peningkatan biaya tetap 10.000.000
Peningkatan Laba bersih 10.000.000
Karena dalam kasus ini hanya biaya tetap dan penjualan yang berubah,
pemecahannya dapat disajikan dengan cara yang lebih sederhana sebagai berikut:
70
Peningkatan margin kontribusi Rp 20.000.000
Dikurangi peningkatan biaya iklan 10.000.000
Peningkatan Laba Bersih 10.000.000
71
Berdasarkan informasi di atas, perusahaan tidak layak untuk melaksanakannya,
Kesimpulan yang sama dapat dibuat dengan membuat perbandingan laporan laba rugi:
Dalam Ribuan
Penjualan 600 per bulan Penjualan 700 per bulan Perbedaan
Total Per Unit Total Per unit
72
Dalam Ribuan
Penjualan 600 per bulan Penjualan 720 r bulan Perbedaan
Total pe Per Unit Total Per unit
Beban tetap tidak dimasukkan dalm perhitungan karena biaya tetap tidak
terpengaruh oleh penjualan jumlah besar.
73
Perhitungan Titik Impas Metode Persamaan
Titik impas dapat ditentukan secara matematis atau secara grafis, dan dapat pula
dinyatakan dalam unit penjualan maupun rupiah penjualan. Metode persamaan
berdasarkan pada laporan laba rugi format margin kontribusi seperti berikut:
Laba = ( Penjualan – Biaya Variabel) – Biaya Tetap
Atau,
Penjualan = biaya variabel + Biaya Tetap = Laba
Pada titik impas, laba adalah nol. Dengan demikian, titik impas dapat dihitung
dengan menemukan titik dimana penjualan sama dengan total biaya variabel dan biaya
tetap. Untuk PT. Istana Jaya, titik impasnya dihitung sebagai berikut:
Penjualan =Biaya Variabel + biaya Tetap + Laba
500.000R = 300.000 R + 60.000.000 + 0
200.000 R = 60.000.000
R = 300 unit DVD player
Dimana:
R = jumlah DVD yang terjual / titik impas
Rp. 500.000 = Harga jual per unit
Rp. 300.000 = Biaya variabel per
unit Rp. 60.000.000 = Biaya tetap
Setelah titik impas dalam unit penjualan diketahui, titik impas penjualan dalam
rupiah bisa dicari dengan mengalikan tingkat unit penjualan impas dengan harga jual per
unit.
300 unit DVD player x Rp. 500.000 = Rp. 150.000.000
74
Untuk PT. Istana Jaya, margin kontribusi per unitnya adalah Rp. 200.000 (Rp
500.0 harga jual dikurangi Rp. 300.000 biaya variabel), dengan biaya tetap adalah
Rp.60.000.000, titik impas dapat dihitung sebagai berikut:
Titik impas dalam unit = Beban Tetap = Rp. 60.000.000 = 300 unit
Margin kontribusi per unit Rp. 200.000
Variasi dari metode ini mnggunakan rasio CM bukan margin kontribusi per unit.
Hasilnya adalah titik impas dalam Rupiah penjualan bukan unit yang terjual.
Titik impas dalam rupiah = Biaya Tetap
Rasio CM
75
variabel dan lalu ditambahkan dengan biaya tetap. Sebagai contoh, untuk volume
penjualan sebanyak 700 unit, maka besarnya jumlah biaya adalah Rp 270.000.000
(yaitu, Rp 300.000 x 700 unit + Rp 60.000.000). garis biaya lalu ditarik mulai dari
titik pertama sampai ke titik kedua.
5. Interseksi (perpotomgam antara garis pendapatan dan garis biaya itulah yang
merupakan titik impas. Dalam ilustrasi PT. Istana Jaya, titik perpotongan kedua
garis iti berada pada titik penjualan 300 dengan angka penjualan Rp. 150.000.000.
Pada tampilan 5-1 tersebut tampak bahwa biaya tetap Rp 60.000.000 dan biaya
variabel Rp.300.000 per unit DVD player. Titik impasnya pada penjualan 300 unit DVD
player, yang nilai penjualan Rp. 150.000.000
Tampilan 5-1
Penjualan, Biaya
Penjualan Total
350 juta
200 juta
76
5.4 Margin of Safety
Margin keamanan (safety of margin) adalah kelebihan dari penjualan yang
dianggarkan (aktual) di atas titik impas volume penjualan. Margin keamanan
menerangkan jumlah di mana penjualan dapat menurun sebelum kerugian mulai terjadi.
Semakin tinggi margin keamanan, semakin rendah resiko untuk tidak balik modal.
Formula perhitungannya adalah sebagai berikut:
Margin keamanan = Total penjualan yang dianggarkan (aktual) – Penjualan titik impas
Margin keamanan juga dapat disajikan dalam bentuk persentase. Persentase ini
didapat dengan membagi margin keaman dalam rupiah dengan total penjualan:
Persentase Margin Keamanan = Margin Keamanan dalam rupiah
Total penjualan yang dianggarkan (aktual)
Margin keamanan ini berarti bahwa pada penjualan saat ini dengan harga jual dan
struktur biaya saat ini, penurunan penjualan sebesar Rp 150.000.000 atau 50% akan
memenuhi titik impas saja.
Margin keamanan juga dapat disajikan dalam bentuk jumlah unit yang terjual
dengan cara membagi margin margi keamanan dalam rupiah dengan harga jual per unit.
Dalam kasusu PT Intan Jaya adalah (Rp.150.000.000/Rp500.000 per DVD = 300.
77
PT. Merdeka % PT. Mandiri %
Penjualan Rp. 1.000.000 100% Rp. 1.000.000 100%
Kurangi: Biaya Variabel Rp. 600.000 60% Rp. 300.000 30%
Margin Kontribusi Rp. 400.000 40% Rp. 700.000 70%
Kurangi: Biaya Tetap Rp. 300.000 Rp. 600.000
Laba Bersih Rp. 100.000 Rp. 100.000
Dengan demikian untuk kenaikan penjualan sebesar 10% PT. Mandiri mengalami
persentase kenaikan yang lebih tinggi dalam keuntungannya dibandingkan PT. Merdeka.
Sebabnya adalah karena PT. Mandiri mempunyai Operating leverage yang lebih besar
dibandingkan PT. Merdeka.
Tingkat Operating leverage (degreeof operating leverage) yang terdapat dalam
perusahaan pada tingkat penjualan tertentu dapat diukur melalui rumus berikut:
Operating leverage = Margin Kontribusi
Laba Bersih
Tingkat Operating leverage di PT. Merdeka dan PT,. Mandiri pada tingkat
penjualan Rp. 1.000.000 adalah:
PT. Merdeka = Rp. 400.000 = 4
100.000
PT. Mandiri = Rp. 700.000 = 7
100.000
78
demikian, apabila penjualan meningkt 10%, maka laba bersih PT. Merdeka akan
melonjak sebesar empat kali lipat (40%) dan laba bersih PT. Mandiri akan melambung
tujuh kali lipat (70%). Hal tersebut dibuktikan melalui perhitungan berikut:
PT. Merdeka 10 4 40
PT. Mandiri 10 7 70
79
Pendekatan Margin Kontribusi
Pendekatan yang kedua dengan menggunakan rumus margin kontribusi dengan
memasukkan target laba:
Unit penjualan untuk mencapai target = Biaya Tetap + Target Laba
Margin kontribusi per unit
Rp. 60.000.000 + 100.000.000 = 800 DVD
Rp. 200.000
Pendekatan ini memberikan jawaban yang sama demam metode persamaan.
Untuk Rupiah penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai target laba dapat dihitung
sebagai berikut:
Unit penjualan untuk mencapai target = Biaya Tetap + Target Laba
Rasio CM
Rp. 60.000.000 + 100.000.000 = Rp. 400.000.000
0,4
80
Bauran Penjualan dan Analisis Titik Impas
Analisis impas akan lebih rumit diterapkan dalam hal perusahaan menjual lebih
dari satu lini produk. Sebabnya adalah produk-produk yang berbeda akan mempunyai
harga jual yang berlainan, biaya yang berbeda, dan margin kontribusi yang tidak sama.
Impliksinya titik impas akan tergantung pada bauran di mana bermacam-macam produk
dijual.
Sebagai ilustrasi, anggaplah PT. Angkasa mempunyai dua lini produk: lini
produkAT 500 dan lini produk SKT 900, Untuk tahun 2002 dan 2003, penjualan, biaya,
dan titik impas perusahaan tampak pada tampilan 5-2.
Tampilan 5-2
Analisis Titik Impas pada PT. Angkasa
PT. Angkasa
Tampilan 5-3
Analisis Titik Impas pada Multiproduk: Terdapat Pergeseran Bauran Penjualan
PT. Angkasa
81
Perhitungan Titik Impas:
Biaya Tetap Rp. 3.600.000 = Rp. 12.000.000
Rasio Margin Kontribusi 30%
Seperti yang tersaji pada tampilan 5-2, titik impas adalah pada penjualan Rp.
8.000.000. Titik penjualan impas ini dihitung dengan membagi biaya tetap Rp. 3.600.000
dengan rasio margin kontribusi 45%. Namun penjualan sebesar Rp. 8.000.000 ini
menunjukkan titik impas hanya sebatas bauran penjualan tidak berubah. Apabila bauran
penjualan berubah, titik impas penjualan juga akan turut berubah. Hal ini dapat
dilustrasikan dengan menganggap bahwa pada tahun 2003 terjadi pergeseran dari lini
Produk SKT900 yang menguntungan (dengan rasio margin kontribusi 50%) menuju lini
produk AT500 yang kurang menguntungkan (yag rasio margin kontribusi 25%). Data
penjualan untuk tahun 2003 tersaji pada tampilan 5-3.
Walaupun penjualan tidak megalami perubahan (pada Rp. 12.000.000), bauran
penjualan mengalami perubahan yang berlawanan dengan apa yang tersaji pada tampilan
5-2. Penjualan yang jumlahnya besar kini berasal dai penjualan lini Produk AT500.
Pergeseran bauran penjualan ini telah menyebabkab rasio margin kontribusi laba meosot
tajam dari tahun sebeumnya dari 45% pada taun 2002 menjadi 30% pada 2003,
sedangkan laba bersih menukik dari Rp. 1.775.000 pada tahun 2002 menjadi Rp. 25.000
pada tahun 2003. Titik impas penjualan mengalami peningkatan dari Rp. 8.000.000 pada
tahun 2002 menjadi Rp.12.000.000 pada tahun 2003.
82
Walaupun beberapa dari asumsi ini mungkin dilanggar dalam praktiknya,
pelanggaran biasanya tidak cukup serius untuk merusak validitas analisis biaya volume
laba. Contohnya, di kebanyakan perusahaan dengan berbagai produk, bauran penjualan
cukup kostan sehingga hasil dari analisis biaya volume laba cukup valid.
Barangkali bahaya terbesar dalam analisis sederhana biaya volume laba adalah
ketika manajer berencana meningkatkan volume yang sangat besar yang berada di luar
rentang yang relevan.
5.9 RINGKASAN
Margin Konribusi (contribution margin) adalah selisih antara harga jual perunit
dan biaya variabel per unit. Margin konribusi merupakan jumlah yang tersisa untuk
menutup biaya tetap dan memberikan keuntungan.
