Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1

TUTORIAL ONLINE (TUTON)


AUDITING I (EKSI4308)

NAMA : NANDA PUTRA PERMATA ERTRI

NIM : 045038111

KELAS :3

UPBJJ UT : JAKARTA

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TERBUKA
TUGAS TUTORIAL KE-1 PROGRAM STUDI STUDI AKUNTANSI
Nama Mata Kuliah : Auditing 1 Kode Mata
Kuliah : EKSI4308 Jumlah sks : 3 sks
Nama Pengembang : Nindya Farah Dwi PuspitasariNama
Penelaah :
Status Pengembangan : Baru/Revisi*Tahun
Pengembangan : 2023
Edisi Ke- : 4
Skor
No Aspek/Konsep yang Dinilai
Maksimal
Overview Kasus Arthur Andersen

Arthur Andersen LPP adalah salah satu firma akuntansi terbesar di


AS yang berdiri sejak 1913. Selama perjalanannya perusahan ini memiliki
reputasi sebagai kepercayaan, integritas dan etika yang penting bagi
perusahaan yang di bebani auditing secara independen dan melaporkan
laporan-laporan perusahaan publik, dimana akurasi investor tergantung
keputusan investasi.
Di masa-masa awalnya Andersen memiliki standar-standar profesi
akuntansi dan mengembangkan inisiatif-inisiatif baru pada kekuatan-
kekuatan integritasnya. Arthur Andersen pernah menjadi model sebuah
karakter teguh hati dan integritas yang merupakan profesionalitas dalam
akuntansi. Tetapi kebangkrutan klien-klien besar membuka skandal-
skandal besar yang membuat firma akuntansi ini tutup.

Kebangkitan
Ketika Leonard Spacek bergabung di tahun 1947, ia mulai
mengembangkan jasa konsultan kepada klien-klien besar. Selama rentang
waktu 30 tahunan, bisnis konsultasi Andersen menjadi lebih
menguntungkan daripada usaha aslinya. Di Andersen, pertumbuhan
menjadi prioritas dan penekanannya pada perekrutan dan mempertahankan
klien-klien besar berdampak pada kualitas dan independensi audit. Fokus
pada pertumbuhan ini menghasilkan perubahan yang mendasar pada
budaya perusahaan. Bisnis konsultasi Andersen menjadi yang tercepat
pertumbuhannya dan paling menguntungkan dan paling berkembang pesat
di dunia. Banyak yang meninjaunya sebagai model sukses yang ditiru
frima-firma lainnya. Tetapi model ini menjadikan Securities and Exchange
Commission (SEC) memberikan peringatan berkaitan independensi
auditing. Ketua SEC yang prihatin akan hal ini menyarankan aturan-aturan
baru untuk membatasi layanan di luar audit. Tetapi saran ini ditolak
Andersen.
Tahun 1999 Andersen memisahkan fungsi akuntansi dan
konsultasi. Namun seringkali strategi ini menjadikan persaingan di antara
kedua unit yang cenderung melemahkan dan memicu kerahasiaan dan
keegoisan. Komunikasi menjadi merosot, merintangi kemampuan
perusahaan untuk tanggap dan bekerja efektif menghadapi krisis. Dengan
pendapatan yang berkembang, unit konsultasi menuntut kompensasi dan
pengakuan yang lebih besar. Perselisihan yang meruncing ini menjadikan
pertikaian. Tahun 2000 dalam pengadilan arbitrase, hakim memutuskan
bahwa konsultan Andersen bisa memisahkan diri dan bekerja secara
efektif. Perusahaan konsultasi berubah namanya menjadi Accenture. Pada
Januari 2001, Andersen mengangkat Joseph Berardino sebagai CEO baru
dalam auditing. Tugas pertamanya adalah melacak perusahaan yang lebih
kecil melalui sejumlah tuntutan hukum yang sudah ada. Andersen
membayar amat mahal untuk tuntutan-tuntutan ini. Tahun berikutnya,
banyak perusahaan klien Andersen meninjau ulang hubungannya dengan
Andersen. Bagian selanjutnya adalah menjabarkan segelintir kasus yang
membuat keruntuhan Andersen.
Keruntuhan
1. BFA
Skandal Baptist Foundation of Arizona (BFA) menjadi
kebangkrutan terbesar perusahaan amal nirlaba dalam sejarah AS, dimana
Andersen bertindak sebagai auditornya. Mereka dianggap menipu investor
sebesar $570 juta. BFA didirikan untuk menghimpun dana dan mengelola
gereja di Arizona. Lembaga ini bekerja seperti bank, membayar bunga
deposito yang digunakan sebagian besar untuk berinvestasi di Arizona real
estate. Ini merupakan investasi yang lebih spekulatif daripada apa yang
dilakukan lembaga pembaptis lainnya.
Masalah dimulai ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan
manajemen dituntut untuk menghasilkan keuntungan. Karenanya,
pengurus yayasan diduga menyembunyikan kerugian dari investor sejak
1986 dengan menjual beberapa properti dengan harga tinggi kepada
entitas-entitas yang telah meminjam uang dari yayasan yang tak mungkin
membayar properti kecuali kondisi pasar real estate berbalik. Dalam
dokumen pengadilan apa yang disebut dengan “skema Ponzi” setelah kasus
peniupuan yang terkenal, pejabat yayasan diduga mengambil uang dari
investor baru untuk membayar investor yang sudah ada untuk menjaga arus
kas. Sementara itu, pejabat puncak menerima gaji. Skema ini akhirnya
terurai, mengarah pada investigasi kriminal dan tuntutan terhadap BFA dan
Andersen. Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11 mengenai
perlindungan kebangkrutan pada tahun 1999.
Gugatan investor terhadap Andersen menuduh perusahaan ini
melakukan pemalsuan dan menyesatkan laporan keuangan BFA. Dala
sebuah pernyataannya di tahun 2000, Andersen merespon rasa simpatinya
kepada BFA tetapi membela keakuratan dengan opininya tentang audit.
Namun setelah dua tahun penyelidikan, laporan menunjukkan bahwa
Andersen sudah diperingatkan kemungkinan kegiatan penipuan oleh
beberapa karyawan BFA, yang akhirnya perusahaan setuju untuk
membayar $217 juta untuk menyelesaikan gugatan dengan pemegang
saham pada taun 2002.

2. Sunbeam
Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit
yang membuat kesalahan serius pada akuntansinya yang akhirnya
menghasilkan tuntutan class action dari investor Sunbeam. Baik dari
gugatan hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC menuduh Sunbeam
membesar-besarkan penghasilan melaului strategi penipuan akuntansi,
seperti pendapatan “cookie jar”, recording revenue on contingent sales, dan
mempercepat penjualan dari periode selanjutnya ke kuartal masa kini.
Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang tidak benar melakukan
transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan depan
dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.
Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan
selama enam kuartal. SEC juga menuduh Arthur Andersen. Pada 2001,
Sunbeam mengajukan petisi kepada Pengadilan kepailitan AS Distrik
Selatan New York dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan kebangkrutan.
Agustus 2002, pengadilan memutuskan pembayaran sebesar $141 juta.
Andersen setuju membayar $110 juta untuk menyeleaikan klaim tanpa
mengakui kesalahan dan tanggung jawab. Sunbeam mengalami kerugian
pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan kehilangan ribuan karyawannya.
Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.

3. Waste Management
Andersen juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang
dipertanyakan mengenai pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari
Waste Management. Gugatan diajukan oleh SEC atas penipuan laporan
keuangan selama lebih dari lima tahun. Menurut SEC, Waste Management
membayar jasa audit kepada Andersen, yang menyarankan bahwa bisa
memperoleh biaya tambahan melalui “tugas khusus”. Awalnya Andersen
mengidentifikasi praktek-praktek akuntansi yang tidak tepat dan disajikan
kepada Waste Management. Namun pimpinan Waste Management
menolak mengkoreksi. Hal ini dilihat oleh SEC sebagai upaya menutupi
penipuan masa lalu untuk melakukan penipuan masa depan. Hasilnya,
Andersen harus membayar $220 juta ke pemegang saham Waste
Management dan $7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk melakukan
perjanjian untuk tidak melakukan laporan palsu di masa mendatang atau
izin usahanya akan dicabut – suatu persetujuan yang kemudian
memutuskan hubungannya dengan Enron.