Rasio margin kontribusi adalah margin kontribusi dibandingkan dengan
penjualan. Rasio ini dapat digunakan untuk membuat estimasi yang cepat mengenai
pengaruh dari total penjualan terhadap laba operasi bersih. Rasio ini sangat berguna
dalam analisis titik impas.
Titik impas atau (break even point) adalah volume penjualan di mana jumlah
pendapatan dan jumlah biayanya sama, tidak terdapat laba maupun rugi. Laba bersih akan
diperoleh bilamana volume penjualan berada di atas titik impas, sedangkan rugi bersih
akan di derita seandainya volume penjualan berposisi di bawah titik impas. Titik impas
dapat ditentukan secara matematis atau secara grafis, dan dapat pula dinyatakan dalam
unit penjualan maupun rupiah penjualan.
Margin keamanan (safety of margin) adalah kelebihan dari penjualan yang
dianggarkan (aktual) di atas titik impas volume penjualan. Operating leverage adalah
suatu ukuran tentang seberapa sensitif laba bersih terhadap perubahan dalam penjualan.
Operating leverage bertindak sebagai pengganda. Jika Operating leverage tinggi,
peningkatan persentase yang kecil dalam penjualan dapat menghasilkan laba bersih
dalam persentase yang jauh lebih besar.
Rumus biaya volume laba dapat digunakan untk menentukan volume penjualan
yang dibutuhkan untuk mencapai target laba.
83
5.10 LATIHAN SOAL
1. Apakah rasio cntribution margin produk? Bagaimana rasio ini berguna dalam
perencanaan operasi bisnis?
2. Apakah yang dimaksud dengan operating leverage?
3. Apakah yang dimaksud dengen titik impas?
4. Apakah yang dimaksud dengan margin keamanan?
5. Apakah yang dimaksud bauran penjualan? Asumsi apa yang biasanya dibuat
berhubungan dengan bauran penjualan daam analisis biaya volume laba?
6. Laporan laba rugi Perusahaan Mili sebagai berikut:
Total PerUnit
Penjualan (20.000 unit) Rp. 300.000 Rp.15
Kurang: Biaya Variabel 180.000 9
Margin kontribusi 120.000 6
Kurangi:Biaya Tetap 70.000
Laba Bersih 50.000
Diminta: Buatlah laoran laba rugi yang baru berdasarkan masing-masing kondisi di
bawah ini (pertimbangan masing-masing kasus secara tersendiri):
a. Volume penjualan meningkat sebesar 15%
b. Harga jual menurun Rp 1,5 per unit dan volume penjualan meningkat sebesar 25%.
c. Harga jual meningkat sebesar Rp 1,5 per unit dan biaya tetap meningkat Rp. 20.000
volume penjualan menurun sebesar 5%.
d. Harga jual meningkat sebesar Rp 1,5 per unit dan biaya variabel meningkat 0.6 per
unit dan volume penjualan menurun sebesar 10%.
Perusahaan Melo membuat dan menjual satu produk tunggal, Penjualan dan biaya
perusahaan pada kuartal terakhir sebagai berikut:
Total PerUnit
Penjualan Rp. 450.000 Rp.30
Kurang: Biaya Variabel 180.000 12
Margin kontribusi 270.000 18
Kurangi: Biaya Tetap 216.000
Laba Bersih 54.000
84
Diminta:
a. Berapakah titik impas pada kuartal tersebut dalam unit dan daam rupiah
penjualan?
b. Tanpa mengitung kembali, berapakah total margin kontribusi pada titik
impas?
c. Berapakah banyak unit yang harus dijual tiap kuartal untuk mendapatkan
target laba sebesar Rp. 90.000? gunakan metode margin kontribusi. Buat
juga laporan laba rugi format kontribusi pada tingkat penjualan yang
diharapkan.
d. Kembali ke data awal.Hitnglah margin keamanan perusahaan dalam
rupiah dan dalam persentase.
e. Berapa rasio margin kontriusi perusahaan? Jika penjualan meningkat
sebanyak Rp.50.000 per kuartal dan tidak ada perubahan dalam biaya
tetap, berapa laba bersih perusahaan diharapkan akan meningkat?
8. Perusahaan Enberg mempunyai laporan laba rugi format kontribusi pada bulan yang
baru berakhir seagai berikut:
Total Persentase penjualan
Penjualan Rp. 80.000 100%
Kurang: Biaya Variabel 32.000 40%
Margin kontribusi 48.000 60%
Kurangi:Biaya Tetap 38.000
Laba Bersih 10.000
Diminta:
a. Hitunglah tingkat operating leverage perusahaan.
b. Dengan menggunakan tingkat operating leverage tersebut, perkiraan
dampak terhadap laba bersih jika ada kenaikan 5% dalm penjualan.
c. Verifikasi jawaban Anda di nomor (2) di atas dengan membuat laporan
laba rugi format kontribusi yang baru dengan asumsi kenaikan penjualan
5%.
85
BAB 6
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN INFORMASI AKUNTANSI
DIFFERENSIAL
PENDAHULUAN
Salah satu fungsi penting manajemen adalah perencanaan (planning). Dalam
perencanaan tersebut seorang manajer diharapkan dapat mengambil keputusan yang tepat
terkait dengan pemilihan berbagai macam alternatif. Keputusan tersebut, diantaranya
86
terdiri dari keputusan rutin dan keputusan khusus. Keputusan rutin adalah keputusan
operasional sehari-hari yang sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen (pemasaran,
produksi dan keuangan). Sedangkan keputusan khusus adalah keputusan yang diambil
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang dihadapi oleh perusahaan pada saat tertentu,
seperti menolak atau menerima pesanan khusus, menetapkan kebijakan harga, menutup
divisi atau mengembangkan, menetapkan laba pada keterbatasan kapasitas, membuat
sendiri atau membeli produk, memperoses lebih lanjut setelah Spilit-off atau langsung
menjual dan kombinasi produk.
Pengambilan keputusan yang dilakukan manajemen tersebut sangat ditentukan
oleh informasi akuntansi oleh akuntan intern, oleh karenanya informasi yang disajikan
harus accurate, relevan, dan dapat dipercaya baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. Salah satu informasi penting yang biasanya diperlukan sebagai dasar
perencanaan dan pengambilan keputusan adalah Informasi akuntansi diferensial.
Infromasi akuntansi diferensial yaitu “Diferensial” maksudnya adalah informasi biaya
relevan yang diharapkan di masa mendatang berbeda-beda diantara berbagai alternatif
pilihan yang ada. Sehingga dengan perbedaan tersebut manajemen dapat memilih
alternatif terbaik bagi perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
87
6. Pembaca diharapkan dapat memilih keputusan yang terbaik di antara berbagai
alternatif keputusan berdasarkan biaya diferensial!
88
a. peristiwa yang mengandung masalah, seperti ketika manajemen menerima
informasi bahwa biaya produk per unit sesungguhnya masih berada di bawah
target cost, maka informasi dapat menjadi pemicu timbulnya kesadaran untuk
mengambil keputusan mengenai program pengurangan biaya yang harus
dipilih untuk mencapai target cost.
b. ancaman yang dirasakan ada, seperti hadirnya pesaing baru yang sangat
agresif dalam memasuki pasar dengan harga produknya jauh di bawah harga
yang ditawarkan oleh perusahaan.
c. peluang bisnis bagi perusahaan yang diperkirakan akan terjadi di masa yang
akan datang.
Masalah adalah perbedaan antara kondisi yang diharapkan dengan kondisi yang
ada. Informasi akuntansi kemungkinan dapat memberikan peringatan kepada
manajemen mengenai adanya masalah yang segera memerlukan perhatian dan
pengambilan keputusan yang tepat.
2) Pencarian tindakan alternatif dan pengkuantifikasian konsekuensinya masing-
masing
89
Tahap yang paling menentukan dan riskan dalam proses pengambilan keputusan
adalah pemilihan satu di antara berbagai alternatif keputusan yang dapat dipilih.
Hal ini dikarenakan dalam proses pemilihan tersebut tidak terlepas pada
pertimbangan irrasional yang bersifat politik dan psikologis daripada
pertimbangan ekonomis rasional.
Untuk memungkinkan manajemen melakukan pemilihan alternatif yang
optimum, sehingga pemilihan alternatif yang dilakukan didasarkan atas
pertimbangan ekonomis rasional. Maka informasi akuntansi diferensial yang
bersangkutan dengan alternatif yang dipilih perlu disajikan sebagai sarana
pengambilan keputusan. Infromasi akuntansi diferensial ini diharapkan mampu
mengurangi sebagian ketidakpastian yang dihadapi oleh manajemen sebagai
pihak pengambil keputusan dalam memilih berbagai alternatif yang ada.
4) Implementasi dan penindaklanjutan
90
Informasi akuntansi dapat dijadikan sebagai indikasi adanya masalah dengan
cara penyajian penyimpangan kinerja sesungguhnya dengan sasaran yang
ditetapkan dalam anggaran atau dengan memberitahukan kepada manajemen
bahwa mereka gagal dalam pencapaian sasaran laba yang telah ditetapkan.
Terdapat beberapa faktor yang menentukan bahwa rangsangan dari informasi
akuntansi dapat memacu penyelesaian masalah:
a. Lingkungan intern maupun ekstern.
91
Sebaliknya pada perusahaan dengan kapasitas besar, tentunya perusahaan
dijalankan oleh beberapa orang pimpinan atau manajer dalam melaksanakan
fungsi manajemennya. Peranan infromasi akuntansi merupakan alat untuk
memicu kesadaran manajemen terhadap masalah dan peluang bisnis yang
dihadapi oleh perusahaan.
d. Tersedianya data industri sebagai pembanding.
2) Memisahkan alternatif tindakan yang satu dengan alternatif tindakan yang lain.
92
dan pengkuantifikasian Memisahkan alternatif tindakan yang
konsekuensi setiap tindakan stau dari alternatif tindakan yang lain
alternatif Menjelaskan konsekuensi berbagai
3. alternatif tindakan yang akan dipilih
Pemilihan alternatif optimum
atau alternatif yang memuaskan Membantu menganalisis dan menilai
berbagai alternatif tindakan yang
4. akan dipilih
Implementasi dan
penindaklanjutan Umpan balik untuk memantau
keputusan dan tindakan koreksi
penyimpangan
Gambar 7.1 Tahap pengambilan keputusan dan peran informasi akuntansi dalam
setiap tahap pengambilan keputusan
93
Istilah relevan mempunyai pengertian berhubungan dengan sesuatu. Suatu biaya
disebut biaya relevan jika biaya tersebut berhubungan dengan tujuan yang
ditetapkan atas biaya tersebut. Jika menurut definisinya, maka biaya merupakan
pengorbanan ekonomi yang dinilai dalam satuan uang yang telah terjadi atau
yang secara potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan
demikian, tidak ada satu pun biaya yang tidak relevan, karena setiap biaya
memang direkayasa untuk memenuhi tujuan tertentu.
Sementara itu, biaya yang relevan dengan pengambilan keputusan disebut
dengan istilah yang lebih tepat yaitu, biaya diferensial. Hal ini dikarenakan
pengambilan keputusan selalu menyangkut pemilihan alternatif masa yang akan
datang dan untuk dapat melakukan pemilihan pengambilan keputusan harus
dapat membedakan di antara berbagai alternatif yang ada, maka informasi yang
relevan adalah informasi yang akan datang dan yang berbeda di antara alternatif
yang akan dipilih.