4. Enron
Bulan Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi
Enron, salah satu klien terbesar Andersen. Dengan Enron, Andersen
mampu membuat 80 persen perusahaan minyak dan gas menjadi kliennya.
Namun, pada November 2001 harus mengalami kerugian sebesar $586 juta.
Dalam sebulan, Enron bangkrut.
Departemen Kehakiman AS memulai melakukan penyelidikan
kriminal pada 2002 yang mendorong Andersen dan kliennya runtuh.
Perusahaan audit akhirnya mengakui telah menghancurkan dokumen yang
berkaitan dengan audit Enron yang menghambat putusan. Atas kasus itu,
Nancy Temple, pengacara Andersen meminta perlindungan Amandemen
Kelima yang dengan demikian tidak memiliki saksi. Banyak pihak yang
menamainya sebagai “bujukan koruptif” yang menyesatkan. Dia
menginstruksikan David Duncan, supervisor Andersen dalam pengawasan
rekening Enron, untuk menghapus namanya dari memo yang bisa
memberatkannya.
Pada Juni 2005, pengadilan memutuskan Andersen bersalah
menghambat peradilan, menjadikannya perusahaan akuntan pertama yang
dipidana. Perusahaan setuju untuk menghentikan auditing publik pada 31
Agustus 2002, yang pada prinsipnya mematikan bisnisnya.

5. Perusahaan Telekomunikasi
Sayangnya, tuduhan penipuan tidak berakhir pada kasus Enron. Berita
segera muncul ketika WorldCom, klien terbesar Andersen, memiliki
penyimpangan sebesar $3,9 miliar. Harga sahamnya kemudian jatuh dan
investor melayangkan serangkaian tuntutan hukum yang mengirim
WorldCom ke Pengadilan Kepailitan. Andersen menyalahkan WorldCom
dan bersikeras bahwa penyimpangan tidak pernah diungkapkan kepada
auditor dan bahwa ia telah memenuhi standar SEC dalam auditnya.
WorldCom balik menuduh Andersen karena gagal menemukan
penyimpangan yang ada. Selama kasus Enron dan WorldCom berlanjut,
banyak perusahaan-perusahaan lainnya dituduh melakukan penyimpangan
akuntansi.

1. Jelaskan kesenjangan yang menjadi sumber kemerosotan citra akuntan 30


publik! Menurut Anda, kesenjangan apa yang terjadi dalam kasus
perusahaan Athur Andersen di atas!
2. Dalam kasus diatas, Andersen menyalahkan WorldCom dan bersikeras
bahwa penyimpangan tidak pernah diungkapkan kepada auditor dan 25
bahwa ia telah memenuhi standar SEC dalam auditnya.
Jelaskan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan
penyimpangan!

3 Berdasarkan uraian kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa KAP 25


Arthur Andersen sudah melanggar kode etik profesi yang seharusnya
menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Pada kebanyakan
kasus, kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh
berbagai situasi. Sebutkan situasi yang menjadi ancaman tersebut!
4 Apa yang dapat anda simpulkan dalam kasus di atas! 20
1. Ketidakmantapan peran yang diemban oleh profesi akuntan public yang telah berlangsung
sedemikian lama dapat timbul karena empat kesenjangan persepsi, yaitu:
a. Kesenjangan harapan (the expectation gap) timbul karena terdapat perbedaan persepsi
antara profesi akuntan public dan masyarakat, khususnya tentang peran dan tugas serta
tanggung jawab para auditor. Kesenjangan ini makin melebar sebagai akibat dari berbagai
skandal sebagai akibat dari ketidak puasan yang makin meningkat terhadap kinerja badan
atau lembaga penyusun standar akuntansi.
b. Kesenjangan ragam jasa (the scope of service gap) timbul karena dugaan adanya konflik
antara jasa atestasi yang diberikan auditor independent dan jasa-jasa lain yang ditawarkan
kantor akuntan publik. Kesenjangan ini cenderung melebar belakangan ini sebagai akibat
dari perubahan lingkungan pasar, sehingga memaksa kantor-kantor akuntan public,
tertutama yang besar untuk mempertahankan diri dari berbagai ancaman akibat dari
intensifikasi regulasi pemerintah, peningkatan tanggung jawab hukum, dan perubahan
teknologi. Demi untuk mempertahankan keunggulan daya saing, perubahan lingkungan
pasar terebut harus ditanggapi oleh kantor akuntan public, terutama yang skala besar,
melalui transormasi visi, misi, dan strategi. Adaptasi selanjutnya dalam kultur, struktur,
dan system organisasi.
Peningkatan cost of self regulation dalam jasa audit eksternal yang telah disinggung di
muka memaksa kator akuntan public untuk melakukan diverifikasi usaha. Selain ekspansi
jasa konsultasi manajemen yang telah ada seperti perpajakan, manajemen sumber daya
manusia, metodologi manufaktur, teknologi informasi dan rekrutmen eksekutif, juga
ditawarkan jasa-jasa baru seperti perencanaan keuangan (financial planning), manajemen
risiko (risk management), dukungan sengketa peradilan (ligitation support), keuangan
korporasi (corporate finance), dan jasa penaksiran atau pengestimasian (appraisal
service). Diversifikasi usaha ini tidak semata-mata dipacu oleh permintaan atau
merupakan akibat yang wajar dari kemajuan teknologi yang mendorong kantor-kantor
akuntan public untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan nontradisional. Akan
tetapi, diverifikasi ini juga dipacu oleh intensifikasi regulasi pemerintah serta wabah
litigasi yang cenderung meningkatkan biaya untuk meregulasi profesinya sendiri (cost of
self-regulation), dan selanjutnya mengurangi kesejahteraan ekonomi para kantor akuntan
public berskala besar.
c. Kesenjangan persaingan intraprofesional (the intraprofessional gap) menyangkut konflik
yang timbul akibat perilaku persaingan di antara kantor akuntan public. Keinginan untuk
memaksa dan meningkatkan keunggulan daya saing memaksa kantor akuntan public untuk
berpaling dari strategi bisnis yang sering disorientasi pada tujuan meraih laba sebesar-
besarnya, sehingga mereka menghalalkan segala cara untuk meraihnya. Potensi untuk
maju sering terhambat oleh beberapa kelemahan yang inheren dalam profesi, Salah satu
kelemahan terebut adalah perilaku kanibalistik, perilaku ini menurunkan derajat profensi
menjadi piranha.
d. Kesenjangan ambiguitas peran (the role ambiguity gap) menyangkut konflik antara nilai
dan norma yang diproyeksikan kantor-kantor akuntan bagi para staf professional dan
persepsi para staf professional terhadap nilai dan norma tersebut. Konversi antara dua
system nilai ini sangat menentukan kelangsungan hidup organisasi karena ambiguitas
peran cenderung memacu konflik peran (role conflict) dan selanjutnya kedua variable ini
secara signifikan berkaitan dengan persepsi para auditor senior terhadap iklim organisasi
dan kepuasan serta ketegangan kerja.
Kesenjangan yang terjadi di Arthur Andersen adalah kombinasi dari keempat kesenjangan
tersebut. Beberapa kesalahan dari Arthur Andersen ialah:
Kualitas audit yang buruk. Arthur Andersen dianggap gagal dalam melaksanakan audit yang
independen dan kredibel terhadap perusahaan-perusahaan tersebut. Mereka dituduh terlibat
dalam praktik akuntansi yang meragukan dan manipulasi laporan keuangan Enron misalnya.
Arthur Andersen juga menghadapi masalah terkait konflik kepentingan. Mereka tidak hanya
menjadi auditor, tetapi juga menyediakan jasa konsultansi yang signifikan kepada perusahaan
tersebut. Hal ini menciptakan konflik kepentingan yang mempengaruhi independensi mereka
dalam melakukan audit.
Firma akuntan ini juga dituduh melanggar etika profesional dengan cara mengabaikan
kepentingan publik dan lebih memprioritaskan kepentingan finansial mereka sendiri dan klien
mereka.
Terdapat banyak ketidaktransparan dalam praktik audit dan laporan keuangan, yang
seharusnya menjadi tulang punggung dalam integritas akuntan publik.
2. Tanggung Jawab untuk Mendeteksi Kecurangan
Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-kesalahan yang
tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan
keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material yang
disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan.
Aspek penting dalam pelaksanaan audit dengan kemahiran professional auditor Auditor harus
mengevaluasi semua bukti dan kondisi yang diamati selama audit. Apabila auditor mengamati
indikator yang dikaitkan dengan risiko kecurangan yang lebih tinggi, auditor harus
meyakinkan bahwa pendekatan audit yang digunakan telah memiliki derajat keraguan
professional yang tepat.