Oleh karena itu, istilah biaya diferensial berbeda dengan biaya relevan, karena
istilah biaya relevan adalah istilah yang umum, yang tidak selalu berhubungan
dengan pengambilan keputusan.
2) Biaya diferensial sebagai biaya masa yang akan datang (Future Cost)
Biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan
berbeda (differ) atau terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan pemilihan di
antara berbagai macam alternatif.
Karena banyaknya infromasi akuntansi yang tersdia dalam suatu perusahaan,
tidak mungkin semua informasi tersebut relevan dengan berbagai macam
alternatif yang dipilih. Hanya informasi akuntansi diferensial yang diperlukan
oleh manajemen untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, biaya tersebut
94
relevan dengan analisis yang dilakukan oleh manajemen dalam pengambilan
keputusan.
4) Perbedaan biaya diferensial (differential cost) dengan biaya penuh (full cost)
Terdapat tiga aspek yang membedakan antara biaya diferensial (differential cost)
dengan biaya penuh (full cost):
a. Unsur biaya
Unsur yang membentuk biaya penuh suatu produk adalah biaya tenaga kerja
langsung dan biaya tenaga kerja tak langsung. Sementara biaya diferensial
hanya meliputi biaya yang berbeda dalam kondisi tertentu saja.
b. Sumber informasi
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah seiring dengan perubahan volume
kegiatan, sedangkan biaya diferensial selalu berkaitan dengan alternatif tertentu
yang sedang dipertimbangkan untuk dipilih.
6) Biaya diferensial (differential cost) dengan biaya tetap (fixed cost)
95
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tidak berubah dengan adanya
perubahan volume kegiatan dalam kisar (range) perubahan volume kegiatan
tertentu. Dalam pengambilan keputusan jangka pendek, biaya tetap mungkin
merupakan biaya diferensial atau tidak. Apabila biaya tetap seluruhnya dapat
ditelusur dalam suatu keputusan khusus dan hanya akan terjadi jika keputusan
tersebut dilakukan, maka biaya tersebut disebut sebagai biaya diferensial.
7) Biaya diferensial (differential cost) dengan biaya depresiasi (depreciation cost)
Depresiasi merupakan alokasi secara periodic atas pemakaian aktiva tetap yang
diperoleh pada waktu yang lampau. Biaya depresiasi terkait dengan pengambilan
keputusan jangka panjang dan hanya dipengaruhi pada saat keputusan
penanaman modal diambil. Maka, biaya depresiasi bukan merupakan biaya
diferensial dan dapat diabaikan.
8) Biaya diferensial (differential cost) dengan biaya tambahan (Incremental cost)
Biaya tambahan (Incremental cost) adalah tambahan biaya yang akan terjadi jika
suatu alternatif yang berkaitan dengan perubahan volume kegiatan dipilih.
Karena biaya tambahan merupakan tambahan biaya yang berhubungan dengan
suatu alternatif, maka biaya ini sesungguhnya berasal dari pengertian biaya
diferensial.
Namun, biaya diferensial tidak terbatas pada biaya tambahan. Biaya tambahan
sama dengan biaya diferensial hanya dalam hal pengambilan keputusan
menghadapi pemilihan alternatif penambahan atau penurunan volume kegiatan.
Jika alternatif pengambilan keputusan di luar pemilihan penambahan atau
penurunan volume kegiatan, maka istilah biaya tambahan menjadi tidak relevan
dan hanya biaya diferensial yang relevan dengan segala jenis pengambilan
keputusan.
9) Biaya diferensial (differential cost) dengan biaya kesempatan (opportunity cost)
96
10) Biaya diferensial (differential cost) dengan biaya keluar dari saku (out-of-pocket
cost)
Biaya keluar dari saku adalah biaya yang akan memerlukan pengeluaran kas
sekarang atau dalam jangka dekat sebagai akibat dari keputusan manajemen.
Biaya keluar dari saku juga merupakan salah satu unsure biaya diferensial.
Namun tidak sebaliknya.
97
(outsourcing) Biaya diferensial berupa biaya A
a. Fasilitas yang digunakan terhindarkan
untuk membuat dihentikan Biaya diferensial berupa harga beli B
pemakaiannya dari pemasok luar
Jika A>B, alternatif membeli
Keputusan dapat dipilih
Jika A<B, alternatif membeli tidak
dapat dipilih A
b. Fasilitas yang digunakan Biaya diferensial berupa biaya B
untuk membuat dapat terhindarkan C
disewakan atau dioperasikan Pendapatan diferensial
untuk kegiatan bisnis yang Biaya diferensial berupa harga beli
lain Jika (A+B) > C, alternatif
Keputusan membeli dapat dipilih
Jika (A+B) < B, alternatif
membeli tidak dapat dipilih
98
2. Perusahaan sekarang membeli
dari pemasok luar dan
mempertimbangkan akan
membuat sendiri (inhouse
sourcing) Biaya diferensial: harga beli yang A
a. Diperlukan tambahan dapat dihindari
fasilitas produksi Biaya diferensial: biaya untuk B
membuat
Jika A>B, alternatif membuat
Keputusan dapat dipilih
Jika A<B, alternatif membuat
tidak dapat dipilih A
b. Diperlukan tambahan Biaya diferensial: harga beli yang
fasilitas produksi dapat dihindari B
Biaya diferensial: berupa biaya C
untuk membuat
Aktiva diferensial berupa investasi
dalam fasilitas
Keputusan Jika selama umur ekonomis
fasilitas produksi jumlah nilai (A-
B)>C, maka alternatif membuat
sendiri dapat dipilih
Gambar. 7.2 Berbagai kemungkinan alternative dalam keputusan membeli atau membuat
sendiri
Contoh:
99
PT Bekasi Raya berusaha dalam bidang perakitan yang selama ini memperoduksi suku
cadangnya sebanyak 250 unit dengan biaya sebagai berikut;
Biaya Produksi Per unit Total
Biaya bahan baku Rp 20.000 Rp 5.000.000,-
Biaya tenaga kerja langsung 80.000 20.000.000,-
Biaya Overhead variabel 40.000 10.000.000,-
Biaya Overhead tetap 60.000 15.000.000,-
Total Rp 200.000 Rp 50.000.000,-
Suatu ketika ada pemasok dari luar yang menawarkan komponen tersebut dengan harga
Rp 140.000 per unit dengan perkiraan biaya pemesanan dan pengiriman suku cadang
tersebut tiap unit adalah Rp 10.000 per unit. Sehingga total biaya yang harus dikeluarkan
jika membeli dari luar adalah Rp 150.000 per unit.
Pada kasus seperti ini keputusan apakah yang akan diambil oleh manajemen produksi PT
Bekasi Raya terhadap suku cadang yang dibutuhkannya, apakah akan tetap memproduksi
sendiri atau ataukah akan membeli dari pemasok?
Berdasarkan analisis diferensial, maka akan diperoleh perhitungan sebagai
berikut: Dalam Ribuan (000)
Biaya Produksi Per Unit Total 250
Unit
Membuat Membeli Membuat Membeli
B. Bahan baku 20 5.000
B. Tenaga kerja langsung 80 20.000
B. Overhead variabel 40 10.000
Membeli - 150 - 45.000
Secara sepintas jika dilihat dari total biaya per unit memproduksi sendiri Rp
200.000 memang lebih besar dibandingkan dengan membeli dari yang hanya Rp 150.000
per unit. Namun, berdasarkan analisis diferensial biaya overhead tetap tidak ikut
dipertimbangkan dalam alternatif pengambilan keputusan karena tidak relevan atau
merupakan biaya yang tidak dapat dihindarkan. Artinya bahwa keputusan apapun yang
10
diambil, maka biaya overhead tetap wajib dikeluarkan dan tidak akan berubah dalam
kedua keputusan tersebut.
Maka berdasarkan analisis diferensial tersebut perusahaan akan tetap
memproduksi sendiri suku cadangnya. Jadi jika membuat sendiri, biaya diferensial yang
juga merupakan biaya relevan adalah Rp 140.000 per unit atau Rp 35.000.000,-. Jika
membeli dari luar atau dari pemasok biayanya menjadi Rp 150.000 per unit atau Rp
37.500.000,-. Sehingga jika membeli dari pemasok akan menimbulkan pemborosan Rp
2.500.000 (Rp 37.500.000 – Rp 35.000.000). Dengan kata lain, memproduksi sendiri
mampu menghemat biaya sebesar Rp 2.500.000,-.
Dalam hal ini, konsep opportunity cost juga dapat digunakan. Artinya apabila
memproduksi sendiri maka opportunity cost-nya adalah Nol. Tetapi apabila membeli
suku cadang pemasok dari luar, maka opportunity cost-nya adalah sebesar Rp 2.500.000,-
, yaitu penghematan biaya yang hilang karena memilih membeli dari luar dan menolak
memproduksi sendiri. Hal ini terjadi jika perusahaan membiarkan kapasitas menganggur
dengan membeli suku cadang atau komponen dari luar.
2) Menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk (sell or process further)
10
Jika X negative, jangan pilih alternatif memproses lebih lanjut
Keputusan:
Jika jumlah nilai tunai X selama umur ekonomis fasilitas produksi lebih besar
dari Y, maka alternatif memproses lebih lanjut sebaiknya dipilih.
Jika jumlah nilai X selama umur ekonomis fasilitas produksi lebih kecil dari
Y, alternatif memproses lebih lanjut sebaiknya tidak dipilih.
Contoh:
PT Bekasi Raya menghasilkan produk Gress dengan Harga Jual Rp 200.000 per
unit pada saat ini. Adapaun biaya penuh (full cost) adalah sebagai berikut:
BIAYA PRODUKSI PER UNIT 15.000 UNIT
B. bahan baku Rp 40.000 Rp 600.000.000
B. tenaga kerja langsung 20.000 300.000.000
B. overhead variabel 30.000 450.000.000
B. overhead tetap 26.000 390.000.000
B. administrasi&umum T 10.000 150.000.000
B. pemasaran tetap 15.000 225.000.000
Total biaya penuh 141.000 Rp 2.115.000.000
10
memperoleh pendapatan diferensial Rp 50.000 per unit. Namun untuk membuat
pengambilan keputusan terhadap hal tersebut, perlu ditandingkan dengan informasi biaya
diferensial.
Terdapat beberapa hal yang perlu dipettimbangkan jika altenatif pengolahan lebih
lanjut produk Gress menjadi New Gress dipilih:
a. Apakah pengolahan lebih lanjut produk Gress menjadi New Gress
memerlukan investasi pada aktiva (mesin atau peralatan). Jika tidak, maka
pengambilan keputusan tersebut bersifat jangka pendek dan informasi yang
relevan untuk dipertimbangkan adalah pendapatan diferensial dan biaya
diferensial. Jika pendapatan diferensal lebih tinggi dibandingkan dengan biaya
diferensial, maka alternative untuk mengolah lebih lanjut suatu produk dapat
dipilih. Sebaliknya jika pendapatan diferensial lebih rendah dibandingkan
dengan biaya diferensial, maka alternative untuk mengolah lebih lanjut suatu
produk ditolak.
Misalnya. Pengolahan lebih lanjut dari produk Gress menjadi New Gress tidak
memerlukan investasi dalam aktiva, tetapi hanya memerlukan biaya
pengolahan lebih lanjut sebesar Rp 20.000 per unit. Maka perhitungan
infromasi akuntansi diferensial adalah sebagai berikut:
Pendapatan diferensial
(Rp 250.000 – Rp 200.000)x15.000 unit Rp 750.000.000
Biaya difrensial
(15.000 unit @ Rp 30.000) 450.000.000
Laba diferensial Rp 300.000.000
Keputusan:
Karena diperoleh laba diferensial atau selisih positif, maka sebaiknya memilih
alternatif memproses lebih lanjut akan lebih menguntungkan perusahaan.
b. Jika pengolahan lebih lanjut produk Gress menjadi produk New Gress
memerlukan investasi aktiva tetap, maka hal ini menyangkut pengambilan
keputusan investasi bersifat jangka panjang. Dalam pengambilan keputusan
seperti ini informasi yang relevan tidak hanya pendapatan diferensial dan
biaya diferensial, namun juga aktiva diferensial.
10
3) Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha
suatu bagian perusahaan (stop or continue product line)
Pada suatu perusahaan yang menghasilkan lebih dari satu jenis produk
(product line) atau yang memiliki berbagai departemen penghasil laba,
adakalanya manajemen puncak menghadapi salah satu jenis produknya atau salah
satu departemennya mengalami kerugian usaha yang diprediksi akan berlangsung
terus menerus. Untuk menghadapinya manajemen perlu mempertimbangkan
keputusan menghentikan atau tetap akan melanjutkan kegiatan produksi terhadap
produk tersebut atau tetap mempertahankan kegiatan usaha departemen yang
mengalami kerugian tersebut . Berdasarkan kondisi ini, terdapat dua alternatife
yang mungkin yang akan dilakukan oleh pihak manajemen dalam pengambilan
keputusan adalah menghentikan atau melanjutkan produksi atau kegiatan
departemen tersebut.
Terkait dengan hal tersebut, maka informasi yang relevan untuk
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan adalah biaya diferensial dan
pendapatan diferensial. Artinya, jika salah satu produk atau kegiatan tertentu
dihentikan, maka perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh
pendapatan dari produk atau kegiatan tersebut.
Pendapatan yang hilang (foregone revenues) akibat dihentikannya produk
atau kegiatan tersebut merupakan informasi pendapatan dan pengorbanan yang
ditanggung karena pemilihan kedua alternatif tersebut. Disamping itu,
dihentikannya produksi atau kegiatan usaha departemen tertentu, perusahaan juga
akan menikmati manfaat berupa biaya terhindarkan (avoidable cost) yang
merupakan informasi biaya diferensial.
Keputusan terhadap penghentian atau tetap melanjutkan dilakukan, Jika
biaya terhindarkan (yang merupakan manfaat yang diperoleh) lebih besar dari
pendapatan yang hilang akibat dihentikannya produksi produk atau kegiatan
usaha departemen tertentu, maka alternatif penghentian terhadap produk atau
kegiatan tersebut sebaiknya dipilih. Namun, jika biaya terhindarkan lebih kecil
dari pendapatan yang hilang akibat dihentikannya produksi produk atau kegiatan
10
usaha departemen tertentu, maka alternatif penghentian tersebut sebaiknya tidak
dipilih atau tetap melanjutkan produksi produk atau kegiatan tersebut.
Beberapa kemungkinan alternatif dalam keputusan menghentikan atau
melanjutkan produksi suatu produk atau kegiatan dalam suatu departemen:
1. Apabila fasilitas produksi produk yang lama dihentikan pemakaiannya:
Biaya diferensial:
Biaya terhindarkan Rp xxx
Pendapatan diferensial:
Pendapatan yang hilang (forgone revenues) xxx
Rp X
Keputusan:
Jika X Positif, maka penghentian produksi produk sebaiknya dipilih.
Jika X negative, maka penghentian produksi produk sebaiknya tidak
dipilih.
2. Apabila fasilitas produksi produk lama dapat dimanfaatkan dalam kegiatan
bisnis yang lain
Biaya diferensial:
Biaya terhindarkan Rp xxx
Biaya kesempatan xxx
Jumlah biaya diferensial Rp xxx
Pendapatan diferensial:
Pendapatan yang hilang (forgone revenues) xxx
Rp X
Keputusan:
Jika X Positif, maka penghentian produksi produk sebaiknya dipilih.
Jika X negative, maka penghentian produksi produk sebaiknya tidak dipilih.
Contoh:
10
PT Bekasi Raya memiliki tiga departemen, yaitu departemen A, departemen B
dan departemen C. Adapun Laporan Laba Rugi tiap departemen Desember tahun
2007 adalah sebagai berikut:
Komponen Depart. A Depart. B Depart. C
10
4) Menerima atau menolak pesanan khusus (special order decision)
10
(13.000 unit @ Rp 12.000) 156.000.000
CM Rp 104.000.000
Biaya tetap 80.000.000
Laba bersih Rp 24.000.000
10
20.000 per unit), pesanan khusus sebaiknya diterima karena member contribution
margin positif. Selama harga jual pesanan khusus masih dapat menutup biaya
variabel, maka menerima pesanan khusus adalah keputusan yang sehat. Jadi harga
minimum yang dapat diterima adalah sebesar biaya variabel.
6.5 RINGKASAN
1. Proses pengambilan keputusan biasanya dilaksanakan melalui empat tahap
secara beurutan sebagai berikut: Pengakuan dan perumusan masalah,
Pencarian tindakan alternatif dan pengkuantifikasian konsekuensinya masing-
masing, Pemilihan alternatif optimum atau alternatif yang memuaskan serta
Implementasi dan penindaklanjutan.
10
3. Beberapa konsep biaya diferensial serta perbedaan biaya tersebut dengan
biaya relevan, biaya variable, biaya tetap, biaya depresiasi, biaya tambahan,
biaya kesempatan dan biaya keluar dari saku.
Diminta:
Jika manajemen puncak memperkirakan kerugian yang dialami oleh
Departemen Y akan berlangsung terus di masa yang akan datang, maka
manajemen perlu mempertimbangkan keputusan untuk menghentikan atau
meneruskan produksi produk atau kegiatan usaha Departemen tersebut.
Analisis serta selesaikanlah kasus di atas serta buktikan perhitungannya!
11
BAB 7
PENENTUAN HARGA JUAL
PENDAHULUAN
Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada
pembeli atau pelanggan atas suatu barang atau jasa yang dijual atau diserahkan.
Penentuan harga jual berhubungan dengan: (1) kebijakan penentuan harga jula (pricing
policies), (2) keputusan penentuan harga jual (pricing decisions). Kebijakan penentuan
harga jual adalah pernyataan sikap manajemen terhadap penentuan harga jual produk atau
jasa. Kebijakan tersebut tidak menentukan harga jual, namun menetapkan faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dan aturan dasar yang perlu diikuti dalam penentuan harga
jual. Keputusan penentuan harga jual adalah penentuan harga jual produk atau jasa suatu
organisasi yang umumnya dibuat untuk jangka pendek. Keputusan ini dipengaruhi oleh
kebijakan penentuan harga jual, pemanfaatan japasitas dan tujuan organisasi.
Keputusan penentuan harga jual biasanya harus dibuat berulang-ulang karena
harga jual dipengaruhi oleh perubahan lingkungan eksternal dan internal. Perubahan
harga jual bertujuan agar harga jual yang baru dapat mencerminkan biaya saat ini
(current cost) atau biaya masa depan (future cost), kondisi pasar, reaksi pesaing, laba atau
return yang diinginkan dan sebagainya. Dalam jangka panjang harga jual yang ditentukan
harus dapat menghasilkan pendapatan masa depan yang cukup untuk menutup semua
biaya masa depan dan laba atau return masa depan yang diinginkan. Jika modal yang
ditanamkan jumlahnya relatif kecil, misalnya pada manajer jasa konsultan, harga jual
diharapkan dapat menghasilkan laba yang yang diharapkan. Namun, jika modal yang
ditanamkan jumlahnya relative signifikan, harga jual diharapkan dapat menghasilkan
return atas modal atau investasi yang ditanamkan.
11
3. Pembaca diharapkan dapat menguraikan penentuan markup dalam
penentuan harga jual!
4. Pembaca diharapkan dapat mendeskripsikan laba yang ditargetkan sebagai
penentuan harga jual!
5. Pembaca diharapkan dapat menggambarkan penentuan harga jual
berdasarkan waktu dan bahan!
11
7.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Harga Jual
1. Tujuan Perusahaan, khususnya laba dan return on investment (ROI) yang
diharapkan
5. Jenis industry
Prinsip dasar dalam penentuan harga jula produk standar adalah bahwa
harga jual harus cukup untuk menutup semua biaya dan menghasilkan laba dalam
jangka panjang sehingga dapat memberikan return yang wajar bagi para
11
pemegang saham serta mempertahankan dan mengembangkan perusahaan. Semua
biaya yang harus ditutup tersebut memiliki biaya produksi, pemasaran,
administrasi dan umum serta biaya keuangan baik yang bersifat tetap maupun
yang bersifat variabel.
Pengertian biaya dan markup dalam penentuan harga jual berdasar cost-
plus dapat berbeda-beda.. Dalam metode harga pokok penuh, biaya adalah
meliputi semua biaya produksi, baik yang bersifat tetap maupun variabel,
sehingga markup dalam metode ini diharapkan mampu menutup semua biaya non
produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum serta menghasilkan
laba. Dalam metode variabel, biaya adalah meliputi semua biaya variabel, baik
biaya variabel produksi maupun biaya variabel non produksi sehingga markup
dalam metode ini diharapkan dapat menutup semua biaya tetap dan menghasilkan
laba. Besarnya biaya yang diperhitungkan dalam penentuan harga jual
dipengaruhi pula oleh system akuntansi biaya yang digunakan. Oleh karena itu,
perusahaan dapat menggunakan system biaya sesungguhnya dan system biaya
standar.
a. Pengaruh system akuntansi biaya terhadap penentuan harga jual
Biaya yang digunakan untuk dasar penentuan harga jual dipengaruhi oleh
system akuntansi biaya yang digunakan. System tersebut dapat dogolongkan
menjadi dua yaitu; (1) system harga pokok sesungguhnya dan (2) system harga
pokok standar.
Pada system harga pokok sesungguhnya, penentuan harga jual didasarkan
atas biaya yang sesungguhnya terjadi dalam periode tertentu. System ini dapat
diterapkan untuk semua perusahaan, baik yang belum menggunakan harga pokok
standar maupun yang sudah menggunakan harga pokok standar. Akan tetapi,
penggunaan biaya sesungguhnya sebagai dasar penentuan harga jual mempunyai
dua kelemahan yang sangat penting yaitu: (1) harga jual produk baru dapat
ditentukan pada akhir periode padahal sebagian besar produk yang sudah selesai
diproduksi segera dijual tanpa menunggu sampai akhir periode, (2)
ketidakefisienan kegiatan meningkatkan besarnya harga pokok sehingga harga
jualnya menjadi relatif tinggi. Hal ini mengakibatkan perusahaan tidak dapat
11
bersaing karena perusahaan sejenis dapat bekerja lebih efisien dengan
menawarkan harga yang lebih rendah.