Tanggung Jawab untuk Melaporkan Kecurangan


Apabila auditor menyimpulkan bahwa ternyata laporan keuangan mengandung unsur salah saji
yang material dan bahwa laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan PABU maka auditor
harus mendesak agar manajemen melakukan revisi atas laporan keuangan tersebut. Apabila
manajemen menyetujuinya, auditor dapat menerbitkan suatu laporan audit standar yang
menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian. Namun, apabila laporan keuangan tersebut
ternyata tidak direvisi, auditor harus memodifikasi laporan standar untuk penyimpangan dari
PABU serta mengungkapkan semua alasan penting yang menyertainya dalam laporan audit.
Auditor juga bertanggung jawab untuk mengomunikasikan temuan kecurangan kepada
manajemen dan mungkin juga kepada pihak lainnya. Tanggung jawab kunci auditor dalam
mengomunikasikan temuan kecurangan adalah sebagai berikut.
a. Apabila auditor menentukan bahwa terdapat bukti adanya kecurangan, maka hal itu harus
menjadi perhatian manajemen, yang pada umumnya satu tingkat lebih tinggi di mana
kecurangan itu terjadi.
b. Setiap kecurangan yang melibatkan manajemen senior, dan kecurangan yang terjadi pada
tingkat manapun yang menyebabkan salah saji yang material pada laporan keuangan, harus
dilaporkan langsung oleh auditor kepada komite audit atau dewan direksi.
c. Secara etis dan legal, pada umumnya auditor tidak dapat mengungkapkan kecurangan yang
terjadi di luar entitas.

3. Setiap praktisi tidak boleh terlibat dalam setiap bisnis, pekerjaan, atau aktivitas yang dapat
mengurangi integritas, objektivitas, atau reputasi profesinya, yang dapat mengakibatkan
pertentangan dengan jasa professional yang diberikannya. Keterlibatan praktisi dalam
pekerjaan atau aktivita yang mengurangi kepatuhan etika dapat menjadi ancaman bagi profesi
akuntan public. Ancaman terhadap kepatuhan akuntan public yang dimaksud adalah:
100.10 Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi.
Ancaman tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Ancaman kepentingan pribadi, yaitu ancaman yang terjadi sebagai akibat dari kepentingan
keuangan maupun kepentingan lainnya dari Praktisi maupun anggota keluarga langsung
atau anggota keluarha dekat dari Praktisi.
2) Ancaman telaah pribadi, yaitu ancaman yang terjadi ketika pertimbagan yang diberikan
sebelumnya harus dievaluasi kembali oleh Praktisi yang bertanggung jawab atas
pertimbangan tersebut.
3) Ancaman advokasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi menyatakan sikap atau
pendapat atas suatu hal yang dapat mengurangi objektivitas selanjutnya dari Praktisi
tersebut.
4) Ancaman kedekatan, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi terlalu bersimpati terhadap
kepentingan pihak lain sebagai akibat dari kedekatan hubungannya.
5) Ancaman intimidasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika Praktisi dihalangi untuk bersikap
objektif.