Penentuan harga jual berdasar harga pokok standar hanya
mempertimbangkan harga pokok standar atau yang dianggarkan sebagai dasar
penentuan harga jual. Dengan system ini harga jual dapat dengan cepat ditentukan
tanpa menunggu akhir periode dan dapat mengeliminasi keteidakefisienan
kegiatan dalam penentuan harga jual.
Contoh penentuan harga jual berdasar full cost-plus yang menggunakan
harga pokok sesungguhnya dengan harga pokok standar adalah sebagai berikut:
PT. Bekasi Raya memproduksi sebuah jenis produk. Adapun besarnya
biaya produksi standard an sesungguhnya per unit produk adalah sebagai berikut:
11
b. Pengaruh metode penentuan harga pokok produksi penuh (cost plus pricing)
Cost plus pricing adalah biaya tertentu ditambah dengan kenaikan
(markup) yang telah ditentukan. Cost atau dikenal dengan harga pokok produk.
Terdapat dua cara dalam penentuan harga pokok produk, yaitu metode harga
pokok penuh (full cost) dan metode harga pokok variabel (variable cost).
1) Metode harga pokok produksi penuh ( Absorption/Full cost )
Pada metode harga pokok produksi penuh dalam penentuan harga jual
berdasar cost-plus adalah biaya yang dikelurkan untuk memproduksi satu unit
produk, tidak termasuk biaya non produksi. Oleh karena itu, target harga jual
dengan menggunakan metode ini ditentukan sebesar biaya produksi ditambah
dengan markup yang diinginkan. Markup yang ditambahkan tersebut digunakan
untuk menutupi biaya nonproduksi dan untuk menghasilkan laba yang diinginkan.
Adapun biaya pokok produksi penuh adalah biaya yang terdiri dari harga
pokok produksi, diantaranya:
Biaya bahan baku langsung (Direct Material)
Contoh:
PT Bekasi Raya menghasilkan satu jenis produk. Perusahaan tersebut memiliki
kapasitas produksi dan penjualan normal 1000 unit perbulan. Adapun data yang
dikumpulkan oleh Departemen Akuntansi perusahaan tersebut adalah sebagai
berikut:
Biaya Variabel per unit:
Biaya bahan baku Rp 100.000
11
Biaya overhead pabrik 80.000
Biaya Tetap:
Biaya overhead pabrik Rp140.000.000
PT Bekasi Raya
Laporan Laba Rugi
Metode harga pokok produksi penuh
Penjualan (1000 unit @ Rp 580.000) Rp 580.000.000
Harga pokok penjualan
(1000 unit @ Rp 400.000) 400.000.000
Laba bruto Rp 180.000.000
11
Biaya Non Produksi :
Biaya administrasi dan umum tetap Rp 20.000.000
Biaya administrasi dan umum variabel
( 1000 unit @ Rp 40.000 ) 40.000.000
Rp 60.000.000
Laba bersih Rp 120.000.000
Pendekatan harga pokok produksi penuh atau full costing sebagai dasar
penentuan harga jual menekankan penggolongan biaya berdasarkan fungsi,
sedangkan pendekatan biaya variabel sebagai dasar penentuan harga jual
menekankan penentuan harga jual menekankan penggolongan biaya berdasar
perilakunya. Pendekatan biaya variabel disebut juga pendekatan laba kontribusi
atau contribution margin. Pada pendekatan biaya variabel, penentuan harga jual
produk atau jasa ditentukan sebesar biaya variebel ditambah markup yang harus
tersedia untuk menutup semua biaya tetap dan untuk menghasilkan laba yang
diinginkan. Metode ini disebut juga dengan metode biaya variabel ditambah
dengan markup.
Adapun biaya pokok variabel atau variable costing adalah biaya yang
terdiri dari:
Biaya bahan baku langsung (Direct Material)
11
Berdasarkan contoh kasus yang sama di atas, maka jika menggunakan
pendekatan harga pokok variabel plus markup 70%. Maka besarnya harga jual
produk ditentukan sebagai berikut:
Biaya produksi variabel per unit:
Biaya bahan baku Rp 100.000
Rp 260.000
Biaya non produksi variabel per unit
Biaya administrasi dan umum 40.000
Jika 1000 unit produk dapat di produksi dan dijual, maka laba yang
dicapai pada harga jual berdasar harga pokok variabel ditambah dengan markup
tersebut dapat dilihat pada laporan laba-rugi berikut ini:
PT Bekasi Raya
Laporan Laba
Rugi
Metode harga pokok variabel
Penjualan (1000 unit @ Rp 510.000) Rp 510.000.000
Harga pokok penjualan
(1000 unit @ Rp 300.000) 300.000.000
Laba kontribusi atau contribution margin Rp 210.000.000
Biaya tetap :
Biaya overhead pabrik Rp 140.000.000
Biaya administrasi dan umum tetap 20.000.000
Rp 160.000.000
11
Laba bersih Rp 50.000.000
12
7.3 Penentuan Markup
Hal terpenting dalam penerapan penentuan harga jual berdasarkan cost plus
adalah penentuan besarnya markup yang ditambahkan pada biaya. Baik pada pendekatan
harga pokok produksi penuh maupun pada biaya variabel. Ketika menggunakan
pendekatan harga pokok produksi penuh, maka yang dimasukkan sebagai elemen biaya
adalah seluruh biaya produksi variabel maupun tetap, sementara biaya non produksi tidak
dimasukkan sebagai elemen biaya. Begitu juga untuk harga pokok variabel tidak
memasukkan biaya tetap sebagai elemen biaya. Oleh karena itu, penentuan markup harus
mampu menutup elemen biaya yang tidak dimasukkan ke dalam biaya dan harus
menghasilkan laba yang diinginkan.
Pendekatan Return on Investmen (ROI) dapat digunakan untuk menentukan
besarnya persentase markup yang ditambahkan pada biaya. Markup yang dihitung
dengan dengan pendekatan ROI menggambarkan biaya yang harus ditutup dan return atas
investasi yang diinginkan. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menghitung harga
pokok produksi penuh dan biaya variabel atau harga pokok variabel.
Adapun rumus menghitung persentase markup adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan harga pokok produksi penuh
Persentase markup=
Return yang diinginkan atas aktiva yang diinvestasikan + biaya non produksi
Volume penjualan dalam unit x biaya produksi per unit
Contoh:
PT Bekasi Raya menginvestasikan dananya Rp 100.000.000 untuk membeli
aktiva yang akan digunakan untuk memproduksi dan memasarkan produk Gress
12
sebanyak 1000 unit pertahun. Taksiran biaya produksi dan produksi adalah sebagai
berikut:
Biaya Variabel per unit:
Biaya bahan baku Rp 50.000
Biaya Tetap:
Biaya overhead pabrik Rp 70.000.000
12
= Rp 35.000.000 + 40.000.000
Rp 200.000.000
= 37,5 %
Maka diperoleh besarnya markup berdasar harga pokok produksi penuh
sebesar 37,5 %, maka langkah selanjutnya adalah menentukan hga jual per unit
berdasarkan metode harga pokok produksi penuh ditambah markup.
Besarnya harga jual berdasarkan markup di atas adalah sebagai
berikut: Harga pokok produksi per unit Rp 200.000
Markup (37,5% x Rp 200.000) 75.000
Harga jual per unit Rp 275.000
Sebagai bukti bahwa harga jual per unit sebesar Rp 275.000 dapat
menghasilkan ROI 35% dapat dilihat pada anggaran laba-rugi di bawah ini:
PT Bekasi Raya
Anggaran Laba
Rugi Bulan Januari
2007
Penjualan (1000 x Rp 275.000) Rp 275.000.000
Harga pokok penjualan (1000 x Rp 200.000) 200.000.000
Laba bruto atas penjualan Rp 75.000.000
Biaya Non produksi:
o Biaya administrasi dan penjualan variabel Rp 30.000.000
12
b. Jika manajemen menginginkan besarnya ROI sebesar 35%, maka markup
berdasarkan pendekatan harga pokok variabel atau biaya variabel adalah sebesar:
12
Biaya tetap:
12
o Biaya overhead Rp 70.000.000
12
Laba yang ditargetkan 10.000.000
Jumlah penjualan yang dianggarkan Rp 32.000.000
Jumlah jam konsultasi yang dianggarkan : 500 jam
Tarif atau harga jual per jam Rp 64.500 per jam
Pada metode ini yang dimaksud dengan komponen waktu adalah tariff
biaya tenaga kerja langsung per jam. Besarnya tarif harga jual pada metode ini
adalah sebesar penjumlahan:
a. Biaya tenaga kerja langsung, termasuk upah dan kesejahteraannya
c. Laba yang
diinginkan Contoh:
Perusahaan jasa dalam bidang konsultan yaitu “Rahmadani konsultan”
membayar upah tenaga konsultan sebesar Rp 10.000 per jam dan biaya
kesejahteraan lainnya sebesar Rp 5.000 per jam. Manajer perusahaan menaksir
besarnya biaya tambahan lainnya untuk konsultasi tersebut, pemasaran,
administrasi per tahun adalah sebagai berikut:
Gaji dan upah (selain tenaga konsultan) Rp 10.000.000
Bahan habis pakai 4.000.000
Depresiasi 5.500.000
12
Biaya lain-lain 2.000.000
Jumlah Rp 21.500.000
Jam tenaga konsultan diperkirakan sebanyak 10.000 jam per tahun. Laba
yang diharapkan untuk setiap jam tenaga ahli adalah Rp 4.000 per jam.
Berdasarkan data tersebut, maka tariff jasa konsultasi setiap jam konsultan adalah
sebagai berikut:
Upah tenaga konsultan
(Rp 10.000 + Rp 5.000) Rp 15.000
Tambahan biaya lain:
(Rp 21.500.000 : 10.000) 2.150
Laba yang diharapkan 4.000
Total tarif jasa salon per jam Rp 21.150
Pada metode ini, tariff atau harga jual jasa ditentukam sebesar bahan
yang digunakan ditambah dengan beban yang dihitung dari bahan yang
digunakan. Beban tersebut diharapkan dapat menutup biaya pemesanan, biaya
penyimpanan dan biaya pengelolaan bahan lainnya, ditambah dengan laba
yang yang ditentukan dari bahan tersebut.
Contoh :
Perusahaan dalam bidang jasa perbengkelan milik keluarga yang
berada di Bekasi dengan nama “Miracle Service” merupakan perusahaan yang
terkenal mampu melayani pelanggan dengan memuaskan. Manajer bengkel
tersebut menaksir besarnya biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan
pengelolaan suku cadang untuk reparasi mobil per tahun adalah sebagai
berikut:
Biaya upah karyawan gudang dan pembelian Rp 5.000.000
Pajak bumi dan bangunan 1.000.000
12
Biaya listrik, air dan telpon 500.000
Biaya perlengkapan gudang 200.000
Biaya asuransi 400.000
Biaya sewa gedung 2.000.000
Jumlah Rp 9.100.000
Taksiran harga perolehan suku cadang yang akan digunakan dalam
perebengkelan tersebut selama setahun adalah Rp 35.000.000. laba yang
ditargetkan sebesar 20% dari harga perolehan suku cadang. Atas dasar
taksiran tersebut, tambahan beban terhadap pemakaian suku cadang yang
digunakan untuk reparasi adalah:
Biaya pemesanan, penyimpanan dan pengelolaan
(Rp 9.100.000 : Rp 35.000.000) x 100% 26%
Laba yang ditargetkan 20%
Tambahan beban atas suku cadang yang digunakan 46%
Jika ada salah seorang pelanggan mereparasikan sebuah mobil dengan
memerlukan waktu 4 jam dengan tariff upah mekanik Rp 5.000 per jam dan
menggunakan suku cadang dengan harga perolehan Rp 12.000, maka tariff
atau harga jual yang harus di bayar adalah:
Tenaga kerja
(4 jam x Rp 5.000) Rp 20.000
Pemakaian suku cadang:
Harga perolehan Rp 12.000
Beban atas pemakaian suku cadang
(46% x Rp 12.000) 5.520
Rp 17.250
Total harga jual jasa dan suku cadang Rp 37.520
12
7.6 RINGKASAN
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan harga jual, di antaranya; Tujuan
Perusahaan khususnya laba dan return on investment (ROI) yang diharapkan,
Biaya khususnya biaya masa depan, Pendapatan yang diharapkan, Jenis produk
atau jasa yang dijual, Jenis industry dan sebagainya.
2. Pendekatan harga jual beradasarkan harga pokok produksi penuh (full costing)
dan berdasarkan biaya variabel.
13
7.7 LATIHAN SOAL
PT Bekasi Raya memiliki dua divisi, yaitu divisi X dan divisi Y yang
menghasilkan unit produksi masing-masing adalah 1000 unit dan 500 unit dengan
informasi biaya per unit dari masing-masing divisi adalah sebagai berikut:
Divisi A Divisi B
Biaya bahan baku langsung Rp 600.000 Rp 560.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000 Rp 400.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 200.000 Rp 640.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp 240.000 Rp 600.000
Biaya penjualan & adm. Variabel Rp 150.000 Rp 180.000
Berdasarkan informasi di atas dan markup sebesar 75% dari biaya tentukanlah
berapa harga jual yang dikenakan oleh divisi A maupun oleh divisi B, jika:
a. Jika menggunakan pendekatan full costing (harga pokok produksi
penuh) dan variable costing (laba kontribusi)!
13
BAB 8
INFORMASI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
PENDAHULUAN
Informasi akuntansi pertangungjawaban merupakan salah satu tipe informasi
akuntansi manajemen. Dalam memahami akuntansi pertanggungjawaban informasi
akuntansi dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh tiap-tiap manajer.
Akuntansi pertanggungjawaban erat kaitannya dengan pelaporan prestasi divisi
dari suatu perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban adalah penyusunan laporan-
laporan prestasi yang dikaitkan kepada individu atau anggota-anggota kelompok sebuah
organisasi dengan cara yang menekankan pada factor-faktor yang dapat dikendalikan
oleh individu atau anggota-anggota kelompoknya tersebut. Focus akuntansi
pertanggungjawaban adalah unit-unit organisasi yang bertanggungjawab untuk
menyelesaikan kegiatan atau mencapai tujuan tertentu.
13
8.1 Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban
Metode pengendalian biaya dalam perusahaan manufaktur telah mengalami
perkembangan manufaktur yang digunakan dalam kegiatan pengolahan produk. Untuk
memperjelas fokus tiap-tiap metode pengendalian biaya dalam perusahaan manufaktur,
disajikan fokus system biaya standar, system akuntansi pertanggungjawaban tradisional
dan activity-based responsibility accounting system.
13
akuntansi pertanggungjawaban dihubungkan dengan manajer yang memiliki wewenang
untuk mengkonsumsi sumber daya tersebut. Karena sumber daya yang dinyatakan dalam
satuan uang merupakan pengendalian biaya yang memungkinkan manajemen untuk
mealukan pengelolaan biaya (activity management).
Pada setiap tahap pembuatan produk, tahap desain dan pengembangan, tahap
produksi dan tahap distribusi produk mengkonsumsi sumber daya secara signifikan,
akuntansi manajemen mengembangkan system akuntansi pertanggungjawaban
berdasarkan aktivitas, yang dikenal dengan nama activity-based responsibility accounting
system. Fokus system pengendalian biaya dalam activity-based responsibility accounting
system adalah aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya. Dengan system ini,
manajemen mendapatkan inforamsi akuntansi yang memungkinkan mereka melakukan
pengelolaan aktivitas (activity management).
13
bersangkutan dengan pertanggungjawaban pelaksanaan wewenang tersebut. Wewenang
yang dimiliki oleh seorang manajer menjadikannya dalam posisi dapat mengendalikan
sesuatu yang berada di bawahnya. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan wewenag
manajer tertentu, aktiva, pendapatan dan biaya dapat dikelompokan dalam dua golongan:
1. Aktiva pendapatan dan biaya terkendalikan
Aktiva pendapatan dan biaya terkendalikan adalah aktiva pendapatan dan biaya yang
dapat secara signifikan dipengaruhi oleh seorang manajer dalm jangka waktu tertentu.
Pemisahan aktiva, pendapatan dan biaya ke dalam aktiva, pendapatan dan biaya
terkendalikan dan tidak terkendalikan selalu berhubungan dengan tingkat manajemen dan
waktu. Penjelasan mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Aktiva terkendalikan
2. Pandapatan terkendalikan
13
Terjadinya biaya dalam suatu pusat pertanggungjawaban tidak selalu sebagai
akibat dari keputusan yang diambil manajer pusat pertanggungjawaban yang
bersangkutan. Karena tidak semua biaya yang terjadi dalam pusat
pertanggungjawaban dalam dikendalikan manajer yang bersangkutan maka dalam
pelaporan dan pengumpulan biaya setiap pusat pertanggungjawaban harus
dipisahkan antara biaya yang terkendalikan oleh manajer pusat
pertanggungjawaban yuang disajikan dalam laporan biaya dan dimintakan
pertangungjawaban dari padanya. Pedoaman unutk menetapkan apakah suatu
biaya dapat dibebankan sebagai satu tanggungjawab seorang manajer pusat
pertanggungjawaban adalah sebagai berikut:
a. Jika seorang manajer memiliki wewenang, baik dalam pemeroleha maupun
penggunaan jasa maka ia harus dibebani dengan biaya jasa tersebut. Contoh
seorang manajer pemasaran yang mempunyai wewenang memutuskan media
promosi dan jumlah biaya, maka manajer tersebut bertanggungjawab penuh
terhadap terhadap terjadinya biaya.
13
Biaya yang dialokasikan kepada suatu pusat pertanggungjawaban dengan
dasar sembarang, tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban kepada manajer
pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan, sehingga biaya tersebut
merupakan biaya tak terkendalikan bagi manajer tersebut. Untuk mengubah
menjadi biaya terkendalikan, beban tersebut harus dibebankan sedemikian rupa
kepada pusat pertanggungjawaban tertentu, sehingga biaya tersebut dapat
dipengaruhi oleh manajer pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan.
Pengubahan biaya tidak terkendalikan menjadi terkendalikan dapat pula
dilakukam dengan cara mendelegasikan wewenang untuk pengambilan keputusan
dari manajemen puncak kepada manajer pusat pertanggungjawaban yang
bersangkutan. Dengan demikian manajer pusat pertanggungjawaban yang
sebelumnya tidak mempunyai wewenang untuk mempengaruhi biaya tertentu
dengan diterimanya wewenang dari manajemen puncak, maka dapat
mempengaruhi biaya tersebut secara signifikan. Dalam system akuntansi
pertanggungjawaban, semua biaya yang terkendalikan oleh manajer tingkat
bawah dipandang juga terkendalikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban
yang membawahinya.
5. Terkendalinya biaya versus variabilitas biaya
Engineered variable costs
13
Commited fixed costs merupakan biaya dalam jangka pendek yang tidak
dipengaruhi secara signifikan oleh manajer pusat pertanggungjawaban. Commited
fixed costs adalah biaya tetap yang timbul dari pemilikan pabrik, equipment dan
organisasi pokok perusahaan. Biaya tersebut tetap dikeluarkan untuk
mempertahankan kemampuan perusahaan dalam memenuhi tujuan jangka
panjang. Contoh Commited fixed costs adalah biaya depresiasi, pajak bumi dan
bangunan, biaya asuransi, sewa dan gaji karyawan.
Biaya yang dalam jangka panjang dapat dipengaruhi dengan wewenag
yang dimiliki oleh manajer pusat pertanggungjawaban tertentu adalah biaya
kebijakan, yang terdiri dari discretionary variable costs dan discretionary fixed
costs.
6. Tanggungjawab ganda (Dual responsibility)
13
a. Dibuat laporan pertanggungjawaban biaya untuk pusat
pertanggungjawaban utama yang berisi perbandingan realisasi biaya
dengan anggaran pusat pertanggungjawaban tersebut.
Adapaun penjelasan untuk kelima manfaat tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran
13
Proses penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses
penetapan peran (role setting) dalam suatu usaha pencapaian sasaran
perusahaan. Penyusunan anggaran hanya akan mungkin dilakukan jika
tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur berbagai
nilai sumber daya yang disediakan bagi setiap manajer yang berperan dalam
usaha pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam tahun anggaran. Dalam
proses penyusunan anggaran, informasi akuntansi pertanggungjawaban
berfungsi sebagai alat pengirim pesan (role sending device) kepada manajer
yang diberi peran dalam pencapaian sasaran perusahaan.
2. Informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilai kinerja manajer
pusat pertanggungjawaban
14
a. Menimbulkan pengaruh langsung terhadap motivasi manajer dengan
mempengaruhi kemungkinan udaha diberi penghargaan.
14
perusahaan memiliki daya saing dalam jangka panjang. Dengan demikian,
manajemen memerlukan informasi biaya aktivitas untuk memantau secara
bersinambung program pengelolaan aktivitas. Dengan menyajikan infromasi
biaya yang dipisahkan ke dalam biaya-penambah nilai dalam bentuk
perbandingan dari period ke periode lain, manajemen dapat:
a. Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas.
14
lingkup wewenangnya dan untuk mempengaruhi perilaku tingkat di
bawahnya. Namun, wewenang yang diterima dari manajer tingkat atas tidak
ada artinya, jika wewenang tersebut tidak diterima atau diakui oleh bawahan
manajer tersebut.
4. Penerimaan pertanggungjawaban
14
8.5 Activity-Based Responsibilty Acccounting System
Sistem akuntansi pertanggungjawaban merupakan perkembangan lebih
lanjut metode pengendalian biaya, yang dirancang untuk menyesuaikan
perkembangan yang terjadi dalam dilingkungan manufacture. System biaya
standar sebagai metode pengendalian biaya produksi menjadi tidak cocok
digunakan dalam lingkungan manufaktur yang proporsi biaya overhead pabriknya
signifikan dari total biaya produknya.
Biaya standar yang digunakan dalam system biaya standar merupakan
ukuran efisiensi yang bersifat statis, yang bertentangan dengan JIT filosophi yang
menekankan pada perbaikan berkesinambungan. Sistem biaya standar
mendorong manajer yang bertanggungjawab untuk mencapai angka standar
dengan menghasilkan selisih yang menguntungkan (favorable variance). Namun,
usaha untuk menghasilkan selisih yang menguntungkan dapat menimbulkan
kecenderungan manajer berprilaku yang tidak semestinya (dysfunctional
behavior).
Sebagai contoh, manajer departemen pembelian dapat melakukan
pembelian bahan baku yang bermutu di bawah standar dalam jumlah yang besar,
agar menghasilkan selisih harga yang menguntungkan (favorable price variance).