4. Pada dasarnya, kode etik harus terteanam dalam jiwa profesi akunta public, Enam prinsip etika
yang terdapat dalam kode etik sebagai berikut.
1. Tanggung jawab. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara professional, anggota
harus melatih sensitive professional dan moral judgments dalam setiap aktivitas. Kode
berada dalam tiga area yaitu: untuk meningkatkan art of accounting, untuk menjaga
kepercayaan public, dan untuk membawa tanggung jawab professional dalam pelaksanaan.
2. Melayani kepentingan public. Anggota harus menerima kewajiban untuk melayani
kepentingan public, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan komitmen pada
profesionalisme.
3. Integritas. Untuk menjaga dan memperluas kepercayaan public setiap anggota harus
menunjukkan tanggung jawab professional dengan integritas yang tinggi.
4. Obejktivitas dan Independensi. Anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari konflik
kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Akuntan dalam praktiknya harus
independence in fact dan independence in appearance ketika memberikan jasa audit dan
jasa atestasi lainnya.
5. Kecermatan (due care). Anggota harus mengamati teknikal profesi dan standar etik,
bekerja keras secara terus menerus untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas
pelayanan, dan menunjukan tanggung jawab sebagai kemampuan anggota yang terbaik.
6. Lingkup dan sifat jasa. Anggota dalam praktiknya harus mengikuti prinsip code of conduct
professional dalam menentukan lingkup dan bentuk jasa yang diberikan.

Dalam beberapa literatur banyak disimpulkan bahwa etika tidak sama dengan moralitas. Etika
lebih diartikan sebagai suatu perangkat prinsip moral yang dipegang oleh individu atau
kelompok dan menentukan tingkah laku individu atau kelompok tersebut. Modal merupakan
suatu dasar pengambilan keputusan berdasarkan standar benar dan salah. Individu dan
kelompok juga dapat berlaku tidak etis yang dapat didorong oleh standar etika yang berbeda
dengan etika secara umum dan tidak mementingkan diri sendiri. Dalam setiap pengambilan
keputusan yang memiliki suatu konsekuensi bagi diri sendiri dan orang lain terkadang
menghadapi suatu dilema. Terlebih jika keputusan memberi dampak baik pada satu pihak
namun sekaligus dampak yang buruk bagi pihak lain. Untuk mengatasi hal tersebut, seseorang
dapat menggunakan suatu kerangka kerja etika umum untuk pengambilan keputusan.

Etika bukan hanya menjadi sesuatu yang mendorong adanya kondisi ideal terhadap
keberadaan moral tetapi juga membawa tatanan moral dalam suatu profesi atau jabatan.
Profesi itu sendiri memiliki karakteristik dan salah satunya adalah standar yang mengatur
hubungan praktisi dengan klien, kolega, dan public. Standar etika dalam suatu profesi
umumnya tertuang dalam kode etik profesi.

Berbagai kode etik yang dikeluarkan asosiasi profesi akuntan baik di Indonesia dan
Internasional umumnya meliputi prinsip-prinsip dasar yang harus dijunjung dan diterapkan
praktisi akuntan public. Setiap prinsip-prinsip, juga terdapat aturan etika yang merupakan
pelaksanaan pemberian jasa professional yang masih dalam kerangka prinsip dasar etika.

Arthur Andersen seharusnya menerapkan kode etik sebagai prinsip-prinsip dasar tersebut.
Kejatuhan KAP Arthur Andersen dikarenakan melanggar hal-hal tersebut.

Sumber:
Sumiyana, dkk. (2023). Auditing I EKSI4308. Universitas Indonesia. Tangerang Selatan.

Anda mungkin juga menyukai