Sebagai akibatnya, bahan baku yang bermutu renadah tersebut akan
mengakibatkan meningkatnya sisa bahan (scrap materials), produk rusak (spoiled
goods), produk cacat (defective goods) dan persediaan bahan baku yang terlalu
banyak. Akibatnya yang ditimbulkan dari insentif selisih harga yang
menguntungkan tersebut bertentangan dengan tujuan JIT philosophy yang
menekankan pada total Quality control dan zero inventory.
14
Inti activity based responsibility accounting system adalah pengelolaan
aktivitas yang merupakan proses pengidentifikasian aktivitas yang dijalankan oleh
organisasi, penentuan nilai biaya bagi organisasi, dan pemilihan dan pelaksanaan
hanya aktivitas yang menambah nilai bagi costumer. Tujuan pengelolaan aktivitas
adalah penghilangan pemborosan akibat oleh adanya aktivitas bukan penambahan
nilai dengan cara menurunkan biaya.
Dalam kegiatan manufaktur, terdapat lima golongan aktivitas bukan
penambah nilai, yaitu:
1. Pembuatan/penyusunan skedul adalah penggunaan waktu dan sumber daya
untuk menentukan kapan berbagai produk yang berbeda di masukan kedalam
proses produksi dan bagaimana berbagai produk te rsebut diproduksi
3. Penantian adalah aktivitas yang didalamnya bahan baku dan produk dalam
proses menggunakan waktu dan sumber daya dalam menanti proses brikutnya.
4. Iinspeksi adalah aktivitas yang mengkonsumsi waktu dan sumber daya untuk
menjamin produk yang di hasilkan sesuai dengan spesifikasimutu yang telah
ditetepkan.
14
3. Pengurangan aktivitas (activity reduction)
14
beberapa manajer, menembus batas-batas pusat pertanggungjawaban dan
maksimasi pengendalian biaya setiap pusat pertanggungjawaban secara individual
tidak selalu berarti maksimasi pengendalian biaya secara keseluruhan.
- Jenis laporan biaya yang dihasilkan oleh fungsi akuntansi biaya dalam
Sistem akuntansi pertanggungjawaban tradisional
14
a. Dapat memusatkan perhatian mereka terhadap pengurangan dan akhirnya
penghilangan biaya bukan penambah nilai
8.9 RINGKASAN
1. Untuk memperjelas fokus tiap-tiap metode pengendalian biaya dalam perusahaan
manufaktur, disajikan fokus system biaya standar, system akuntansi
pertanggungjawaban tradisional dan activity-based responsibility accounting system.
14
8.10 LATIHAN SOAL
1. Gambarkan dengan jelas bagaimanakah system akuntansi
pertanggungjawaban!
14
BAB 9
AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
DAN DESENTRALISASI
PENDAHULUAN
Perushaan terdesentralisasi adalah perusahaan yang di dalamnya dibentuk sub-sub
unit (biasanya disebut divisi-divisi) dengan batasan-batasan organisasional yang jelas dan
dimana mnajer-manajer mampunyai otoritas pengambilan keputusan. Dengan demikian,
tanggung jawab ats bagian-bagian laba perusahaan dapat ditelusuri ke manajer-manajer
divisi tertentu. Kendatipun besarnya otoritas yang diserahkan kepada manajer-manajer ini
bervariasi antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya, semangat
desentralisasi adalah jelas membagi sebuah perusahaan menjadi divisi-divisi yang
relative berdiri sendiri dan memungkinkan mereka untuk beroperasi secara otonom.
Sebagian besar organisasi terdesentralisasi (decentralized). Manajer-manajer di
segenap organisasi ini diberikan otonomi untuk mengambil keputusan-keputusan bagi
sub-sub unit mereka. Desentralisasi memanfaatkan pengetahuan dan kecakapan teknis
khusus manajer, memungkinkan organisasi untuk merespons secara cepat kejadian yang
berlangsung, dan mengurangi kebutuhan manajemen puncak untuk mengarahkan
aktivitas-aktivitas harian organisasi. Tantangan paling besar dari organisasi yang
terdesentralisasi untuk berfungsi secara efektif adalah mencapai keharmonisan tujuan
(goal congruence) di antara manajer-manajer otonom di dalam organisasi.
Tujuan pokok pengendalian manajemen adalah mendorong keharmonisan tujuan,
yang berarti bahwa pada saat orang-orang bekerja mencapai tujuan-tujuannya sendiri,
mereka juga bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan. Tantangan keperilakuan dalam
perancangan setiap system pengendalian manajemen adalah sedekat mungkin mencapai
keharmonisan tujuan. Tujuan akuntan manajemen dalam perancangan system akuntansi
pertanggungjawaban (responsibility-accounting system) adalah menyediakan insentif ini
bagi manajer-manajer sub unit organisasi. Factor kunci dalam memutuskan seberapa baik
system akuntansi pertanggungjawaban berjalan adalah tingkat terhadapnya system ini
mengarahkan upaya-upaya manajer menghampiri tujuan-tujuan organisasional.
Desentralisasi kerap merupakan hasil dari tendensi. Pada akhirnya muncul system
akuntansi pertanggungjawaban penuh yang dikembangkan secara penuh. Akuntan
manajemen merancang pusat biaya, pusat laba dan pusat investasi serta mengembangkan
15
ukuran-ukuran kinerja yang pas untuk setiap sub unit. Dengan demikian, system
pengendalian manajemen dan akuntansi sebuah organisasi biasanya beradaptasi dan
menjadi semakin kompleks manakala organisasi bertumbuh dan berubah.
15
Desain sebuah struktur organisasional perusahaan yang efektif mempunyai dua
pertimbangan pokok di antaranya:
1. Pengelompokkan aktivitas-aktivitas kerja dan karyawan sebgai segmen-
segmen perusahaan yang teridentifikasi.
Sentralisasi
Perusahaan yang benar-benar terpusat (centralized) adalah perusahaan yang
segala keputusan perencanaan dan operasinya digariskan oleh menajemen puncak.dan
pemikiran kebijakan ini adalah bahwa hanya manajemen puncak saja yang mempunyai
perspektif yang cukup luas untuk mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang saling
bersaing dari semua segmen perusahaan. Sebagian besar perusahaan yang sangat terpusat
(tersentralisasi) tidak mampu merespons secara efektif atau cepat lingkungan mereka.
Oleh karena itu, sentralisasi paling cocok untuk organisasi-organisasi yang diadaptasikan
secara baik dengan lingkungan yang stabil.
Desentralisasi
Desentralisasi (decentralization) adalah delegasi otoritas atau wewenang
pengambilan keputusan kepada jajaran manajemn yang lebih rendah di dalam sebuah
organisasi. Pada intinya, desentralisasi memmindahkan titik pengambilan keputusan yang
mesti diambil. Terdapat empat istilah kunci dalam penerapan wewenang terdesentralisasi:
15
1. Delegasi (delegation) adalah pembagian ke bawah penugasan-penugasan
pekerjaan dan kekuasaan pengambilan keputusan terkait kepada manajer-manjer
di dalam sebuah organisasi.
15
2. Mengkombinasi aktivitas-aktivitas ke fungsi-fungsi yang disentralkan
membuat organisasi menjadi kompleks, dank arena itu sulit dikelola.
2. Kulaitas keputusan menjadi lebih baik, karena keputusan diambil oleh orang
yang paling mengetahui keadaan.
6. Menyediakan alat yang aik bagi manajemen teras untuk menilai potensi para
manajer pelaksana untuk naik ke jenjang manajemen yang lebih tinggi.
15
Desentralisasi juga memiliki kelemahan. Berikut ini adalah kelemahan-kelemahan
yang mungkin muncul dari desentralisasi:
1. Jika manajer pelaksana tidak kompeten (memang sulit mencari manajer yang
kompeten), maka desentralisasi menyebabkan manajer tersebut tidak dapat
dengan baik mengendalikan operasional sesuai dengan kebijakan perusahaan.
15
9.3 Keterkaitan Antara Desentralisasi Dengan Akuntansi Pertanggungjawaban
Kontrol adalah tindakanyang diambil oleh manajer guna memastikan bahwa hasil-
hasil actual sejalan dengan hasil-hasil yang direncanakan. Struktur pertanggungjawaban
(responsibility structure) sebuah organisasi terdiri atas pusat-pusat pertanggungjawaban
dan system pengukuran kinerja yang berkaitan.
Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) adalah sebuah unit organisasi
yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggungjawab atas seperangkat aktivitas
tertentu. Pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai satu atau beberapa tujuan.
Tujuan pusat pertanggungjawaban adalah untuk membantu menerapkan strategi-strategi.
Struktur pertanggungjawaban meliputi system akuntansi pertanggungjawaban
(responsibility accounting system). Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility
accounting) adalah bentuk akuntansi khusus yang dipakai untuk mengevaluasi kinerja
keuangan segmen bisnis. Pada intinya akuntansi pertanggungjawaban mensyaratkan
setiap manajer untuk berpartisipasi dalam penyusunan rencana-rencana financial dan
menyediakan laporan kinerja tepat waktu yang membandingkan hasil actual dengan yang
direncanakan. Disamping itu, system akuntansi pertanggungjawaban dipakai untuk
menghimpun informasi kinerja berdasarkan segmen dan melaporkan hasil-hasil dari
manajer-manajer yang bertanggungjawab.
15
suatu anggran tertentu
Pusat biaya (tipe 2) Bauran masukan guna Biaya actual versus biaya
meminimalkan biaya untuk dianggarkan
suatu keluaran tertentu
Pusat laba Bauran masukan dan harga jual Laba actual versus laba
untuk suatu anggaran modal dianggarkan
tetap
Pusat investasi Bauran masukan, harga jual dan Dua metode pengukuran
modal untuk suatu tingkat mutu kinerja:
merek dan celah pasar ROI actual versus ROI
dianggarkan
Laba residual actual versus laba
residual dianggarkan
1. Pusat biaya
Dalam pusat biaya, manajer departemen atau divisi diserahi tanggungjawab untuk
mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusan –
keputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Pusat biaya merupakan jenis pusat
pertanggungjawaban yang digunakan secara luas. Hal ini karena bidang-bidang
dimana manajer mempunyai tanggungjawab dan otoritas atas biaya dapat
diidentifikasi dengan cepat pada sebagia sar perusahaan.
2. Pusat laba
3. Pusat investasi
15
15
dan asset operasi dengan tujuan mencapai suatu imbalan investasi yang
memuaskan. Manajer pusat investasi memakai analisis marjin kontribusi, biaya
standar, anggaran fleksibel dan analisis penjualan dan investasi untuk
mengendalikan imbalan investasi.
ROI merupakan produk dari marjin pusat investasi dikalikan dengan perputaran
investasi. Komponen marjin merupakan ukuran kemampuan manajemen untuk
mengendalikan beban operasi berkenaan dengan penjualan. Semakin rendah
beban operasi per rupiah penjualan, maka semakin tingggi marjin yang diperoleh.
Komponen perputaran investasi dari rumus ROI adalah ukuran jumlah penjualan
yang dapat dihasilkan dalam suatu pusat investasi untuk setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam asset operasi.
15
ROI = Laba
Investasi
ROI juga dapat dirinci sebagai berikut:
ROI = Perputaran investasi x profit margin
Adapun perputaran investasi dan profit margin adalah sebagai berikut:
Perputaran investasi = Penjualan
Investasi
Profit margin = laba
Penjualan
Jadi ROI menjadi:
ROI = Penjualan x Laba
Investasi Penjualan
ROI = Laba
Investasi
Berikut contoh penggunaan ROI:
Diketahui informasi dari salah satu divisi pada suatu perusahaan sebagai berikut :
Penjualan Rp 40.000.000
Laba Rp 14.000.000
Investasi (awal tahun) Rp 25.000.000
Maka ROI dapat dihitung sebagai berikut:
ROI = Laba
Investasi
= Rp 14.000.000
Rp 25.000.000
= 48%
Semakin tinggi ROI, maka semakin efektif pula divisi tersbut dalam
mendayagunakan aktivanya untuk mendulang laba.
16
Kebaikan ROI:
a. ROI mendorong manajer divisi untuk memperhatikan hubungan antara
penjualan, biaya dan investasi.
b. ROI mendorong manajer untuk memfokuskan laba jangka pendek (short run)
yang merugikan perusahaan dalam jangka panjang (long run).
16
- Mencari cara-cara untuk membuat para karyawan bekerja secara lebih
efisien.
c. Pengurangan asset
Salah satu cara untuk memusatkan perhatian pada nilai rupiah daripada
rasio adalah dengan memakai laba residu untuk mengevaluasi kinerja divisional.
Laba residu adalah kelebihan laba operasi divisional di ats jumlah minimal laba
operasi yang dikehendaki.
Ketika laba residu dipakai untuk mengukur kinerja, maka tujuannya
adalah untuk memaksimalkan jumlah laba residu, bukan memaksimalkan
keseluruhan angka ROI. Dalam menilai kinerja dengan menggunakan metode laba
residu, divisi-divisi dibebankan dengan biaya kesempatan dari modal untuk
berbagai kategori aktiva yang dipergunakan. Biaya-biaya modal yang berlainan
dapat dikenakan pada berbagai kategori aktiva seandainya perusahaan
mengehndaki memasukkan suatu premi risiko ke dalam biaya modal untuk
berbagai jenis aktiva.
Laba residu dihitung sebagai berikut:
16
Laba residu = Laba operasi – (aset perusahaan x tingkat ROI)
Diketahui informasi dua divisi pada PT Bekasi Raya selama bulan
Agustus 2007 adalah sebagai berikut:
Divisi A Divisi B
Laba operasi Rp 420.000.000 Rp 504.000.000
Tingkat minimal laba operasi
(2.100.000.000 x 15%) Rp 315.000.000
(4.200.000.000 x 15%) Rp 630.000.000
Laba residu Rp 105.000.000 (Rp126.000.000)
Maka berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, maka terlihat bahwa
divisi A mempunyai laba residu positif dibandingkan divisi B, meskipun
mempunyai laba bersih yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan divisi A mempunyai
lebih sedikit asset dibandingkan dengan divisi B. Sehingga dapat disimpulakan
bahwa divisi A memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan divisi B.
9.6 RINGKASAN
1. Perusahaan yang benar-benar terpusat (centralized) adalah perusahaan yang
segala keputusan perencanaan dan operasinya digariskan oleh menajemen puncak.
Desentralisasi (decentralization) adalah delegasi otoritas atau wewenang
pengambilan keputusan kepada jajaran manajemen yang lebih rendah di dalam
sebuah organisasi.
16
4. Pusat biaya diukur prestasinya dengan membandingkan antara biaya
sesungguhnya dengan biaya menurut anggaran. Pusat pendapatan diukur
prestasinya dengan membandingkan antara pendapatan sesungguhnya dengan
pendapatan menurut anggaran. Adapun pusat laba diukur dengan membandingkan
antara laba yang diperoleh dengan laba menurut anggaran.
Diminta:
a. Berapakah ROI SBU tersebut!
2. Berikut ini data yang dimiliki oleh divisi Antara pada bulan janusri 2007:
Penjualan Rp 50.000.000
Investasi Rp 12.500.000
Laba Rp 3.000.000
Perputaran investasi 4x
Tingkat kembalian minimum 20%
Diminta:
16
a. Hitunglah ROI perusahaan!
16
BAB 10
PENENTUAN HARGA TRANSFER
PENDAHULUAN
Bagi perusahan manufaktur yang terus berkembang tentunya melakukan
diferensiaasi terhadap produknya. Oleh karena itu untuk mengefisienkan pengeluaran-
pengeluaran ats kegiatan produksinya, maka perusahan perlu melakukan integrasi dalam
organisasi.
16
10.1 Konsep Penentuan Harga Transfer
Dalam pengertian luas, harga transfer meliputi harga produk atau jasa yang
ditransfer antar pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan. Contoh pengertian harga
transfer dalam arti luas adalah biaya listrik yang dialokasikan drai departemen
pembangkit listrik ke departemen lain yang menikmati listrik dan harga jual produk yang
ditransfer dari pusat laba yang satu ke pusat laba yang lain dalam perusahaan yang sama.
Dalam pengertian sempit, harga transfer merupakan harga barang atau jasa yang
di transfer antar pusat laba dalam perusahaan yang sama. Ini dikarenakan manajer pusat
laba diukur kinerjanya berdasrkan laba yang diperolh, maka setiap transfer barang atau
jasa antar pusat laba selalu diperhitungkan dalam unsure laba. Penentuan harga transfer
dalam perusahaan yang telah mendesentralisasikan organisasinya ke dalam pusat-pusat
laba menimbulkan berbagai masalah, terkait dengan masalah motivasi, pengukuran
kinerja dan mesalah pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Dalam penentuan harga transfer terdapat dua divisi yang terlibat, yaitu divisi
penjual, yang mentransfer barang atau jasa dan divisi pembeli, yang menerima barang
atau jasa dari divisi penjual. Dari kedua konsep di atas, maka penentuan harga transfer
yang memilki potensi untuk menimbulkan banyak masalah adalah penentuan harga
transfer barang antar divisi sebagai pusat laba.
16
1. Dasar penentuan harga transfer, yaitu biaya dan harga pasar.
Artinya bahwa tidak ada satu pun manajer divisi yang memperoleh
keuntungan dengan mengorbankan manajer divisi lain (dalam arti bahwa satu
divisi lebih baik, sedangkan divisi lainnya sebaliknya).
2. Keselarasan tujuan
Harga yang ditetapkan terhadap barang atau jasa yang ditransfer harus diakui
sebagai pendapatan bagi divisi penjual. Oleh karena itu, pendapatan dan biaya
merupakan komponen utama untuk menghitung laba, maka laba dua divisi
yang terlibat akan berpengaruh dari harga transfer tersebut.
2. Laba perusahaan
16
Harga transfer dapat memungkinkan untuk memaksimumkan laba pada salah
satu divisi, tetapi tentu saja akan berpengaruh menurunkan laba perusahaan
secara keseluruhan.
3. Otonomi
Penentuan harga transfer atas dasar biaya atau harga pokok produksi adalah
sebagai berikut:
1) Biaya atau Harga pokok produksi dengan pendekatan variable costing
adalah harga pokok produksi yang bersifat variabel.
16
Maka elemen-elemen untuk menghitung harga pokok produksi variabel
adalah:
o Biaya bahan baku langsung (Direct Material)
3) Biaya atau harga pokok berdasarkan pendekan full cost atau seluruh biaya
produksi maupun biaya non produksi:
17
Sementara itu, elemen-elemen biaya non produksi, yaitu:
o Biaya non produksi variabel dan tetap:
Contoh pada PT Bekasi Raya terdapat dua divisi, yaitu divisi A dan divisi
B yang terkadang melakukan transfer barang antar keduanya dengan harga
tergantung pada kebijakan masing-masing divisi. Adapun informasi biaya per unit
dari masing-masing divisi adalah sebagai berikut:
Divisi A Divisi B
Biaya bahan baku langsung Rp 600.000 Rp 560.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000 Rp 400.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 200.000 Rp 640.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp 240.000 Rp 600.000
Biaya penjualan & adm. Variabel Rp 150.000 Rp 180.000
17
Berdasarkan informasi di atas tentukanlah berapa harga transfer yang
dikenakan oleh divisi A atas barang yang ditransfernya ke divisi B atau
sebaliknya, jika:
b. Menggunakan pendekatan absorption costing atau harga pokok produksi
penuh!
Penyelesaiannya:
a. Pendekatan absorption costing
Divisi A Divisi B
Biaya bahan baku langsung Rp 600.000 Rp 560.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000 Rp 400.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 200.000 Rp 640.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp 240.000 Rp 600.000
Maka harga transfernya Rp1.240.000 Rp 2.200.000
b. Pendekatan absorption costing ditambah dengan laba yang diinginkan sebesar
15%
Divisi A Divisi B
Harga pokok produksi penuh Rp1.240.000 Rp 2.200.000
Laba :
(15% x Rp1.240.000) 186.000
(15% x Rp 2.200.000) 330.000
Maka harga transfernya Rp 1.426.000 Rp 2.530.000
2. Penentuan harga transfer berdasarkan harga pasar
17
perusahaan, harga kompetitif adalah harga yang dapat memaksimumkan laba
perusahaan.
Harga pasar ekternal merupakan harga transfer yang ideal apabila
terpenuhi kondisi-kondisi sebagai berikut:
1) Terdapat pasar ekstern untuk produk yang ditransfer. Ini berarti bahwa
divisi pembeli dapat membeli produk dari pasar ekstern dan divisi penjual
dapat menjual produknya ke pasar ekstern.
4) Divisi penjual bebas untuk menjual produk sebanyak yang dia mampu
buat ke pasar manapun, apakah ke pasar ekstern maupun ke pasar intern.
17
seharusnya disetujui hanya jika opportunity cost divisi penjual lebih kecil dari
divisi pembeli.
10.6 RINGKASAN
1. Dalam pengertian luas, harga transfer meliputi harga produk atau jasa yang ditransfer
antar pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan. Dalam pengertian sempit, harga
transfer merupakan harga barang atau jasa yang di transfer antar pusat laba dalam
perusahaan yang sama.
2. Tiga karakteristik harga transfer, diantaranya yaitu: Masalah harga transfer hanya
timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh
oleh mereka dan harga transfer merupakan unsure yang signifikan dalam membentuk
biaya penuh produk yang diproduksi di divisi pembeli, Harga transfer selalu
mengandung unsure laba di dalamnya dan Harga transfer merupakan alat untuk
mempertegas diversifikasi dan sekaligus mengintegrasikan divisi yang dibentuk.
3. Tiga tujuan penentuan harga transfer, yaitu Evaluasi divisi secara akurat, Keselarasan
tujuan serta Tetap terjaganya otonomi divisi.
5. Matode penentuan harga transfer, yaitu (1) berdasarkan pendekatan biaya (variable
costing, variable cost dan full cost, full costing dan biaya ditambah dengan laba yang
diinginkan), (2) harga pasar serta (3) berdasarkan negosiasi.
17
Divisi A Divisi B
Biaya bahan baku langsung Rp 600.000 Rp 560.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp 200.000 Rp 400.000
Biaya overhead pabrik variabel Rp 200.000 Rp 640.000
Biaya overhead pabrik tetap Rp 240.000 Rp 600.000
Biaya penjualan & adm. Variabel Rp 150.000 Rp 180.000
17
DAFTAR PUSTAKA
17